Panduan Lengkap Bacaan Adzan Maghrib

Di ufuk barat, saat mega merah mulai merona dan sang surya perlahan kembali ke peraduannya, ada sebuah panggilan agung yang menggema. Panggilan itu adalah adzan Maghrib, sebuah seruan syahdu yang tidak hanya menandai berakhirnya waktu Ashar dan dimulainya waktu shalat Maghrib, tetapi juga menjadi penanda berakhirnya satu hari dan dimulainya malam dalam kalender Islam. Bagi umat Muslim di seluruh dunia, kumandang adzan Maghrib memiliki tempat yang istimewa, terutama saat bulan suci Ramadhan, di mana ia menjadi pertanda waktu berbuka puasa.

الله أكبر Siluet Masjid saat Matahari Terbenam Ilustrasi siluet masjid saat matahari terbenam sebagai penanda waktu adzan Maghrib.

Ilustrasi siluet masjid saat matahari terbenam, momen berkumandangnya adzan Maghrib.

Memahami lafadz, makna, dan keutamaan yang terkandung dalam seruan ini akan menambah kekhusyukan kita dalam menyambut panggilan-Nya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan bacaan adzan Maghrib, mulai dari lafadznya yang penuh makna hingga adab yang dianjurkan ketika mendengarkannya.

Bacaan Lafadz Adzan Maghrib Lengkap

Adzan Maghrib, seperti adzan pada waktu shalat lainnya (kecuali Subuh), memiliki lafadz yang sama. Setiap kalimatnya merupakan deklarasi keagungan Allah SWT dan seruan untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba. Berikut adalah rincian bacaannya, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia.

اللهُ اَكْبَرُ ، اللهُ اَكْبَرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar (2x) Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

Asyhadu an laa ilaaha illallah (2x) Artinya: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2x) Artinya: "Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah"

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Hayya 'alash shalah (2x) Artinya: "Marilah mendirikan shalat"

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Hayya 'alal falah (2x) Artinya: "Marilah menuju kemenangan"

اللهُ اَكْبَرُ ، اللهُ اَكْبَرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar (1x) Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

Laa ilaaha illallah (1x) Artinya: "Tiada Tuhan selain Allah"

Sejarah dan Asal Mula Disyariatkannya Adzan

Sebelum adzan disyariatkan, umat Islam pada masa awal di Madinah menghadapi kebingungan tentang bagaimana cara menandai masuknya waktu shalat dan memanggil jamaah untuk berkumpul. Berbagai usulan muncul di hadapan Rasulullah SAW. Ada yang mengusulkan untuk menggunakan lonceng seperti kaum Nasrani, ada pula yang menyarankan terompet seperti kaum Yahudi, dan bahkan ada yang mengusulkan untuk menyalakan api di tempat tinggi.

Namun, Rasulullah SAW belum merasa sreg dengan usulan-usulan tersebut karena menyerupai cara ibadah umat lain. Kegelisahan ini akhirnya terjawab melalui sebuah mimpi yang dialami oleh salah seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi. Dalam mimpinya, beliau didatangi oleh seorang pria yang mengenakan dua helai pakaian hijau sambil membawa lonceng. Abdullah bin Zaid berniat membeli lonceng itu untuk memanggil orang shalat.

Pria itu lantas bertanya, "Untuk apa lonceng itu?" Abdullah menjawab, "Untuk memanggil orang shalat." Pria itu menawarkan, "Maukah kuajarkan cara yang lebih baik?" Abdullah bin Zaid pun mengiyakan. Pria dalam mimpi itu kemudian mengajarkan kalimat-kalimat adzan persis seperti yang kita kenal sekarang. Setelah terbangun, Abdullah bin Zaid segera menghadap Rasulullah SAW dan menceritakan mimpinya. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar, insya Allah."

Rasulullah SAW kemudian memerintahkan Abdullah bin Zaid untuk mengajarkan kalimat tersebut kepada Bilal bin Rabah, karena Bilal memiliki suara yang lebih merdu dan lantang. Maka, Bilal pun naik ke tempat tinggi dan untuk pertama kalinya mengumandangkan adzan. Suara adzan yang menggema di seluruh penjuru Madinah itu didengar oleh Umar bin Khattab yang saat itu berada di rumahnya. Beliau pun bergegas keluar menemui Rasulullah dan menceritakan bahwa beliau juga bermimpi tentang kalimat yang sama. Peristiwa inilah yang menjadi awal mula disyariatkannya adzan sebagai panggilan shalat yang agung.

