Kitab Al-Barzanji: Bacaan Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahan
Sebuah seni kaligrafi sebagai representasi keindahan sastra dalam Maulid Al-Barzanji.
Mengenal lebih dalam keagungan sirah Nabawiyah melalui untaian syair dan prosa indah dalam Kitab Al-Barzanji. Sebuah karya monumental yang senantiasa dilantunkan untuk menumbuhkan cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Kitab Al-Barzanji, yang judul aslinya adalah ‘Iqd al-Jawāhir fī Mawlid an-Nabiyyil Azhar (Kalung Permata pada Kelahiran Nabi yang Bercahaya), merupakan salah satu karya sastra Islam paling populer di dunia, khususnya di Nusantara. Ditulis oleh Sayyid Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim al-Barzanji, seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad ﷺ, kitab ini bukan sekadar biografi. Ia adalah sebuah mahakarya yang memadukan prosa dan puisi (natsar dan nazham) untuk menceritakan kisah hidup, kemuliaan, dan sifat-sifat luhur Sang Nabi Terakhir.
Membaca Al-Barzanji bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan sebuah ibadah yang bertujuan untuk meneladani akhlak Rasulullah ﷺ, meningkatkan kecintaan (mahabbah) kepada beliau, dan mengharapkan syafaatnya di hari kemudian. Setiap baitnya disusun dengan bahasa Arab yang sangat indah dan sarat makna, membawa pembacanya larut dalam suasana spiritual yang mendalam, seolah-olah hadir dalam setiap peristiwa agung dalam kehidupan Nabi. Artikel ini akan menyajikan teks lengkap Al-Barzanji, mulai dari pembukaan hingga doa penutup, dalam format Arab, transliterasi Latin untuk kemudahan pelafalan, serta terjemahan bahasa Indonesia untuk pemahaman yang lebih komprehensif.
Rawi 1: Ibtida' (Permulaan)
Bagian pertama ini adalah pembuka atau prolog. Sayyid Ja'far al-Barzanji memulai karyanya dengan memuji Allah SWT, memohon rahmat dan berkah-Nya. Beliau mengawali dengan Basmalah dan Hamdalah, sebagai adab dalam memulai segala sesuatu yang baik. Pembukaan ini berfungsi sebagai pengantar yang sakral, menetapkan niat yang tulus untuk menceritakan kisah manusia paling mulia, serta memohon pertolongan Allah agar karya ini membawa manfaat dan keberkahan bagi para pembacanya.
أَبْتَدِئُ الْإِمْلَاءَ بِاسْمِ الذَّاتِ الْعَلِيَّةِ، مُسْتَدِرًّا فَيْضَ الْبَرَكَاتِ عَلَى مَا أَنَالَهُ وَأَوْلَاهُ
Abtadi-ul imlâ-a bismidz dzâtil ‘aliyyati, mustadirron faidlol barokâti ‘alâ mâ anâlahu wa awlâhu.
Aku memulai tulisan ini dengan nama Dzat Yang Maha Tinggi, seraya memohon limpahan keberkahan atas apa yang telah Dia anugerahkan dan berikan kepadaku.
وَأُثَنِّيْ بِحَمْدٍ مَوَارِدُهُ سَائِغَةٌ هَنِيَّةٌ، مُمْتَطِيًا مِنَ الشُّكْرِ الْجَمِيْلِ مَطَايَاهُ
Wa utsannî bihamdin mawâriduhu sâ-ighotun haniyyatun, mumtathiyan minasy syukril jamîli mathôyâhu.
Dan aku memuji-Nya dengan pujian yang sumbernya selalu mudah dan menyenangkan, dengan mengendarai kendaraan syukur yang indah.
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّةِ، اَلْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهِ
Wa ushollî wa usallimu ‘alan nûril mawshûfi bit taqoddumi wal awwaliyyati, almuntaqili fil ghuroril karîmati wal jibâhi.
Dan aku bershalawat serta memohonkan keselamatan atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan dan keawalan, yang berpindah-pindah pada dahi-dahi dan wajah-wajah yang mulia.
وَأَسْتَمْنِحُ اللهَ تَعَالَى رِضْوَانًا يَخُصُّ الْعِتْرَةَ الطَّاهِرَةَ النَّبَوِيَّةَ، وَيَعُمُّ الصَّحَابَةَ وَالْأَتْبَاعَ وَمَنْ وَالَاهُ
Wa astamnihullâha ta’âlâ ridlwânan yakhushshul ‘itrotath thôhirotan nabawiyyata, wa ya’ummush shohâbata wal atbâ’a wa man wâlâhu.
