Mutiara Kisah Sang Nabi: Panduan Lengkap Bacaan Maulid Diba'

Menyelami lautan cinta kepada Rasulullah SAW melalui untaian syair dan prosa agung karya Imam Abdurrahman ad-Diba'i.

Pengantar: Memahami Hakikat Maulid Diba'

Maulid Diba' bukanlah sekadar rangkaian kata-kata yang dilantunkan. Ia adalah sebuah mahakarya sastra religius yang merangkum pujian, sanjungan, dan kisah kehidupan Manusia Paling Agung, Baginda Nabi Muhammad SAW. Disusun oleh seorang ulama besar, Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba'i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafi'i, kitab ini telah menjadi denyut nadi dalam tradisi keagamaan masyarakat muslim di berbagai belahan dunia. Setiap baitnya adalah jembatan yang menghubungkan hati para pecinta dengan sang kekasih, Rasulullah SAW.

Membaca Diba' adalah sebuah perjalanan spiritual. Kita diajak untuk menelusuri kembali jejak-jejak kemuliaan Nabi, sejak dari isyarat-isyarat nur (cahaya) kenabiannya yang telah ada jauh sebelum alam semesta tercipta, hingga detik-detik kelahiran beliau yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Melalui prosa dan syair yang indah, kita diajak merenungi akhlaknya yang luhur, perjuangannya yang gigih, serta kasih sayangnya yang tak terbatas kepada umatnya. Inilah ekspresi cinta yang paling tulus, diwujudkan dalam bentuk lantunan yang menggetarkan jiwa dan menumbuhkan kerinduan yang mendalam.

Artikel ini akan menyajikan teks lengkap Maulid Diba', disertai dengan transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah pemahaman makna. Tujuannya adalah agar setiap pembaca, baik yang fasih berbahasa Arab maupun yang masih belajar, dapat merasakan getaran spiritual dan mengambil ibrah dari setiap bagiannya. Semoga dengan menyelami bacaan ini, kecintaan kita kepada Rasulullah SAW semakin bertambah, dan kita senantiasa terdorong untuk meneladani sunnah-sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari.


1. Ya Rabbi Sholli 'Ala Muhammad

Pembuka Penuh Harap dan Doa

Bagian ini adalah pembuka yang menjadi ciri khas Maulid Diba'. Dimulai dengan permohonan dan doa kepada Allah SWT agar senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah adab seorang pecinta, yang memulai segala sesuatu dengan menyebut dan memuji sang kekasih, seraya berharap keberkahan dari Allah.

يَارَبِّ صَلِّ عَلىٰ مُحَمَّدْ ، يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Yaa Robbi shalli 'alaa Muhammad, Yaa Robbi shalli 'alayhi wa sallim.

Ya Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. Ya Tuhanku, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya.

يَارَبِّ بَلِّغْهُ الْوَسِيْلَةْ ، يَارَبِّ خُصَّهُ بِالْفَضِيْلَةْ

Yaa Robbi ballighhul wasiilah, Yaa Robbi khusshohu bilfadliilah.

Ya Tuhanku, sampaikanlah kepadanya wasilah (kedudukan yang tinggi). Ya Tuhanku, khususkanlah dia dengan keutamaan.

يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةْ ، يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ السُّلاَلَةْ

Yaa Robbi wardlo 'anish shohaabah, Yaa Robbi wardlo 'anis sulaalah.

Ya Tuhanku, ridhailah para sahabat. Ya Tuhanku, ridhailah para keturunannya.

يَارَبِّ وَرْاضَ عَنِ الْمَشَايِخْ ، يَارَبِّ فَارْحَمْ وَالِدِيْنَا

Yaa Robbi wardlo 'anil masyaayikh, Yaa Robbi farham waalidiinaa.

Ya Tuhanku, ridhailah para guru. Ya Tuhanku, maka sayangilah orang tua kami.

