Setelah keberhasilan sinematik dan resonansi budaya yang masif dari Avatar: The Way of Water, seluruh perhatian dunia tertuju pada babak berikutnya dalam saga epik James Cameron. Avatar 3 bukan sekadar sekuel; ia adalah gerbang transisi menuju narasi yang jauh lebih gelap, rumit, dan berakar pada konsekuensi moral dari konflik yang telah memecah belah Pandora. Cameron telah berjanji bahwa jika The Way of Water berfokus pada keluarga dan air, Avatar 3 akan memperkenalkan spektrum elemen dan faksi baru yang akan mengubah pemahaman kita tentang apa artinya menjadi Na'vi dan apa yang dipertaruhkan dalam perang abadi antara alam dan industri.
Ekspektasi terhadap film ini melampaui batas-batas visual; para penggemar menantikan eksplorasi filosofis yang lebih dalam mengenai dualitas, kekuasaan, dan ambiguitas moral. Jika film pertama menyajikan konflik hitam-putih antara penjajah dan pribumi, dan film kedua memperkenalkan nuansa abu-abu melalui konsep keluarga dan pengorbanan, Avatar 3 siap untuk meledakkan palet moral tersebut menjadi jutaan kepingan, memaksa audiens dan karakter utama kita, Jake Sully dan keluarganya, untuk menghadapi realitas bahwa tidak semua Na'vi adalah pahlawan dan tidak semua manusia adalah monster yang tak bisa ditebus.
James Cameron selalu beroperasi dalam skala ambisius. Proyek Avatar bukanlah trilogi, melainkan serangkaian naratif yang saling terhubung yang membentang hingga Avatar 5. Oleh karena itu, Avatar 3 harus berfungsi sebagai jembatan yang kuat. Film ini dikabarkan memiliki subtitel kerja The Seed Bearer, yang mengisyaratkan fokus pada pewarisan, benih perubahan, atau mungkin benih konflik yang akan ditanam di Pandora untuk masa depan.
Meskipun jadwal rilis telah mengalami penyesuaian, penundaan ini, menurut Cameron, memungkinkan proses pascaproduksi yang lebih matang, terutama dalam menyempurnakan teknologi High Frame Rate (HFR) dan efek visual yang diperlukan untuk membawa lanskap baru Pandora ke layar lebar. Cameron dikenal karena kesempurnaannya, dan setiap penundaan dapat dilihat sebagai indikasi upaya untuk mencapai tingkat realisme visual yang belum pernah dicapai sebelumnya, melampaui apa yang sudah memukau di The Way of Water.
Aspek penting dari produksi ini adalah bahwa Avatar 3 dan sebagian besar dari Avatar 4 telah difilmkan secara bersamaan. Ini menjamin konsistensi cerita dan penampilan karakter yang lebih muda. Kedalaman materi yang difilmkan secara simultan menunjukkan bahwa Cameron sudah memiliki garis besar yang jelas tentang ke mana arah keluarga Sully dan bagaimana konflik RDA (Resources Development Administration) akan berevolusi.
Salah satu janji Cameron yang paling menarik mengenai Avatar 3 adalah pergeseran nada yang signifikan. Film-film sebelumnya, meskipun penuh konflik, mempertahankan pandangan optimis terhadap alam dan kebaikan Na'vi. Namun, Cameron telah mengisyaratkan bahwa Avatar 3 akan menyajikan perspektif yang lebih sinis dan 'gelap'.
"Dalam film-film awal, kami menyajikan manusia sebagai penjahat dan Na'vi sebagai yang baik. Itu akan berubah di Avatar 3. Kami akan menjelajahi budaya Na'vi yang berbeda, dan mereka tidak semuanya baik. Akan ada sisi gelap."
Perubahan fokus ini sangat penting. Ini mencegah saga ini jatuh ke dalam klise 'noble savage' yang terlalu sederhana. Dengan memperkenalkan Na'vi yang antagonis, Cameron memaksa Jake Sully, yang kini adalah Olo’eyktan (pemimpin klan), untuk menghadapi dilema internal yang jauh lebih kompleks: berjuang melawan kemanusiaan sambil menanggulangi ancaman yang datang dari bangsanya sendiri, sebuah ancaman yang mungkin didorong oleh filosofi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Eywa yang diyakini oleh klan Omatikaya dan Metkayina.
