Bacaan Maulid Diba' Lengkap: Teks Latin dan Maknanya

Ilustrasi Cahaya Kenabian dalam Ornamen Islami

Maulid Diba' adalah salah satu kitab maulid yang paling populer di dunia Islam, khususnya di Indonesia. Disusun oleh seorang ulama besar dan ahli hadis, Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba’i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafi’i, kitab ini bukan sekadar kumpulan syair, melainkan sebuah mahakarya sastra yang merangkum pujian, kisah hidup, serta untaian shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Membacanya adalah upaya untuk menumbuhkan cinta (mahabbah) dan meneladani akhlak luhur sang Rasul termulia.

Artikel ini akan menyajikan teks lengkap Maulid Diba' dalam tulisan latin agar mudah dibaca oleh siapa saja. Setiap bagian akan disertai dengan terjemahan dan penjelasan mendalam untuk membantu kita meresapi setiap bait kata yang penuh makna, membawa kita lebih dekat secara spiritual kepada sosok agung Nabi Muhammad SAW.

Pembukaan: Seruan Cinta dan Salam Rindu

Setiap majelis Diba'an lazimnya dimulai dengan lantunan shalawat yang indah. Bagian pembuka ini berfungsi sebagai pintu gerbang spiritual, mempersiapkan hati dan jiwa untuk menerima curahan cahaya kenabian. Lantunan ini adalah pengakuan atas keagungan Rasulullah dan permohonan agar Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada beliau.

1. Ya Robbi Sholli 'Ala Muhammad

Ya robbi sholli ‘ala Muhammad, Ya robbi sholli ‘alayhi wasallim.
Ya robbi ballighul wasiilah, Ya robbi khussoh bilfadliilah.
Ya robbi wardho ‘anish shohaabah, Ya robbi wardho ‘anis sulaalah.
Ya robbi wardho ‘anil masyaayikh, Ya robbi farham waalidiinaa.
Ya robbi warhamnaa jamii’an, Ya robbi warham kulla muslim.
Ya robbi waghfir likulli mudznib, Ya robbi laa taqtho’ rojaanaa.
Ya robbi yaa saami’ du’aanaa, Ya robbi ballighnaa nazuuruh.
Ya robbi taghsyaanaa binuurih, Ya robbi hifdhoonaka wa amaanak.
Ya robbi waskinnaa jinaanak, Ya robbi ajirnaa min ‘adzaabik.
Ya robbi warzuqnasy syahaadah, Ya robbi hithnaa bissa’aadah.
Ya robbi washlih kulla mushlih, Ya robbi wakfi kulla mu’dzii.
Ya robbi nakhtim bilmusyaffa’, Ya robbi sholli ‘alayhi wasallim.

Terjemahan:

Ya Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad, Ya Tuhanku, limpahkan rahmat dan keselamatan kepadanya.
Ya Tuhanku, sampaikanlah kepadanya wasilah (kedudukan yang tinggi), Ya Tuhanku, khususkanlah ia dengan keutamaan.
Ya Tuhanku, ridhailah para sahabat, Ya Tuhanku, ridhailah keturunannya.
Ya Tuhanku, ridhailah para guru (masyayikh), Ya Tuhanku, sayangilah kedua orang tua kami.
Ya Tuhanku, sayangilah kami semua, Ya Tuhanku, sayangilah setiap muslim.
Ya Tuhanku, ampunilah setiap orang yang berdosa, Ya Tuhanku, janganlah putuskan harapan kami.
Ya Tuhanku, wahai Yang Maha Mendengar doa kami, Ya Tuhanku, sampaikanlah kami untuk menziarahinya.
Ya Tuhanku, liputilah kami dengan cahayanya, Ya Tuhanku, (limpahkanlah) penjagaan dan keamanan-Mu.
Ya Tuhanku, tempatkanlah kami di surga-Mu, Ya Tuhanku, lindungilah kami dari siksa-Mu.
Ya Tuhanku, anugerahilah kami kesyahidan, Ya Tuhanku, akhirilah hidup kami dengan kebahagiaan.
Ya Tuhanku, perbaikilah setiap orang yang berbuat baik, Ya Tuhanku, lindungilah kami dari setiap yang menyakiti.
Ya Tuhanku, akhirilah (hidup kami) dengan (syafaat) Nabi yang memberi syafaat, Ya Tuhanku, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepadanya.