يَارَبِّ وَارْحَمْنَا جَمِيْعًا ، يَارَبِّ وَارْحَمْ كُلَّ مُسْلِمْ

Yaa Robbi warhamnaa jamii'an, Yaa Robbi warham kulla muslim.

Ya Tuhanku, sayangilah kami semua. Ya Tuhanku, sayangilah setiap muslim.

يَارَبِّ وَاغْفِرْ لِكُلِّ مُذْنِبْ ، يَارَبِّ لَاتَقْطَعْ رَجَانَا

Yaa Robbi waghfir likulli mudznib, Yaa Robbi laa taqtho' rojaanaa.

Ya Tuhanku, ampunilah setiap orang yang berdosa. Ya Tuhanku, janganlah putuskan harapan kami.

يَارَبِّ يَا سَامِعْ دُعَانَا ، يَارَبِّ بَلِّغْنَا نَزُوْرُهْ

Yaa Robbi yaa saami' du'aanaa, Yaa Robbi ballighnaa nazuuruh.

Ya Tuhanku, wahai Yang Maha Mendengar doa kami. Ya Tuhanku, sampaikanlah kami untuk menziarahinya.

يَارَبِّ تَغْشَانَا بِنُوْرِهْ ، يَارَبِّ حِفْظَانَكَ وَاَمَانَكَ

Yaa Robbi taghsyaanaa binuurih, Yaa Robbi hifdhoonaka wa amaanak.

Ya Tuhanku, liputilah kami dengan cahayanya. Ya Tuhanku, (kami memohon) penjagaan-Mu dan keamanan-Mu.

يَارَبِّ وَاسْكِنَّا جِنَانَكَ ، يَارَبِّ اَجِرْنَا مِنْ عَذَابِكَ

Yaa Robbi waskinnaa jinaanaka, Yaa Robbi ajirnaa min 'adzaabik.

Ya Tuhanku, tempatkanlah kami di surga-Mu. Ya Tuhanku, selamatkanlah kami dari siksa-Mu.

يَارَبِّ وَارْزُقْنَا الشَّهَادَةْ ، يَارَبِّ حِطْنَا بِالسَّعَادَةْ

Yaa Robbi warzuqnasy syahaadah, Yaa Robbi hithnaa bissa'aadah.

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kami mati syahid. Ya Tuhanku, liputilah kami dengan kebahagiaan.

يَارَبِّ وَاصْلِحْ كُلَّ مُصْلِحْ ، يَارَبِّ وَاكْفِ كُلَّ مُؤْذِيْ

Yaa Robbi washlih kulla mushlih, Yaa Robbi wakfi kulla mu'dzii.

Ya Tuhanku, perbaikilah setiap orang yang berbuat baik. Ya Tuhanku, hindarkanlah kami dari setiap yang menyakiti.

يَارَبِّ نَخْتِمْ بِالْمُشَفَّعْ ، يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Yaa Robbi nakhtim bilmusyaffa', Yaa Robbi shalli 'alayhi wa sallim.

Ya Tuhanku, akhirilah (hidup kami) dengan (syafaat) sang pemberi syafaat. Ya Tuhanku, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya.

Makna Mendalam di Balik Doa Pembuka

Setiap baris dalam doa ini mengandung makna yang sangat kaya. "Yaa Robbi Sholli 'Ala Muhammad" bukan hanya permintaan shalawat biasa, tetapi pengakuan bahwa segala kebaikan bermuara dari meneladani dan mencintai beliau. Permohonan "Wasilah" adalah doa agar Nabi Muhammad SAW mendapatkan kedudukan tertinggi di surga, yang juga merupakan sebuah bentuk pengakuan atas jasa dan pengorbanan beliau. Doa ini kemudian meluas, mencakup permohonan ridha untuk para Sahabat yang menjadi generasi terbaik, para keturunan beliau yang mulia, para guru yang mewariskan ilmu, serta doa ampunan dan rahmat untuk orang tua, diri sendiri, dan seluruh umat Islam. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi seluruh elemen umat, dari masa lalu hingga masa kini. Akhirnya, doa ini ditutup dengan harapan akan syafaat (pertolongan) dari Rasulullah di hari akhir, sebuah puncak harapan setiap muslim.