Inti dari pergeseran naratif dan nada gelap di Avatar 3 terletak pada perkenalan klan Na'vi baru yang disebut Masyarakat Abu (atau Ash People), yang dikenal juga sebagai Masyarakat Api. Klan ini diperkirakan menghuni wilayah gersang, mungkin vulkanik atau gurun, di Pandora. Kehadiran mereka merupakan antitesis langsung terhadap klan hutan Omatikaya dan klan laut Metkayina.
Lingkungan membentuk budaya. Jika Metkayina menghargai keindahan dan ketenangan air, Masyarakat Abu kemungkinan besar hidup dalam kondisi keras yang mendorong sifat-sifat bertahan hidup yang brutal dan mungkin agresif. Mereka mungkin melihat api dan panas bukan sebagai elemen destruktif, tetapi sebagai pemurni dan sumber kekuatan. Mereka adalah Na'vi yang keras, sinis, dan kemungkinan besar bersifat xenofobik atau setidaknya sangat skeptis terhadap klan lain, apalagi terhadap manusia.
Spekulasi kuat menunjukkan bahwa Masyarakat Abu tidak memiliki koneksi spiritual yang sama kuatnya dengan Eywa seperti yang dimiliki klan lain. Atau, interpretasi mereka tentang Eywa mungkin merupakan versi yang lebih purba, kejam, dan menghakimi, yang berakar pada konsep kemarahan alam, bukan hanya harmoni. Ini akan menciptakan konflik ideologis yang mendalam di dalam komunitas Na'vi sendiri.
Keberadaan Masyarakat Abu memungkinkan Cameron untuk menggali pertanyaan etika: Jika Na'vi adalah penjaga keseimbangan Pandora, bagaimana mereka menghadapi Na'vi yang brutal dan destruktif? Akankah Jake dan Neytiri harus berjuang demi kelangsungan hidup mereka melawan saudara sebangsa mereka yang memiliki tujuan dan metode yang sangat berbeda?
Klan api ini mungkin juga menjadi cerminan ironis dari manusia itu sendiri—mereka mungkin memanfaatkan sumber daya mereka dengan cara yang mirip dengan RDA, meskipun pada skala yang lebih primitif. Mereka bisa jadi termotivasi oleh dendam, kekeringan, atau perebutan wilayah. Jika RDA terus menjajah dan merusak ekosistem, Masyarakat Abu bisa melihat klan seperti Omatikaya dan Metkayina sebagai pihak yang terlalu lunak karena mencoba mempertahankan hubungan dengan ‘Anak Langit’ (manusia).
Setelah pengorbanan dan kehilangan yang mendalam di The Way of Water (terutama Neteyam), keluarga Sully memasuki Avatar 3 dengan trauma yang mendalam dan perubahan dinamika yang tak terhindarkan. Fokus utama film ini adalah bagaimana mereka mengatasi duka dan menghadapi dunia baru yang penuh bahaya.
Jake tidak hanya memimpin keluarganya tetapi juga klan baru yang terdiri dari para pengungsi. Dalam Avatar 3, peran kepemimpinannya akan diuji saat ia menghadapi ancaman ganda: RDA yang tidak pernah menyerah dan Na'vi yang tidak ramah (Masyarakat Abu). Beban Jake adalah untuk menjaga visi Eywa yang harmonis sementara dunia Na'vi sendiri terpecah.
Kehadiran Masyarakat Abu bisa memaksa Jake untuk mengambil keputusan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Akankah ia harus menggunakan metode militeristik yang ia pelajari sebagai manusia untuk melawan bangsanya sendiri? Ini akan menjadi ujian definitif bagi transformasinya dari marinir menjadi Olo’eyktan sejati.