Penjelasan: Bait-bait ini adalah sebuah doa komprehensif yang diawali dan diakhiri dengan shalawat. Isinya tidak hanya untuk Nabi Muhammad, tetapi meluas kepada keluarga, sahabat, para ulama, orang tua, dan seluruh umat Islam. Ini mengajarkan kita bahwa cinta kepada Rasulullah harus diwujudkan dengan mendoakan kebaikan bagi seluruh mata rantai keilmuan dan keimanan yang terhubung kepada beliau. Doa ini mencakup permohonan duniawi (keamanan, perlindungan) dan ukhrawi (surga, ampunan, syafaat), menunjukkan betapa luasnya cakupan berkah shalawat.

2. Ya Rosulallah Salamun 'Alaik

Yaa rasuulallaah salaamun ‘alaik, yaa rofii’asy-syaani waddaroji.
‘Athfatan yaa jiirotal ‘alami, yaa uhailal juudi wal karomi.

Terjemahan:

Wahai Rasulullah, salam sejahtera tercurah padamu, wahai yang luhur pangkat dan derajatnya.
Berilah belas kasihan kepada kami, wahai penghuni alam (Mekah), wahai ahli kemurahan dan kedermawanan.

Penjelasan: Ini adalah salam penghormatan langsung kepada Rasulullah SAW. Frasa "Yaa Rofii'asy-syaani waddaroji" (wahai yang luhur pangkat dan derajatnya) adalah pengakuan atas kedudukan istimewa beliau di sisi Allah. Permohonan belas kasihan ('athfatan) yang ditujukan kepada "penghuni alam" adalah sebuah kiasan sastra yang indah, merujuk kepada Nabi SAW yang menjadi pusat spiritual alam semesta, yang tinggal di tanah suci yang penuh kemurahan.

Bagian Pertama: Kisah Penciptaan Nur Muhammad

Bagian ini, yang sering disebut sebagai *Rawi Awwal* (Kisah Pertama), membawa kita ke alam spiritual sebelum penciptaan fisik alam semesta. Imam ad-Diba'i memulai kisahnya dari asal-usul segala ciptaan, yaitu Nur (cahaya) Muhammad. Ini adalah konsep tasawuf yang menjelaskan bahwa esensi spiritual Nabi Muhammad telah diciptakan terlebih dahulu sebelum segala sesuatu, sebagai manifestasi pertama dari kehendak Allah.

Alhamdulillaahil qowiyyi sulthoonuh, alwaadhihi burhaanuh, almabsuuthi fil wujuudi karomuhu wa ihsaanuh. Ta’aalaa majduhu wa tawaalat ‘alyanaa ni’amuh, wa tamarrodat ‘an idrooki dzatihil ‘uquulu wal afhaam, wa hasarot an tasowwuri jamalihi abshorul anaam. Laisa kamitslihii syai-un wahuwas samii’ul bashiir.

Terjemahan:

Segala puji bagi Allah yang kekuasaan-Nya Maha Kuat, yang bukti-bukti-Nya sangat jelas, yang kemurahan dan kebaikan-Nya terhampar di seluruh wujud. Maha Tinggi keagungan-Nya dan terus-menerus nikmat-Nya tercurah atas kita. Akal dan pemahaman tak mampu menjangkau Dzat-Nya, dan pandangan mata manusia tak sanggup membayangkan keindahan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Penjelasan: Pembukaan ini adalah pujian tauhid yang murni. Sebelum mengisahkan tentang makhluk termulia (Nabi Muhammad), Imam ad-Diba'i menegaskan keagungan Sang Pencipta. Ini adalah adab yang luhur, yaitu memulai segala sesuatu dengan memuji Allah. Kalimat "Laisa kamitslihii syai-un" adalah kutipan dari Al-Qur'an (QS. Asy-Syura: 11) yang menjadi pilar akidah Ahlussunnah wal Jama'ah, menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Fasubhaanalloh min malikin aojadal wujuuda ba’dal ‘adam, wa manna ‘alaa awwali man kholaqo bilwujuudi min qibali anwaa’ir rohmati wal qidam. Tsumma sholaatullohi ma’as salaam, ‘alaa man awwalu man tashorrofa fil wujuud, wa minhu bada-at kaffatul umuur. Fakaanallohu walaa syai-a ma’ah, wa huwa al-aanu ‘alaa maa ‘alaihi kaan.