Dan aku memohon kepada Allah Ta'ala keridhaan yang khusus bagi keluarga Nabi yang suci, dan yang mencakup para sahabat, pengikut, dan siapa saja yang mencintai mereka.
وَأَسْتَجْدِيْهِ هِدَايَةً لِسُلُوْكِ السُّبُلِ الْوَاضِحَةِ الْجَلِيَّةِ، وَحِفْظًا مِنَ الْغَوَايَةِ فِيْ خِطَطِ الْخَطَأِ وَخُطَاهُ
Wa astajdîhi hidâyatan lisulûkis subulil wâdlihatil jaliyyati, wa hifzhon minal ghawâyati fî khithothil khotho-i wa khuthôhu.
Dan aku memohon kepada-Nya petunjuk untuk menempuh jalan-jalan yang terang dan jelas, serta penjagaan dari kesesatan dalam langkah-langkah dan garis-garis kesalahan.
وَأَنْشُرُ مِنْ قِصَّةِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ بُرُوْدًا حِسَانًا عَبْقَرِيَّةً، نَاظِمًا مِنَ النَّسَبِ الشَّرِيْفِ عِقْدًا تُحَلَّى الْمَسَامِعُ بِحُلَاهُ
Wa ansyuru min qishshotil mawlidin nabawiyyisy syarîfi burûdan hisânan ‘abqoriyyatan, nâzhiman minan nasabisy syarîfi ‘iqdan tuhallal masâmi’u bihulâhu.
Dan aku membentangkan dari kisah kelahiran Nabi yang mulia, pakaian-pakaian yang indah dan cemerlang, seraya merangkai dari silsilahnya yang agung sebuah kalung yang menghiasi pendengaran dengan perhiasannya.
وَأَسْتَعِيْنُ بِحَوْلِ اللهِ تَعَالَى وَقُوَّتِهِ الْقَوِيَّةِ، فَإِنَّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Wa asta’înu bihawlillâhi ta’âlâ wa quwwatihil qowiyyati, fa innahu lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhi.
Dan aku memohon pertolongan dengan daya dan kekuatan Allah Ta'ala yang Maha Kuat, karena sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
Rawi 2: Nasab Nabi (Silsilah Keturunan)
Bagian ini memaparkan silsilah nasab Nabi Muhammad ﷺ yang suci dan mulia. Pengarang dengan teliti menyebutkan nama-nama leluhur beliau hingga ke Nabi Ibrahim AS. Tujuannya adalah untuk menegaskan kemuliaan asal-usul Nabi, bahwa beliau berasal dari keturunan terbaik di antara kabilah-kabilah Arab. Setiap nama dalam silsilah ini adalah tokoh terhormat pada masanya. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah mempersiapkan kelahiran Nabi-Nya melalui jalur keturunan yang paling terhormat dan terjaga kesuciannya.
عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ
‘Aththirillâhumma qobrohul karîm, bi’arfin syadziyyin min sholâtin wa taslîm.
Ya Allah, harumkanlah kuburnya yang mulia dengan keharuman yang semerbak dari shalawat dan salam.
وَبَعْدُ فَأَقُوْلُ هُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُهُ شَيْبَةُ الْحَمْدِ حُمِدَتْ خِصَالُهُ السَّنِيَّةُ
Wa ba’du fa aqûlu huwa sayyidunâ Muhammadu bnu ‘Abdillâh, ibni ‘Abdil Muththolib, wasmuhu Syaibatul hamdi, humidat khishôluhus saniyyah.
Dan setelah itu, aku katakan: Dialah junjungan kita Muhammad bin Abdullah, bin Abdul Muththalib yang bernama Syaibatul Hamdi, yang sifat-sifatnya yang luhur selalu terpuji.
اِبْنُ هَاشِمٍ وَاسْمُهُ عَمْرُو بْنُ عَبْدِ مَنَافٍ وَاسْمُهُ الْمُغِيْرَةُ الَّذِيْ يُنْمَى إِلَيْهِ الْإِرْتِقَاءُ لِعُلْيَاهُ
Ibn Hâsyim, wasmuhu ‘Amru, ibni ‘Abdi Manâf, wasmuhul Mughîroh, alladzî yuntamâ ilayhil irtiqô-u li’ulyâhu.
