Ayam Kampung Umur 1 Bulan: Panduan Intensif Pemeliharaan dan Perawatan

Pendahuluan: Fase Kritis Setelah Masa Brooding

Usia 1 bulan, atau tepatnya 4 minggu, merupakan salah satu periode paling krusial dalam siklus hidup pemeliharaan ayam kampung. Pada titik ini, ayam telah melewati masa brooding (pemanasan) yang intensif, namun mereka memasuki fase transisi yang menuntut penyesuaian besar, baik dari segi nutrisi, manajemen kandang, maupun protokol kesehatan. Ayam kampung yang berumur 1 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap suhu lingkungan, namun sistem kekebalan tubuhnya masih dalam tahap perkembangan aktif, menjadikannya rentan terhadap penyakit jika manajemen tidak dilakukan dengan ketelitian yang luar biasa.

Keberhasilan dalam fase ini secara langsung menentukan performa pertumbuhan ayam hingga siap panen. Jika manajemen pakan salah, pertumbuhan akan terhambat, yang dikenal sebagai stunting. Jika manajemen kesehatan lemah, kerugian akibat mortalitas dan morbiditas (tingkat sakit) bisa sangat tinggi. Oleh karena itu, peternak harus mengubah fokusnya dari sekadar memberikan kehangatan menjadi memaksimalkan konversi pakan dan memastikan lingkungan bebas stres.

Tujuan Utama Perawatan pada Usia 4 Minggu

Pada usia ini, bobot badan ideal ayam kampung super (KUB, Joper, dll.) seharusnya sudah mencapai kisaran 250 hingga 350 gram, tergantung genetik dan kualitas pakan starter yang diberikan. Target utama perawatan intensif pada usia 1 bulan adalah:

I. Strategi Manajemen Pakan dan Transisi Nutrisi

Nutrisi dan Pakan

Manajemen pakan pada ayam usia 1 bulan memerlukan presisi tinggi karena ini adalah masa peralihan. Ayam harus beralih dari pakan dengan kandungan protein sangat tinggi (starter, 21-23%) ke pakan yang lebih ekonomis (grower, 18-20%), sambil tetap mempertahankan laju pertumbuhan yang optimal.

A. Transisi Pakan (Starter ke Grower)

Perubahan mendadak pada jenis pakan dapat menyebabkan stres pencernaan, diare, dan penurunan nafsu makan, yang berujung pada perlambatan pertumbuhan. Transisi harus dilakukan secara bertahap, idealnya selama 5 hingga 7 hari, dimulai tepat pada akhir minggu ketiga atau awal minggu keempat.

Tahapan Transisi Pakan

  1. **Hari 1-2 (75:25):** Berikan 75% pakan starter yang biasa digunakan dan campurkan dengan 25% pakan grower baru. Ini memungkinkan mikroflora usus ayam beradaptasi dengan komposisi serat dan nutrisi yang sedikit berbeda dari pakan grower.
  2. **Hari 3-4 (50:50):** Campurkan pakan starter dan grower dengan perbandingan yang setara (50% : 50%). Pada fase ini, amati konsistensi feses. Feses yang sehat harus berbentuk padat dan memiliki ‘topi’ putih asam urat.
  3. **Hari 5-6 (25:75):** Kurangi pakan starter hingga 25% dan tingkatkan pakan grower hingga 75%. Pada tahap ini, ayam seharusnya sudah sepenuhnya menerima pakan grower tanpa menunjukkan tanda-tanda stres.
  4. **Hari 7 dan seterusnya (0:100):** Ayam sepenuhnya mengonsumsi pakan grower. Pakan grower biasanya memiliki tekstur yang lebih kasar (crumble atau pelet kecil) dibandingkan pakan starter (mash halus), yang juga melatih tembolok ayam.

Penting untuk dicatat bahwa selama masa transisi ini, pemberian multivitamin yang mengandung elektrolit harus ditingkatkan, terutama yang mengandung vitamin B kompleks untuk meredakan stres metabolisme akibat perubahan diet.