Kehilangan putra sulungnya sangat memengaruhi Neytiri. Di The Way of Water, kita melihat sisi Neytiri yang paling brutal dan penuh dendam ketika ia bersumpah akan membalas Spider. Dalam Avatar 3, kemarahan ini mungkin menjadi kekuatan pendorong yang berbahaya. Jika Jake mencoba diplomasi dengan Masyarakat Abu atau bahkan dengan RDA, Neytiri mungkin menjadi penghalang, menuntut pembalasan tanpa kompromi.
Peran Neytiri mungkin bergeser menjadi representasi dari sisi alam yang paling buas dan tak kenal ampun, sebuah cerminan dari api dan kehancuran yang dianut oleh Masyarakat Abu, menjadikannya cermin ideologis bagi klan yang mereka lawan.
Lo'ak, yang selalu merasa seperti 'orang buangan' dan anak bermasalah, di akhir film kedua telah membuktikan dirinya sebagai pahlawan dan pemimpin. Dalam Avatar 3, ia harus melangkah ke peran yang ditinggalkan Neteyam. Ia memiliki koneksi unik dengan Tulkun, dan mungkin koneksi ini akan menjadi kunci untuk menyatukan berbagai klan Na'vi atau menemukan jalan keluar dari konflik.
Namun, Lo'ak juga membawa trauma dan rasa bersalah yang harus ia atasi. Keterkaitannya dengan Payakan (Tulkun buangan) dan karakternya yang memberontak mungkin membuatnya menjadi jembatan ideal antara Omatikaya dan faksi Na'vi yang lebih liar, seperti Masyarakat Abu, karena ia memahami arti penolakan dan kerasnya hidup di luar norma-norma klan yang mapan.
Hubungan antara Miles "Spider" Socorro dan Miles Quaritch (Recom) adalah benang kusut emosional yang ditinggalkan oleh The Way of Water. Dinamika ayah-anak yang terpaksa ini akan menjadi sentral dalam Avatar 3, menawarkan salah satu eksplorasi paling dalam mengenai identitas dan takdir.
Spider menyelamatkan Quaritch di akhir film, sebuah tindakan yang sarat makna. Meskipun ia membenci apa yang diwakili oleh Quaritch—penjajahan dan pembunuhan massal—ia tidak bisa mengingkari ikatan darah dan emosional yang ia rasakan. Di Avatar 3, Spider mungkin menjadi alat atau mata-mata bagi salah satu pihak, atau ia mungkin berusaha menciptakan jalannya sendiri.
Jika keluarga Sully semakin menolaknya karena tindakan menyelamatkan Quaritch, Spider mungkin didorong ke kamp RDA, namun tetap dengan hati yang terpecah. Ini akan menjadi kisah tragis tentang anak yang terperangkap antara rumah yang dicintainya (Pandora/Na'vi) dan ayah kandung yang jahat namun membutuhkan. Konflik batin ini membutuhkan ruang naratif yang sangat besar untuk dieksplorasi secara memuaskan.
Quaritch, kini sepenuhnya dihidupkan kembali sebagai Na'vi/Manusia, harus bergumul dengan identitasnya sendiri. Ia mulai merasakan ikatan terhadap Pandora, bahkan jika ia menolaknya. Keterikatannya pada Spider adalah kelemahan dan kekuatannya. Di Avatar 3, Quaritch tidak bisa lagi menjadi penjahat kartun yang sederhana; ia harus menjadi sosok yang lebih manusiawi—atau, dalam hal ini, lebih Na'vi—meskipun motifnya tetap militeristik.
Spekulasi menunjukkan bahwa Quaritch mungkin akan bergabung atau setidaknya berinteraksi dengan Masyarakat Abu. Filosofi Masyarakat Abu tentang kekerasan dan bertahan hidup mungkin menarik bagi Quaritch, memberinya cara untuk terus berjuang melawan Jake tanpa harus sepenuhnya bergantung pada mesin perang RDA yang ia anggap lambat. Jika Quaritch memimpin Masyarakat Abu, ia akan menjadi ancaman yang jauh lebih berbahaya—musuh yang memahami taktik manusia, tetapi menggunakan kekuatan Na'vi.