Terjemahan:

Maka Maha Suci Allah, Raja yang menciptakan wujud setelah ketiadaan, dan menganugerahkan kepada ciptaan pertama dengan keberadaan dari sumber cahaya rahmat dan keazalian. Kemudian, shalawat dan salam Allah tercurah atas dia yang pertama kali berperan dalam wujud, dan darinya bermula segala urusan. Maka adalah Allah dan tiada sesuatu pun bersama-Nya, dan Dia sekarang tetap seperti keadaan-Nya semula.

Penjelasan: Di sinilah konsep Nur Muhammad mulai diperkenalkan. "Ciptaan pertama" yang dimaksud adalah cahaya kenabian Muhammad SAW. Frasa "darinya bermula segala urusan" menunjukkan bahwa penciptaan alam semesta ini adalah demi dan melalui manifestasi cahaya tersebut. Imam ad-Diba'i dengan cerdas mengaitkan konsep ini dengan penegasan kembali keazalian Allah ("Allah ada dan tiada sesuatu pun bersama-Nya"), untuk menghindari kesalahpahaman bahwa Nur Muhammad setara dengan Dzat Allah. Nur itu adalah makhluk pertama, bukan bagian dari Dzat Sang Pencipta.

Bagian Kedua: Silsilah Nasab yang Mulia

Setelah menjelaskan asal-usul spiritual, narasi beralih ke asal-usul genealogis atau nasab Nabi Muhammad SAW. Bagian ini menegaskan kemuliaan fisik dan keturunan beliau. Menyebutkan silsilah nasab hingga Nabi Adam AS adalah cara untuk menunjukkan bahwa beliau berasal dari garis keturunan para nabi dan orang-orang saleh, benih suci yang terjaga dari generasi ke generasi.

Nasab dari Ayahanda

Huwa Sayyidunaa Muhammad ibnu ‘Abdillaah, ibni ‘Abdil Muththolib, ibni Haasyim, ibni ‘Abdi Manaaf, ibni Qushoy, ibni Kilaab, ibni Murroh, ibni Ka’ab, ibni Lu-ay, ibni Gholib, ibni Fihr, ibni Maalik, ibni Nadhor, ibni Kinaanah, ibni Khuzaimah, ibni Mudrikah, ibni Ilyaas, ibni Mudhor, ibni Nizaar, ibni Ma’add, ibni ‘Adnaan.

Terjemahan:

Beliau adalah junjungan kita, Muhammad putra Abdullah, putra Abdul Muththalib, putra Hasyim, putra Abdi Manaf, putra Qushay, putra Kilab, putra Murrah, putra Ka'ab, putra Lu'ay, putra Ghalib, putra Fihr, putra Malik, putra Nadhar, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas, putra Mudhar, putra Nizar, putra Ma'ad, putra Adnan.

Penjelasan: Penyebutan nama-nama ini bukan sekadar daftar. Setiap nama dalam silsilah Nabi SAW adalah tokoh terhormat pada masanya. Hasyim, misalnya, adalah nenek moyang Bani Hasyim yang terkenal dengan kedermawanannya. Qushay adalah orang yang menyatukan kembali suku Quraisy dan mengembalikan kehormatan mereka dalam mengurus Ka'bah. Menyebut silsilah ini adalah bentuk penghormatan dan pengakuan atas kemuliaan keturunan yang telah Allah pilih untuk menjadi jalur kelahiran nabi terakhir.

