Baca Komik One Piece Chapter 1055: Era Baru dan Gema Masa Lalu
Setelah pertempuran dahsyat di Onigashima yang menggulingkan dua Kaisar Laut, Kaido dan Big Mom, Negeri Wano akhirnya menghirup udara kebebasan. Pesta pora dan perayaan memenuhi ibu kota, menandai berakhirnya tirani puluhan tahun. Namun, di tengah euforia kemenangan, dunia luar tidak tinggal diam. Gelombang perubahan yang dipicu oleh Topi Jerami mulai terasa, dan chapter 1055 adalah bukti nyata betapa cepatnya keseimbangan kekuatan di dunia bergeser. Chapter ini bukan sekadar epilog dari sebuah perang, melainkan prolog yang mendebarkan untuk saga terakhir One Piece, memperlihatkan ancaman baru, mengungkap rahasia kuno, dan menegaskan kekuatan sejati seorang Kaisar Laut.
Kisah ini membawa kita ke dua lokasi yang kontras namun saling berhubungan: kedalaman kastil Shogun yang menyimpan rahasia kelam, dan permukaan tanah Wano yang sedang diancam oleh kekuatan Angkatan Laut. Kontras ini membangun narasi yang kaya, di mana masa lalu dan masa kini bertabrakan dengan cara yang paling dramatis. Chapter 1055, yang diberi judul "Era Baru", secara sempurna merangkum esensi dari transisi kekuasaan dan tanggung jawab yang sedang terjadi di seluruh dunia.
Rahasia di Bawah Kastil: Jalan Menuju Senjata Kuno Pluton
Jauh di bawah gemerlap perayaan di Ibu Kota Bunga, sebuah perjalanan ke masa lalu sedang berlangsung. Kozuki Sukiyaki, mantan Shogun Wano yang selama ini menyamar sebagai ahli pedang Tenguyama Hitetsu, memandu Nico Robin dan Trafalgar Law menyusuri tangga rahasia yang tersembunyi di dalam kastil. Suasana yang dibangun Eiichiro Oda di sini sangat kontras dengan keriuhan di atas. Lorong-lorong yang gelap dan lembab seolah menyimpan beban sejarah ribuan tahun. Setiap langkah mereka terasa berat, seolah menapaki jejak para leluhur klan Kozuki.
Di sinilah salah satu pengungkapan terbesar dalam alur cerita Wano terjadi. Sukiyaki membawa Robin dan Law ke sebuah ruangan yang menyimpan Road Poneglyph, Poneglyph terakhir yang dibutuhkan Topi Jerami untuk menemukan Laugh Tale. Namun, kejutan tidak berhenti di situ. Melalui sebuah jendela kaca raksasa, terungkaplah sebuah pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan: reruntuhan Wano Kuno yang terendam air. Sebuah kota metropolis yang megah, kini sunyi dan tenggelam di bawah Wano yang sekarang. Sukiyaki menjelaskan bahwa Wano yang kita kenal saat ini dibangun di lereng Gunung Fuji setelah Wano Kuno ditenggelamkan, sebuah tindakan defensif yang diambil oleh para leluhur untuk melindungi sesuatu yang sangat berharga.
Pengungkapan Lokasi Pluton
Dan "sesuatu" itu adalah Pluton, salah satu dari tiga Senjata Kuno yang mampu menghancurkan dunia. Selama ini, para pembaca mengira bahwa Poneglyph di Alabasta hanya berisi informasi tentang lokasi Pluton. Namun, kebenarannya jauh lebih mengejutkan. Pluton, kapal perang legendaris itu, ternyata tertidur lelap tepat di bawah tanah Wano. Poneglyph di Alabasta hanya memberikan petunjuk, sementara Road Poneglyph di Wano menegaskan keberadaannya yang tersembunyi. Franky, sang pembuat kapal Topi Jerami, pernah memegang dan membakar cetak biru Pluton untuk mencegahnya jatuh ke tangan yang salah. Ironisnya, senjata yang cetak birunya ia hancurkan, kini berada begitu dekat dengan krunya.
"Untuk melepaskan Pluton, tembok pertahanan Wano harus dihancurkan... Dengan kata lain, membuka perbatasan Wano berarti melepaskan senjata kuno ini ke dunia!"