B. Kebutuhan Nutrisi Spesifik Ayam 1 Bulan

Meskipun kandungan protein diturunkan, kebutuhan akan energi metabolisme (EM) tetap tinggi. Ayam usia ini sedang membangun massa otot dan kerangka tulang yang kuat. Kalsium dan Fosfor harus seimbang (rasio Ca:P idealnya sekitar 2:1) untuk mencegah kelainan kaki seperti rickets atau kaki bengkok.

C. Manajemen Pemberian Air Minum

Air adalah nutrisi yang paling sering diabaikan. Ayam kampung pada usia 1 bulan mengonsumsi air sekitar 2 hingga 3 kali lipat dari berat pakan yang mereka makan per hari. Dehidrasi ringan saja sudah dapat menghambat pertumbuhan hingga 10%.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

  1. **Kualitas Air:** Pastikan air bersih, tidak berbau, dan memiliki pH netral (6.5 – 7.5). Jika menggunakan air sumur, pengujian berkala terhadap bakteri E. coli atau koliform sangat disarankan.
  2. **Suhu Air:** Jaga suhu air minum tetap sejuk, idealnya antara 18°C hingga 22°C, terutama di daerah panas. Air yang terlalu hangat dapat mengurangi keinginan ayam untuk minum.
  3. **Pencucian Tempat Minum:** Tempat minum harus dicuci dan disikat minimal dua kali sehari. Biofilm yang terbentuk di dinding tempat minum adalah sarang bagi bakteri patogen seperti Salmonella.
  4. **Penambahan Aditif:** Pemberian vitamin, elektrolit, atau Probiotik (mikroorganisme baik) melalui air minum sangat dianjurkan untuk menyeimbangkan mikroflora usus setelah masa stres transisi pakan atau vaksinasi.

Pemahaman mendalam tentang kebutuhan nutrisi pada fase grower ini menjadi fondasi bagi seluruh proses pemeliharaan selanjutnya. Penghematan pakan yang tidak tepat pada usia ini justru akan menyebabkan kerugian besar di akhir siklus karena ayam membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai berat panen yang diharapkan.

II. Manajemen Kandang dan Optimalisasi Lingkungan

Kandang dan Lingkungan

Pada usia 1 bulan, ayam kampung tidak lagi membutuhkan panas buatan (brooder) yang intensif. Tantangan manajemen kandang beralih dari menjaga panas menjadi memastikan sirkulasi udara (ventilasi) yang memadai dan menjaga kepadatan yang tepat.

A. Kepadatan dan Luas Kandang

Kesalahan paling umum adalah membiarkan kepadatan ayam tetap sama seperti saat DOC (Day Old Chick). Ayam yang padat akan saling stres, kesulitan mencapai tempat pakan/minum, dan yang paling berbahaya, meningkatkan produksi amonia dari kotoran. Pada usia 1 bulan, ayam membutuhkan ruang sekitar 0.15 hingga 0.20 meter persegi per ekor.

Jika populasi kandang terlalu padat, segera lakukan pemindahan atau perluasan area. Perluasan harus dilakukan secara bertahap agar ayam tidak kaget atau kehilangan orientasi terhadap sumber pakan dan minum.

B. Manajemen Ventilasi dan Suhu

Meskipun sudah tahan dingin, suhu yang terlalu rendah tetap dapat memperlambat metabolisme dan laju pertumbuhan. Suhu optimal untuk ayam usia 1 bulan berkisar antara 21°C hingga 24°C.

C. Manajemen Litter (Alas Kandang)

Litter (sekam padi, serutan kayu, atau alas lainnya) adalah kunci kesehatan kandang. Litter yang basah, menggumpal, dan berbau adalah sumber utama penyakit Koksidiosis dan Ascaris (cacing). Pada usia 1 bulan, produksi kotoran meningkat drastis.

