Memahami Bacaan Hadiah: Untaian Doa untuk yang Terkasih
Makna di Balik Tradisi Mengirim Doa
Kehilangan adalah bagian tak terhindarkan dari siklus kehidupan. Saat seseorang yang kita cintai berpulang, jalinan fisik terputus, namun ikatan batin dan kasih sayang tetap abadi. Salah satu wujud paling luhur dari ikatan yang tak lekang oleh waktu ini adalah tradisi mengirimkan "hadiah" berupa doa dan bacaan suci. Praktik ini, yang sering disebut sebagai bacaan hadiah, tahlil, atau arwahan, merupakan pilar spiritual dalam budaya masyarakat kita. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah jembatan spiritual yang menghubungkan dunia orang yang masih hidup dengan alam mereka yang telah mendahului.
Secara esensial, bacaan hadiah adalah manifestasi keyakinan bahwa amal kebaikan yang dilakukan oleh yang masih hidup dapat memberikan manfaat kepada mereka yang telah wafat. Pahala dari bacaan Al-Quran, zikir, istighfar, dan doa-doa lainnya diyakini dapat sampai kepada arwah di alam barzakh, menjadi cahaya yang menerangi, melapangkan kubur, serta mengangkat derajat mereka di sisi Tuhan. Ini adalah bentuk bakti seorang anak kepada orang tua, wujud cinta seorang pasangan, tanda kesetiaan seorang sahabat, dan cara kita untuk terus merawat memori serta mendoakan kebaikan bagi jiwa-jiwa yang kita kasihi.
Lebih dari sekadar transfer pahala, kegiatan ini juga memiliki dampak mendalam bagi yang melaksanakannya. Saat kita berkumpul, menundukkan kepala, dan melantunkan ayat-ayat suci, kita sedang melakukan refleksi. Kita diingatkan akan kefanaan dunia dan kepastian akan kematian (dzikrul maut). Prosesi ini menjadi pengingat bagi diri sendiri untuk senantiasa mempersiapkan bekal untuk perjalanan abadi kelak. Ia menjadi terapi bagi duka, menguatkan hati yang rapuh, dan menumbuhkan harapan bahwa perpisahan ini hanyalah sementara. Dengan demikian, bacaan hadiah adalah ibadah dua arah: sebuah hadiah untuk yang telah pergi, dan sebuah pengingat serta penenang bagi yang ditinggalkan.
Persiapan dan Adab Sebelum Membaca
Untuk memaksimalkan kekhusyukan dan potensi diterimanya doa, ada beberapa adab dan persiapan yang dianjurkan sebelum memulai rangkaian bacaan hadiah. Ini adalah langkah-langkah untuk menyucikan diri secara lahir dan batin, memfokuskan hati, dan menunjukkan kesungguhan kita di hadapan Sang Pencipta.
1. Niat yang Ikhlas
Segala amal bergantung pada niatnya. Luruskan niat dalam hati bahwa bacaan ini semata-mata dilakukan untuk mencari ridha Allah SWT dan dengan tulus mengharapkan agar pahalanya disampaikan kepada arwah yang dituju. Niat adalah fondasi dari seluruh amalan.
2. Bersuci (Thaharah)
Dianjurkan untuk berada dalam keadaan suci dari hadas kecil dan besar. Berwudhulah dengan sempurna, karena wudhu tidak hanya membersihkan fisik tetapi juga menggugurkan dosa-dosa kecil dan mempersiapkan jiwa untuk menghadap Allah.
3. Menghadap Kiblat
Sebagaimana dalam shalat, menghadap kiblat saat berdoa dan berzikir adalah sunnah yang dianjurkan. Ini membantu memfokuskan pikiran dan hati, menyatukan arah spiritual kita menuju Ka'bah, pusat ibadah umat Islam.
4. Memilih Waktu yang Mustajab
Meskipun doa bisa dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu tertentu yang diyakini lebih mustajab (mudah terkabul). Di antaranya adalah sepertiga malam terakhir, setelah shalat fardhu, pada hari Jumat (terutama sore hari), dan di antara adzan dan iqamah. Mengirim doa pada waktu-waktu ini diharapkan dapat lebih diterima.