Setiap film Avatar adalah perayaan visual dari bioma Pandora yang berbeda. Setelah hutan hujan dan lautan, Avatar 3 akan membawa penonton ke lanskap yang gersang dan penuh bahaya, yang sesuai dengan tema api dan kekerasan.
Daerah yang ditempati oleh Masyarakat Abu kemungkinan besar adalah wilayah gunung berapi aktif atau padang pasir luas yang tandus. Lingkungan seperti ini akan memperkenalkan flora dan fauna yang beradaptasi dengan suhu ekstrem dan minimnya air, berlawanan dengan warna neon yang jenuh pada film-film sebelumnya.
Hewan-hewan di wilayah ini mungkin lebih keras, berkulit tebal, dan memiliki mekanisme pertahanan yang agresif. Ini bukan lagi tentang bersembunyi di rimbunnya hutan, melainkan tentang bertahan hidup di bawah sinar matahari yang membakar dan di tengah hujan abu. Kamera Cameron harus menemukan cara untuk membuat lanskap yang secara tradisional dianggap 'kosong' menjadi hidup dan menakjubkan.
Selain bioma api/gurun, ada kemungkinan Avatar 3 juga akan menyentuh area pegunungan yang lebih tinggi atau gua-gua bawah tanah yang belum terpetakan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Pandora jauh lebih besar dan beragam daripada yang dibayangkan, memastikan bahwa RDA memiliki banyak tempat baru untuk dieksplorasi (dan dieksploitasi) di film-film mendatang.
Jika bagian dari cerita melibatkan perjalanan Lo'ak dan Payakan, kita mungkin juga akan mendapatkan gambaran singkat tentang Tulkun Pods lain, memperkenalkan varian Tulkun yang lebih agresif atau bahkan Tulkun yang diusir karena alasan yang belum diketahui, menambah lapisan kompleksitas pada masyarakat lautan.
Meskipun The Way of Water berakhir dengan kemenangan kecil bagi keluarga Sully, perang besar antara RDA dan Na'vi baru saja dimulai. Avatar 3 harus meningkatkan taruhannya secara drastis.
Kekalahan dan kematian Jenderal Ardmore di akhir film kedua pasti akan memicu respons yang jauh lebih masif dari Bumi. RDA tidak akan hanya mengirim satu kapal lagi; mereka akan mengirim seluruh armada, dengan sumber daya dan teknologi yang lebih canggih. Avatar 3 kemungkinan akan menunjukkan Pandora di bawah pendudukan militer yang lebih parah, dengan benteng-benteng RDA yang dibangun di seluruh benua.
Peningkatan kehadiran manusia ini akan memaksa Na'vi untuk bergerak lebih jauh ke dalam wilayah yang tak dikenal, yang secara logis akan mengarahkan Jake dan keluarganya ke wilayah Masyarakat Abu, baik untuk mencari sekutu atau untuk menghindari pemusnahan total.
Kunci bagi Na'vi untuk bertahan hidup adalah aliansi. Jake harus berusaha meyakinkan klan Na'vi lainnya, termasuk Metkayina dan kemungkinan Masyarakat Abu, untuk bersatu melawan RDA. Namun, karena perbedaan filosofi yang mendalam dan permusuhan alami antara klan, aliansi ini akan menjadi sangat tidak stabil.
Misalnya, Masyarakat Abu mungkin menuntut agar Jake mengkhianati Spider sebagai harga dari persatuan. Atau, mereka mungkin menuntut sumber daya yang vital dari klan hutan atau klan air. Negosiasi yang penuh ketegangan ini akan menjadi arena di mana karakter Jake diuji, memaksanya untuk memilih antara keluarganya (Spider dianggap sebagai bagian dari keluarga, meskipun kontroversial) dan kelangsungan hidup bangsanya.
Kekuatan saga Avatar terletak pada lapisan tematiknya, dan Avatar 3 diposisikan untuk menjadi film paling kaya secara tematik di seluruh seri.
