Di tengah kesibukan dunia yang seringkali meletihkan jiwa dan raga, Islam memberikan sebuah amalan penyejuk yang menjadi benteng bagi seorang mukmin. Amalan tersebut adalah dzikir. Secara khusus, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan umatnya untuk merutinkan dzikir di waktu pagi dan petang. Dzikir petang, yang dibaca setelah shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog spiritual antara hamba dengan Rabb-nya, sebuah permohonan perlindungan, ungkapan rasa syukur, dan pengakuan atas keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Meluangkan waktu beberapa menit di sore hari untuk berdzikir adalah investasi terbaik untuk ketenangan malam dan keberkahan hidup. Ia adalah perisai yang melindungi kita dari berbagai keburukan, baik yang terlihat maupun yang tak kasat mata. Dengan lisan yang basah karena menyebut asma-Nya, hati akan menjadi lebih tenteram, pikiran menjadi lebih jernih, dan jiwa merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Mari kita selami bersama bacaan-bacaan dzikir petang yang agung ini, lengkap dengan makna dan keutamaannya, agar kita dapat mengamalkannya dengan penuh keyakinan dan kekhusyuan.
1. Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
Ayat Kursi adalah ayat teragung di dalam Al-Qur'an. Membacanya di waktu petang memberikan perlindungan istimewa dari gangguan jin dan setan hingga pagi hari tiba. Keagungannya terletak pada kandungan makna yang menjelaskan tentang sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna, meliputi kekuasaan, pengetahuan, dan kebesaran-Nya yang tiada tara.
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh, man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznih, ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya’uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal ‘aliyyul ‘azhiim.
Artinya:"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Keutamaan dan Penjelasan
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'ab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa membacanya (Ayat Kursi) ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang." (HR. Al-Hakim). Perlindungan ini mencakup segala bentuk kejahatan, terutama gangguan dari setan. Ketika seorang hamba merenungkan makna Ayat Kursi, ia sedang menegaskan kembali keyakinannya pada tauhid. Kalimat "Allahu laa ilaaha illaa Huwa" adalah pondasi utama akidah. Dilanjutkan dengan sifat "Al-Hayyul Qayyum" (Yang Maha Hidup dan Terus Menerus Mengurus), kita mengakui bahwa kehidupan sejati hanya milik Allah dan seluruh alam semesta ini berada dalam pemeliharaan-Nya tanpa henti. Allah tidak tersentuh oleh sifat-sifat makhluk seperti mengantuk (sinah) dan tidur (naum), menunjukkan kesempurnaan-Nya yang mutlak. Dengan meyakini ini, hati menjadi tenang karena sandaran kita adalah Dzat yang tidak pernah lalai. Pengakuan akan kekuasaan-Nya yang meliputi langit dan bumi ("lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh") membuat kita sadar betapa kecilnya diri kita di hadapan-Nya, menumbuhkan rasa tawadhu' dan menghilangkan kesombongan.
2. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (Masing-masing 3 Kali)
Tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an ini, yang dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat, memiliki keutamaan yang luar biasa sebagai pelindung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan untuk membacanya tiga kali di waktu pagi dan petang, seraya menjanjikan bahwa hal itu akan mencukupi segala sesuatu.
Surat Al-Ikhlas (3x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul huwallaahu ahad. Allaahush-shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.
Artinya:"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia'."
Surat Al-Falaq (3x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul a’uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin naffaatsaati fil ‘uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
Artinya:"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki'."
Surat An-Nas (3x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul a'uudzu birabbin naas. Malikin naas. Ilaahin naas. Min syarril waswaasil khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas. Minal jinnati wan naas.
Artinya:"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia'."
Keutamaan dan Penjelasan
Dari Abdullah bin Khubaib radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku, 'Bacalah Qul Huwallahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) di waktu petang dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka itu akan mencukupimu dari segala sesuatu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Kata "mencukupimu dari segala sesuatu" memiliki makna yang sangat luas. Para ulama menjelaskan bahwa ia mencukupi dari segala keburukan, baik itu gangguan setan, sihir, 'ain (pandangan mata jahat), maupun marabahaya lainnya. Surat Al-Ikhlas adalah penegasan murni tentang keesaan Allah, yang membersihkan hati dari segala bentuk syirik. Surat Al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari kejahatan eksternal yang datang dari makhluk, kegelapan malam, sihir, dan kedengkian. Sementara Surat An-Nas adalah permohonan perlindungan spesifik dari kejahatan internal, yaitu bisikan was-was dari setan yang menyusup ke dalam dada manusia. Kombinasi ketiganya adalah benteng yang sempurna, memadukan pemurnian tauhid dengan permohonan perlindungan total kepada Allah, Rabb semesta alam.