Nasab dari Ibunda

Wa ummuhu aaminatu binti wahb, ibni ‘abdi manaaf, ibni zuhroh, ibni kilaab. Faltuqo nasabuhuu shollalloohu ‘alaihi wa sallam ma’a nasabi ummihi fii kilaab.

Terjemahan:

Dan ibunda beliau adalah Aminah binti Wahb, putra Abdi Manaf, putra Zuhrah, putra Kilab. Maka bertemu nasab beliau SAW dengan nasab ibundanya pada Kilab.

Penjelasan: Bagian ini menunjukkan bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad SAW berasal dari garis keturunan yang sama-sama terhormat dan bertemu pada kakek buyut mereka yang bernama Kilab. Ini semakin memperkuat status kemuliaan nasab beliau dari kedua belah pihak, suatu hal yang sangat dihargai dalam tradisi Arab pada masa itu dan menjadi salah satu bukti kebenaran kenabiannya, karena para nabi selalu diutus dari kaum dengan nasab terbaik.

Bagian Ketiga: Masa Kehamilan Sayyidah Aminah

Narasi berlanjut ke salah satu fase paling ajaib dalam sejarah manusia: masa kehamilan Sayyidah Aminah. Bagian ini dipenuhi dengan deskripsi tentang tanda-tanda luar biasa dan isyarat-isyarat gaib yang menyertai kehadiran janin termulia di dalam rahim ibundanya. Ini bukan kehamilan biasa; ini adalah persiapan langit dan bumi untuk menyambut kedatangan sang pembawa rahmat.

Wa lammaa hamalat bihii aaminah, lam tajid lahuu tsiqlan walaa waqo’an. Wa kaana laa yasykuu min waja’in walaa ‘illatin kamaa tajidun nisaa’. Wa kaanat takhruju ilaa thowaafihaa, fatasma’u tasbiihal malaa-ikati min haulihaa. Wa yunaadiihaa munaadin fis samaa-i wal ardh: "Absyirii yaa aaminah, faqod hamalti bisayyidil awwaliina wal aakhiriin."

Terjemahan:

Dan ketika Aminah mengandungnya, ia tidak merasakan berat atau beban. Dan ia tidak pernah mengeluh sakit atau penyakit seperti yang dirasakan wanita (hamil) lainnya. Dan ketika ia keluar untuk thawaf, ia mendengar tasbih para malaikat di sekelilingnya. Dan seorang penyeru dari langit dan bumi memanggilnya: "Bergembiralah wahai Aminah, sesungguhnya engkau telah mengandung pemimpin orang-orang terdahulu dan yang akan datang."

Penjelasan: Imam ad-Diba'i menyoroti keistimewaan kehamilan ini. Berbeda dari kehamilan pada umumnya yang seringkali disertai kesulitan, kehamilan Sayyidah Aminah digambarkan penuh kemudahan dan keajaiban. Mendengar tasbih malaikat dan seruan gaib adalah tanda-tanda spiritual yang jelas bahwa janin yang dikandungnya bukanlah manusia biasa. Ini adalah cara Allah untuk mempersiapkan dan menenangkan hati Sayyidah Aminah atas tugas mulia yang diembannya.

Bagian Keempat: Detik-Detik Kelahiran Sang Nabi

Inilah puncak dari narasi maulid. Bagian ini melukiskan dengan bahasa puitis yang agung suasana malam kelahiran Nabi Muhammad SAW. Langit dan bumi bersukacita, istana-istana zalim berguncang, dan api sesembahan padam. Kelahiran beliau bukanlah peristiwa biasa, melainkan sebuah revolusi kosmik yang menandai dimulainya era baru bagi umat manusia: era cahaya yang mengalahkan kegelapan.

Wa lammaa tamma min hamlihii syahroon ‘ala masyhuuril aqwaalis shohiihati, tahaaroka bihil bahrul makkiyyu war tajja, wa shobahat ashnaamu makkata mankuusatan ‘alaa wujuuhihaa. Wa lam yabqo soriirun limalikin min muluukid dunyaa illaa ashbaha mankuusan. Wa farrot wuhuusyul masyaariqi ilaa wuhuusyil maghoorib, wa basysyarot dawabbul bahri ba’dhuhaa ba’dhon.

