Maulid Diba': Gema Cinta untuk Sang Nabi

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم Kaligrafi simbol Shalawat Nabi Muhammad SAW di dalam ornamen Islami berwarna hijau dan emas.

Maulid Diba' adalah salah satu kitab yang paling populer di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, dalam merayakan dan mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kitab ini merupakan sebuah mahakarya sastra yang sarat dengan pujian, sanjungan, dan untaian kisah kehidupan Rasulullah SAW yang mulia. Disusun oleh seorang ulama besar ahli hadits, Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba'i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafi'i, kitab ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah media untuk menumbuhkan rasa cinta (mahabbah) yang mendalam kepada baginda Nabi.

Struktur Maulid Diba' sangat indah, memadukan antara prosa dan puisi (nazham) yang menceritakan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, mulai dari silsilahnya yang suci, peristiwa sebelum kelahirannya, momen-momen agung saat kelahirannya, hingga sifat-sifat luhur dan keistimewaan yang Allah anugerahkan kepadanya. Pembacaan Maulid Diba' seringkali diiringi dengan lantunan shalawat yang merdu, menciptakan suasana yang khusyuk dan penuh spiritualitas. Artikel ini akan menyajikan bacaan lengkap Maulid Diba', mulai dari awal hingga akhir, disertai dengan teks Arab, transliterasi Latin untuk kemudahan membaca, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia agar maknanya dapat diresapi secara mendalam.

Pembukaan Maulid Diba'

Setiap majelis pembacaan Maulid Diba' lazimnya dibuka dengan lantunan shalawat yang khas. Ini adalah pintu gerbang untuk memasuki taman kerinduan kepada Rasulullah SAW.

يَارَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ۰ يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Yaa Robbi shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Robbi shalli ‘alayhi wasallim.

Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat kepada Nabi Muhammad. Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat dan salam kepadanya.

يَارَبِّ بَلِّغْهُ الْوَسِيْلَةْ ۰ يَارَبِّ خُصَّهُ بِالْفَضِيْلَةْ

Yaa Robbi ballighhul wasiilah, Yaa Robbi khush-shohu bilfadliilah.

Ya Allah, sampaikanlah kepadanya sebagai perantara. Ya Allah, khususkanlah kepadanya dengan keutamaan.

يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةْ ۰ يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ السُّلاَلَةْ

Yaa Robbi wardlo ‘anish-shohaabah, Yaa Robbi wardlo ‘anis-sulaalah.

Ya Allah, anugerahkanlah keridhaan kepada para sahabatnya. Ya Allah, anugerahkanlah keridhaan kepada keturunannya.

يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ الْمَشَايِخْ ۰ يَارَبِّ فَارْحَمْ وَالِدِيْنَا

Yaa Robbi wardlo ‘anil-masyaayikh, Yaa Robbi farham waalidiinaa.

Ya Allah, anugerahkanlah keridhaan kepada para guru. Ya Allah, rahmatilah orang tua kami.

يَارَبِّ وَارْحَمْنَا جَمِيْعًا ۰ يَارَبِّ وَارْحَمْ كُلَّ مُسْلِمْ

Yaa Robbi warhamnaa jamii’an, Yaa Robbi warham kulla muslim.

Ya Allah, rahmatilah kami semua. Ya Allah, rahmatilah semua orang Islam.

يَارَبِّ وَاغْفِرْ لِكُلِّ مُذْنِبْ ۰ يَارَبِّ لاَ تَقْطَعْ رَجَانَا

Yaa Robbi waghfir likulli mudznib, Yaa Robbi laa taqtho’ rojaanaa.

Ya Allah, ampunilah semua orang yang berbuat dosa. Ya Allah, janganlah Engkau putuskan harapan kami.

يَارَبِّ يَا سَامِعْ دُعَانَا ۰ يَارَبِّ بَلِّغْنَا نَزُوْرُهْ

Yaa Robbi yaa saami’ du’aanaa, Yaa Robbi ballighnaa nazuuruh.

Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar doa kami. Ya Allah, sampaikan kami untuk dapat menziarahinya.

يَارَبِّ تَغْشَانَا بِنُوْرِهْ ۰ يَارَبِّ حِفْظَانَكْ وَاَمَانَكْ

Yaa Robbi taghsyaanaa binuurih, Yaa Robbi hifdhoonak wa-amaanak.

Ya Allah, liputilah kami dengan cahayanya. Ya Allah, kami memohon pemeliharaan dan keamanan-Mu.

يَارَبِّ وَاسْكِنَّا جِنَانَكْ ۰ يَارَبِّ اَجِرْنَا مِنْ عَذَابِكْ

Yaa Robbi waskinnaa jinaanak, Yaa Robbi ajirnaa min ‘adzaabik.

Ya Allah, tempatkanlah kami dalam surga-Mu. Ya Allah, selamatkanlah kami dari siksa-Mu.