Protokol Manajemen Litter:

  1. **Pengadukan:** Litter harus diaduk minimal sekali sehari, terutama di bawah tempat minum, untuk memecah gumpalan dan memungkinkan penguapan air.
  2. **Penambahan Kapur:** Jika litter mulai berbau kuat atau basah, taburkan sedikit kapur pertanian (dolomit) yang berfungsi menetralkan pH dan mengikat amonia. Penggunaan kapur harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak beterbangan dan mengiritasi pernapasan ayam.
  3. **Penggantian Parsial:** Ganti bagian litter yang sangat basah dan menggumpal dengan sekam baru. Penggantian total biasanya dilakukan antara siklus pemeliharaan, namun penggantian parsial sangat diperlukan pada fase pertumbuhan cepat ini.

Kondisi lingkungan yang optimal menciptakan "zona nyaman" bagi ayam, di mana seluruh energi yang didapat dari pakan dapat dialokasikan untuk pertumbuhan, bukan untuk memerangi stres lingkungan atau penyakit.

III. Protokol Kesehatan dan Program Vaksinasi Primer

Usia 1 bulan seringkali menjadi masa di mana ayam rentan terhadap serangan penyakit yang bersifat endemik (selalu ada) di lingkungan peternakan, terutama setelah stres akibat pemindahan atau transisi pakan. Program vaksinasi yang tepat sangat menentukan tingkat kelangsungan hidup.

A. Jadwal Vaksinasi Kritis

Vaksinasi yang dilakukan pada DOC (usia 1-7 hari) biasanya bersifat pencegahan awal. Namun, pada usia 3 hingga 4 minggu, kekebalan maternal (dari induk) telah hilang sepenuhnya, dan ayam harus mengembangkan kekebalan aktifnya sendiri. Dua penyakit yang paling diwaspadai pada usia ini adalah Newcastle Disease (ND/Tetelo) dan Infectious Bursal Disease (IBD/Gumboro).

Rekomendasi Vaksinasi Usia 1 Bulan (21-30 hari)

B. Manajemen Biosekuriti yang Diperketat

Biosekuriti (pengendalian masuknya penyakit) harus dilakukan secara ketat karena ayam sudah mulai berinteraksi lebih banyak dengan lingkungan luar (jika menggunakan sistem semi-intensif).

  1. **Pembatasan Akses:** Hanya petugas kandang yang diizinkan masuk. Sediakan bak desinfektan (foot dip) di pintu masuk utama dan wajibkan penggantian alas kaki.
  2. **Isolasi Ayam Sakit:** Segera pisahkan (culling) ayam yang menunjukkan tanda-tanda sakit (lesu, nafsu makan turun drastis, feses abnormal, atau pincang). Ayam sakit yang dibiarkan di kandang menjadi sumber infeksi bagi seluruh populasi.
  3. **Desinfeksi Rutin:** Kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus didesinfeksi secara rutin. Gunakan desinfektan yang efektif melawan virus, bakteri, dan jamur, seperti formalin, quaternary ammonium, atau iodine.

C. Identifikasi dan Penanganan Penyakit Umum

Beberapa penyakit sering menyerang ayam kampung pada usia 4 minggu karena stres pasca-vaksinasi atau perubahan lingkungan.

1. Koksidiosis (Coccidiosis)

Disebabkan oleh protozoa yang menyerang usus. Menjadi parah jika litter basah dan kebersihan buruk. **Gejala:** Feses berdarah, ayam lesu, dan pertumbuhan terhambat. **Penanganan:** Pemberian obat koksidiostatik (seperti Amprolium) dan perbaikan manajemen litter secara drastis.

2. Ngorok (CRD Komplikasi)

Seringkali disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum, diperburuk oleh kadar amonia tinggi. **Gejala:** Ayam bersin, ngorok, dan mata berbusa. **Penanganan:** Perbaikan ventilasi dan pemberian antibiotik spektrum luas, seperti Tylosin atau Enrofloxacin, di bawah pengawasan dokter hewan.