Terjemahan:

Dan ketika genap usia kandungannya dua bulan menurut pendapat yang masyhur dan shahih, bergoncanglah lautan Mekah dan bergetar, dan berhala-berhala di Mekah pada pagi harinya tersungkur di atas wajahnya. Dan tidak tersisa singgasana raja-raja dunia kecuali menjadi terbalik. Dan binatang-binatang buas di timur berlarian menuju binatang-binatang buas di barat, dan hewan-hewan laut saling memberi kabar gembira satu sama lain.

Penjelasan: Deskripsi ini bersifat simbolis dan penuh makna. Goncangnya lautan, tersungkurnya berhala, dan terbaliknya singgasana raja adalah metafora runtuhnya kekuatan syirik, kezaliman, dan tirani dengan datangnya risalah tauhid dan keadilan yang akan dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kabar gembira di antara para makhluk (hewan buas dan hewan laut) menunjukkan bahwa rahmat yang beliau bawa bersifat universal, mencakup seluruh alam semesta (rahmatan lil 'aalamiin).

Wa lammaa tamma min hamlihii tis’atu asyhurin qomariyyah, wa aana liz zamaani an yanjaliya ‘anhu shodaah, hadhoro ummahul lailata maulidihis syariif aasiyatu wa maryam fii niswatin minal hadhiirotil qudsiyyah. Wa akhodzahal makhoodhu fa waladathu shollalloohu ‘alaihi wa sallama nuuron yatala’la’u sanaah.

Terjemahan:

Dan ketika genap usia kandungannya sembilan bulan qamariyah, dan telah tiba saatnya bagi zaman untuk menyingkapkan kegelapannya, maka ibundanya pada malam kelahirannya yang mulia didatangi oleh Asiyah dan Maryam bersama serombongan wanita suci dari surga. Lalu datanglah rasa sakit akan melahirkan, maka ia pun melahirkannya SAW sebagai cahaya yang berkilauan sinarnya.

Penjelasan: Kehadiran Asiyah (istri Firaun yang beriman) dan Maryam (ibunda Nabi Isa AS) adalah simbol penghormatan dari para wanita mulia dalam sejarah kenabian. Ini menunjukkan kesinambungan risalah tauhid yang dibawa oleh para nabi terdahulu dan kini disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Kelahiran beliau yang digambarkan sebagai "cahaya yang berkilauan" menegaskan kembali tema Nur Muhammad dan misinya untuk menerangi dunia dari kegelapan jahiliyah.

Bagian Kelima: Masa Persusuan dan Mukjizat di Perkampungan Bani Sa'ad

Setelah kelahiran, kisah berlanjut ke masa kanak-kanak Nabi Muhammad di perkampungan Bani Sa'ad, di bawah asuhan Halimatus Sa'diyah. Tradisi Arab pada masa itu adalah menyusukan anak-anak bangsawan kepada wanita-wanita dari pedesaan (badui) agar mereka tumbuh kuat, sehat, dan fasih berbahasa Arab murni. Bagian ini menceritakan berkah luar biasa yang menyertai kedatangan bayi Muhammad di keluarga Halimah.

Tsumma a’rodhot ‘anhul maroodhi’u li yutimallohu fiihi muroodah, faqoyyadho lahu halimatas sa’diyyah. Fa lammaa waqo’a nadhoruhaa ‘alaih, asro’at ilaihi musrii’ah. Wa wadhongathu fii hijrihaa wa dhommathu ilaa shodrihaa. Fa hamma lahaa labanan kaana qod jaffa, fa syariba hattaa rowiya, wa syariba ma’ahu akhoohu minar rodhoo’ah.