3. Dzikir Pengakuan Milik Allah (1 Kali)
Dzikir ini merupakan sebuah ikrar di sore hari bahwa seluruh kekuasaan, kerajaan, dan pujian hanyalah milik Allah semata. Ini adalah cara kita memulai senja dengan kesadaran penuh akan posisi kita sebagai hamba dan keagungan Allah sebagai Rabb.
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا. رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsaynaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdu lillaah, laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Rabbi as'aluka khaira maa fii haadzihil lailah wa khaira maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil lailah wa syarri maa ba'dahaa. Rabbi a'uudzu bika minal kasali wa suu'il kibar, rabbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin naari wa 'adzaabin fil qabri.
Artinya:"Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan di malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur."
Keutamaan dan Penjelasan
Dzikir ini adalah paket doa yang sangat komprehensif. Dimulai dengan pengakuan "Amsaynaa wa amsal mulku lillaah" (Kami memasuki petang dan kerajaan milik Allah), kita melepaskan segala kepemilikan dan kekuatan diri, mengembalikannya kepada Sang Pemilik Sejati. Ini adalah bentuk tawakal yang mendalam. Setelah memuji-Nya, kita memohon dua hal paling fundamental: kebaikan (khair) dan perlindungan dari keburukan (syarr). Permohonan ini tidak hanya untuk malam yang akan datang, tetapi juga untuk hari-hari sesudahnya, menunjukkan pandangan seorang mukmin yang visioner. Bagian selanjutnya adalah permohonan perlindungan dari sifat-sifat buruk yang menghalangi produktivitas dan ibadah, yaitu kemalasan (kasal) dan kejelekan di masa tua (suu'il kibar), seperti pikun dan menjadi beban. Puncaknya adalah permohonan perlindungan dari dua azab yang paling menakutkan: siksa neraka dan siksa kubur. Dengan merutinkan dzikir ini, kita senantiasa diingatkan akan tujuan akhir hidup dan memohon keselamatan dunia dan akhirat.
4. Dzikir Penyerahan Diri (1 Kali)
Ini adalah dzikir yang berisi penyerahan totalitas hidup dan mati kita kepada Allah pada hari itu. Kita mengakui bahwa setiap detik kehidupan kita, dari bangun tidur hingga kembali beristirahat, semuanya terjadi atas kehendak dan kuasa-Nya.
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allahumma bika amsaynaa, wa bika ashbahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal mashiir.
Artinya:"Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (semua makhluk)."
Keutamaan dan Penjelasan
Dzikir ini sangat singkat namun maknanya begitu padat dan dalam. Ungkapan "Bika amsaynaa" (Dengan-Mu kami memasuki petang) adalah pengakuan bahwa kita tidak memiliki daya dan upaya untuk bisa sampai di waktu petang kecuali dengan pertolongan Allah. Ini mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa sombong atas apa yang bisa kita capai. Begitu pula dengan pagi, kehidupan, dan kematian, semuanya kita sandarkan kepada Allah. Kalimat penutup "Wa ilaikal mashiir" (Dan kepada-Mu lah tempat kembali) adalah pengingat yang kuat akan hari akhir. Dzikir ini secara efektif menanamkan benih-benih tauhid dan tawakal dalam hati. Setiap petang, kita diingatkan bahwa episode kehidupan hari ini telah usai atas izin-Nya, dan kita bersiap menghadapi malam serta hari esok dengan kesadaran bahwa kembalinya kita hanya kepada Allah. Ini membantu meluruskan niat dan memfokuskan kembali tujuan hidup kita semata-mata untuk beribadah kepada-Nya.
5. Sayyidul Istighfar (Raja Permohonan Ampun) (1 Kali)
Dzikir ini disebut sebagai "Raja Istighfar" karena strukturnya yang paling sempurna dalam memohon ampunan. Ia mencakup pengakuan terhadap rububiyah Allah, pengakuan sebagai hamba, pengakuan atas nikmat, serta pengakuan atas dosa, yang merupakan adab terbaik dalam berdoa dan bertaubat.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bini'matika 'alayya, wa abuu'u laka bidzanbii faghfir lii, fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
Artinya:"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu dan perjanjian-Mu (untuk taat) dengan segenap kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau."