3. Stress Panas (Heat Stress)

Meskipun sudah berbulu, ayam usia 1 bulan bisa mengalami stres panas jika suhu kandang melebihi 30°C. **Gejala:** Ayam terengah-engah (panting), sayap direntangkan. **Penanganan:** Peningkatan sirkulasi udara, penyediaan air minum dingin yang mengandung elektrolit, dan penyemprotan air (misting) jika diperlukan pada atap kandang.

Manajemen kesehatan yang baik pada usia ini bukanlah sekadar pengobatan, melainkan fokus pada pencegahan total melalui biosekuriti yang tak tertembus dan lingkungan yang stabil.

IV. Evaluasi Pertumbuhan, Sortasi, dan Persiapan Fase Pembesaran

Pertumbuhan Ayam

Akhir minggu keempat adalah waktu yang ideal untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap performa pertumbuhan. Evaluasi ini dikenal sebagai sortasi atau grading. Tujuan sortasi adalah menciptakan keseragaman di dalam kandang, yang mana keseragaman adalah kunci efisiensi pakan.

A. Penimbangan dan Target Berat Badan

Penimbangan sampel ayam (minimal 5% dari populasi) harus dilakukan secara rutin. Berat badan rata-rata adalah indikator utama keberhasilan manajemen pakan dan kesehatan selama empat minggu pertama.

B. Prosedur Sortasi (Grading)

Sortasi membagi ayam ke dalam kelompok berdasarkan ukuran atau bobot, memastikan ayam kecil tidak tertekan oleh ayam besar saat makan. Kompetisi yang tinggi antara ayam dengan ukuran berbeda dapat menyebabkan ayam kecil kekurangan nutrisi (tekanan sosial).

Kelompok Sortasi yang Disarankan:

  1. **Grup A (Besar):** Bobot di atas rata-rata (+20%). Ayam-ayam ini cenderung agresif dan dapat disiapkan untuk panen lebih awal atau dipindahkan ke kandang pembesaran khusus.
  2. **Grup B (Rata-rata):** Bobot dalam kisaran normal. Ini adalah mayoritas populasi yang akan melanjutkan program pakan standar.
  3. **Grup C (Kecil/Runting):** Bobot di bawah rata-rata (-20%). Ayam ini membutuhkan penanganan khusus. Mereka harus ditempatkan di kandang terpisah, diberikan pakan dengan densitas nutrisi yang lebih tinggi (kembali ke pakan starter berkualitas tinggi), dan diamati lebih ketat untuk tanda-tanda penyakit yang mungkin menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan.

Sortasi harus dilakukan dengan tenang untuk meminimalisir stres. Pisahkan ayam yang menunjukkan kelainan fisik permanen (misalnya, kaki bengkok parah, atau mata buta) karena mereka tidak akan mencapai performa optimal dan hanya menjadi beban biaya pakan.

C. Indikator Kesehatan Visual pada Ayam 1 Bulan

Selain bobot, peternak harus menilai kondisi fisik secara keseluruhan. Ayam yang sehat pada usia 1 bulan akan menunjukkan ciri-ciri berikut:

Fase sortasi adalah penentuan nasib ayam. Dengan memisahkan ayam yang pertumbuhannya tertinggal, kita memberikan kesempatan terbaik bagi kelompok utama untuk mencapai target panen tepat waktu, sekaligus memungkinkan kelompok kecil untuk mengejar ketertinggalan tanpa persaingan yang merugikan.

V. Analisis Ekonomi, Stres, dan Tantangan Manajemen Mendalam

Mengelola ayam kampung usia 1 bulan tidak hanya tentang biologi, tetapi juga tentang ekonomi. Pada fase ini, biaya pakan mulai melonjak karena konsumsi harian per ekor meningkat tajam. Manajemen yang efektif pada usia ini harus berorientasi pada efisiensi biaya dan pencegahan kerugian tak terduga.