Pernyataan Sukiyaki ini memberikan konteks baru yang luar biasa pada wasiat Kozuki Oden. Keinginan Oden untuk "membuka perbatasan Wano" ternyata bukan sekadar metafora politik atau sosial. Itu adalah sebuah tindakan literal dengan konsekuensi global. Membuka Wano berarti memperkenalkan kembali Pluton ke panggung dunia, sebuah keputusan yang dapat memicu perang terbesar yang pernah ada. Hal ini menambah beban tanggung jawab yang luar biasa di pundak Momonosuke, sang Shogun baru. Keputusannya kini tidak hanya akan memengaruhi nasib Wano, tetapi juga nasib seluruh dunia. Robin, sebagai satu-satunya orang yang dapat membaca Poneglyph, memahami betul beratnya informasi ini. Wajahnya yang serius menunjukkan bahwa ia menyadari betapa berbahayanya pengetahuan yang baru saja ia peroleh.
Ancaman Hijau di Udon: Admiral Ryokugyu Mengamuk
Sementara rahasia kuno terungkap di kedalaman, ancaman nyata muncul di permukaan. Admiral Ryokugyu (Aramaki), yang dengan mudah mengalahkan sisa-sisa Bajak Laut Beast, kini tiba di Ibu Kota Bunga. Tujuannya hanya satu: menangkap kepala Monkey D. Luffy, sang Kaisar Laut yang baru. Dengan kekuatan buah iblis Mori Mori no Mi (Hutan-Hutan), Ryokugyu mengubah lanskap sekitarnya menjadi hutan lebat yang agresif, menyedot nutrisi dari tanah dan siapa pun yang menghalanginya.
Namun, ia tidak disambut oleh Topi Jerami. Yang menghadangnya adalah para Ksatria Sarung Pedang Merah (Akazaya Nine) yang masih terluka, bersama dengan Yamato dan Momonosuke. Pertarungan pun tak terhindarkan. Raizo, Denjiro, Nekomamushi, dan Kawamatsu mengerahkan sisa tenaga mereka untuk melindungi negeri yang baru saja mereka bebaskan. Mereka tahu betul, setelah mengalahkan Kaido, mereka tidak bisa lagi bergantung pada Luffy untuk setiap ancaman yang datang. Ini adalah ujian pertama bagi kedaulatan Wano yang baru.
Perjuangan Seorang Shogun Muda
Ryokugyu, dengan arogansi khas seorang Admiral yang menganut "Keadilan Absolut", meremehkan mereka semua. Ia memandang Wano sebagai negara tanpa afiliasi dengan Pemerintah Dunia, sehingga ia bisa bertindak sesuka hati. Ia bahkan mengejek para samurai karena telah mengandalkan bantuan dari luar untuk mengalahkan Kaido. Kata-katanya menusuk harga diri Momonosuke, yang masih berjuang dengan rasa tidak percaya dirinya.
Di tengah pertempuran, Yamato, yang ingin bergabung dengan kru Topi Jerami, melesat maju untuk membantu. Namun, Momonosuke menghentikannya. Dalam momen yang sangat penting bagi perkembangan karakternya, Momonosuke berteriak, "Kita tidak bisa terus bergantung pada orang lain untuk melindungi negeri kita!". Ia tahu bahwa ini adalah pertarungannya, pertarungan Wano. Ia harus membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi Shogun yang bisa diandalkan oleh rakyatnya. Momen ini adalah puncak dari perjalanan panjang Momo dari seorang anak kecil yang penakut menjadi seorang pemimpin.
Dengan tekad bulat, Momonosuke dalam wujud naganya mencoba meniru serangan terkuat Kaido, Bolo Breath. Setelah beberapa kali gagal dan menahan rasa sakit yang luar biasa, ia akhirnya berhasil menembakkan serangan panas yang dahsyat, membakar sebagian besar tubuh hutan Ryokugyu dan melubangi tubuh sang Admiral. Ini adalah sebuah pencapaian luar biasa. Meskipun tidak cukup untuk mengalahkan seorang Admiral, serangan itu membuktikan bahwa Momonosuke memiliki potensi kekuatan yang sangat besar. Ia telah mengambil langkah pertamanya untuk menjadi naga pelindung Wano yang sejati, seperti Kaido, namun dengan hati yang penuh kebaikan.