2. Inna Fatahna Laka Fathan Mubina

Kabar Gembira Kemenangan Agung

Bagian ini mengutip langsung dari Al-Qur'an, Surat Al-Fath. Ayat ini diturunkan setelah Perjanjian Hudaibiyah, yang secara kasat mata terlihat merugikan umat Islam, namun Allah SWT menyebutnya sebagai "kemenangan yang nyata". Dalam konteks Maulid, ayat ini dibacakan untuk mengingatkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sebuah kemenangan agung bagi seluruh umat manusia, sebuah pembukaan pintu rahmat dan hidayah yang tak pernah ada sebelumnya.

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا ۞ لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا ۞ وَيَنصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيزًا

Innaa fatahnaa laka fatham mubiinaa. Liyaghfiro lakallohu maa taqoddama min dzanbika wa maa ta-akhkhoro wa yutimma ni'matahuu 'alaika wa yahdiyaka shiroothom mustaqiimaa. Wa yansurokallohu nashron 'aziizaa.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (tidak terkalahkan).

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alayhi maa 'anittum hariishun 'alaykum bil mu'miniina ro-uufur rohiim.

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Refleksi Atas Anugerah Terbesar

Kutipan ayat-ayat ini mengajak kita untuk merenung. Kelahiran dan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah "Fathan Mubina" atau kemenangan sejati. Kemenangan ini bukanlah kemenangan militer, melainkan kemenangan spiritual yang membebaskan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya iman. Ayat kedua (At-Taubah: 128) menggambarkan dengan sangat indah sifat welas asih Rasulullah. Beliau merasakan penderitaan umatnya, sangat bersemangat untuk keselamatan mereka, dan penuh dengan kasih sayang. Ini adalah pengingat bahwa kita memiliki seorang Nabi yang cintanya kepada kita melebihi cinta siapa pun. Pembacaan bagian ini seharusnya menumbuhkan rasa syukur yang mendalam atas anugerah diutusnya seorang Rasul dengan sifat-sifat semulia itu.


3. Alhamdulillahil Qowiyyil Gholib

Pujian Kepada Sang Maha Kuasa

Setelah membuka dengan doa dan kabar gembira, bagian ini berisi pujian-pujian agung kepada Allah SWT. Imam ad-Diba'i menggunakan bahasa prosa yang sangat puitis untuk menggambarkan keagungan, kekuasaan, dan kasih sayang Allah. Ini adalah fondasi dari segalanya; sebelum mengisahkan ciptaan-Nya yang paling mulia (Nabi Muhammad), kita terlebih dahulu harus mengagungkan Sang Pencipta.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْقَوِيِّ سُلْطَانُهْ، اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ، اَلْمَبْسُوْطِ فِى الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَاِحْسَانُهْ

Alhamdulillaahil qowiyyi sulthoonuh, alwaadhihi burhaanuh, almabsuuthi fil wujuudi karomuhu wa ihsaanuh.

Segala puji bagi Allah yang kekuasaan-Nya begitu kuat, yang bukti-bukti-Nya begitu jelas, yang kedermawanan dan kebaikan-Nya terhampar di seluruh wujud.

تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ، خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَةْ، وَطَوَى عَلَيْهَا عِلْمَهْ

Ta'aalaa majduhu wa 'azhuma syaenuh, kholaqol kholqo lihikmah, wa thowaa 'alayhaa 'ilmah.

Maha Tinggi kemuliaan-Nya dan agung urusan-Nya. Dia menciptakan makhluk dengan penuh hikmah, dan meliputi mereka dengan ilmu-Nya.

وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمَنِّ مَا جَرَتْ بِهِ فِى أَقْدَارِهِمُ الْقِسْمَةْ، فَاَرْسَلَ اِلَيْهِمْ اَشْرَفَ خَلْقِهِ وَاَجَلَّ عَبِيْدِهِ رَحْمَةْ

Wa basatho lahum min faa-idhil manni maa jarot bihii fii aqdaarihimul qismah, fa-arsala ilayhim asyrofa kholqihii wa ajalla 'abiidihi rohmah.

Dan Dia hamparkan bagi mereka dari limpahan karunia apa yang telah berlaku dalam takdir mereka sebagai bagian. Maka Dia utus kepada mereka makhluk-Nya yang paling mulia dan hamba-Nya yang paling agung sebagai rahmat.

Penciptaan Nur Muhammad

Di bagian ini, Imam Ad-Diba'i mulai menceritakan tentang penciptaan Nur (cahaya) Muhammad. Konsep ini adalah salah satu tema sentral dalam banyak kitab maulid, yang menjelaskan bahwa esensi spiritual Nabi Muhammad telah ada sebelum penciptaan alam semesta. Ini adalah sebuah metafora agung yang menunjukkan betapa istimewanya kedudukan beliau di sisi Allah SWT.

اَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ حَبِيْبِهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ خَلْقِ الْأَشْيَاءِ

Awwalu maa kholaqollaahu nuuru habiibihi Muhammadin shollalloohu 'alayhi wa sallam qobla kholqil asy-yaa'

Hal pertama yang Allah ciptakan adalah cahaya kekasih-Nya, Muhammad SAW, sebelum penciptaan segala sesuatu.

فَلَمَّا اَرَادَ اللهُ اِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّةْ، وَاِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ الْمَعْنَوِيَّةْ، نَقَلَهُ اِلَى مَقَرِّهِ مِنْ صَدَفَةِ آمِنَةَ الزُّهْرِيَّةْ، وَخَصَّهَا بِاَنْ تَكُوْنَ اُمًّا لِمُصْطَفَاهْ

Falammaa aroodalloohu ibrooza haqiiqotihil muhammadiyyah, wa idh-haarohu jisman wa ruuhan bishurootihil ma'nawiyyah, naqolahu ilaa maqorrihi min shdafati aaminataz zuhriyyah, wa khoshshohaa bian takuuna umman limushthofaah.

Maka ketika Allah berkehendak menampakkan hakikat Muhammad, dan menzahirkannya dalam bentuk jasad dan ruh dengan rupa maknawinya, Dia memindahkan (cahaya itu) ke tempatnya di dalam 'rahim' Aminah Az-Zuhriyyah, dan Dia mengkhususkannya untuk menjadi ibu bagi pilihan-Nya.

Analisis Sastra dan Teologis

Gaya bahasa dalam bagian ini sangat indah. Penggunaan kata-kata seperti "qowiyyi sulthoonuh" (kuat kekuasaan-Nya) dan "waadhihi burhaanuh" (jelas bukti-Nya) memberikan penekanan pada kebesaran Allah. Narasi tentang penciptaan Nur Muhammad tidak untuk dipahami secara harfiah sebagai cahaya fisik, melainkan sebagai sebuah isyarat kemuliaan dan kedudukan. Ia menandakan bahwa rencana agung Allah untuk menurunkan rahmat bagi semesta alam berpusat pada diutusnya Nabi Muhammad SAW. Pemilihan kata "shodafah" yang berarti cangkang kerang mutiara untuk menggambarkan Siti Aminah adalah sebuah metafora yang luar biasa, menunjukkan betapa berharganya janin yang dikandungnya, laksana mutiara yang tersimpan dalam cangkang terbaik.