A. Pengendalian Biaya Pakan (Feed Cost Control)

Pakan menyumbang 60-70% dari total biaya operasional. Transisi dari starter ke grower adalah upaya untuk mengendalikan biaya tanpa mengorbankan pertumbuhan. Jika ayam tidak tumbuh cepat, biaya pemeliharaan harian (listrik, tenaga kerja, obat) akan terus berjalan, membuat biaya total per kilogram daging (HPP) meningkat.

B. Dampak Stres Lingkungan Jangka Panjang

Stres yang dialami ayam pada usia 1 bulan, meskipun tidak fatal, dapat meninggalkan dampak permanen pada produktivitasnya. Stres bukan hanya dari penyakit atau suhu, tetapi juga dari manajemen sosial dan penanganan:

  1. **Stres Penanganan (Handling Stress):** Proses vaksinasi, sortasi, dan pemindahan harus dilakukan secepat dan setenang mungkin. Penanganan kasar dapat menyebabkan cedera internal, trauma psikologis, dan penurunan nafsu makan selama 24 jam berikutnya.
  2. **Kanibalisme:** Pada usia 1 bulan, ayam mulai menunjukkan perilaku agresif (pecking). Kanibalisme terjadi karena kepadatan tinggi, kekurangan protein/asam amino, atau kebosanan. **Penanggulangan:** Pemberian pakan bergizi seimbang, menyediakan benda-benda pengalih perhatian (seperti sayuran hijau yang digantung), dan, jika diperlukan, penurunan intensitas cahaya kandang.

C. Dokumentasi dan Pencatatan Intensif

Untuk mengidentifikasi tren pertumbuhan dan masalah dengan cepat, dokumentasi adalah keharusan mutlak. Pada akhir bulan pertama, data yang wajib dicatat meliputi:

Analisis data ini memungkinkan peternak membandingkan performa dengan standar industri dan melakukan koreksi manajemen sebelum masalah kecil berubah menjadi kerugian besar.

D. Persiapan Menuju Fase Pembesaran Akhir

Ayam yang sukses melewati usia 1 bulan memasuki fase pembesaran (finisher). Peternak harus mulai merencanakan strategi panen:

Pada bulan kedua dan ketiga, pakan akan mulai didominasi oleh pakan grower (atau finisher, tergantung target bobot). Jika target panen adalah ayam kampung muda (umur 60-70 hari), maka efisiensi pakan di usia 1 bulan sangat vital. Jika manajemen di usia ini berhasil, peternak dapat memperkirakan panen yang seragam dan tepat waktu, yang secara langsung berdampak pada peningkatan margin keuntungan.

Ayam kampung umur 1 bulan adalah cerminan dari seluruh upaya yang telah dilakukan peternak sejak DOC. Kesuksesan pada fase ini menjamin bahwa investasi awal pada pakan dan vaksinasi tidak terbuang sia-sia, dan menyiapkan landasan yang kokoh menuju produksi daging berkualitas tinggi.

VI. Eksplorasi Mendalam Komponen Pakan Grower (18-20% Protein)

Transisi ke pakan grower adalah langkah ekonomis, namun komposisinya harus dipahami secara mendalam. Pakan grower dirancang untuk mendukung pertumbuhan cepat kerangka dan otot, namun juga harus mempertimbangkan perkembangan sistem pencernaan ayam kampung yang lebih baik dalam memanfaatkan serat kasar dibandingkan ayam broiler.