Terjemahan:

Kemudian para wanita penyusu berpaling darinya agar Allah menyempurnakan kehendak-Nya padanya, maka ditakdirkanlah baginya Halimatus Sa'diyah. Ketika pandangannya jatuh kepadanya, ia segera bergegas menghampirinya. Ia meletakkannya di pangkuannya dan mendekapnya ke dadanya. Maka (air susunya) yang telah kering memancar deras untuknya, lalu (Nabi) minum hingga puas, dan saudaranya sepersusuan pun ikut minum bersamanya.

Penjelasan: Awalnya, para wanita penyusu menolak bayi Muhammad karena beliau seorang yatim, mereka mengharapkan imbalan besar dari ayah sang bayi. Namun, Halimah, meskipun dalam keadaan miskin, hatinya tergerak untuk mengambilnya. Keputusan ini membawa berkah instan. Air susunya yang kering kembali deras, cukup untuk bayi Muhammad dan putranya sendiri. Ini adalah mukjizat pertama yang disaksikan langsung oleh keluarga Halimah, menunjukkan bahwa bayi ini bukanlah anak biasa, melainkan sumber keberkahan.

Wa ashbaha ghomamuhaa ba’da hudzaalihi simaanan, wa untuhaa taduuru bil labani ghizaa ron. Wa lam tazal barokaatuhu shollalloohu ‘alaihi wa sallam tasyma luhum wa tantasyir ‘alaihim, hattaa ro-au minhu a’jabal ‘ajaaib, wa syahaduu minhu ghorooibal ghorooib.

Terjemahan:

Dan ternak kambing mereka yang semula kurus menjadi gemuk, dan unta betina mereka memproduksi susu yang melimpah. Dan keberkahan beliau SAW senantiasa meliputi mereka dan tersebar atas mereka, hingga mereka melihat darinya keajaiban yang paling menakjubkan, dan menyaksikan darinya keanehan yang paling aneh.

Penjelasan: Keberkahan tidak hanya bersifat personal (air susu Halimah), tetapi juga meluas ke seluruh aspek kehidupan mereka. Tanah yang kering menjadi subur, ternak menjadi gemuk dan produktif. Ini adalah gambaran nyata dari konsep "barakah" dalam Islam. Kehadiran seorang yang dicintai Allah di suatu tempat akan mendatangkan rahmat dan kebaikan bagi seluruh lingkungan di sekitarnya. Kisah ini mengajarkan bahwa mendekatkan diri kepada orang-orang saleh, terutama kepada Nabi Muhammad SAW melalui shalawat dan meneladani sunnahnya, akan mendatangkan keberkahan dalam hidup kita.

Mahalul Qiyam: Sambutan Penuh Penghormatan

Inilah klimaks emosional dari pembacaan Maulid Diba'. *Mahalul Qiyam* secara harfiah berarti "tempat berdiri". Pada bagian ini, jamaah akan berdiri sebagai bentuk penghormatan dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Berdiri adalah simbol kesiapan kita untuk menyambut, menghormati, dan meneladani beliau. Bait-bait qasidah yang dilantunkan pada bagian ini adalah ungkapan salam, cinta, dan kerinduan yang mendalam kepada sang Nabi.

Yaa nabii salaam ‘alaika, Yaa rasuul salaam ‘alaika
Yaa habiib salaam ‘alaika, Sholawaatullaah ‘alaika

Asyroqol badru ‘alainaa, Fakhtafat minhul buduuru
Mitsla husnik maa ro-ainaa, Qotthu yaa wajhas suruuri

Anta syamsun anta badrun, Anta nuurun fauqo nuurin
Anta iksiirun wa ghoolii, Anta mishbaahush shuduuri

Yaa habiibii yaa Muhammad, Yaa ‘aruusal khoofiqoini
Yaa mu-ayyad yaa mumajjad, Yaa imaamal qiblataini

Man ro-aa wajhaka yas’ad, Yaa kariimal waalidaini
Haudlukash shoofil mubarrod, Wirdunaa yauman nusyuuri

Maa ro-ainaal ‘iisa hannat, Bissuroo illaa ilaika
Wal ghomaamah qod adhollat, Wal malaa sholluu ‘alaika