Makna Filosofis di Balik Setiap Lafadz Adzan

Setiap kalimat dalam adzan bukanlah sekadar kata-kata tanpa arti. Di dalamnya terkandung pondasi akidah dan pilar-pilar keimanan yang sangat mendalam. Memahaminya akan membuat kita lebih meresapi setiap kali mendengarnya.

1. اللهُ اَكْبَرُ (Allahu Akbar) - Allah Maha Besar

Adzan dimulai dan diakhiri dengan takbir. Kalimat ini adalah pengakuan mutlak akan kebesaran Allah. Ketika seruan "Allahu Akbar" berkumandang, ia seolah menjadi pengingat bagi manusia untuk menghentikan segala aktivitas duniawi yang sedang dikerjakannya. Apapun yang kita anggap besar—pekerjaan, jabatan, masalah, atau kesenangan—semuanya menjadi kecil di hadapan kebesaran Allah. Ini adalah panggilan untuk melepaskan kesombongan diri dan kembali menyadari posisi kita sebagai hamba yang kecil di hadapan Sang Pencipta Yang Maha Agung.

2. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ (Asyhadu an laa ilaaha illallah) - Aku Bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah

Ini adalah inti dari ajaran Islam, yaitu kalimat tauhid. Syahadat ini merupakan deklarasi fundamental bahwa tidak ada satupun yang berhak disembah, ditaati, dan dijadikan sandaran hidup selain Allah SWT. Kalimat ini menafikan segala bentuk tuhan-tuhan palsu, baik yang berbentuk berhala, materi, hawa nafsu, maupun kekuasaan. Dengan mengucapkannya, seorang Muslim memperbarui komitmennya untuk hanya mengabdi kepada Allah semata, membebaskan dirinya dari perbudakan kepada selain-Nya.

3. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah) - Aku Bersaksi Nabi Muhammad Utusan Allah

Setelah mengakui keesaan Allah, adzan mengiringinya dengan pengakuan atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. Syahadat kedua ini adalah konsekuensi logis dari keimanan kepada Allah. Kita mengenal Allah, syariat-Nya, dan cara beribadah kepada-Nya melalui ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Mengakui beliau sebagai utusan berarti kita wajib meyakini semua yang beliau sampaikan, menaati perintahnya, menjauhi larangannya, dan menjadikan beliau sebagai teladan utama dalam setiap aspek kehidupan.

4. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ (Hayya 'alash shalah) - Marilah Mendirikan Shalat

Setelah dua kalimat syahadat yang merupakan fondasi akidah, adzan beralih ke seruan praktis. Ini adalah panggilan langsung, sebuah undangan untuk mendirikan shalat. Shalat adalah wujud nyata dari pengakuan kita terhadap syahadatain. Ia adalah tiang agama dan sarana komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seruan ini mengingatkan bahwa iman tidak cukup hanya di dalam hati, tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan, dan shalat adalah amal yang paling utama.

5. حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ (Hayya 'alal falah) - Marilah Menuju Kemenangan

Kalimat ini adalah janji dan motivasi. Kata "Al-Falah" memiliki makna yang sangat luas, mencakup kemenangan, keberuntungan, dan kebahagiaan sejati. Adzan tidak hanya memanggil kita untuk beribadah, tetapi juga memanggil kita menuju kesuksesan hakiki. Kesuksesan yang dimaksud bukan hanya kesuksesan duniawi, tetapi yang lebih utama adalah kesuksesan di akhirat kelak. Dengan mendirikan shalat, kita sedang menapaki jalan menuju kemenangan abadi. Ini adalah pesan bahwa sumber kebahagiaan dan keberhasilan sejati terletak pada ketaatan kepada Allah, bukan pada pengejaran materi semata.

6. لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ (Laa ilaaha illallah) - Tiada Tuhan Selain Allah

Adzan ditutup dengan mengulang kembali kalimat tauhid. Ini berfungsi sebagai penegasan dan kesimpulan dari seluruh seruan yang telah dikumandangkan. Seluruh panggilan untuk mengakui kebesaran Allah, kerasulan Muhammad, serta seruan shalat dan kemenangan, semuanya bermuara pada satu prinsip fundamental: pengabdian hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Kalimat penutup ini mengunci hati dan pikiran agar tetap fokus pada tujuan utama hidup, yaitu mengesakan Allah.