Putra dari Hasyim yang bernama 'Amr, putra dari Abdi Manaf yang bernama Al-Mughirah, yang kepadanya dinisbahkan segala ketinggian dan kemuliaan.
اِبْنُ قُصَيٍّ وَاسْمُهُ مُجَمِّعٌ سُمِّيَ بِقُصَيٍّ لِتَقَاصِيْهِ فِيْ بِلَادِ قُضَاعَةَ الْقَصِيَّةِ، إِلَى أَنْ أَعَادَهُ اللهُ تَعَالَى إِلَى الْحَرَمِ الْمُحْتَرَمِ فَحَمَاهُ
Ibn Qushoy, wasmuhu Mujammi’, summiya bi Qushoyyin litaqôshîhi fî bilâdi Qudlô’atal qoshiyyati, ilâ an a’âdahullâhu ta’âlâ ilal haromil muhtaromi fahamâhu.
Putra dari Qushay yang bernama Mujammi', dinamakan Qushay karena keterasingannya di negeri Qudha'ah yang jauh, hingga Allah Ta'ala mengembalikannya ke Tanah Haram yang terhormat, lalu ia melindunginya.
اِبْنُ كِلَابٍ وَاسْمُهُ حَكِيْمُ بْنُ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرٍ وَاسْمُهُ قُرَيْشٌ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ الْبُطُوْنُ الْقُرَشِيَّةُ
Ibn Kilâb, wasmuhu Hakîm, ibni Murroh, ibni Ka’b, ibni Lu-ayy, ibni Ghôlib, ibni Fihr, wasmuhu Quroisy, wa ilaihi tunsabul buthûnul qurosyiyyah.
Putra dari Kilab yang bernama Hakim, putra dari Murrah, putra dari Ka'ab, putra dari Lu'ay, putra dari Ghalib, putra dari Fihr yang bergelar Quraisy, dan kepadanyalah dinisbahkan seluruh suku Quraisy.
وَمَا فَوْقَهُ كِنَانِيٌّ كَمَا جَنَحَ إِلَيْهِ الْكَثِيْرُ وَارْتَضَاهُ
Wa mâ fawqohu kinâniyyun kamâ janaha ilaihil katsîru wartadlôhu.
Dan silsilah di atasnya adalah dari Bani Kinanah, sebagaimana yang menjadi pendapat mayoritas ulama dan mereka ridhai.
اِبْنُ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ إِلْيَاسَ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَهْدَى الْبُدْنَ إِلَى رِحَابِ الْحَرَمِ الْإِبْرَاهِيْمِيَّةِ، وَسُمِعَ فِيْ صُلْبِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى وَلَبَّاهُ
Ibn Mâlik, ibnin Nadlr, ibni Kinânah, ibni Khuzaimah, ibni Mudrikah, ibni Ilyâs, wa huwa awwalu man ahdal budna ilâ rihâbil haromil ibrôhîmiyyati, wa sumi’a fî shulbihin nabiyyu shollallâhu ‘alaihi wa sallama dzakarollâha ta’âlâ wa labbâhu.
Putra dari Malik, putra dari An-Nadhr, putra dari Kinanah, putra dari Khuzaimah, putra dari Mudrikah, putra dari Ilyas, dan dialah orang pertama yang menghadiahkan unta (untuk kurban) ke pelataran Ka'bah warisan Ibrahim. Dan terdengar dari tulang sulbinya (Ilyas) suara Nabi ﷺ yang berdzikir kepada Allah Ta'ala dan bertalbiyah.
اِبْنُ مُضَرَ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْنَانَ وَهٰذَا سِلْكٌ نَظَّمَتْ فَرَائِدَهُ بَنَانُ السُّنَّةِ السَّنِيَّةِ، وَرَفْعُهُ إِلَى الْخَلِيْلِ إِبْرَاهِيْمَ أَمْسَكَ عَنْهُ الشَّارِعُ وَأَبَاهُ
Ibn Mudlor, ibni Nizâr, ibni Ma’add, ibni ‘Adnân. Wa hâdzâ silkun nazhzhomat farô-idahu banânus sunnatis saniyyati. Wa rof’uhu ilal kholîli Ibrôhîma amsaka ‘anhusy syâri’u wa abâhu.