Keutamaan dan Penjelasan
Keutamaannya sangat luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkannya di waktu petang dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal pada malam itu, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa mengucapkannya di waktu pagi dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal pada hari itu, maka ia akan masuk surga." (HR. Bukhari). Jaminan surga ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan istighfar ini di sisi Allah. Mari kita bedah maknanya. "Allahumma anta rabbii..." adalah pengakuan total akan ketuhanan Allah. "Khalaqtanii wa anaa 'abduka" adalah pengakuan posisi kita sebagai makhluk dan hamba yang seharusnya tunduk patuh. "...'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu" adalah komitmen untuk berusaha setia pada janji kita kepada Allah sebatas kemampuan, sebuah pengakuan bahwa kita tidak sempurna. "A'uudzu bika min syarri maa shana'tu" adalah permohonan perlindungan dari akibat buruk perbuatan dosa kita sendiri. Lalu puncaknya, "abuu'u laka bini'matika... wa abuu'u laka bidzanbii" adalah pengakuan ganda: mengakui limpahan nikmat Allah yang tak terhitung, sekaligus mengakui dosa-dosa yang kita lakukan. Kombinasi inilah yang meluluhkan hati dan mengundang ampunan Allah. Dengan membacanya setiap petang, kita seolah-olah membersihkan catatan amal harian kita dan mempersiapkan diri bertemu Allah dalam keadaan suci jika ajal menjemput di malam hari.
6. Dzikir Memohon Kesehatan (3 Kali)
Kesehatan adalah nikmat terbesar setelah iman. Dzikir ini adalah permohonan yang spesifik untuk menjaga kesehatan fisik secara menyeluruh, mulai dari badan, pendengaran, hingga penglihatan, karena semua itu adalah sarana utama kita untuk beribadah.
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma 'aafinii fii badanii, allahumma 'aafinii fii sam'ii, allahumma 'aafinii fii basharii, laa ilaaha illaa anta.
Artinya:"Ya Allah, berikanlah kesehatan pada badanku. Ya Allah, berikanlah kesehatan pada pendengaranku. Ya Allah, berikanlah kesehatan pada penglihatanku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau."
Keutamaan dan Penjelasan
Dzikir ini diajarkan oleh Rasulullah kepada Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu untuk dibaca tiga kali di pagi dan petang hari (HR. Abu Daud). Permohonan 'afiyah (kesehatan dan keselamatan) adalah salah satu doa terbaik. Dalam doa ini, kita meminta tiga komponen utama. "Aafinii fii badanii" (kesehatan pada badanku) mencakup kesehatan seluruh organ tubuh dari berbagai penyakit. "Aafinii fii sam'ii" (kesehatan pada pendengaranku) bukan hanya berarti terhindar dari tuli, tetapi juga dijaga agar pendengaran kita hanya digunakan untuk mendengar hal-hal yang baik dan diridhai Allah. Demikian pula "Aafinii fii basharii" (kesehatan pada penglihatanku) adalah permohonan agar mata kita sehat dan terjaga dari melihat hal-hal yang haram. Dengan memohon kesehatan pada tiga aspek ini, kita sebenarnya sedang memohon agar Allah menjaga alat-alat utama kita dalam ketaatan. Dzikir ini ditutup dengan kalimat tauhid "laa ilaaha illaa anta" untuk menegaskan bahwa hanya Allah-lah sumber segala kesehatan dan keselamatan.
7. Dzikir Perlindungan dari Kekufuran dan Kefakiran (3 Kali)
Setelah memohon kesehatan, kita memohon perlindungan dari dua penyakit berbahaya yang dapat merusak dunia dan akhirat seseorang, yaitu kekufuran (penyakit hati) dan kefakiran yang mendekatkan pada kekufuran (penyakit duniawi).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqr, wa a'uudzu bika min 'adzaabil qabr, laa ilaaha illaa anta.
Artinya:"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau."
Keutamaan dan Penjelasan
Dzikir ini merupakan kelanjutan dari doa sebelumnya yang juga diriwayatkan dari Abu Bakrah. Di sini, kita berlindung dari "al-kufri wal faqr". Kufur adalah dosa terbesar yang mengeluarkan seseorang dari Islam, sehingga berlindung darinya adalah prioritas utama. Adapun kefakiran, Rasulullah bersabda bahwa kefakiran itu dekat dengan kekufuran. Kemiskinan yang ekstrem dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan haram atau bahkan menggadaikan akidahnya. Oleh karena itu, kita memohon kepada Allah kecukupan agar dapat beribadah dengan tenang. Selanjutnya, kita kembali memohon perlindungan dari siksa kubur ('adzaabil qabr), menegaskan kembali pentingnya keselamatan di alam barzakh, gerbang pertama menuju akhirat. Sekali lagi, doa ini diakhiri dengan kalimat tauhid, mengikat semua permohonan kita kepada keyakinan yang paling fundamental.