A. Sumber Protein Non-Komersial (Racikan Sendiri)

Bagi peternak yang ingin menekan biaya, pembuatan pakan racikan pada fase grower (usia 4-8 minggu) menjadi pilihan. Namun, risiko kekurangan nutrisi spesifik sangat tinggi jika formulasi tidak tepat. Beberapa komponen yang sering digunakan sebagai pengganti sebagian konsentrat komersial meliputi:

  1. **Bungkil Kedelai (Soybean Meal):** Merupakan sumber protein nabati terbaik. Jika digunakan, kualitas bungkil harus tinggi dan bebas dari aflatoksin. Bungkil kedelai menyediakan protein kasar yang mudah dicerna dan asam amino esensial yang baik.
  2. **Tepung Ikan (Fish Meal):** Sumber protein hewani yang sangat baik, kaya akan lysine dan methionine. Kelemahan: dapat menyebabkan rasa amis pada daging jika digunakan dalam jumlah besar, dan harganya fluktuatif. Penggunaan optimal: di bawah 5% dari total ransum.
  3. **Fermentasi Limbah:** Fermentasi ampas tahu, ampas kelapa, atau dedak padi menggunakan mikroorganisme (EM4 atau ragi) dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan proteinnya. Proses fermentasi harus steril dan konsisten, karena fermentasi yang gagal justru dapat menimbulkan toksin.
  4. **Daun Hijauan:** Walaupun tidak signifikan sebagai sumber protein utama, pemberian daun pepaya, daun singkong, atau indigofera dapat menambah vitamin A, serat, dan bertindak sebagai pengalih perhatian alami, mengurangi kanibalisme.

B. Pentingnya Keseimbangan Asam Amino

Protein hanyalah angka total. Yang lebih penting adalah ketersediaan Asam Amino (AA) esensial. Pada usia 1 bulan, kebutuhan untuk AA seperti Methionine, Lysine, dan Threonine mencapai puncaknya. Methionine (penting untuk bulu dan metabolisme) dan Lysine (penting untuk pertumbuhan otot) seringkali menjadi pembatas dalam pakan racikan berbasis jagung dan dedak.

Jika menggunakan pakan racikan, suplementasi Methionine sintetik atau penggunaan konsentrat dengan AA yang diperkaya sangat disarankan untuk memastikan ayam mencapai potensi genetiknya. Kekurangan AA pada fase ini akan menyebabkan pertambahan berat badan yang tidak seimbang, di mana ayam mungkin terlihat besar tetapi memiliki kualitas daging yang buruk.

C. Pengaruh Bentuk Pakan Terhadap Konsumsi

Ayam usia 1 bulan sudah dapat mengonsumsi pakan berbentuk crumble (butiran kasar) atau bahkan pellet kecil. Bentuk pellet lebih disukai karena:

Meskipun pakan mash (tepung) lebih murah, kerugian akibat pakan yang berhamburan atau tersumbat di tempat pakan seringkali membuat pellet menjadi pilihan yang lebih efisien secara ekonomi dalam jangka panjang.

VII. Biosekuriti Tingkat Lanjut dan Manajemen Penyakit Subklinis

Penyakit subklinis adalah penyakit yang ada di dalam tubuh ayam namun tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, tetapi secara konsisten menekan pertumbuhan. Ayam kampung umur 1 bulan sangat rentan terhadap kondisi subklinis karena stres imunologi pasca-vaksinasi.

A. Penanggulangan Infeksi Subklinis Usus

Infeksi bakteri atau protozoa ringan di usus dapat merusak vili usus (permukaan penyerapan) tanpa menyebabkan diare parah. Kerusakan ini menyebabkan Sindrom Malabsorpsi, di mana ayam makan banyak tetapi tidak dapat menyerap nutrisi, sehingga FCR melonjak tinggi.

Strategi Pencegahan dan Pengobatan Subklinis:

  1. **Penggunaan Asidifier:** Penambahan asam organik (seperti asam sitrat atau asam format) ke dalam air minum dapat menurunkan pH usus, menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi bakteri patogen seperti E. coli dan Salmonella. Asidifier juga membantu proses pencernaan.
  2. **Probiotik:** Pemberian Probiotik secara teratur (bakteri baik, misalnya Lactobacillus) akan mengkolonisasi usus, berkompetisi dengan patogen, dan meningkatkan kesehatan vili usus. Ini sangat vital setelah penggunaan antibiotik.
  3. **Fitobiotik (Herbal):** Ekstrak tanaman seperti kunyit, bawang putih, dan jahe memiliki sifat antimikroba alami dan anti-inflamasi, membantu menjaga kesehatan usus dan meningkatkan nafsu makan.