4. Ya Rasulullah Salamun 'Alaik

Salam Rindu untuk Sang Kekasih

Ini adalah salah satu bagian yang paling populer dan sering dilantunkan secara terpisah dari kitab Diba'. Berisi salam penghormatan dan kerinduan kepada Rasulullah. Setiap baitnya adalah ungkapan cinta, pujian, dan harapan akan syafaatnya. Melantunkan bagian ini terasa seperti sedang berdialog langsung dengan Nabi, menyampaikan salam dan isi hati.

يَا رَسُوْلَ اللهِ سَلَامٌ عَلَيْكَ ، يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَالدَّرَجِ

Yaa Rosuulallaah salaamun 'alaik, yaa rofii'asy-syaani waddaroji.

Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tercurah kepadamu. Wahai yang luhur kedudukan dan derajatnya.

عَطْفَةً يَا جِيْرَةَ الْعَلَمِ ، يَا أُهَيْلَ الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ

'Athfatan yaa jiirotal 'alami, yaa uhailal juudi wal karomi.

Berilah belas kasih kepada kami, wahai penghuni Al-'Alam (Makam Nabi). Wahai ahli kedermawanan dan kemuliaan.

نَحْنُ جِيْرَانٌ بِذَا الْحَرَمِ ، حَرَمِ الْإِحْسَانِ وَالْحَسَنِ

Nahnu jiiroonun bidzal haromi, haromil ihsaani wal hasani.

Kami adalah tetangga di tanah haram ini. Haram kebaikan dan kebajikan.

نَحْنُ مِنْ قَوْمٍ بِهِ سَكَنُوا ، وَبِهِ مِنْ خَوْفِهِمْ أَمِنُوا

Nahnu min qoumin bihii sakanuu, wa bihii min khoufihim aaminuu.

Kami dari kaum yang tinggal di sana, dan dengannya mereka merasa aman dari ketakutan.

وَبِآيَاتِ الْقُرْآنِ عُنُوا ، فَاتَّئِدْ فِيْنَا أَخَا الْوَهَنِ

Wa bi-aayaatil qur-aani 'unuu, fatta-id fiinaa akhol wahani.

Dan dengan ayat-ayat Al-Qur'an mereka diberi perhatian, maka berlemah-lembutlah kepada kami, wahai saudara yang lemah.

نَعْرِفُ الْبَطْحَا وَتَعْرِفُنَا ، وَالصَّفَا وَالْبَيْتُ يَأْلَفُنَا

Na'riful bath-haa wa ta'rifunaa, wash-shofaa wal baytu ya'lafunaa.

Kami mengenal lembah Batha dan ia mengenal kami. Shafa dan Baitullah pun akrab dengan kami.

وَلَنَا الْمَعْلَى وَخَيْفُ مِنَى ، فَاعْلَمَنْ هَذَا وَكُنْ وَكُنِ

Wa lanal ma'laa wa khoifu minaa, fa'laman haadzaa wa kun wa kuni.

Dan milik kamilah Ma'la dan lembah Mina. Ketahuilah ini dan jadilah (saksi).

وَلَنَا خَيْرُ الْأَنَامِ أَبُ ، وَعَلِيُّ الْمُرْتَضَى حَسَبُ

Wa lanaa khoirul anaami abu, wa 'aliyyul murtadhoo hasabu.

Dan kami memiliki sebaik-baik manusia sebagai bapak. Dan Ali yang diridhai adalah kebanggaan kami.

وَإِلَى السِّبْطَيْنِ نَنْتَسِبُ ، نَسَبًا مَا فِيهِ مِنْ دَخَنِ

Wa ilas-sibthoini nantasibu, nasaban maa fiihi min dakhoni.

Dan kepada kedua cucu (Hasan dan Husain) kami bernasab. Nasab yang tiada cacat padanya.