Getaran dari Laut Lepas: Haki Sang Kaisar Shanks
Meski terluka oleh Bolo Breath Momonosuke, Ryokugyu tidak gentar. Sebagai pengguna Logia, ia dapat dengan mudah meregenerasi tubuhnya. Ia bersiap untuk melancarkan serangan balasan yang jauh lebih serius, mengancam akan menembus tubuh Momonosuke dengan akar-akar raksasanya. Para samurai dan Yamato hanya bisa melihat dengan ngeri. Wano berada di ambang bahaya besar sekali lagi.
Dan kemudian, terjadilah momen paling epik dan tak terduga dalam chapter ini. Langit di atas Wano tiba-tiba menjadi gelap. Petir hitam mulai menyambar-nyambar di sekitar Ryokugyu. Ini bukan fenomena alam biasa. Ini adalah manifestasi dari Haoshoku Haki (Haki Raja) tingkat tertinggi. Ryokugyu, seorang Admiral Angkatan Laut yang perkasa, tiba-tiba mencengkeram kepalanya kesakitan. Busa keluar dari mulutnya, dan ia berteriak kesakitan seolah-olah pikirannya sedang diserang secara langsung.
Suara yang kuat dan familier bergema di kepalanya, meskipun sumbernya berada puluhan kilometer jauhnya di lepas pantai Wano.
"Apa kau begitu takut dengan 'Era Baru' yang akan datang? Datang dan hadapi kami... jika kau berani menyerang para pemuda yang baru saja mengubah masa depan."
Suara itu milik tidak lain dan tidak bukan adalah "Rambut Merah" Shanks, salah satu dari Empat Kaisar Laut. Dari atas kapalnya, Red Force, Shanks melepaskan gelombang Haki Raja yang begitu kuat hingga mampu melumpuhkan seorang Admiral dari jarak yang sangat jauh. Ini adalah demonstrasi kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam cerita One Piece. Kita pernah melihat Haki Raja menjatuhkan prajurit lemah, tetapi ini adalah pertama kalinya Haki tersebut digunakan sebagai serangan langsung yang efektif terhadap lawan sekelas Admiral.
Mundurnya Seorang Admiral
Efeknya instan. Ryokugyu, yang beberapa saat lalu begitu arogan dan percaya diri, kini gemetar ketakutan. Ia langsung mengenali Haki milik Shanks. Wajahnya pucat pasi, menyadari bahwa ia tidak hanya berhadapan dengan Topi Jerami, tetapi juga dengan kru Bajak Laut Rambut Merah, salah satu kru paling seimbang dan kuat di dunia. Dengan cepat, ia membatalkan serangannya dan menyatakan mundur. "Aku tidak punya niat untuk melawan kalian sekarang," katanya, sebelum akhirnya menarik seluruh kekuatan hutannya dan pergi dari Wano.
Di dalam kastil, Luffy, Zoro, Sanji, dan Jinbe yang sedang mengamati pertarungan dari jauh, tersenyum. Mereka merasakan kehadiran Haki yang familiar dan kuat itu. Luffy tersenyum, bukan hanya karena bahaya telah berlalu, tetapi karena ia tahu salah satu orang yang paling ia kagumi berada di dekatnya. Namun, ia memutuskan untuk tidak menemuinya. Janji mereka masih berlaku: mereka baru akan bertemu lagi setelah Luffy menjadi Raja Bajak Laut yang hebat. Kehadiran Shanks di dekat Wano bukan hanya sebuah kebetulan; itu adalah sebuah pernyataan. Ia mengawasi, melindungi generasi baru, dan menegaskan posisinya sebagai salah satu pilar utama yang menopang keseimbangan dunia.
Analisis Mendalam: Implikasi dari Chapter 1055
Chapter 1055 lebih dari sekadar rangkaian peristiwa. Ini adalah bab yang padat dengan informasi dan implikasi yang akan membentuk alur cerita selanjutnya. Beberapa poin penting yang perlu dianalisis lebih dalam adalah:
1. Haki Sebagai Kekuatan Tertinggi
Demonstrasi Haki Raja oleh Shanks secara fundamental mengubah pemahaman kita tentang sistem kekuatan di One Piece. Selama ini, Buah Iblis, terutama tipe Logia, sering dianggap sebagai kekuatan puncak. Namun, mundurnya Ryokugyu hanya karena tekanan Haki membuktikan pernyataan Kaido bahwa "Haki melampaui segalanya". Ini menunjukkan bahwa di level tertinggi, pertarungan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan Buah Iblis, tetapi oleh kekuatan spiritual dan kemauan yang disebut Haki. Haki Raja Shanks yang mampu "berbicara" dan menyerang dari jarak jauh menunjukkan tingkat penguasaan yang berada di level yang sama sekali berbeda, bahkan mungkin melampaui apa yang telah kita lihat dari Kaido, Big Mom, atau bahkan Luffy sejauh ini.