8. Dzikir Pengakuan Ridha kepada Allah, Islam, dan Nabi Muhammad (3 Kali)
Ini adalah dzikir yang berisi deklarasi kepuasan dan keridhaan seorang hamba terhadap pilar-pilar utama imannya. Mengucapkannya dengan tulus adalah wujud syukur dan peneguhan kembali identitas sebagai seorang muslim.
رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bi muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa.
Artinya:"Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabiku."
Keutamaan dan Penjelasan
Keutamaan dzikir ini sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkan (dzikir ini) sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka hak Allah untuk meridhainya pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi). Mendapatkan ridha Allah adalah puncak pencapaian seorang hamba. Makna dari dzikir ini sangat dalam. "Radhiitu billaahi rabbaa" berarti kita puas dan menerima dengan sepenuh hati segala ketetapan Allah, baik yang kita sukai maupun tidak, karena kita yakin Dia adalah Rabb yang Maha Bijaksana dan Maha Pengasih. "Wa bil islaami diinaa" berarti kita ridha dan bangga dengan seluruh ajaran Islam sebagai satu-satunya jalan hidup yang benar dan sempurna, tanpa merasa perlu mencari ideologi lain. "Wa bi muhammadin... nabiyyaa" berarti kita ridha dan menerima Nabi Muhammad sebagai satu-satunya teladan, mengikuti sunnahnya, dan mencintainya di atas manusia lainnya. Mengikrarkan ini setiap petang akan menguatkan pilar-pilar iman kita dan menjauhkan kita dari keraguan.
9. Dzikir Perlindungan dari Kejahatan Makhluk (3 Kali)
Dunia ini penuh dengan berbagai macam makhluk, dan sebagian di antaranya dapat membawa keburukan. Dzikir ini adalah permohonan perlindungan yang singkat namun sangat ampuh untuk membentengi diri dari segala jenis kejahatan yang berasal dari makhluk ciptaan Allah.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A'uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq.
Artinya:"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan."
Keutamaan dan Penjelasan
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lalu ia mengucapkan (dzikir ini), niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga ia pergi dari tempat itu." Meskipun konteks hadits adalah saat singgah di suatu tempat, para ulama menganjurkan membacanya di waktu pagi dan petang sebagai bentuk perlindungan umum. "Kalimaatillaahit taammaat" (kalimat-kalimat Allah yang sempurna) bisa bermakna Al-Qur'an, atau sifat-sifat Allah, atau takdir-Nya. Kita berlindung dengan sesuatu yang sempurna dan tidak memiliki cacat sedikitpun. Permohonan perlindungannya bersifat umum, yaitu "min syarri maa khalaq" (dari kejahatan apa yang Dia ciptakan), mencakup kejahatan manusia, jin, binatang buas, serangga berbisa, dan segala hal yang dapat mendatangkan mudharat. Ini adalah bentuk tawakal yang luar biasa, di mana kita menyerahkan perlindungan diri kita kepada kekuatan kalimat Allah yang Maha Sempurna.
10. Dzikir Perlindungan dari Segala Mudharat (3 Kali)
Ini adalah doa perlindungan spesifik lainnya yang memberikan jaminan keamanan dari segala musibah yang datang tiba-tiba. Kekuatan dzikir ini terletak pada penyebutan Asma Allah yang dengan-Nya tidak ada sesuatupun yang dapat membahayakan.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil ardhi wa laa fis samaa'i wa huwas samii'ul 'aliim.
Artinya:"Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Keutamaan dan Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan di pagi dan sore hari (dzikir ini) sebanyak tiga kali, lalu ia terkena bahaya oleh sesuatu." Dalam riwayat lain disebutkan, "Tidak akan ditimpa musibah yang datang tiba-tiba." (HR. Abu Daud, Tirmidzi). Ini adalah jaminan langsung dari lisan Nabi. Dengan mengucapkan "Bismillah" (Dengan nama Allah), kita memulai segala sesuatu dengan memohon pertolongan dan keberkahan dari-Nya. Frasa "laa yadhurru ma'asmihii syai'un" adalah inti dari keyakinan kita bahwa kekuatan nama Allah lebih besar dari segala potensi bahaya yang ada, baik yang berasal dari bumi (seperti racun, binatang buas, kejahatan manusia) maupun dari langit (seperti petir atau takdir buruk). Kita menutupnya dengan menyebut dua nama Allah: "As-Samii'" (Maha Mendengar) doa kita, dan "Al-'Aliim" (Maha Mengetahui) keadaan dan kebutuhan kita akan perlindungan. Ini adalah dzikir yang menanamkan rasa aman dan damai yang luar biasa dalam jiwa.