Putra dari Mudhar, putra dari Nizar, putra dari Ma'ad, putra dari 'Adnan. Dan inilah untaian (silsilah) yang mutiaranya telah disusun oleh jari-jemari sunnah yang agung. Adapun menyambungkannya sampai kepada Sang Kekasih, Ibrahim, Syariat menahan diri darinya dan menolaknya (karena tidak ada riwayat yang pasti).
وَعَدْنَانُ بِلَا رَيْبٍ إِلَى الذَّبِيْحِ إِسْمَاعِيْلَ نِسْبَتُهُ وَمُنْتَمَاهُ، فَأَعْظِمْ بِهِ مِنْ عِقْدٍ تَأَلَّقَتْ كَوَاكِبُهُ الدُّرِّيَّةُ، وَكَيْفَ لَا وَالسَّيِّدُ الْأَكْرَمُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسِطَتُهُ الْمُنْتَقَاهُ
Wa ‘Adnânu bilâ roibin iladz dzabîhi Ismâ’îla nisbatuhu wa muntamâhu. Fa a’zhim bihi min ‘iqdin ta-allaqot kawâkibuhud durriyyatu. Wa kaifa lâ was sayyidul akromu shollallâhu ‘alaihi wa sallama wâsithotuhul muntaqôhu.
Dan Adnan, tanpa keraguan, nasab dan silsilahnya sampai kepada "sang sembelihan", Ismail. Maka, alangkah agungnya silsilah ini, sebuah kalung yang bintang-bintangnya berkelip laksana mutiara! Dan bagaimana tidak, sementara Junjungan Yang Paling Mulia ﷺ adalah permata pusatnya yang terpilih.
Rawi 3: Wiladah (Kelahiran Sang Nabi)
Inilah puncak dari kisah Maulid, yaitu detik-detik kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Bagian ini melukiskan suasana gaib dan keajaiban yang menyertai kelahiran beliau. Digambarkan bagaimana ibunda beliau, Sayyidah Aminah, tidak merasakan sakit seperti wanita pada umumnya. Alam semesta pun ikut bersukacita: istana Kisra di Persia berguncang, api suci Majusi yang ribuan tahun menyala tiba-tiba padam, dan danau Sawah mengering. Semua ini adalah isyarat ilahi bahwa seorang pemimpin agung telah lahir untuk mengubah tatanan dunia, memadamkan api kesyirikan, dan membawa cahaya petunjuk.
عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ
‘Aththirillâhumma qobrohul karîm, bi’arfin syadziyyin min sholâtin wa taslîm.
Ya Allah, harumkanlah kuburnya yang mulia dengan keharuman yang semerbak dari shalawat dan salam.
وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّةِ، وَإِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ وَمَعْنَاهُ، نَقَلَهُ إِلَى مَقَرِّهِ مِنْ صَدَفَةِ آمِنَةَ الزُّهْرِيَّةِ، وَخَصَّهَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ بِأَنْ تَكُوْنَ أُمًّا لِمُصْطَفَاهُ
Wa lammâ arôdallâhu ta’âlâ ibrôza haqîqotihil muhammadiyyati, wa izhhârohu jisman wa rûhan bishûrotihi wa ma’nâhu, naqolahu ilâ maqorrihi min shoodafati Âminataz zuhriyyati, wa khoshshohal qorîbul mujîbu bi-an takûna umman limushthofâhu.
Dan ketika Allah Ta'ala berkehendak menampakkan hakikat Muhammad, dan mewujudkannya dalam bentuk jasad dan ruh dengan rupa dan maknanya, Dia memindahkannya ke tempatnya di dalam rahim Aminah Az-Zuhriyyah. Dan Dzat Yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan telah mengistimewakannya untuk menjadi ibu bagi hamba pilihan-Nya.
وَنُوْدِيَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِحَمْلِهَا لِأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّةِ، وَصَبَا كُلُّ صَبٍّ لِهُبُوْبِ نَسِيْمِ صَبَاهُ
Wa nûdiya fis samâwâti wal ardli bihamlihâ li-anwârihidz dzâtiyyati, wa shobâ kullu shobbin lihubûbi nasîmi shobâhu.
Dan diserukan di langit dan di bumi tentang kandungannya yang membawa cahaya-cahaya Dzat (Ilahi), dan setiap pecinta merindukan hembusan angin sepoi-sepoi dari masa kecilnya.