B. Pengendalian Vektor dan Hama

Pada usia 1 bulan, ayam sudah mulai menghasilkan panas yang menarik serangga dan hama. Vektor adalah perantara penyakit (misalnya, kutu, tungau, lalat, dan tikus).

Biosekuriti yang komprehensif pada fase ini adalah investasi, bukan biaya. Setiap upaya mencegah penyakit subklinis akan menghasilkan peningkatan yang signifikan pada efisiensi konversi pakan dan mengurangi kebutuhan akan obat-obatan mahal di kemudian hari.

VIII. Aspek Psikologi dan Perilaku Ayam Kampung Umur 1 Bulan

Ayam kampung pada usia ini adalah makhluk sosial yang dinamis. Memahami perilaku mereka membantu peternak mengidentifikasi masalah lebih cepat dan mengurangi tingkat stres sosial.

A. Pembentukan Hirarki Sosial (Pecking Order)

Pada usia 4 minggu, hirarki sosial (pecking order) mulai terbentuk. Ayam yang lebih dominan akan makan terlebih dahulu dan menunjukkan perilaku agresif terhadap ayam yang lebih lemah. Fenomena ini diperparah jika kepadatan kandang tinggi atau tempat pakan/minum tidak mencukupi.

Jika terjadi perundungan (bullying) yang ekstrem, ayam yang lebih kecil akan mengalami stres kronis, gagal tumbuh, dan sering terluka. **Solusi:** Sortasi (grading) menjadi sangat penting untuk memisahkan yang dominan dan yang submisif, memberikan kesempatan yang sama bagi semua kelompok untuk mendapatkan pakan.

B. Manajemen Cahaya (Photoperiod Management)

Berbeda dengan DOC yang membutuhkan cahaya 24 jam untuk memaksimalkan konsumsi pakan, ayam usia 1 bulan membutuhkan periode istirahat yang lebih jelas. Program pencahayaan yang disarankan adalah 16 jam terang dan 8 jam gelap (16L:8D).

C. Pengayaan Lingkungan (Environmental Enrichment)

Ayam yang bosan atau tidak memiliki stimulasi cenderung mengembangkan perilaku buruk seperti mematuk bulu (feather pecking) dan kanibalisme. Ayam kampung, secara genetik, adalah ayam yang suka mencari makan (foraging).

Pengayaan lingkungan yang dapat dilakukan:

Aspek psikologi ini sering luput dari perhatian, padahal kenyamanan psikologis adalah bagian integral dari kesehatan fisik, terutama dalam menghasilkan ayam kampung yang lincah dan berdaya tahan tinggi.

Penutup dan Kunci Keberhasilan

Periode ayam kampung umur 1 bulan merupakan penentu utama efisiensi peternakan. Ini adalah masa di mana biaya operasional mulai meningkat tajam seiring dengan bertambahnya konsumsi pakan. Manajemen yang teliti dan terintegrasi dari segi nutrisi, biosekuriti, dan lingkungan adalah prasyarat mutlak untuk mencapai target bobot panen dalam waktu yang ekonomis. Setiap defisit manajemen pada usia ini—baik berupa kekurangan protein, ventilasi buruk, atau kegagalan vaksinasi—akan mengakibatkan kerugian yang berlipat ganda di fase pembesaran selanjutnya. Dengan menerapkan panduan intensif ini, peternak memastikan ayam kampung mereka tumbuh sehat, seragam, dan siap menjadi produk unggul di pasar.

🏠 Kembali ke Homepage