Menggali Makna Simbolis

Syair ini kaya dengan simbolisme geografis dan historis. Penyebutan tempat-tempat suci seperti "Al-'Alam", "Batha", "Shafa", dan "Baitullah" bukan sekadar penyebutan nama. Ia adalah cara untuk membangun kedekatan emosional dan spiritual. Seolah-olah para pembaca sedang berada di tempat-tempat mulia itu, menjadi "tetangga" Rasulullah. Ini adalah ekspresi kerinduan yang mendalam untuk bisa berziarah ke Madinah. Kemudian, penyebutan nasab kepada Sayyidina Ali dan kedua cucunya, Hasan dan Husain, adalah bentuk penghormatan kepada Ahlul Bait (keluarga Nabi), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran untuk mencintai Rasulullah SAW.


5. Kisah Kelahiran Sang Cahaya

Detik-detik Penuh Berkah

Bagian ini adalah jantung dari Maulid Diba', menceritakan secara puitis dan mendetail peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dimulai dari masa kehamilan Siti Aminah yang penuh dengan keajaiban dan tanpa rasa sakit, hingga momen kelahiran yang diiringi dengan cahaya yang menerangi istana-istana di Syam. Narasi ini bertujuan untuk menanamkan dalam hati pembaca betapa agungnya peristiwa tersebut.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْاَقْوَالِ الْمَرْضِيَّةْ، تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ اَبُوْهُ عَبْدُ اللهْ

Wa lammaa tamma min hamlihii syahrooni 'alaa masyhuuril aqwaalil mardliyyah, tuwuffiya bil madiinatil munawwaroti abuhu 'abdullaah.

Dan ketika kandungannya genap dua bulan menurut pendapat yang masyhur dan diridhai, wafatlah di Madinah Al-Munawwarah ayahnya, Abdullah.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ عَلَى الرَّاجِحِ تِسْعَةُ اَشْهُرٍ قَمَرِيَّةْ، وَآنَ لِلزَّمَانِ اَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهْ

Wa lammaa tamma min hamlihii 'alar roojihi tis'atu asyhurin qomariyyah, wa aana lizzamaani an yanjaliya 'anhu shodaah.

Dan ketika kandungannya telah sempurna sembilan bulan qamariyah menurut pendapat yang kuat, dan telah tiba waktunya bagi zaman untuk disingkapkan kegelapannya.

حَضَرَ اُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِيْ نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةْ، وَاَخَذَهَا الْمَخَاضُ فَاَوْلَدَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُوْرًا يَتَلَأْلَأُ سَنَاهْ

Hadoro ummahu lailata maulidihii aasiyatu wa maryamu fii niswatin minal hadhiirotil qudsiyyah, wa akhodahaal makhoodu fa-waladathu shollalloohu 'alayhi wa sallama nuuron yatala'la-u sanaah.

Maka ibunya pada malam kelahirannya dihadiri oleh (Sayyidah) Asiyah dan (Sayyidah) Maryam beserta para wanita dari surga. Lalu ia merasakan sakit akan melahirkan, maka lahirlah beliau SAW sebagai cahaya yang kemilau sinarnya.

Tafsir Peristiwa Agung

Kisah ini sarat dengan pesan. Wafatnya sang ayah sebelum beliau lahir menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tumbuh sebagai seorang yatim, menegaskan bahwa keagungannya murni berasal dari Allah, bukan karena warisan duniawi. Kehadiran figur-figur wanita suci seperti Sayyidah Asiyah (istri Fir'aun yang beriman) dan Sayyidah Maryam (ibunda Nabi Isa) secara spiritual pada saat kelahiran beliau adalah sebuah isyarat bahwa risalah yang dibawa Nabi Muhammad adalah penyempurna dari risalah-risalah agung sebelumnya. Kelahiran beliau yang digambarkan sebagai "cahaya yang berkilauan" adalah metafora untuk hidayah yang akan beliau tebarkan ke seluruh penjuru dunia, menghapus kegelapan syirik dan kebodohan.