وَكُسِيَتِ الْأَرْضُ بَعْدَ طُوْلِ جَدْبِهَا مِنَ النَّبَاتِ حُلَلًا سُنْدُسِيَّةً، وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ وَأَدْنَى الشَّجَرُ لِلْجَانِيْ جَنَاهُ
Wa kusiyatil ardlu ba’da thûli jadbihâ minan nabâti hulalan sundusiyyatan, wa aina’atits tsimâru wa adnasy syajaru liljânî janâhu.
Dan bumi, setelah sekian lama tandus, dipakaikan perhiasan sutra hijau dari tumbuh-tumbuhan. Buah-buahan pun matang, dan pepohonan merendahkan buahnya bagi orang yang ingin memetiknya.
وَنَطَقَتْ بِحَمْلِهِ كُلُّ دَابَّةٍ لِقُرَيْشٍ بِفِصَاحِ الْأَلْسُنِ الْعَرَبِيَّةِ، وَخَرَّتِ الْأَسِرَّةُ وَالْأَصْنَامُ عَلَى وُجُوْهِهَا وَأَفْوَاهِ
Wa nathoqot bihamlihi kullu dâbbatin liquraisyin bifishôhil alsunil ‘arobiyyati, wa khorrotil asirrotu wal ashnâmu ‘alâ wujûhihâ wa afwâhi.
Dan setiap hewan melata milik kaum Quraisy memberitakan kehamilannya dengan lisan Arab yang fasih. Takhta-takhta (kerajaan) dan berhala-berhala pun tersungkur di atas wajah dan mulutnya.
وَتَبَاشَرَتْ وُحُوْشُ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ وَدَوَابُّهَا الْبَحْرِيَّةُ، وَاحْتَسَتْ عَالَمُ الرُّوْحِ مِنْ سُرُوْرِهِ كَأْسَ حُمَيَّاهُ
Wa tabâsyarot wuhûsyul masyâriqi wal maghôribi wa dawâbbuhal bahriyyatu, wahtasat ‘âlamur rûhi min surûrihi ka’sa humayyâhu.
Binatang-binatang buas di timur dan barat serta hewan-hewan laut saling memberikan kabar gembira. Dan alam ruh meminum piala kebahagiaan dari kegembiraannya.
وَبُشِّرَتِ الْجِنُّ بِإِظْلَالِ زَمَنِهِ وَانْتُهِكَتْ كَهَانَةُ الْكَهَنَةِ وَرَهَبَتِ الرَّهْبَانِيَّةُ، وَلَهِجَ بِخَبَرِهِ كُلُّ حِبْرٍ خَبِيْرٍ وَفِيْ حُلَى حُسْنِهِ هَامَ
Wa busyyirotil jinnu bi-izhlâli zamanihi wantuhikat kahânatul kahanati wa rohibatir rohbâniyyatu, wa lahija bi khobarihi kullu hibrin khobîrin wa fî hulâ husnihi hâma.
Dan para jin diberi kabar gembira akan dekatnya zaman (kenabian)-nya, dan perdukunan para dukun pun hancur, serta kependetaan para rahib menjadi gentar. Setiap alim yang bijaksana menyebut-nyebut beritanya dan terpikat oleh keindahan perhiasannya.
وَمِنْ حَمْلِهِ لَمْ تَشْكُ أُمُّهُ شِكَايَةً تُؤَدِّيْهَا إِلَى طَبِيْبٍ أَوْ تُرِيْهِ، بَلْ وَجَدَتْ خِفَّةً وَنَشَاطًا يَتَزَايَدَانِ مَعَ الْأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ الْقَمَرِيَّةِ
Wa min hamlihi lam tasyku ummuhu syikâyatan tu-addîhâ ilâ thobîbin aw turîhi, bal wajadat khiffatan wa nasyâthon yatazâyadâni ma’al ayyâmi wasy syuhûril qomariyyati.
Dan selama mengandungnya, ibunya tidak mengeluhkan sakit apa pun yang membuatnya pergi ke dokter atau menemuinya. Bahkan, ia merasakan keringanan dan semangat yang semakin bertambah seiring berjalannya hari dan bulan-bulan qamariyah.
وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْأَقْوَالِ الْمَرْضِيَّةِ، تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوْهُ عَبْدُ اللهِ وَكَانَ قَدِ اجْتَازَ بِأَخْوَالِهِ بَنِيْ عَدِيٍّ مِنَ الطَّائِفَةِ النَّجَّارِيَّةِ
Wa lammâ tamma min hamlihi syahrôni ‘alâ masyhûril aqwâlil mardliyyati, tuwuffiya bil madînatil munawwaroti abûhu ‘Abdullâh, wa kâna qodijtâza bi akhwâlihi banî ‘Adiyyin minath thô-ifatin najjâriyyati.
Dan ketika kandungannya genap dua bulan menurut pendapat yang masyhur dan diridhai, wafatlah di Madinah Al-Munawwarah ayahnya, Abdullah. Ketika itu, beliau sedang melewati paman-pamannya dari Bani 'Adi dari kabilah An-Najjar.
وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةٍ، وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهُ، حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِيْ نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةِ
Wa lammâ tamma min hamlihi tis’atu asyhurin qomariyyatin, wa âna liz zamâni an yanjaliya ‘anhu shodâhu, hadloro ummahu lailata mawlidihi Âsiyatu wa Maryamu fî niswatin minal hazhîrotil qudsiyyati.
Dan ketika kandungannya genap sembilan bulan qamariyah, dan tiba waktunya bagi zaman untuk menyingkapkan kegelapannya, hadirlah di sisi ibunya pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam, bersama para wanita suci dari surga.
وَأَخَذَهَا الْمَخَاضُ فَوَلَدَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُوْرًا يَتَلَأْلَأُ سَنَاهُ
Wa akhodzahâl makhôdlu fawaldathu shollallâhu ‘alaihi wa sallama nûron yatala’la-u sanâhu.
Lalu rasa sakit akan melahirkan pun menimpanya, maka ia melahirkan beliau ﷺ sebagai cahaya yang sinarnya berkilauan.
Bagian selanjutnya adalah "Mahallul Qiyam", di mana para pembaca berdiri sebagai tanda penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad ﷺ.
Mahallul Qiyam (Saat Berdiri)
Mahallul Qiyam adalah momen puncak dalam pembacaan Maulid Al-Barzanji. Pada bagian ini, para hadirin berdiri sebagai wujud penghormatan, kegembiraan, dan penyambutan atas "kehadiran" ruhani Rasulullah ﷺ. Liriknya penuh dengan pujian, shalawat, dan salam kepada Nabi. Gerakan berdiri ini melambangkan kesiapan kita untuk menyambut dan meneladani ajaran beliau. Ini adalah ekspresi cinta yang mendalam, di mana hati dan jasad bersatu dalam mengagungkan manusia termulia yang pernah ada di muka bumi.
يَا نَبِي سَلَامٌ عَلَيْكَ، يَا رَسُوْل سَلَامٌ عَلَيْكَ
Yâ Nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaika
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu. Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu.
يَا حَبِيْب سَلَامٌ عَلَيْكَ، صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ
Yâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaika
Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu. Shalawat (rahmat) Allah tercurah atasmu.
أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا، فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
Asyroqol badru ‘alainâ, fakhtafat minhul budûru
Bulan purnama telah terbit di atas kita, maka sirnalah semua purnama lainnya.
مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا، قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ
Mitsla husnika mâ ro-ainâ, qotthu yâ wajhas surûri
Belum pernah kami melihat keindahan sepertimu, wahai wajah yang penuh kegembiraan.
أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ، أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ
Anta syamsun anta badrun, anta nûrun fawqo nûrin
Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama. Engkau adalah cahaya di atas segala cahaya.
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي، أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ
Anta iksîrun wa ghôlî, anta mishbâhush shudûri
Engkau adalah eliksir yang sangat berharga. Engkau adalah pelita yang menerangi setiap hati.
يَا حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدُ، يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
Yâ habîbî yâ Muhammad, yâ ‘arûsal khôfiqoini
Wahai Kekasihku, wahai Muhammad. Wahai mempelai agung di timur dan barat.
يَا مُؤَيَّدُ يَا مُمَجَّدُ، يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ
Yâ mu-ayyad yâ mumajjad, yâ imâmal qiblataini
Wahai yang dikuatkan (oleh Allah), wahai yang diagungkan. Wahai imam dua kiblat.
مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا نُوْرَ الْعَيْنِ، مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا
Marhaban yâ marhaban yâ nûrol ‘aini, marhaban jaddal Husaini marhaban.