Dengan hadirnya Masyarakat Abu, tema ‘Siapa yang benar?’ menjadi lebih kabur. Kita dipaksa untuk melihat bahwa kekerasan, keserakahan, dan isolasi bukan hanya sifat manusia. Na'vi, meskipun terhubung dengan Eywa, tetaplah makhluk dengan kebebasan memilih. Jika Masyarakat Abu bersedia menggunakan kekerasan brutal atau bahkan mengkhianati klan lain demi bertahan hidup, hal ini menantang pandangan Na'vi sebagai makhluk yang murni moral. Konflik ini adalah metafora untuk perjuangan internal dalam setiap gerakan perlawanan—seberapa jauh kita bersedia berkompromi dengan moral demi kemenangan?
Kiri dan Spider adalah kunci untuk eksplorasi identitas di Avatar 3. Kiri, dengan koneksi mistis dan kekuatan yang tak terlukiskan dengan Eywa, akan terus menggali asal-usulnya yang masih menjadi misteri. Perannya akan menjadi semakin penting, mungkin sebagai perantara antara klan Na'vi yang berbeda atau sebagai kunci untuk memahami mengapa Pandora merespons beberapa ancaman tertentu.
Sementara itu, Spider, sebagai manusia yang dibesarkan oleh Na'vi, dan Quaritch, sebagai manusia yang dihidupkan kembali sebagai Na'vi, mencerminkan dua sisi koin identitas hibrida. Mereka bukan milik Bumi, tetapi mereka juga tidak sepenuhnya diterima oleh Pandora. Kisah mereka adalah cerminan dari tantangan global mengenai penerimaan dan penemuan diri di tengah konflik identitas budaya yang parah.
Film Avatar identik dengan kemajuan teknologi sinema. Untuk Avatar 3, Cameron harus melampaui efek air yang menakjubkan dari film sebelumnya. Fokusnya akan beralih ke representasi api, asap, dan abu secara realistis, yang merupakan tantangan visual yang sangat berbeda.
Mereplikasi kekacauan dan intensitas kebakaran besar, letusan gunung berapi, atau badai pasir di Pandora membutuhkan perangkat lunak simulasi fluida baru. Kualitas visual harus membedakan antara abu vulkanik yang keras dan asap yang tipis, sambil mempertahankan kontras warna yang khas dari Na'vi di lingkungan yang redup dan penuh abu.
Pemanfaatan HFR (High Frame Rate) di lingkungan gurun dan vulkanik akan menjadi sangat penting. Gerakan cepat, ledakan, dan visual panas yang bergelombang harus ditangani dengan mulus agar tidak terlihat seperti video game, sebuah kritik yang terkadang dihadapi oleh HFR.
Di setiap film, RDA memperkenalkan peralatan baru. Karena mereka kini menghadapi klan Na'vi yang jauh lebih tangguh dan tersembunyi (termasuk klan air), RDA di Avatar 3 kemungkinan akan menggunakan teknologi kontra-perlawanan yang lebih brutal. Ini mungkin termasuk drone pengintai yang ditingkatkan, senjata sonik yang dirancang untuk mengganggu komunikasi Na'vi dengan Eywa, atau bahkan senjata yang secara khusus ditargetkan untuk menghancurkan flora dan fauna tertentu di bioma api/gurun.
Detail peralatan militer ini sangat penting untuk membangun kembali RDA sebagai ancaman yang nyata dan terus berkembang. Mereka harus belajar dari kekalahan mereka sebelumnya dan beradaptasi dengan taktik gerilya Na'vi.
Avatar 3 bukan hanya klimaks dari babak kedua; ini adalah landasan di mana dua film epik berikutnya akan dibangun. Cameron telah menyatakan bahwa Avatar 4 akan mencakup lompatan waktu yang signifikan. Oleh karena itu, Avatar 3 harus mengakhiri naratifnya dengan resolusi yang memuaskan sekaligus meninggalkan pertanyaan besar yang membutuhkan waktu untuk dijawab.
Pada akhir Avatar 3, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh RDA dan kemungkinan Masyarakat Abu yang brutal harus mencapai titik kritis. Jika film pertama berbicara tentang mineral Unobtainium dan film kedua berbicara tentang minyak paus Amrita, Avatar 3 mungkin memperkenalkan sumber daya vital lain yang diperebutkan—mungkin sumber energi geotermal atau komponen vital dari ekosistem vulkanik.