يَارَبِّ وَارْزُقْنَا الشَّهَادَةْ ۰ يَارَبِّ حِطْنَا بِالسَّعَادَةْ

Yaa Robbi warzuqnasy-syahaadah, Yaa Robbi hithnaa bis-sa’aadah.

Ya Allah, anugerahilah kami mati syahid. Ya Allah, liputilah kami dengan kebahagiaan.

يَارَبِّ وَاصْلِحْ كُلَّ مُصْلِحْ ۰ يَارَبِّ وَاكْفِ كُلَّ مُؤْذِيْ

Yaa Robbi washlih kulla mushlih, Yaa Robbi wakfi kulla mu’dzii.

Ya Allah, perbaikilah setiap orang yang berbuat baik. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setiap orang yang menyakiti.

يَارَبِّ نَخْتِمْ بِالْمُشَفَّعْ ۰ يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Yaa Robbi nakhtim bilmusyaffa’, Yaa Robbi shalli ‘alayhi wasallim.

Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad. Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad.

Penjelasan: Bagian pembuka ini adalah doa dan munajat yang komprehensif. Dimulai dengan shalawat sebagai inti, lalu mendoakan agar Nabi SAW mendapatkan kedudukan tertinggi (wasilah dan fadhilah). Doa kemudian meluas untuk mencakup para sahabat, keluarga Nabi, para guru, orang tua, dan seluruh umat Islam. Ini mengajarkan adab bahwa sebelum meminta untuk diri sendiri, kita mendoakan orang-orang yang berjasa dan seluruh komunitas. Permohonan ampunan, perlindungan, rezeki surga, dan kematian syahid menunjukkan harapan tertinggi seorang hamba kepada Tuhannya, yang semuanya dipanjatkan melalui perantara cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Kisah Maulid Nabi (Rawi Pertama)

Bagian ini memulai narasi dengan memuji Allah SWT dan mengisahkan awal mula penciptaan Nur Muhammad, cahaya yang menjadi cikal bakal segala ciptaan.

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Innaa fatahnaa laka fat-han mubiinaa. Bismillaahir rohmaanir rohiim.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الْقَوِيِّ سُلْطَانُهْ. اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ. اَلْمَبْسُوْطِ فِى الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَاِحْسَانُهْ

Alhamdulillaahil qowiyyi sulthoonuh, alwaadlihi burhaanuh, almabsuuthi fil wujuudi karomuhu wa ihsaanuh.

Segala puji bagi Allah yang kekuasaan-Nya begitu kuat, yang bukti-bukti-Nya begitu jelas, yang kedermawanan dan kebaikan-Nya terhampar di seluruh alam wujud.

تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ. خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَةْ. وَطَوَى عَلَيْهَا عِلْمَهْ

Ta'aalaa majduhu wa 'adhuma syaenuh, kholaqol kholqo lihikmah, wa thowaa 'alayhaa 'ilmah.

Maha Luhur kemuliaan-Nya dan Maha Agung kedudukan-Nya. Dia menciptakan makhluk dengan penuh hikmah, dan meliputi mereka dengan ilmu-Nya.

وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمِنَّةِ مَا جَرَتْ بِهِ فِى أَقْدَارِهِ الْقِسْمَةْ. فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ أَشْرَفَ خَلْقِهِ وَأَجَلَّ عَبِيْدِهِ رَحْمَةْ

Wa basatho lahum min faa-idhil minnati maa jarot bihii fii aqdaarihil qismah. Fa-arsala ilayhim asyrofa kholqihii wa ajalla 'abiidihi rohmah.

Dan Dia hamparkan bagi mereka anugerah yang melimpah, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam takdir-Nya. Maka, Dia mengutus kepada mereka makhluk-Nya yang paling mulia dan hamba-Nya yang paling agung sebagai bentuk rahmat.

تَعَلَّقَتْ إِرَادَتُهُ الْأَزَلِيَّةُ بِخَلْقِ هَذَا الْعَبْدِ الْمَحْبُوْبْ. فَانْتَشَرَتْ آثَارُ شَرَفِهِ فِى عَوَالِمِ الشَّهَادَةِ وَالْغُيُوْبْ

Ta'allaqot iroodatuhul azaliyyatu bikholqi haadzal 'abdil mahbuub, fantasya-rot aatsaaru syarofihii fii 'awaalimisy-syahaadati wal ghuyuub.

Kehendak-Nya yang azali telah terikat pada penciptaan hamba yang terkasih ini. Maka, tersebarlah jejak-jejak kemuliaannya di alam nyata maupun alam gaib.

فَمَا أَجَلَّ هَذَا الْمَنَّ الَّذِي تَكَـرَّمَ بِهِ الْمَنَّانْ. وَمَا أَعْظَمَ هَذَا الْفَضْلَ الَّذِي بَرَزَ مِنْ حَضْرَةِ الْإِحْسَانْ. صُوْرَةٌ كَامِلَةٌ ظَهَرَتْ فِى هَيْكَلٍ مَحْمُوْدْ. فَتَعَطَّرَتْ بِوُجُوْدِهَا أَكْنَافُ الْوُجُوْدْ. وَطَرَّزَتْ بُرْدَ الْعَوَالِمِ بِطِرَازِ التَّكْرِيْمِ

Famaa ajalla haadzal mannalladzii takarroma bihil mannaan. Wamaa a'dhoma haadzal fadl-lalladzii baroza min hadlrotil ihsaan. Shuurotun kaamilatun dhoharot fii haykalin mahmuud. Fata'ath-thorot biwujuudihaa aknaaful wujuud. Wa thorrozat burdal 'awaalimi bithiroozit takriim.

Maka, alangkah agungnya anugerah yang dilimpahkan oleh Dzat Yang Maha Memberi Anugerah ini. Dan alangkah besarnya keutamaan yang muncul dari hadirat kebaikan-Nya. Sosok sempurna yang muncul dalam wujud yang terpuji. Maka, dengan kehadirannya, semerbaklah seluruh penjuru alam wujud. Dan ia menghiasi selubung alam semesta dengan sulaman kemuliaan.

Penjelasan: Rawi pertama ini adalah sebuah mukadimah teologis. Imam Ad-Diba'i memulai dengan pujian kepada Allah, menegaskan kekuasaan, kejelasan bukti, dan keluasan rahmat-Nya. Poin sentralnya adalah bahwa penciptaan alam semesta ini memiliki hikmah, dan puncak dari hikmah itu adalah pengutusan "makhluk paling mulia," yaitu Nabi Muhammad SAW. Di sini, diperkenalkan konsep "Nur Muhammad" (cahaya Muhammad) secara implisit. Dinyatakan bahwa kehendak Allah yang abadi telah melekat pada penciptaan hamba terkasih ini, dan dari sanalah kemuliaan menyebar ke seluruh alam. Kelahiran Nabi SAW digambarkan bukan sekadar peristiwa biasa, tetapi sebagai manifestasi dari "sosok sempurna" yang kehadirannya mengharumkan dan memuliakan seluruh eksistensi.

Shalawat dan Pujian (Rawi Kedua)

Setelah pengantar tentang keagungan penciptaan Nabi, bagian ini berisi shalawat dan salam sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kedudukan beliau yang luhur.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

Allaahumma sholli wasallim wabaarik 'alaih.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam, dan keberkahan kepadanya.

سُبْحَانَ مَنْ خَصَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَشْرَفِ الْمَنَاصِبِ وَالْمَرَاتِبْ. وَأَعْلَى الْمَوَاهِبِ وَالرَّغَائِبْ. أَحْمَدُهُ عَلَى مَا مَنَحَ مِنْ مَوَاهِبِهِ السَّنِيَّةْ. وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَتَاحَ مِنْ نِعَمِهِ الْهَنِيَّةْ

Subhaana man khosh-shohuu shollalloohu 'alaihi wasallama bi-asyrofil manaashibi wal marootib. Wa a'lal mawaahibi war-roghoo-ib. Ahmaduhuu 'alaa maa manaha min mawaahibihis saniyyah. Wa asykuruhuu 'alaa maa ataaha min ni'amihil haniyyah.

Maha Suci Dzat yang telah mengkhususkan beliau SAW dengan kedudukan dan tingkatan yang paling mulia, serta anugerah dan dambaan yang paling tinggi. Aku memuji-Nya atas segala anugerah luhur yang telah Dia berikan. Dan aku bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat menyenangkan yang telah Dia sediakan.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْقِذُ قَائِلَهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَشَدَائِدِهْ

Wa asyhadu an laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah, syahaadatan tunqidzu qoo-ilahaa min ahwaali yaumil qiyaamati wa syadaa-idih.

Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, sebuah kesaksian yang akan menyelamatkan pengucapnya dari kengerian dan kesulitan di hari kiamat.

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ الْأَوَائِلِ وَالْأَوَاخِرِ وَالْمُصْطَفَى مِنْ أَهْلِ الْكَرَائِمِ وَالْمَحَاتِدْ

Wa asyhadu anna sayyidanaa muhammadan 'abduhuu wa rosuuluh, sayyidul awaa-ili wal awaakhiri wal mushthofaa min ahlil karoo-imi wal mahaatid.

Dan aku bersaksi bahwa junjungan kita, Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya, pemimpin bagi orang-orang terdahulu dan yang kemudian, serta yang terpilih dari kalangan keluarga yang mulia dan terhormat.

صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، الَّذِيْنَ طَهُرُوْا مِنْ أَدْنَاسِ الشِّرْكِ وَالرَّجَائِسِ وَالْمَعَائِبْ. صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ، مَا غَرَّدَتْ فِي الْأَيْكِ حَمَائِمٌ وَأَوْرَقَ الدَّوْحُ وَمَادَتْ بِهِ مِنْ نَسِيْمِ الصَّبَا قَضَائِبْ.

Shollalloohu wasallama 'alaihi wa 'alaa aalihii wa ash-haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyatihii, alladziina thohuruu min adnaasisy-syirki war-rojaa-isi wal ma'aa-ib. Sholaatan wasalaaman daa-imaini mutalaazimain, maa ghorrodat fil aiki hamaa-imun wa auroqod-dauhu wa maadat bihii min nasiimish-shobaa qodloo-ib.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, istri-istrinya, dan keturunannya, yang telah disucikan dari kotoran syirik, kenistaan, dan cela. Rahmat dan salam yang senantiasa abadi dan tak terpisahkan, selama burung-burung merpati masih bernyanyi di pepohonan, selama dahan-dahan masih menghijau, dan selama ranting-ranting masih bergoyang ditiup angin pagi.

Penjelasan: Bagian ini memperkuat kesaksian iman (syahadatain). Setelah memuji Allah, penulis bersaksi akan keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW. Penekanan diberikan pada kedudukan Nabi sebagai "sayyid" (pemimpin) seluruh umat manusia, baik yang dulu maupun yang akan datang, dan statusnya sebagai "Al-Mushthafa" (Yang Terpilih) dari garis keturunan yang paling mulia. Shalawat kemudian dipanjatkan tidak hanya untuk Nabi, tetapi juga untuk seluruh lingkaran terdekatnya: keluarga (Ahlul Bait), sahabat, istri, dan keturunannya, yang semuanya disucikan oleh Allah. Penggunaan metafora alam ("selama burung bernyanyi," "dahan menghijau," "ranting bergoyang") untuk menggambarkan keabadian shalawat adalah gaya sastra Arab klasik yang indah, menunjukkan bahwa pujian ini akan terus berlangsung selamanya, seiring berjalannya waktu.

Silsilah Nasab Nabi yang Mulia (Rawi Ketiga)

Bagian ini merinci silsilah atau garis keturunan Nabi Muhammad SAW, menunjukkan kemuliaan nasabnya yang terjaga dan bersambung hingga Nabi Ibrahim AS dan Nabi Adam AS.

أَمَّا بَعْدُ، فَلَمَّا تَعَلَّقَتْ إِرَادَةُ اللهِ فِى الْعِلْمِ الْقَدِيْمِ بِظُهُوْرِ أَسْرَارِ التَّخْصِيْصِ لِلْبَشَرِ الْكَرِيْمِ. بِتَقْدِيْمِهِ وَتَفْضِيْلِهِ وَتَعْمِيْمِهِ

Ammaa ba'du, falammaa ta'allaqot iroodatulloohi fil 'ilmil qodiimi bidhuhuri asroorit takhshiishi lilbasyaril kariim. Bitaqdiimihii wa tafdliilihii wa ta'miimihii.

Adapun sesudah itu, maka ketika kehendak Allah dalam ilmu-Nya yang qadim telah terikat pada penampakan rahasia-rahasia pengkhususan bagi manusia yang mulia (Nabi Muhammad), dengan mendahulukannya, mengutamakannya, dan menyebarkan (rahmatnya).

نَفَذَتْ قُدْرَتُهُ الْبَاهِرَةْ. بِنِعْمَتِهِ الظَّاهِرَةْ. فَاسْتَوْدَعَهُ فِى أَصْلَابِ وَبُطُوْنِ مَنْ اصْطَفَاهُ مِنْ خَزَائِنِ الْهِدَايَةِ

Nafadzat qudrotuhul baahiroh, bini'matihidh-dhoohiroh. Fastauda'ahu fii ashlaabi wa buthuuni manishthofaahu min khozaa-inil hidaayah.

Maka terlaksanalah kekuasaan-Nya yang agung, dengan nikmat-Nya yang nyata. Maka Dia menitipkan (cahaya Muhammad) di dalam sulbi dan rahim orang-orang yang telah Dia pilih dari perbendaharaan hidayah.

يَتَنَقَّلُ مِنْ أَصْلَابِ كِرَامٍ إِلَى أَرْحَامٍ طَاهِرَةْ. كُلَّمَا مَضَى مِنْهُمْ سَلَفٌ، قَامَ بَعْدَهُ بِالدِّيْنِ وَالْوَفَاءِ خَلَفٌ

Yatanaqqolu min ashlaabi kiroomin ilaa arhaamin thoohiroh. Kullamaa madloo minhum salafun, qooma ba'dahuu biddiini wal wafaa-i kholafun.

Ia (cahaya Muhammad) berpindah-pindah dari sulbi-sulbi yang mulia ke rahim-rahim yang suci. Setiap kali seorang pendahulu dari mereka berlalu, maka bangkitlah pengganti sesudahnya yang menegakkan agama dan menepati janji.

حَتَّى بَرَزَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نِكَاحٍ لَا سِفَاحْ. مِنْ لَدُنْ آدَمَ إِلَى أَبَوَيْهِ الْكِرَامْ

Hattaa baroza shollalloohu 'alaihi wasallama min nikaahin laa sifaah, min ladun aadama ilaa abawaihil kiroom.

Hingga muncullah beliau SAW dari pernikahan yang sah, bukan dari perzinaan, sejak dari Nabi Adam hingga kedua orang tuanya yang mulia.

أَكْرِمْ بِهِ مِنْ نَسَبٍ طَهُرَتْ أَزِرَّتُهُ الشَّرِيْفَةْ. وَحُفِظَتْ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ سَرَائِرُهُ الْمَنِيْفَةْ

Akrim bihii min nasabin thohurot azirrotuhusy-syariifah, wa hufidhot min ahlil jaahiliyyati saroo-iruhul maniifah.

Alangkah mulianya nasab ini, yang kancing-kancing bajunya (simbol kehormatan) senantiasa suci. Dan terjagalah rahasia-rahasianya yang luhur dari (keburukan) kaum jahiliyah.

وَهُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنَافِ بْنِ قُصَيِّ بْنِ كِلَابِ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرِ بْنِ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ إِلْيَاسَ بْنِ مُضَرَ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْنَانَ. وَهُوَ نَسَبٌ تَوَافَقَ عَلَى صِحَّتِهِ الْأَئِمَّةُ الْأَعْلَامْ. وَعِنْدَ عَدْنَانَ يُمْسِكُ عَنْ رَفْعِهِ النَّسَّابَةُ الْفِخَامْ. وَإِلَى إِبْرَاهِيْمَ أُصُوْلُهُ وَأُسُسُهُ

Wa huwa sayyidunaa Muhammadubnu 'Abdillaahibni 'Abdil Muththolibibni Haasyimibni 'Abdi Manaafibni Qushoyyibni Kilaabibni Murrotibni Ka'bibni Lu-ayyibni Ghoolibibni Fihribni Maalikibnin-Nadlribni Kinaanatabni Khuzaimatabni Mudrikatabni Ilyaasabni Mudloribni Nizaaribni Ma'addibni 'Adnaan. Wa huwa nasabun tawaafaqo 'alaa shihhatihil a-immatul a'laam. Wa 'inda 'adnaana yumsiku 'an rof'ihin-nassaabatul fikhoom. Wa ilaa ibroohiima ushuuluhu wa ususuh.

Dan beliau adalah junjungan kita, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. Ini adalah nasab yang para imam terkemuka sepakat atas kebenarannya. Dan para ahli nasab yang agung berhenti menyebutkan silsilah di atas Adnan. Dan kepada Nabi Ibrahim-lah kembali akar dan pondasinya.

Penjelasan: Nasab atau silsilah adalah hal yang sangat penting dalam budaya Arab sebagai penanda kemuliaan dan kehormatan. Bagian ini menegaskan bahwa "cahaya kenabian" yang dititipkan Allah tidak pernah berada dalam wadah yang kotor. Ia selalu berpindah melalui sulbi para lelaki mulia ke rahim para wanita suci. Ini adalah penegasan kesucian garis keturunan Nabi SAW dari segala bentuk perbuatan nista, terutama perzinaan, sejak dari Nabi Adam AS. Penulis kemudian merinci silsilah Nabi hingga Adnan, yang merupakan batas di mana para ahli nasab menyepakati keakuratannya. Dengan menyebutkan bahwa akarnya kembali kepada Nabi Ibrahim AS, ini juga menghubungkan risalah Nabi Muhammad SAW dengan risalah para nabi sebelumnya dalam tradisi Ibrahimiyyah.

Peristiwa Menjelang Kelahiran (Rawi Keempat)

Bagian ini menceritakan tanda-tanda keagungan dan peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi saat ibunda Nabi, Sayyidah Aminah, mengandung beliau.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

Allaahumma sholli wasallim wabaarik 'alaih.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam, dan keberkahan kepadanya.

وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّةْ. وَإِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ وَمَعْنِيَّهْ

Wa lammaa aroodalloohu ta'aalaa ibrooza haqiiqotihil muhammadiyyah, wa idh-haarohuu jisman wa ruuhan bishuurotihii wa ma'niyyah.

Dan ketika Allah Ta'ala berkehendak untuk menampakkan hakikat Muhammad, dan menzahirkannya dalam bentuk jasad dan ruh dengan rupa dan maknanya.