6. Mahallul Qiyam: Puncak Penghormatan

Saat Jiwa dan Raga Bersatu dalam Sanjungan

Mahallul Qiyam, yang berarti "tempat berdiri", adalah klimaks emosional dari pembacaan Maulid. Pada bagian ini, jamaah akan berdiri sebagai simbol penghormatan dan penyambutan atas "kehadiran" ruhaniyah Rasulullah SAW. Syair-syair yang dilantunkan pada bagian ini berisi pujian atas sifat-sifat fisik dan akhlak Nabi yang sempurna.

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدْ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ

Shollalloohu 'alaa Muhammad, Shollalloohu 'alayhi wa sallam.

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Muhammad, semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepadanya.

مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا ، مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا

Marhaban yaa marhaban yaa marhaban, marhaban jaddal Husaini marhaban.

Selamat datang, wahai selamat datang, wahai selamat datang. Selamat datang wahai kakek dari Husain, selamat datang.

يَا نَبِيْ سَلَامٌ عَلَيْكَ ، يَا رَسُوْلْ سَلَامٌ عَلَيْكَ

Yaa nabiy salaam 'alaika, yaa rosuul salaam 'alaika.

Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu. Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu.

يَا حَبِيْبْ سَلَامٌ عَلَيْكَ ، صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ

Yaa habiib salaam 'alaika, sholawaatulloh 'alaika.

Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu. Shalawat Allah tercurah untukmu.

أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ، فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ

Asyroqol badru 'alainaa, fakhtafat minhul buduuru.

Bulan purnama telah terbit di atas kita. Maka sirnalah semua purnama lainnya.

مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا ، قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ

Mitsla husnika maa ro-ainaa, qotthu yaa wajhas-suruuri.

Keindahan sepertimu tak pernah kami lihat. Sama sekali, wahai wajah yang penuh kegembiraan.

أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ ، أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِ

Anta syamsun anta badrun, anta nuurun fauqo nuuri.

Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama. Engkau adalah cahaya di atas cahaya.

أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي ، أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ

Anta iksiirun wa ghoolii, anta mishbaahush-shuduuri.

Engkau adalah emas murni yang mahal. Engkau adalah pelita hati.

يَا حَبِيْبِيْ يَا مُحَمَّدْ ، يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ

Yaa habiibii yaa Muhammad, yaa 'aruusal khoofiqoini.

Wahai kekasihku, wahai Muhammad. Wahai 'mempelai' dua dunia (timur dan barat).

يَا مُؤَيَّدْ يَا مُمَجَّدْ ، يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ

Yaa mu-ayyad yaa mumajjad, yaa imaamal qiblataini.

Wahai yang dikuatkan, wahai yang dimuliakan. Wahai imam dua kiblat.

Filosofi Berdiri dalam Penghormatan

Tindakan berdiri saat Mahallul Qiyam bukan sekadar tradisi tanpa makna. Ia memiliki dasar filosofis yang dalam. Berdiri adalah gestur universal untuk penghormatan. Ketika seorang raja atau tokoh besar datang, orang-orang akan berdiri. Maka, ketika kita mengenang dan "menyambut" kehadiran spiritual Rasulullah, Manusia Teragung, berdiri adalah ekspresi adab dan takzim yang minimal. Ini adalah momen di mana hati, lisan, dan badan bersatu dalam memuliakan beliau. Syair "Anta syamsun anta badrun" (Engkau matahari, engkau bulan) adalah puncak pujian, menggambarkan bahwa semua keindahan di alam semesta ini seakan-akan pucat jika dibandingkan dengan keindahan dan cahaya yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.


7. Doa Penutup Maulid Diba'

Puncak Munajat dan Permohonan

Setelah menempuh perjalanan spiritual melalui pujian, kisah, dan sanjungan, pembacaan Maulid Diba' diakhiri dengan sebuah doa yang komprehensif. Doa ini merangkum semua harapan dan permohonan kepada Allah SWT, dengan bertawassul (menjadikan perantara) kepada kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah momen introspeksi dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta.