5. Suasana yang Tenang dan Khusyuk
Carilah tempat yang tenang, bersih, dan bebas dari gangguan. Jauhkan diri dari kebisingan televisi, gawai, atau percakapan yang tidak perlu. Ciptakan suasana yang kondusif untuk perenungan dan konsentrasi agar hati dapat sepenuhnya hadir dalam setiap lafaz yang diucapkan.
Rangkaian Bacaan Hadiah: Langkah Demi Langkah
Berikut adalah urutan bacaan yang lazim diamalkan dalam majelis tahlil atau saat mengirim doa secara perorangan. Rangkaian ini disusun secara sistematis, dimulai dari pengantar hingga doa penutup.
Tahap Pertama: Pengantar dan Tawassul (Ila Hadhratin)
Tawassul adalah perantara, yaitu memohon kepada Allah melalui kemuliaan para nabi, wali, dan orang-orang saleh. Ini adalah bentuk adab dalam berdoa, mengakui kebesaran hamba-hamba pilihan Allah sebagai wasilah. Bacaan ini diawali dengan menghadiahkan Al-Fatihah kepada tokoh-tokoh mulia sebelum dikhususkan kepada arwah yang dituju.
1. Kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW
Sebagai pembuka, kita mengirimkan hadiah Al-Fatihah kepada pemimpin para nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilaa hadhratin nabiyyil mushthafaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallam, wa aalihii wa ash-haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyatihii, syai-un lillaahi lahumul faatihah.
"Untuk hadirat Nabi terpilih, Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, istri-istri, dan keturunannya. Sesuatu karena Allah, untuk mereka, Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1 kali)
2. Kepada Para Nabi, Malaikat, Sahabat, dan Ulama
Selanjutnya, hadiah Al-Fatihah diperluas kepada para nabi, rasul, malaikat muqarrabin, para sahabat, tabi'in, serta para ulama dan waliyullah.
ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيِّ، الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa hadhrati ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wal auliyaa-i wasy syuhadaa-i wash shaalihiin, wash shahaabati wat taabi'iin, wal 'ulamaa-il 'aamiliin, wal mushannifiinal mukhlishiin, wa jamii'il malaa-ikatil muqarrabiin, khushuushon Sayyidina asy-Syaikh 'Abdul Qaadir al-Jailaani, al-faatihah.
"Kemudian kepada hadirat saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, para sahabat, para tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan seluruh malaikat yang dekat dengan Allah, khususnya kepada tuanku Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1 kali)
3. Kepada Seluruh Ahli Kubur Muslimin dan Muslimat
Doa diperuntukkan secara umum kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat yang telah meninggal dunia, dari timur hingga barat.
ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ، الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa jamii'i ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaat, wal mu'miniina wal mu'minaat, min masyaariqil ardhi ilaa maghaaribihaa barrihaa wa bahrihaa, khushuushon aabaa-anaa wa ummahaatinaa wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa wa masyaayikhanaa wa masyaayikha masyaayikhinaa wa limanijtama'naa haahunaa bisababihi, al-faatihah.
"Kemudian kepada seluruh penghuni kubur dari kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, dari belahan timur bumi hingga baratnya, di darat maupun di laut, khususnya kepada bapak-bapak kami dan ibu-ibu kami, kakek-kakek kami dan nenek-nenek kami, guru-guru kami dan guru dari guru-guru kami, dan kepada siapa yang menjadi sebab kami berkumpul di sini, Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1 kali)
4. Pengkhususan (Khushushon)
Ini adalah bagian inti di mana kita menyebutkan secara spesifik nama arwah yang ingin kita kirimkan doa.
خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ ... (sebutkan nama almarhum/almarhumah) ... بِنْ / بِنْتِ ... (sebutkan nama ayahnya) ... اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ/لَهَا وَارْحَمْهُ/هَا وَعَافِهِ/هَا وَاعْفُ عَنْهُ/هَا، لَهُ/لَهَا الْفَاتِحَةُ
Khushuushon ilaa ruuhi ... (sebutkan nama) ... bin/binti ... (sebutkan nama ayahnya) ... Allaahummaghfirlahu/lahaa warhamhu/haa wa'afihi/haa wa'fu 'anhu/haa, lahu/lahaa al-faatihah.