2. Misteri dan Beban Senjata Kuno
Keberadaan Pluton di Wano mengubah dinamika perburuan Senjata Kuno. Pemerintah Dunia, yang diwakili oleh CP0 dan kini Ryokugyu, jelas sangat menginginkan kekuatan ini atau setidaknya mencegahnya diaktifkan. Keputusan Momonosuke untuk tidak membuka perbatasan Wano untuk saat ini adalah pilihan yang bijaksana. Ia mengerti bahwa Wano belum siap menghadapi konsekuensi dari pelepasan Pluton. Ini menciptakan dilema besar: untuk memenuhi wasiat Oden, ia harus mengambil risiko memulai perang dunia. Ini akan menjadi konflik sentral bagi kepemimpinan Momonosuke di masa depan.
3. Perkembangan Karakter Momonosuke
Chapter ini adalah momen penentu bagi Momonosuke. Keberhasilannya menggunakan Bolo Breath dan keberaniannya untuk menghadapi seorang Admiral tanpa bergantung pada Luffy adalah bukti pertumbuhannya yang luar biasa. Ia bukan lagi anak cengeng yang bersembunyi di balik orang lain. Ia telah mulai berjalan di jalurnya sendiri sebagai Shogun Wano. Meskipun ia masih muda dan belum sekuat ayahnya, tekadnya untuk melindungi negerinya telah kokoh. Rakyat Wano kini memiliki pemimpin yang bisa mereka percayai, yang akan berjuang demi mereka.
4. Peran Misterius Shanks
Tindakan Shanks menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mengapa ia ada di dekat Wano? Apakah tujuannya hanya untuk memastikan Luffy baik-baik saja, atau ada agenda lain? Pernyataannya kepada krunya bahwa sudah "waktunya untuk mengklaim One Piece" menunjukkan bahwa periode pasifnya telah berakhir. Ia kini secara aktif bergerak menuju tujuannya. Apakah ia akan menjadi sekutu terakhir Luffy, atau justru rintangan terakhir sebelum mencapai Laugh Tale? Campur tangannya di Wano terasa seperti sebuah perlindungan, tetapi juga sebuah peringatan bagi dunia bahwa Bajak Laut Rambut Merah kini ikut dalam perlombaan.
Kesimpulan: Gerbang Menuju Era Baru
Membaca komik One Piece chapter 1055 terasa seperti menyaksikan pergeseran lempeng tektonik dalam dunia narasi. Kemenangan di Wano telah usai, dan babak baru yang lebih besar dan lebih berbahaya telah dimulai. Chapter ini dengan sempurna menyeimbangkan antara pengungkapan lore masa lalu yang masif dengan aksi dan ketegangan masa kini yang mendebarkan. Dari rahasia kelam di bawah tanah Wano hingga gemuruh Haki seorang Kaisar di lautan, setiap panelnya terasa penting dan berdampak.
Kisah Momonosuke yang menemukan keberaniannya, misteri Pluton yang kini berada di tangan aliansi Topi Jerami, dan demonstrasi kekuatan Haki Shanks yang menakutkan, semuanya berfungsi sebagai fondasi yang kokoh untuk saga terakhir One Piece. Pertanyaan-pertanyaan besar kini menggantung di udara: Apa langkah selanjutnya dari Pemerintah Dunia setelah kegagalan Ryokugyu? Bagaimana Momonosuke akan memimpin Wano menghadapi dunia luar? Dan yang terpenting, kapan dan bagaimana pertemuan yang telah ditakdirkan antara Luffy dan Shanks akan terjadi? Chapter 1055 tidak memberikan semua jawaban, tetapi ia berhasil membuat para penggemar di seluruh dunia menahan napas, menantikan fajar dari "Era Baru" yang dijanjikan.