Selamat datang, wahai selamat datang, wahai cahaya mataku. Selamat datang, wahai kakek dari Al-Husain, selamat datang.
فِيْكَ قَدْ أَحْسَنْتَ ظَنِّيْ يَا بَشِيْرُ يَا نَذِيْرُ، فَأَغِثْنِي وَأَجِرْنِي يَا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Fîka qod ahsanta zhonnî yâ basyîru yâ nadzîru, fa-aghitsnî wa ajirnî yâ mujîru minas sa’îri.
Kepadamu aku telah menyandarkan prasangka baikku, wahai pembawa kabar gembira, wahai pemberi peringatan. Maka tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai sang pelindung dari api neraka.
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shollallâhu ‘alâ Muhammad, shollallâhu ‘alaihi wa sallam.
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Muhammad. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepadanya.
Doa Penutup Al-Barzanji
Setelah seluruh rangkaian kisah dan pujian dilantunkan, pembacaan Al-Barzanji ditutup dengan sebuah doa yang komprehensif. Doa ini merangkum semua harapan dan permohonan kepada Allah SWT. Isinya mencakup permohonan ampunan, rahmat, keberkahan, keselamatan di dunia dan akhirat, serta yang terpenting, permohonan untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad ﷺ. Doa ini menjadi penutup yang sempurna, mengikat kembali seluruh niat dan harapan kepada Sang Pencipta setelah melangitkan puji-pujian kepada makhluk-Nya yang paling mulia.
وَبَعْدُ فَنَسْأَلُ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، بِجَاهِ هٰذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، وَرَسُوْلِهِ الْجَسِيْمِ، الرَّؤُوْفِ الرَّحِيْمِ، أَنْ يَجْعَلَنَا مِنْ خِيَارِ أُمَّتِهِ
Wa ba’du fanas-alullâha subhânahu wa ta’âlâ, bijâhi hâdzan nabiyyil karîm, wa rosûlihil jasîm, ar-ro-ûfir rohîm, an yaj’alanâ min khiyâri ummatihi.
Dan setelah itu, kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan kemuliaan Nabi yang agung ini, dan Rasul-Nya yang mulia, yang amat belas kasihan lagi penyayang, agar Dia menjadikan kami termasuk umatnya yang terbaik.
وَأَنْ يُغْنِيَنَا عَنِ الْإِهَانَةِ وَالْإِذْلَالِ، وَأَنْ يَحْفَظَنَا بِحِفْظِهِ فِي الْيَقَظَةِ وَالْمَنَامِ، وَأَنْ يَرْزُقَنَا كَمَالَ الْإِيْمَانِ بِهِ قَبْلَ الْإِنْتِقَالِ، وَحُسْنَ الْخِتَامِ عِنْدَ حُضُوْرِ الْحِمَامِ
Wa an yughniyanâ ‘anil ihânati wal idzlâl, wa an yahfazhonâ bihifzhihi fil yaqozhoti wal manâm, wa an yarzuqonâ kamâlal îmâni bihi qoblal intiqôl, wa husnal khitâmi ‘inda hudlûril himâm.
Dan agar Dia menghindarkan kami dari kehinaan dan kerendahan, dan agar Dia menjaga kami dengan penjagaan-Nya saat terjaga maupun tidur, dan agar Dia menganugerahi kami kesempurnaan iman kepada-Nya sebelum ajal tiba, dan husnul khatimah saat datangnya kematian.
وَأَنْ يَجْمَعَنَا بِهِ فِيْ دَارِ السَّلَامِ، فِيْ جِوَارِهِ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
Wa an yajma’anâ bihi fî dâris salâm, fî jiwârihi ‘alaihi afdlolush sholâti was salâm.
Dan agar Dia mengumpulkan kami bersamanya di negeri keselamatan (surga), di sisi beliau, semoga shalawat dan salam yang paling utama tercurah kepadanya.
اللّٰهُمَّ آمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma âmîn, yâ robbal ‘âlamîn. Subhâna robbika robbil ‘izzati ‘ammâ yashifûn, wa salâmun ‘alal mursalîn, wal hamdulillâhi robbil ‘âlamîn.
Ya Allah, kabulkanlah, wahai Tuhan semesta alam. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari apa yang mereka sifatkan. Dan salam sejahtera semoga tercurah atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.