"Khususnya kepada arwah ... (nama) ... bin/binti ... (nama ayahnya) ... Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya. Untuknya, Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1 kali)
Tahap Kedua: Bacaan Surat-Surat dan Ayat Al-Quran
Setelah menghadiahkan Al-Fatihah, rangkaian dilanjutkan dengan membaca beberapa surat dan ayat pilihan dari Al-Quran yang memiliki keutamaan besar.
1. Surat Al-Ikhlas (3 kali)
Surat Al-Ikhlas menegaskan keesaan Allah SWT. Membacanya tiga kali dinilai setara dengan mengkhatamkan seluruh Al-Quran dari segi pahala tauhid.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
Bismillaahir rahmaanir rahiim. Qul huwallaahu ahad. Allaahush shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"
2. Tahlil dan Takbir
Dilanjutkan dengan zikir tahlil dan takbir singkat.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
"Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
3. Surat Al-Falaq (1 kali)
Surat ini berisi permohonan perlindungan kepada Allah dari segala macam kejahatan makhluk.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.
Bismillaahir rahmaanir rahiim. Qul a'uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin naffaatsaati fil 'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"
4. Tahlil dan Takbir
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
"Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
5. Surat An-Nas (1 kali)
Surat ini adalah doa memohon perlindungan dari bisikan jahat setan, baik dari golongan jin maupun manusia.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
Bismillaahir rahmaanir rahiim. Qul a'uudzu birabbin naas. Malikin naas. Ilaahin naas. Min syarril waswaasil khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas. Minal jinnati wan naas.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.'"
6. Tahlil dan Takbir
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
"Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
7. Surat Al-Fatihah (1 kali)
Membaca kembali Ummul Kitab sebagai induk dari segala doa dan kebaikan.
8. Awal Surat Al-Baqarah (Ayat 1-5)
Ayat-ayat ini menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa, yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan rezeki, dan meyakini kitab-kitab Allah serta hari akhir. Ini adalah doa agar si mayit termasuk golongan orang-orang yang beruntung.
الۤمّۤ. ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ. اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
Alif Laam Miim. Dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lilmuttaqiin. Alladziina yu'minuuna bilghaibi wa yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun. Walladziina yu'minuuna bimaa unzila ilaika wa maa unzila min qablik, wa bil aakhirati hum yuuqinuun. Ulaa-ika 'alaa hudam mirrabbihim wa ulaa-ika humul muflihuun.
"Alif Lam Mim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
9. Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah Ayat 255)
Ayat Kursi adalah ayat teragung dalam Al-Quran. Kandungannya menjelaskan keesaan, kekuasaan, pengetahuan, dan kebesaran Allah yang tiada tandingannya. Membacanya diyakini dapat memberikan perlindungan dan ketenangan.
اَللهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ ۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ.
Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh, man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai-im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal 'aliyyul 'azhiim.
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung."
Tahap Ketiga: Rangkaian Zikir Tahlil
Ini adalah jantung dari majelis tahlil, di mana kita memperbanyak zikir, istighfar, dan shalawat. Setiap kalimat memiliki makna dan keutamaan yang mendalam.
1. Istighfar (3 kali)
Memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan khilaf, baik untuk diri sendiri maupun untuk almarhum.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullaahal 'azhiim.
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
2. Kalimat Tahlil
Puncak dari zikir adalah mengumandangkan kalimat tauhid. Dibaca dengan penuh penghayatan, biasanya sebanyak 33 kali, 100 kali, atau lebih sesuai kemampuan.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
Laa ilaaha illallaah.
"Tiada Tuhan selain Allah."
3. Tahlil dan Puji-pujian
Menyempurnakan kalimat tahlil dengan pujian agung kepada Allah SWT.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الْآمِنِيْنَ.
Laa ilaaha illallaah, Muhammadur rasuulullaah shollalloohu 'alaihi wa sallam. Kalimatu haqqin 'alaihaa nahyaa wa 'alaihaa namuutu wa bihaa nub'atsu in syaa-allaahu minal aaminiin.
"Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan kepadanya. Kalimat yang benar, dengannya kami hidup, dengannya kami mati, dan dengannya kami akan dibangkitkan, insya Allah, termasuk orang-orang yang aman."
4. Tasbih dan Tahmid
Menyucikan dan memuji Allah SWT.