11. Tasbih dan Tahmid yang Paling Utama (3 Kali)
Dzikir ini merupakan bentuk pujian kepada Allah dengan ungkapan yang nilainya sangat besar, setara dengan jumlah makhluk-Nya, keridhaan-Nya, berat 'Arsy-Nya, dan tinta untuk menulis kalimat-Nya. Ini adalah cara yang efisien untuk meraih pahala yang berlipat ganda.
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Subhaanallaahi wa bihamdih, 'adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata 'arsyih, wa midaada kalimaatih.
Artinya:"Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sejauh keridhaan-Nya, seberat timbangan 'Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya."
Keutamaan dan Penjelasan
Dzikir ini diajarkan oleh Rasulullah kepada Juwairiyah binti Al-Harits radhiyallahu 'anha, ketika beliau melihatnya berdzikir sangat lama. Rasulullah mengatakan bahwa empat kalimat ini jika ditimbang, pahalanya akan setara atau bahkan melebihi dzikir yang diucapkannya sejak pagi. Ini menunjukkan bahwa kualitas dzikir terkadang lebih utama dari kuantitasnya. Mari kita renungkan maknanya. "Adada khalqih": kita memahasucikan Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya yang tak terhingga, dari yang terkecil hingga terbesar. "Wa ridhaa nafsih": pujian kita bertujuan untuk mencapai puncak keridhaan-Nya. "Wa zinata 'arsyih": kita memuji-Nya dengan pujian yang bobotnya seberat 'Arsy, makhluk Allah yang paling besar dan agung. "Wa midaada kalimaatih": kita memuji-Nya dengan pujian yang takkan pernah habis, sebanyak tinta yang diperlukan untuk menulis kalimat-kalimat (ilmu dan kekuasaan) Allah, yang lautan pun takkan cukup. Dzikir ini membuka cakrawala kita tentang keagungan Allah yang tak terbatas.
12. Dzikir Tauhid dengan Pahala Luar Biasa (1, 10, atau 100 Kali)
Ini adalah kalimat tauhid murni yang memiliki banyak keutamaan, di antaranya pahala seperti memerdekakan budak, dicatat kebaikan, dihapus keburukan, dan menjadi pelindung dari setan. Jumlah bacaannya bervariasi sesuai dengan riwayat hadits, memberikan fleksibilitas bagi pengamalnya.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir.
Artinya:"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Keutamaan dan Penjelasan
Keutamaan dzikir ini disebutkan dalam banyak hadits. Salah satunya, "Barangsiapa membacanya 10 kali di waktu petang, Allah akan mengutus untuknya malaikat pelindung yang akan menjaganya dari setan hingga pagi, dan Allah akan mencatat untuknya 10 kebaikan yang mewajibkan (masuk surga), menghapus darinya 10 keburukan yang membinasakan, dan pahalanya setara dengan memerdekakan 10 budak mukmin." (HR. An-Nasa'i). Dalam riwayat lain, membacanya 100 kali dalam sehari akan mendapatkan pahala setara memerdekakan 10 budak, dicatat 100 kebaikan, dihapus 100 kesalahan, dan menjadi benteng dari setan sepanjang hari itu. Kalimat ini adalah intisari dari ajaran Islam. "Laa ilaaha illallaah" adalah penafian semua sesembahan dan penetapan hanya Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. "Wahdahu laa syariika lah" adalah penegasan keesaan-Nya tanpa ada sekutu dalam bentuk apapun. "Lahul mulku wa lahul hamdu" adalah pengakuan bahwa kekuasaan absolut dan pujian sempurna hanyalah milik-Nya. Dan "wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir" adalah keyakinan penuh akan kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu. Mengucapkannya berulang-ulang akan memantapkan tauhid dalam hati dan jiwa.
Menjadikan dzikir petang sebagai kebiasaan harian adalah sebuah langkah nyata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia bukan sekadar rutinitas, melainkan kebutuhan ruhani yang akan mendatangkan ketenangan, keberkahan, dan perlindungan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kita taufik dan keistiqamahan untuk senantiasa membasahi lisan kita dengan menyebut asma-Nya di setiap pagi dan petang. Dengan begitu, kita berharap dapat mengakhiri hari dalam keadaan diridhai-Nya dan memulai malam dengan perlindungan-Nya yang sempurna.