Wa ataakal ‘uudu yabkii, Wa tadzallal baina yadaika
Wastajaarot yaa habiibii, ‘Indakadh dhobyun nufuuru

‘Indamaa syadduul mahaamil, Wa tanaadau lirrohiili
Ji’tuhum waddam’u saa-il, Qultu qif lii yaa daliilu

Wa tahammal lii rosaa-il, Ayyuhaasy syauqul jaziilu
Nahwa haatikal manaazil, Fil ‘asyiyyi wal bukuuri

Kullu man fil kauni haamuu, Fiika yaa baahil jabiini
Wa lahum fiika ghoroomun, Wasytiyaaqun wa haniinu

Fii ma’aanikal anaamu, Qod tabaddat haa-iriina
Wa sholaatullaahi taghsyaa, ‘Adda tahriiris suthuuri
Ahmadal haadii Muhammad, Shoohibal wajhil muniiri

Terjemahan:

Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu
Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu, Shalawat Allah tercurah untukmu

Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Maka reduplah purnama-purnama lainnya
Kami belum pernah melihat keindahan sepertimu, Wahai wajah yang penuh kegembiraan

Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama, Engkau adalah cahaya di atas cahaya
Engkau laksana emas murni yang mahal harganya, Engkau adalah pelita hati

Wahai kekasihku, wahai Muhammad, Wahai pengantin dua dunia (timur dan barat)
Wahai yang dikuatkan (oleh Allah), wahai yang diagungkan, Wahai imam dua kiblat

Siapa pun yang memandang wajahmu akan bahagia, Wahai yang mulia kedua orang tuanya
Telagamu yang jernih dan sejuk, Adalah sumber minuman kami di hari kebangkitan

Tak pernah kami lihat unta pengembara begitu merindu, Berjalan di malam hari kecuali menujumu
Dan awan pun telah menaungimu, Dan para malaikat bershalawat kepadamu

Batang kurma datang kepadamu menangis, Dan merendah di hadapanmu
Dan seekor kijang yang lari ketakutan, Datang memohon perlindungan kepadamu, wahai kekasihku

Ketika mereka mengikat pelana unta, Dan saling memanggil untuk berangkat
Aku mendatangi mereka dengan air mata berlinang, Kukatakan, "Berhentilah sejenak untukku, wahai penunjuk jalan"

Dan bawakanlah surat-surat (rinduku) ini, Wahai kerinduan yang mendalam
Menuju tempat-tempat persinggahan itu, Di waktu petang dan pagi hari

Setiap makhluk di alam semesta terpikat, Padamu, wahai yang dahinya bercahaya
Dan mereka memiliki cinta yang membara padamu, Serta kerinduan dan hasrat yang mendalam

Dalam memahami hakikatmu, manusia, Menjadi bingung dan takjub
Dan shalawat Allah semoga tercurah, Sebanyak goresan pena yang tertulis
Kepada Ahmad sang pemberi petunjuk, Muhammad, Pemilik wajah yang bersinar cemerlang.

Penjelasan: Qasidah ini adalah puncak ekspresi cinta. Setiap baitnya berisi pujian dan sanjungan yang luar biasa. Nabi Muhammad digambarkan melebihi bulan dan matahari, sebagai cahaya di atas cahaya. Berbagai mukjizat beliau disebut, seperti awan yang menaungi, batang kurma yang menangis rindu, dan hewan yang mencari perlindungan. Ini bukan sekadar hiperbola puitis, melainkan representasi dari keyakinan mendalam akan keagungan dan mukjizat beliau. Bagian akhir qasidah mengungkapkan kerinduan umatnya yang terpisah oleh zaman, sebuah perasaan yang sangat relevan bagi kita semua. Berdiri saat melantunkan qasidah ini adalah cara fisik untuk mengekspresikan getaran spiritual yang terkandung di dalamnya.