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِحْسَانِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأَمَانَ الْخَائِفِيْنَ

Allahumma yaa dzal manni wa laa yumannu 'alayh, yaa dzath thowli wal ihsaan, yaa dzal jalaali wal ikroom, laa ilaaha illaa anta dhohrol laajiin, wa jaarol mustajiiriin, wa amaanal khoo-ifiin.

Ya Allah, wahai Pemilik karunia yang tiada seorang pun dapat memberi karunia kepada-Nya. Wahai Pemilik anugerah dan kebaikan. Wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan. Tiada Tuhan selain Engkau, Engkaulah sandaran para pengungsi, pelindung orang-orang yang memohon perlindungan, dan pengaman orang-orang yang ketakutan.

اَللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مَطْرُوْدِيْنَ أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيْنَا فِى الرِّزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتَنَا وَحِرْمَانَنَا وَطَرْدَنَا وَإِقْتَارَ رِزْقِنَا

Allahumma in kunta katabtanaa 'indaka fii ummil kitaabi asyqiyaa-a aw mahruumiina aw mathruudiina aw muqottaron 'alaynaa fir rizqi, famhullaahumma bifadlika syaqoowatanaa wa hirmaananaa wa thordanaa wa iqtaaro rizqinaa.

Ya Allah, jika Engkau telah mencatat kami di sisi-Mu dalam Ummul Kitab sebagai orang-orang yang celaka, atau terhalang (dari rahmat), atau terusir, atau disempitkan rezeki kami, maka hapuskanlah ya Allah dengan karunia-Mu, kecelakaan kami, keterhalangan kami, keterusiran kami, dan kesempitan rezeki kami.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shohbihii wa sallam, walhamdu lillaahi robbil 'aalamiin.

Dan semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Kekuatan Doa dan Tawassul

Doa ini mengajarkan kita adab yang tinggi dalam memohon. Kita memulai dengan memuji Allah melalui Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang agung. Kemudian, kita mengakui kelemahan dan kemungkinan takdir buruk yang telah tercatat, lalu dengan penuh kerendahan hati memohon agar Allah mengubahnya dengan fadilah dan karunia-Nya. Ini adalah bentuk keyakinan bahwa doa memiliki kekuatan untuk mengubah takdir, atas izin Allah. Menutup doa dengan shalawat kepada Nabi adalah sebuah kunci, karena para ulama mengajarkan bahwa doa yang diapit oleh dua shalawat lebih mustajab. Ini adalah puncak dari seluruh rangkaian pembacaan Maulid, di mana harapan dan cinta kepada Rasulullah SAW menjadi wasilah untuk memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Penutup: Melestarikan Cinta Rasul dalam Keseharian

Membaca Maulid Diba' secara lengkap adalah sebuah pengalaman rohani yang mendalam. Namun, esensi sebenarnya tidak berhenti saat doa penutup selesai dilantunkan. Semangat Maulid Diba' harus terus hidup dalam setiap tarikan napas dan tindakan kita. Kecintaan kepada Rasulullah SAW yang dipupuk melalui syair-syair ini haruslah berbuah menjadi ittiba' (mengikuti) sunnah-sunnahnya. Kemuliaan akhlaknya yang kita puji harus menjadi cermin bagi perilaku kita. Kisah perjuangannya yang kita kenang harus menjadi sumber inspirasi dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan demikian, Maulid Diba' bukan lagi hanya menjadi ritual, melainkan menjadi katalisator transformasi diri. Ia menjadi pengingat abadi akan sosok teladan sempurna yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita semua, dengan wasilah membaca dan memahami kitab mulia ini, digolongkan sebagai umat yang benar-benar mencintai Nabi Muhammad SAW, mendapatkan syafaatnya di hari kiamat, dan dikumpulkan bersamanya di dalam surga-Nya. Amin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage