Surat Al-Waqiah: Guncangan Dahsyat dan Janji Rezeki
Surat Al-Waqiah adalah surat ke-56 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 96 ayat. Diturunkan di Mekah (Makkiyah), surat ini memiliki nama yang berarti "Hari Kiamat" atau "Peristiwa yang Tak Terhindarkan." Tema utamanya adalah penggambaran dahsyatnya hari akhir, pembalasan bagi setiap amal, dan pembagian manusia menjadi tiga golongan berdasarkan perbuatan mereka di dunia. Selain sebagai pengingat akan akhirat, surat ini juga dikenal luas di kalangan umat Islam sebagai wasilah (perantara) untuk memohon kelapangan rezeki dan dijauhkan dari kemiskinan, sebuah keyakinan yang berakar pada beberapa riwayat hadis.
Lebih dari sekadar bacaan ritual, Al-Waqiah mengajak pembacanya untuk melakukan perenungan mendalam (tadabbur) tentang hakikat penciptaan, kekuasaan mutlak Allah SWT, dan keniscayaan adanya kehidupan setelah mati. Dengan memahami kandungan maknanya, seorang Muslim didorong untuk memperbaiki kualitas imannya, memperbanyak amal saleh, dan menumbuhkan rasa tawakal yang kokoh, di mana rezeki adalah salah satu buah dari ketakwaan tersebut.
Keutamaan dan Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah
Keistimewaan Surat Al-Waqiah telah banyak dibahas oleh para ulama. Salah satu riwayat yang paling populer adalah hadis yang dinisbahkan kepada Abdullah bin Mas'ud, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya." Meskipun sebagian ahli hadis memperdebatkan tingkat kesahihan sanadnya, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah dalam dan diterima secara luas sebagai sebuah motivasi spiritual.
Mencegah Kefakiran Spiritual dan Material
Para ulama menjelaskan bahwa "kefakiran" atau kemiskinan yang dimaksud dalam hadis tersebut tidak hanya terbatas pada materi. Kemiskinan yang paling berbahaya adalah kemiskinan hati, yaitu kekosongan jiwa dari iman, rasa syukur, dan keyakinan kepada Allah. Dengan merutinkan membaca Al-Waqiah, hati seseorang akan senantiasa diingatkan tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas. Dia-lah yang menciptakan, mematikan, dan membangkitkan. Dia pula yang menumbuhkan tanaman, menurunkan hujan, dan menyalakan api. Kesadaran ini menumbuhkan rasa ketergantungan total kepada Sang Pencipta, sehingga ia tidak lagi merasa cemas berlebihan terhadap urusan duniawi.
Ketika hati sudah kaya dengan tawakal, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya dari jalan yang tidak disangka-sangka. Inilah makna spiritual di balik janji "tidak akan ditimpa kemiskinan". Keyakinan ini mendorong seorang hamba untuk terus berusaha secara lahiriah, namun hatinya tetap bergantung pada Allah. Ketenangan batin inilah yang merupakan kekayaan sejati, yang kemudian dapat membuka pintu-pintu rezeki material sebagai berkah tambahan dari Allah SWT.
Pengingat Dahsyatnya Hari Kiamat
Fungsi utama Surat Al-Waqiah adalah sebagai pengingat (tazkirah) akan hari akhir. Ayat-ayat awalnya melukiskan dengan sangat gamblang bagaimana bumi akan diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, gunung-gunung akan hancur lebur menjadi debu yang beterbangan. Penggambaran ini bertujuan untuk mengguncang jiwa yang lalai, menyadarkan manusia dari tidurnya yang panjang dalam kenikmatan dunia fana. Dengan membacanya secara rutin, seorang Muslim akan senantiasa termotivasi untuk mempersiapkan bekal akhirat, menjauhi perbuatan dosa, dan bersegera dalam kebaikan, karena ia tahu bahwa peristiwa dahsyat itu pasti akan datang.
Memperkuat Keyakinan akan Kebangkitan
Di bagian pertengahan surat, Allah SWT menyajikan serangkaian argumen logis dan bukti nyata dari alam semesta untuk menegaskan adanya hari kebangkitan. Manusia diajak berpikir: "Apakah kamu yang menciptakan (manusia) atau Kami yang menciptakannya?", "Apakah kamu yang menumbuhkan tanaman atau Kami yang menumbuhkannya?". Pertanyaan-pertanyaan retoris ini menohok akal dan nurani, membuktikan bahwa Dzat yang mampu menciptakan dari ketiadaan, tentu lebih mudah untuk membangkitkan kembali apa yang telah hancur. Keyakinan akan hari kebangkitan adalah salah satu pilar fundamental dalam akidah Islam, dan Al-Waqiah berfungsi untuk mengokohkan pilar tersebut dalam hati setiap pembacanya.
Tafsir dan Kandungan Pokok Surat Al-Waqiah
Secara garis besar, kandungan Surat Al-Waqiah dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama: penggambaran hari kiamat, klasifikasi manusia menjadi tiga golongan beserta balasan mereka, dalil-dalil kekuasaan Allah, dan penegasan tentang kemuliaan Al-Qur'an.
Bagian Pertama: Guncangan Kiamat dan Tiga Golongan Manusia (Ayat 1-56)
Surat ini dibuka dengan pernyataan tegas tentang kepastian terjadinya Al-Waqiah (Hari Kiamat). Tidak ada keraguan sedikit pun tentang kedatangannya. Peristiwa ini akan merendahkan satu golongan (para pendurhaka) dan meninggikan golongan lain (orang-orang beriman). Allah kemudian melukiskan kehancuran alam semesta: bumi diguncangkan sehebat-hebatnya dan gunung-gunung diluluhlantakkan. Pada saat itulah, manusia akan terbagi menjadi tiga golongan yang berbeda.
1. As-Sabiqun As-Sabiqun (Orang-Orang yang Terdahulu Lagi Terkemuka)
Mereka adalah golongan istimewa, orang-orang yang paling depan dalam beriman dan beramal saleh. Mereka adalah para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh pilihan. Balasan untuk mereka adalah surga yang penuh kenikmatan (Jannatun Na'im). Allah menggambarkan mereka duduk di atas dipan-dipan bertatahkan emas dan permata, dilayani oleh anak-anak muda yang kekal, dengan minuman dari mata air surga yang tidak memabukkan. Mereka menikmati buah-buahan pilihan dan daging burung yang lezat. Sebagai puncak kenikmatan, mereka didampingi oleh bidadari-bidadari yang suci laksana mutiara yang tersimpan baik. Di dalam surga, tidak ada perkataan sia-sia, yang ada hanyalah ucapan salam yang menentramkan. Mereka adalah golongan yang didekatkan (muqarrabun) kepada Allah SWT.
2. Ashabul Yamin (Golongan Kanan)
Ini adalah golongan mayoritas dari para penghuni surga. Mereka adalah orang-orang beriman yang catatan amalnya diberikan dari sebelah kanan. Balasan untuk mereka juga luar biasa indah. Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya. Mereka menikmati naungan yang terbentang luas dan air yang terus mengalir. Allah menciptakan untuk mereka pasangan-pasangan yang suci, sebaya umurnya, dan penuh cinta. Gambaran surga untuk Ashabul Yamin menekankan pada keindahan alam, kelimpahan, dan kedamaian, sebuah balasan yang setimpal atas kesabaran dan ketaatan mereka di dunia.
3. Ashabul Syimal (Golongan Kiri)
Ini adalah golongan para pendurhaka, orang-orang kafir, dan munafik yang catatan amalnya diberikan dari sebelah kiri. Balasan mereka adalah azab yang sangat pedih. Allah menggambarkan mereka berada dalam siksaan angin yang amat panas (samum) dan air yang mendidih (hamim). Mereka bernaung di bawah naungan asap hitam yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Dulu di dunia, mereka hidup bermewah-mewahan, terus-menerus melakukan dosa besar, dan mengingkari adanya hari kebangkitan. Makanan mereka adalah buah dari pohon Zaqqum yang pahit dan berduri, yang akan memenuhi perut mereka, lalu mereka minum air mendidih seperti unta yang kehausan. Inilah hidangan bagi mereka pada hari pembalasan, sebuah gambaran yang sangat mengerikan untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang masih hidup.
Bagian Kedua: Dalil-Dalil Kekuasaan Allah dan Kebenaran Hari Kebangkitan (Ayat 57-74)
Setelah memaparkan balasan bagi setiap golongan, Allah SWT beralih menyajikan bukti-bukti logis dan empiris akan kekuasaan-Nya. Ini adalah bagian yang sangat kuat untuk meruntuhkan keraguan kaum musyrikin Mekah pada saat itu dan seluruh manusia hingga akhir zaman.
"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami yang menciptakannya?"
Ayat-ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan empat fenomena yang sangat dekat dengan kehidupan mereka:
- Penciptaan Manusia (Ayat 57-62): Allah mengingatkan manusia akan asal-usulnya dari setetes air mani yang hina. Proses penciptaan dari zigot hingga menjadi manusia sempurna adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Jika Allah mampu menciptakan dari sesuatu yang begitu sederhana, mengapa manusia meragukan kemampuan-Nya untuk membangkitkan kembali tulang-belulang yang telah hancur? Allah menegaskan bahwa kematian telah ditentukan dan Dia sama sekali tidak lemah untuk mengganti mereka dengan generasi baru atau menciptakan mereka dalam bentuk yang tidak mereka ketahui.
- Proses Pertanian (Ayat 63-67): Allah menantang manusia untuk memikirkan proses bercocok tanam. Manusia hanya menabur benih, tetapi Allahlah yang menumbuhkannya. Dialah yang mengatur matahari, air, dan unsur hara di tanah sehingga benih kecil bisa tumbuh menjadi tanaman yang menghasilkan buah-buahan. Allah berfirman bahwa jika Dia berkehendak, Dia bisa dengan mudah menjadikan tanaman itu kering dan hancur, membuat para petani merugi dan putus asa. Ini adalah bukti bahwa segala nikmat pertanian adalah murni karunia dari-Nya.
- Turunnya Hujan (Ayat 68-70): Manusia diajak merenungkan air yang mereka minum setiap hari. Apakah manusia yang menurunkannya dari awan, ataukah Allah? Tentu Allahlah yang mengatur siklus hidrologi yang kompleks, menguapkan air laut, membentuk awan, dan menurunkannya sebagai hujan tawar yang menghidupi. Jika Allah berkehendak, Dia bisa menjadikan air itu asin sehingga tidak bisa diminum. Mengapa manusia tidak bersyukur atas nikmat yang vital ini?
- Adanya Api (Ayat 71-74): Allah meminta manusia memperhatikan api yang mereka nyalakan. Api berasal dari gesekan kayu atau sumber lainnya, yang pada dasarnya adalah energi yang tersimpan dalam materi yang diciptakan Allah. Api adalah kebutuhan pokok untuk memasak, menghangatkan diri, dan industri. Allah menjadikannya sebagai pengingat akan api neraka yang jauh lebih dahsyat, sekaligus sebagai manfaat bagi para musafir dan semua manusia.
Keempat bukti ini secara telak menunjukkan bahwa kekuasaan Allah meliputi segala aspek kehidupan. Dzat yang mengatur semua ini dengan begitu presisi pastilah mampu untuk mewujudkan hari pembalasan yang telah dijanjikan.
Bagian Ketiga: Kemuliaan Al-Qur'an dan Penutup (Ayat 75-96)
Di bagian akhir, Allah SWT bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Ini adalah sumpah yang agung, menunjukkan betapa luas dan teraturnya alam semesta ciptaan-Nya. Sumpah ini digunakan untuk menegaskan kebenaran dan kemuliaan Al-Qur'an.
Allah menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah bacaan yang sangat mulia, yang tersimpan dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). Kemudian, terdapat ayat yang sangat terkenal: "Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan." Para ulama memiliki dua penafsiran utama mengenai ayat ini. Pertama, secara harfiah, mushaf Al-Qur'an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci dari hadas besar dan kecil. Kedua, secara maknawi, hakikat dan kedalaman makna Al-Qur'an tidak akan bisa diraih kecuali oleh hati yang suci dari kesyirikan dan kemaksiatan.
Surat ini ditutup dengan mengembalikan pembahasan pada tiga golongan manusia, namun kali ini dalam konteks sakaratul maut. Ketika nyawa sudah sampai di kerongkongan, tidak ada seorang pun yang bisa menolong. Allah lebih dekat kepada orang yang sedang sekarat itu daripada keluarganya. Saat itulah takdir akhir seseorang ditentukan:
- Jika ia termasuk golongan muqarrabun (yang didekatkan), ia akan memperoleh ketentraman, rezeki, dan surga yang penuh kenikmatan.
- Jika ia termasuk Ashabul Yamin (golongan kanan), ia akan disambut dengan ucapan "Salam bagimu" dari sesama golongan kanan.
- Dan jika ia termasuk golongan pendusta dan sesat (Ashabul Syimal), ia akan dijamu dengan air mendidih dan dibakar di dalam neraka Jahim.
Surat Al-Waqiah diakhiri dengan penegasan bahwa semua yang dijelaskan ini adalah kebenaran yang sangat meyakinkan. Oleh karena itu, manusia diperintahkan untuk bertasbih dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Agung.
Bacaan Lengkap Surat Al-Waqiah, Latin, dan Terjemahannya
Berikut adalah bacaan lengkap 96 ayat Surat Al-Waqiah beserta tulisan Latin dan artinya dalam Bahasa Indonesia agar dapat dibaca, dipahami, dan direnungi maknanya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ
Iżā waqa‘atil-wāqi‘ah(tu). 1. Apabila terjadi hari Kiamat,لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ
Laisa liwaq‘atihā kāżibah(tun). 2. terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal).خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ۙ
Khāfiḍatur rāfi‘ah(tun). 3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّا ۙ
Iżā rujjatil-arḍu rajjā(n). 4. Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا ۙ
Wa bussatil-jibālu bassā(n). 5. dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّا ۙ
Fakānat habā'am mumbaṡṡā(n). 6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ
Wa kuntum azwājan ṡalāṡah(tan). 7. dan kamu menjadi tiga golongan.فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ
Fa'aṣḥābul-maimanati mā aṣḥābul-maimanah(ti). 8. Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ
Wa aṣḥābul-masy'amati mā aṣḥābul-masy'amah(ti). 9. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَ ۙ
Was-sābiqūnas-sābiqūn(a). 10. Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga).اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَ ۚ
Ulā'ikal-muqarrabūn(a). 11. Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah).فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
Fī jannātin-na‘īm(i). 12. Berada dalam surga kenikmatan.ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَ ۙ
Ṡullatum minal-awwalīn(a). 13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَ ۗ
Wa qalīlum minal-ākhirīn(a). 14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍ ۙ
‘Alā sururim mauḍūnah(tin). 15. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata,مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ
Muttaki'īna ‘alaihā mutaqābilīn(a). 16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَ ۙ
Yaṭūfu ‘alaihim wildānum mukhalladūn(a). 17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍ ۙ
Bi'akwābiw wa abārīqa wa ka'sim mim ma‘īn(in). 18. dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَ ۙ
Lā yuṣadda‘ūna ‘anhā wa lā yunzifūn(a). 19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَ ۙ
Wa fākihatim mimmā yatakhayyarūn(a). 20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَ ۗ
Wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahūn(a). 21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.وَحُوْرٌ عِيْنٌ ۙ
Wa ḥūrun ‘īn(un). 22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِ ۚ
Ka'amṡālil-lu'lu'il-maknūn(i). 23. laksana mutiara yang tersimpan baik.جَزَاۤءً ۢبِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Jazā'am bimā kānū ya‘malūn(a). 24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًا ۙ
Lā yasma‘ūna fīhā lagwaw wa lā ta'ṡīmā(n). 25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا
Illā qīlan salāman salāmā(n). 26. akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ۗ
Wa aṣḥābul-yamīni mā aṣḥābul-yamīn(i). 27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍ ۙ
Fī sidrim makhḍūd(in). 28. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍ ۙ
Wa ṭalḥim manḍūd(in). 29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍ ۙ
Wa ẓillim mamdūd(in). 30. dan naungan yang terbentang luas,وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍ ۙ
Wa mā'im maskūb(in). 31. dan air yang tercurah,وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍ ۙ
Wa fākihah kaṡīrah(tin). 32. dan buah-buahan yang banyak,لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍ ۙ
Lā maqṭū‘atiw wa lā mamnū‘ah(tin). 33. yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya,وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍ ۗ
Wa furusyim marfū‘ah(tin). 34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءً ۙ
Innā ansya'nāhunna insyā'ā(n). 35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًا ۙ
Faja‘alnāhunna abkārā(n). 36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,عُرُبًا اَتْرَابًا ۙ
‘uruban atrābā(n). 37. penuh cinta lagi sebaya umurnya,لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِ ۗ
Li'aṣḥābil-yamīn(i). 38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَ ۙ
Ṡullatum minal-awwalīn(a). 39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَ ۗ
Wa ṡullatum minal-ākhirīn(a). 40. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِ ۗ
Wa aṣḥābusy-syimāli mā aṣḥābusy-syimāl(i). 41. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍ ۙ
Fī samūmiw wa ḥamīm(in). 42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih,وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍ ۙ
Wa ẓillim miy yaḥmūm(in). 43. dan dalam naungan asap yang hitam.لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ
Lā bāridiw wa lā karīm(in). 44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَ ۚ
Innahum kānū qabla żālika mutrafīn(a). 45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِ ۚ
Wa kānū yuṣirrūna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm(i). 46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ ۙ
Wa kānū yaqūlūn(a), a'iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a'innā lamab‘ūṡūn(a). 47. Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ
Awa ābā'unal-awwalūn(a). 48. apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?"قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَ ۙ
Qul innal-awwalīna wal-ākhirīn(a). 49. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,لَمَجْمُوْعُوْنَ ۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ
Lamajmū‘ūna ilā mīqāti yaumim ma‘lūm(in). 50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَ ۙ
Ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllūnal-mukażżibūn(a). 51. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍ ۙ
La'ākilūna min syajarim min zaqqūm(in). 52. benar-benar akan memakan pohon zaqqum,فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ ۚ
Famāli'ūna minhal-buṭūn(a). 53. maka akan penuh perutmu dengannya.فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِ ۚ
Fasyāribūna ‘alaihi minal-ḥamīm(i). 54. Dan sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِ ۗ
Fasyāribūna syurbal-hīm(i). 55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِ ۗ
Hāżā nuzuluhum yaumad-dīn(i). 56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan".نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ
Naḥnu khalaqnākum falaulā tuṣaddiqūn(a). 57. Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَ ۗ
Afara'aitum mā tumnūn(a). 58. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ
A'antum takhluqūnahū am naḥnul-khāliqūn(a). 59. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ ۙ
Naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbūqīn(a). 60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan,عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
‘Alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi'akum fī mā lā ta‘lamūn(a). 61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ
Wa laqad ‘alimtumun-nasy'atal-ūlā falaulā tażakkarūn(a). 62. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran?اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَ ۗ
Afara'aitum mā taḥruṡūn(a). 63. Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ
A'antum tazra‘ūnahū am naḥnuz-zāri‘ūn(a). 64. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَ
Lau nasyā'u laja‘alnāhu huṭāman faẓaltum tafakkahūn(a). 65. Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu merasa heran dan menyesal.اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَ ۙ
Innā lamugramūn(a). 66. (sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ
Bal naḥnu maḥrūmūn(a). 67. bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa".اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ ۗ
Afara'aitumul-mā'al-lażī tasyrabūn(a). 68. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
A'antum anzaltumūhu minal-muzni am naḥnul-munzilūn(a). 69. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya?لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ
Lau nasyā'u ja‘alnāhu ujājan falaulā tasykurūn(a). 70. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَ ۗ
Afara'aitumun-nāral-latī tūrūn(a). 71. Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan.ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ
A'antum ansya'tum syajaratahā am naḥnul-munsyi'ūn(a). 72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَ ۚ
Naḥnu ja‘alnāhā tażkirataw wa matā‘al lil-muqwīn(a). 73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ
Fasabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i). 74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ
Falā uqsimu bimawāqi‘in-nujūm(i). 75. Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ ۙ
Wa innahū laqasamul lau ta‘lamūna ‘aẓīm(un). 76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌ ۙ
Innahū laqur'ānun karīm(un). 77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ
Fī kitābim maknūn(in). 78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ
Lā yamassuhū illal-muṭahharūn(a). 79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn(a). 80. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ
Afabihāżal-ḥadīṡi antum mudhinūn(a). 81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ
Wa taj‘alūna rizqakum annakum tukażżibūn(a). 82. kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah).فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ
Falaulā iżā balagatil-ḥulqūm(a). 83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ
Wa antum ḥīna'iżin tanẓurūn(a). 84. padahal kamu ketika itu melihat,وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ
Wa naḥnu aqrabu ilaihi minkum wa lākil lā tubṣirūn(a). 85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ
Falaulā in kuntum gaira madīnīn(a). 86. maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Tarji‘ūnahā in kuntum ṣādiqīn(a). 87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
Fa'ammā in kāna minal-muqarrabīn(a). 88. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ
Faraḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na‘īm(in). 89. maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan.وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ
Wa ammā in kāna min aṣḥābil-yamīn(i). 90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
Fasālāmul laka min aṣḥābil-yamīn(i). 91. maka keselamatan bagimu dari golongan kanan.وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ
Wa ammā in kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn(a). 92. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat,فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ
Fanuzulum min ḥamīm(in). 93. maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ
Wa taṣliyatu jaḥīm(in). 94. dan dibakar di dalam neraka.اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ
Inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn(i). 95. Sesungguhnya (yang disebutkan) ini adalah suatu keyakinan yang benar.فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ
Fasabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i). 96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.