Doa Penutup: Pintu Harapan dan Syafaat

Setelah seluruh rangkaian pujian, kisah, dan shalawat, pembacaan Maulid Diba' ditutup dengan doa. Doa ini menjadi sarana untuk memohon kepada Allah SWT dengan wasilah (perantara) kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Isinya mencakup permohonan ampunan, rahmat, keberkahan, serta harapan tertinggi bagi setiap muslim: mendapatkan syafaat dari Rasulullah di hari kiamat.

Allohumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaihi wa ‘alaa aalih. Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin. Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin fil awwaliin. Wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin fil aakhiriin. Wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin finnabiyyiin. Wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin fil mursaliin. Wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumiddiin.

Terjemahan:

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepadanya dan keluarganya. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Dan limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad di kalangan orang-orang terakhir. Dan limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad di kalangan para nabi. Dan limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad di kalangan para rasul. Dan limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad di alam yang tertinggi hingga hari pembalasan.

Allohumma innanaa nas-aluka bi jaahi nabiyyikal musthofaa, wa rasuulikal murtadhoo, thohhir quluubanaa min kulli washfin yubaa’idunaa ‘an musyaahadatika wa mahabbatika, wa amitnaa ‘alas sunnati wal jamaa’ati, wasy syauqi ilaa liqoo-ika yaa dzal jalaali wal ikroom.

Terjemahan:

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dengan kedudukan Nabi-Mu yang terpilih, dan Rasul-Mu yang diridhai, sucikanlah hati kami dari setiap sifat yang menjauhkan kami dari menyaksikan-Mu dan mencintai-Mu, dan wafatkanlah kami di atas sunnah dan jama'ah, dan dalam kerinduan untuk bertemu dengan-Mu, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.

Allohumma innanaa natawassalu ilaika bika, wa nas-aluka laa nas-alu ghoiroka, an t رزuqonaa husnal khootimah, wa an taf’ala binaa maa anta ahluh, wa laa taf’al binaa maa nahnu ahluh, innaka ahlut taqwaa wa ahlul maghfiroh. Wa shollalloohu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin. Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wa salaamun ‘alal mursaliin, walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Terjemahan:

Ya Allah, sesungguhnya kami bertawassul kepada-Mu dengan-Mu, dan kami memohon kepada-Mu dan tidak memohon kepada selain-Mu, agar Engkau menganugerahi kami akhir yang baik (husnul khatimah), dan perlakukanlah kami sebagaimana yang layak bagi-Mu, dan janganlah perlakukan kami sebagaimana yang layak bagi kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang berhak ditaqwai dan berhak memberi ampunan. Dan semoga shalawat Allah tercurah kepada junjungan kami Muhammad dan kepada keluarga serta seluruh sahabatnya. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan yang memiliki keperkasaan, dari apa yang mereka sifatkan. Dan salam sejahtera tercurah atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Penjelasan: Doa penutup ini sarat dengan adab dan kerendahan hati. Kita memohon dengan perantara kemuliaan Nabi Muhammad, sebuah praktik yang disebut tawassul. Permintaan utamanya adalah pembersihan hati, agar hati kita layak untuk "menyaksikan" kebesaran Allah dan dipenuhi dengan cinta kepada-Nya. Permohonan untuk diwafatkan di atas sunnah dan dalam keadaan rindu bertemu Allah adalah puncak cita-cita seorang mukmin. Akhirnya, doa ditutup dengan pengakuan bahwa kita memohon perlakuan berdasarkan kemurahan Allah, bukan berdasarkan amal kita yang penuh kekurangan, diakhiri dengan shalawat dan pujian penutup yang agung.

Membaca dan merenungkan Maulid Diba' adalah sebuah perjalanan spiritual. Dari awal penciptaan cahaya kenabian, menelusuri nasab yang suci, menyaksikan keajaiban masa kehamilan dan kelahiran, merasakan keberkahan di masa kecilnya, hingga berdiri melantunkan salam rindu. Semua itu bertujuan untuk satu hal: memperdalam dan menyuburkan cinta kita kepada sosok manusia paling agung, Baginda Nabi Muhammad SAW, agar kita layak mendapatkan syafaatnya dan berkumpul bersamanya di surga kelak.

🏠 Kembali ke Homepage