نَقَلَهُ إِلَى مَقَرِّهِ مِنْ صَدَفَةِ آمِنَةَ الزُّهْرِيَّةْ. وَخَصَّهَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ بِأَنْ تَكُوْنَ أُمًّا لِمُصْطَفَاهْ

Naqolahuu ilaa maqorrihii min shofadati aaminataz-zuhriyyah. Wa khosh-shohal qoriibul mujiibu bi-an takuuna umman limushthofaah.

Dia memindahkannya ke tempat menetapnya, yaitu dalam 'kerang' (rahim) Aminah Az-Zuhriyyah. Dan Dzat Yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan doa telah mengkhususkannya untuk menjadi ibu bagi hamba pilihan-Nya.

وَنُوْدِيَ فِى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِحَمْلِهَا لِأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّةْ. وَصَبَا كُلُّ صَبٍّ لِظُهُوْرِهِ. وَتَبَاشَرَتِ الْوُحُوْشُ فِى الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ وَدَوَابُّ الْبِحَارْ

Wa nuudiya fis-samaawaati wal ardli bihamlihaa li-anwaarihidz-dzaatiyyah. Wa shobaa kullu shobbin lidhuhuurihi. Wa tabaasyarotil wuhuusyu fil masyaariqi wal maghooribi wa dawaabbul bihaar.

Dan diserukan di langit dan di bumi tentang kandungannya yang membawa cahaya Dzat (Muhammad). Setiap pecinta merindukan kemunculannya. Dan saling memberi kabar gembiralah binatang-binatang buas di timur dan barat, serta hewan-hewan di lautan.

وَلَمْ تَجِدْ لَهُ ثِقْلًا وَلَا وَحَمًا كَمَا تَجِدُهُ النِّسَاءْ. وَكَانَتْ تُخْبِرُ عَنْهُ بِأَنَّهُ إِذَا تَحَرَّكَ فِى بَطْنِهَا تَسْمَعُ لَهُ تَسْبِيْحًا وَتَحْمِيْدًا فِى الْأَحْشَاءْ

Walam tajid lahuu tsiqlan walaa wahaman kamaa tajiduhun-nisaa'. Wa kaanat tukhbiru 'anhu bi-annahuu idzaa taharroka fii bathnihaa tasma'u lahuu tasbiihan wa tahmiidan fil ahsyaa'.

Dan ia (Aminah) tidak merasakan berat ataupun mengidam sebagaimana yang dirasakan oleh para wanita (hamil pada umumnya). Dan ia mengabarkan bahwa ketika janin itu bergerak di dalam perutnya, ia mendengar suara tasbih dan tahmid dari dalam kandungannya.

Penjelasan: Bagian ini adalah transisi dari silsilah ke peristiwa kehamilan. "Hakikat Muhammad" yang sebelumnya bersifat cahaya (nur) kini akan dimanifestasikan dalam bentuk jasad dan ruh. Rahim Sayyidah Aminah diibaratkan sebagai "shodafah" (kerang mutiara), sebuah metafora yang indah untuk menunjukkan betapa berharganya janin yang dikandungnya. Peristiwa kehamilan ini bukan peristiwa biasa; ia diumumkan di seluruh alam semesta. Bahkan binatang-binatang pun merasakan kegembiraan. Keistimewaan kehamilan ini juga ditekankan dengan fakta bahwa Sayyidah Aminah tidak merasakan kesulitan seperti wanita hamil lainnya. Puncaknya adalah kesaksiannya mendengar janinnya bertasbih di dalam kandungan, sebuah tanda kenabian yang sudah tampak sejak dalam rahim.

Saat-saat Kelahiran yang Agung (Rawi Kelima)

Inilah puncak narasi, menceritakan detik-detik kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dipenuhi dengan keajaiban dan cahaya yang menerangi alam semesta.

فَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْأَقْوَالِ الْمَرْضِيَّةْ. تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوْهُ عَبْدُ اللهْ

Falammaa tamma min hamlihii syahrooni 'alaa masyhuuril aqwaalil mardliyyah. Tuwuffiya bil madiinatil munawwaroti abuuuhu 'Abdullaah.

Maka ketika kandungannya telah genap dua bulan menurut pendapat yang masyhur dan diridhai, wafatlah di Madinah Al-Munawwarah ayahnya, Abdullah.

وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ عَلَى الرَّاجِحِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةْ. وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهْ

Wa lammaa tamma min hamlihii 'alar-roojihi tis'atu asyhurin qomariyyah. Wa aana liz-zamaani an yanjaliya 'anhu shodaaah.

Dan ketika kandungannya telah genap sembilan bulan qamariyah menurut pendapat yang paling kuat, dan telah tiba waktunya bagi zaman untuk disingkapkan kegelapannya.

حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِى نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةْ. وَأَخَذَهَا الْمَخَاضُ فَوَلَدَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُوْرًا يَتَلَأْلَأُ سَنَاهْ

Hadoro ummahuu lailata maulidihii aasiyatu wa maryamu fii niswatin minal hadhiirotil qudsiyyah. Wa akhodzahal makhoodlu fawaladat-hu shollalloohu 'alaihi wasallama nuuron yatala'la-u sanaah.

Maka hadirlah di sisi ibunya pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam bersama serombongan wanita suci dari surga. Lalu datanglah rasa sakit akan melahirkan, maka ia pun melahirkan beliau SAW dalam keadaan cahaya yang bersinar terang benderang.

Penjelasan: Bagian ini menceritakan dua peristiwa penting: wafatnya ayah Nabi, Abdullah, saat Nabi masih dalam kandungan, yang menandakan statusnya sebagai seorang yatim sejak lahir. Lalu, momen kelahiran yang agung. Kehadiran Asiyah (istri Firaun) dan Maryam (ibunda Nabi Isa) secara spiritual untuk membantu proses persalinan adalah simbol bahwa kelahiran ini adalah peristiwa yang diakui dan dirayakan oleh para wanita suci dalam sejarah kenabian. Kelahiran beliau tidak digambarkan seperti kelahiran biasa, melainkan sebagai munculnya "cahaya yang bersinar terang," yang kelak akan menerangi kegelapan jahiliyah.

Mahallul Qiyam: Berdiri Menyambut Sang Nabi

Ini adalah bagian puncak dari pembacaan Maulid Diba'. Jamaah akan berdiri sebagai simbol penghormatan, penyambutan, dan kegembiraan atas kehadiran ruh Nabi Muhammad SAW di tengah-tengah mereka. Lantunan shalawat yang indah menggema, mengekspresikan cinta dan kerinduan yang mendalam.

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدْ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا، مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا

Shollalloohu 'alaa Muhammad, Shollalloohu 'alaihi wasallam. Marhaban yaa marhaban yaa marhaban, marhaban jaddal Husaini marhaban.

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Muhammad, semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepadanya. Selamat datang, wahai selamat datang, wahai selamat datang. Selamat datang, wahai kakek dari Al-Husain, selamat datang.

يَا نَبِى سَلَامْ عَلَيْكَ ۰ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْبْ سَلَامْ عَلَيْكَ ۰ صَلَوَاتُ اللهْ عَلَيْكَ

Yaa nabii salaam ‘alaika, yaa rosuul salaam ‘alaika. Yaa habiib salaam ‘alaika, sholawaatullaah ‘alaika.

Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu. Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu. Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu. Shalawat (rahmat) Allah untukmu.

أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ۰ فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
مِثْلَ حُسْنِكْ مَا رَأَيْنَا ۰ قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ

Asyroqol badru ‘alainaa, fakhtafat minhul buduuru. Mitsla husnik maa ro-ainaa, qotthu yaa wajhas-suruuri.

Bulan purnama telah terbit menyinari kami, maka pudarlah darinya purnama-purnama lain. Keindahan sepertimu belum pernah kami lihat, wahai wajah yang penuh kegembiraan.

أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ ۰ أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِ
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي ۰ أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ

Anta syamsun anta badrun, anta nuurun fauqo nuuri. Anta iksiirun wa ghoolii, anta mishbaahush-shuduuri.

Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama. Engkau adalah cahaya di atas cahaya. Engkau adalah obat yang sangat berharga. Engkau adalah pelita hati.

يَا حَبِيْبِيْ يَا مُحَمَّدْ ۰ يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
يَا مُؤَيَّدْ يَا مُمَجَّدْ ۰ يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ

Yaa habiibii yaa Muhammad, yaa ‘aruusal-khoofiqoini. Yaa mu-ayyad yaa mumajjad, yaa imaamal qiblataini.

Wahai kekasihku, wahai Muhammad. Wahai 'pengantin' dua dunia (timur dan barat). Wahai yang dikuatkan (oleh Allah), wahai yang diagungkan. Wahai imam dua kiblat.

مَنْ رَأَى وَجْهَكَ يَسْعَدْ ۰ يَا كَرِيْمَ الْوَالِدَيْنِ
حَوْضُكَ الصَّافِى الْمُبَرَّدْ ۰ وِرْدُنَا يَوْمَ النُّشُوْرِ

Man ro-aa wajhaka yas’ad, yaa kariimal waalidaini. Haudlukash-shoofil mubarrod, wirdunaa yauman-nusyuuri.

Siapa pun yang memandang wajahmu akan bahagia, wahai yang mulia kedua orang tuanya. Telagamu yang jernih dan sejuk, adalah tempat kami minum di hari kebangkitan.

وُلِدَ الْحَبِيْبُ وَخَدُّهُ مُتَوَرِّدٌ ۰ وَالنُّوْرُ مِنْ وَجَنَاتِهِ يَتَوَقَّدُ

Wulidal habiibu wa khodduhuu mutawarridun, wannuuru min wajanaatihi yatawaqqodu.

Telah lahir sang kekasih dengan pipi yang kemerahan, dan cahaya dari kedua pipinya senantiasa menyala.

Penjelasan: Mahallul Qiyam adalah ekspresi fisik dari cinta dan penghormatan. Berdiri melambangkan kesiapan kita untuk menyambut dan menghormati kehadiran spiritual Nabi. Lirik-lirik yang dilantunkan pada bagian ini adalah puncak dari pujian dan sanjungan. Nabi diibaratkan sebagai bulan purnama yang cahayanya mengalahkan semua cahaya lain, sebagai matahari, sebagai obat penyembuh jiwa, dan sebagai pelita hati. Gelar-gelar mulia seperti "pengantin dua dunia" dan "imam dua kiblat" disebut untuk menegaskan keagungan dan universalitas risalahnya. Harapan akan syafaatnya di akhirat, terutama untuk bisa minum dari telaganya (Al-Kautsar), menjadi doa utama dalam bagian ini. Ini adalah momen di mana emosi, spiritualitas, dan cinta menyatu dalam sebuah ritual yang khusyuk.

Doa Penutup Maulid Diba'

Setelah seluruh rangkaian pujian dan kisah dilantunkan, majelis ditutup dengan doa yang berisi permohonan ampun, rahmat, dan harapan agar dikumpulkan bersama Nabi Muhammad SAW di surga kelak.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahir rohmaanir rohiim. Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin. Allohumma sholli wasallim 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ وَنَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ الْأَمِيْنِ، سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، أَنْ تُطَهِّرَ قُلُوْبَنَا مِنْ كُلِّ وَصْفٍ يُبَاعِدُنَا عَنْ مُشَاهَدَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ

Allohumma innaa nas-aluka wa natawassalu ilaika binabiyyikal amiin, sayyidil mursaliin, an tuthahhira quluubanaa min kulli washfin yubaa'idunaa 'an musyaahadatika wa mahabbatika.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon dan bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan Nabi-Mu yang terpercaya, pemimpin para rasul, agar Engkau sucikan hati kami dari setiap sifat yang menjauhkan kami dari menyaksikan-Mu dan mencintai-Mu.

وَأَنْ تُمِيْتَنَا عَلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَالشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Wa an tumiitanaa 'alas-sunnati wal jamaa'ah, wasy-syauqi ilaa liqoo-ika yaa dzal jalaali wal ikroom.

Dan agar Engkau wafatkan kami di atas (jalan) sunnah dan jama'ah, serta dalam kerinduan untuk bertemu dengan-Mu, wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan.

اَللّٰهُمَّ شَفِّعْ فِيْنَا نَبِيَّكَ الْمُصْطَفَى، وَاحْشُرْنَا فِى زُمْرَتِهِ تَحْتَ لِوَائِهِ، وَاسْقِنَا مِنْ كَأْسِهِ الْأَوْفَى، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا

Allohumma syaffi' fiinaa nabiyyakal mushthofaa, wahsyurnaa fii zumrotihi tahta liwaa-ihi, wasqinaa min ka'sihil aufaa, ma'alladziina an'amta 'alaihim minan-nabiyyiina wash-shiddiiqiina wasy-syuhadaa-i wash-shoolihiin, wa hasuna ulaa-ika rofiiqoo.

Ya Allah, berikanlah syafaat Nabi-Mu yang terpilih kepada kami, kumpulkanlah kami dalam golongannya di bawah benderanya, dan berilah kami minum dari gelasnya yang paling sempurna, bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

Allohumma innaa na'uudzu bika min 'ilmin laa yanfa', wa min qolbin laa yakhsya', wa min nafsin laa tasyba', wa min du'aa-in laa yusma'.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari nafsu yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak didengar.

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa 'adzaaban-naar. Wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihi wasallam. Walhamdu lillaahi robbil 'aalamiin.

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Penjelasan: Doa penutup ini merangkum seluruh harapan dan tujuan dari pembacaan maulid. Dimulai dengan bertawassul (mengambil perantara) kepada Nabi Muhammad SAW, permohonan pertama adalah untuk kebersihan hati, agar bisa lebih dekat dan lebih cinta kepada Allah. Harapan untuk wafat dalam keadaan husnul khatimah (di atas sunnah dan jama'ah) adalah permintaan yang sangat penting. Puncak permohonan ukhrawi adalah mendapatkan syafaat Nabi, dikumpulkan di bawah benderanya, dan minum dari telaganya. Doa ditutup dengan memohon perlindungan dari empat hal buruk (ilmu tak bermanfaat, hati tak khusyuk, nafsu tak puas, doa tak terkabul) dan diakhiri dengan doa sapu jagat yang masyhur, sebagai permohonan kebaikan yang menyeluruh di dunia dan akhirat.
🏠 Kembali ke Homepage