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (33 kali)
Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil 'azhiim.
"Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung."
5. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Bershalawat adalah perintah Allah dan merupakan bentuk cinta kita kepada Rasulullah. Doa yang diiringi shalawat lebih berpotensi untuk dikabulkan. Ada banyak versi shalawat, salah satu yang singkat dan umum adalah:
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allaahumma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
Tahap Keempat: Doa Penutup
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian zikir dan bacaan Al-Quran, inilah saatnya memanjatkan doa pamungkas. Doa ini merangkum semua permohonan, dan yang terpenting, secara eksplisit meminta kepada Allah agar pahala dari semua bacaan yang telah dilantunkan disampaikan kepada arwah yang dituju.
Doa ini adalah puncak dari niat kita, di mana kita "menghadiahkan" buah dari ibadah kita. Berikut adalah contoh doa penutup yang komprehensif:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ, حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin. Hamdan syaakiriin, hamdan naa'imiin, hamdan yuwaafii ni'amahu wa yukaafi-u maziidah. Yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghii li jalaali wajhikal kariimi wa 'azhiimi sulthaanik.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian orang-orang yang bersyukur, pujian orang-orang yang mendapat nikmat, pujian yang sepadan dengan nikmat-Nya dan mencakup tambahan-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu."
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
Allaahumma sholli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
اللّٰهُمَّ تَقَبَّلْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً إِلَى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allaahumma taqabbal wa aushil tsawaaba maa qara'naahu minal qur'aanil 'azhiim, wa maa hallalnaa wa maa sabbahnaa wa mastaghfarnaa wa maa shollainaa 'alaa sayyidinaa muhammadin shollalloohu 'alaihi wa sallam, hadiyyatan waashilatan wa rahmatan naazilatan wa barakatan syaamilatan ilaa hadhrati habiibinaa wa syafii'inaa wa qurrati a'yuninaa sayyidinaa wa maulaanaa muhammadin shollalloohu 'alaihi wa sallam, wa ilaa jamii'i ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wal auliyaa-i wasy syuhadaa-i wash shaalihiin, wash shahaabati wat taabi'iin, wal 'ulamaa-il 'aamiliin, wal mushannifiinal mukhlishiin, wa jamii'il mujaahidiina fii sabiilillaahi rabbil 'aalamiin.
"Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala dari apa yang kami baca dari Al-Quran yang agung, dan dari tahlil kami, tasbih kami, istighfar kami, dan shalawat kami kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, sebagai hadiah yang sampai, rahmat yang turun, dan keberkahan yang menyeluruh, kepada hadirat kekasih kami, pemberi syafaat kami, penyejuk mata kami, junjungan dan pemimpin kami, Nabi Muhammad SAW, dan kepada seluruh saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, syuhada, orang saleh, sahabat, tabi'in, ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan seluruh mujahidin di jalan Allah, Tuhan semesta alam."
وَخُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ ... (sebutkan nama almarhum/almarhumah) ... اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ/لَهَا وَارْحَمْهُ/هَا وَعَافِهِ/هَا وَاعْفُ عَنْهُ/هَا. اللّٰهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَهُ/قَبْرَهَا رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجِنَانِ وَلَا تَجْعَلْهُ/تَجْعَلْهَا حُفْرَةً مِنْ حُفَرِ النِّيْرَانِ.
Wa khushuushon ilaa ruuhi ... (sebutkan nama) ... Allaahummaghfir lahu/lahaa warhamhu/haa wa'aafihi/haa wa'fu 'anhu/haa. Allaahummaj'al qabrahu/qabrahaa raudhatan min riyaadhil jinaan, wa laa taj'alhu/taj'alhaa hufratan min hufarin niiraan.
"Dan khususnya kepada arwah ... (nama) ... Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya. Ya Allah, jadikanlah kuburnya taman dari taman-taman surga, dan janganlah Engkau jadikan kuburnya jurang dari jurang-jurang neraka."
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar. Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallam. Subhaana rabbika rabbil 'izzati 'ammaa yashifuun. Wa salaamun 'alal mursaliin. Walhamdulillaahi rabbil 'aalamiin. Aamiin yaa rabbal 'aalamiin.
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa, dari apa yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Kabulkanlah, wahai Tuhan semesta alam."