Bacaan Iqamah dan Doa Setelah Adzan

Setelah adzan dikumandangkan, disunnahkan untuk membaca doa setelah adzan. Kemudian, sesaat sebelum shalat berjamaah dimulai, akan dikumandangkan iqamah sebagai tanda shalat akan segera didirikan. Lafadz iqamah mirip dengan adzan, namun diucapkan lebih cepat dan dengan beberapa perbedaan kecil.

Lafadz Iqamah

اللهُ اَكْبَرُ ، اللهُ اَكْبَرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

Asyhadu an laa ilaaha illallah

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Hayya 'alash shalah

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Hayya 'alal falah

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ

Qad qaamatish-shalah, Qad qaamatish-shalah

اللهُ اَكْبَرُ ، اللهُ اَكْبَرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

Laa ilaaha illallah Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah. Marilah mendirikan shalat. Marilah menuju kemenangan. Sungguh, shalat akan segera didirikan. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah."

Doa Setelah Mendengar Adzan

Setelah kumandang adzan selesai, kita dianjurkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa khusus setelah adzan. Ini adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.

اَللّٰهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ

Allahumma rabba haadzihid da'watit taammah, was shalaatil qaa-imah, aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilah, wab'atshu maqaamam mahmuudanil ladzii wa'adtah. Artinya: "Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini (adzan) dan shalat yang didirikan. Berilah al-wasilah (kedudukan di surga) dan keutamaan kepada Nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan."

Adab dan Sunnah Ketika Mendengar Adzan

Mendengar adzan bukanlah sekadar mendengarkan penanda waktu. Ada beberapa adab dan amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan agar kita mendapatkan keutamaan yang lebih besar.

  1. Menghentikan Aktivitas: Ketika mendengar adzan, hendaknya kita menghentikan sejenak segala aktivitas yang sedang dilakukan, baik itu bekerja, berbicara, atau belajar, sebagai bentuk penghormatan terhadap panggilan Allah.
  2. Menjawab Adzan: Disunnahkan bagi yang mendengar adzan untuk mengucapkan kalimat yang sama seperti yang diucapkan oleh muadzin, kecuali pada kalimat "Hayya 'alash shalah" dan "Hayya 'alal falah".
  3. Jawaban untuk "Hayya 'ala": Ketika muadzin mengucapkan "Hayya 'alash shalah" atau "Hayya 'alal falah", kita dianjurkan menjawab dengan:
    لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ (Laa haula wa laa quwwata illaa billaah)
    Artinya: "Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah."
    Jawaban ini mengandung makna pengakuan atas kelemahan diri kita. Kita tidak akan mampu mendirikan shalat atau meraih kemenangan tanpa kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT.
  4. Membaca Shalawat: Setelah adzan selesai, disunnahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  5. Membaca Doa Setelah Adzan: Seperti yang telah disebutkan di atas, membaca doa setelah adzan adalah amalan yang sangat dianjurkan karena merupakan salah satu waktu mustajab.
  6. Bersegera Menuju Masjid: Bagi laki-laki, setelah mendengar adzan, sangat dianjurkan untuk bersegera menuju masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Keistimewaan Adzan Maghrib

Meskipun lafadznya sama, adzan Maghrib memiliki nuansa dan keistimewaan tersendiri. Waktu Maghrib adalah waktu pergantian dari siang menuju malam. Ini adalah momen refleksi, di mana kita menutup lembaran aktivitas harian dan bersiap memasuki waktu istirahat di malam hari. Shalat Maghrib menjadi penutup amal di siang hari dan pembuka catatan amal di malam hari.

Di bulan Ramadhan, keistimewaan adzan Maghrib terasa begitu kuat. Suaranya menjadi penanda kebahagiaan bagi orang yang berpuasa, saat dihalalkan untuk berbuka dan melepaskan dahaga serta lapar seharian penuh. Suara adzan Maghrib di bulan puasa adalah simbol kemenangan kecil setelah berhasil menahan hawa nafsu, dan menjadi pengingat akan nikmat Allah yang tak terhingga.

Sebagai kesimpulan, adzan Maghrib adalah lebih dari sekadar panggilan. Ia adalah simfoni tauhid yang mengingatkan kita akan kebesaran Sang Pencipta, seruan untuk kembali kepada-Nya melalui shalat, dan janji akan kemenangan abadi. Dengan memahami setiap lafadznya, merenungi maknanya, dan mengamalkan adab-adab ketika mendengarnya, semoga kita dapat semakin merasakan kekhusyukan dan kedekatan dengan Allah SWT setiap kali panggilan agung itu menggema di kala senja.

🏠 Kembali ke Homepage