Klimaks dari film ini harus meninggalkan Pandora dalam keadaan yang jauh lebih rusak dan terfragmentasi, membenarkan kebutuhan akan lompatan waktu di Avatar 4 agar anak-anak Sully dapat tumbuh dan melihat konsekuensi jangka panjang dari perang yang mereka warisi.
Akhir dari busur cerita Spider dan Quaritch harus menjadi momen yang sangat emosional. Ada beberapa kemungkinan: Spider mungkin membunuh Quaritch sebagai penebusan; Quaritch mungkin berkorban untuk menyelamatkan Spider, mencapai penebusan yang kompleks; atau, yang paling menarik, mereka berdua mungkin menghilang ke pinggiran Pandora, menunggu untuk memainkan peran penting di masa depan.
Keputusan akhir tentang nasib mereka akan menentukan apakah perang di Pandora dapat diselesaikan dengan cara apa pun selain kehancuran total. Jika Quaritch tetap menjadi ancaman hidup, ia dapat menjadi musuh abadi yang melayang di atas saga ini hingga akhir.
Avatar 3 menjanjikan pengalaman sinematik yang melampaui ekspektasi. Ini bukan hanya tentang visual yang memukau atau makhluk baru yang menarik; ini adalah tentang membedah kompleksitas konflik yang tidak dapat dihindari ketika dua peradaban, atau bahkan dua faksi dalam peradaban yang sama, memiliki visi yang berlawanan tentang masa depan dan sumber daya.
Dengan perkenalan Masyarakat Abu, James Cameron secara cerdas meningkatkan taruhan dengan memperkenalkan musuh Na'vi yang dapat memicu perpecahan internal yang tidak pernah dihadapi Jake Sully sebelumnya. Transformasi ini mengubah saga ini dari kisah invasi menjadi epos politik dan survival intergalaksi yang jauh lebih rumit.
Film ini akan menjadi ujian sejati bagi Jake dan Neytiri, bukan hanya sebagai pejuang, tetapi sebagai orang tua yang harus membimbing anak-anak mereka melalui krisis identitas yang mendalam—terutama Kiri yang misterius dan Lo'ak yang sedang mencari jati diri. Keluarga Sully harus belajar bahwa Pandora memiliki sisi kejam, sisi api, yang tidak selalu selaras dengan harmoni yang mereka cari.
Antisipasi bukan hanya tertuju pada bagaimana Cameron akan menampilkan lanskap api, tetapi bagaimana ia akan menangani api konflik moral. Apakah Na'vi akan mampu mengatasi perpecahan internal mereka sebelum RDA menghancurkan mereka semua? Jawabannya ada di tangan sang Pembawa Benih, dan kita menantikan untuk melihat benih apa yang akan ditanam, apakah itu benih persatuan baru atau benih kehancuran total. Avatar 3 akan menjadi babak paling penting yang akan menentukan takdir seluruh saga Pandora.
Eksplorasi Masyarakat Abu memungkinkan narasi untuk menggali konsep 'keterasingan ekologis'. Sementara Omatikaya dan Metkayina hidup dalam kelimpahan dan kesuburan, Masyarakat Abu berada di wilayah yang menolak kehidupan, memaksa mereka untuk mengembangkan sifat materialistis dan mungkin agresif. Ini adalah cerminan dari bagaimana lingkungan ekstrem dapat membentuk nilai-nilai budaya yang sama sekali berbeda. Na'vi ini mungkin mewakili ketakutan fundamental bahwa bahkan di antara "yang baik," keserakahan dan sifat menguasai dapat muncul ketika sumber daya terbatas. Mereka mungkin tidak memandang RDA sebagai musuh unik, melainkan hanya sebagai klan lain yang mencoba mengambil apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Sudut pandang ini menambah kompleksitas yang dibutuhkan untuk menjaga kisah ini tetap segar dan relevan dalam jangka panjang.
Bisa jadi Masyarakat Abu telah lama diasingkan dari Eywa, atau mereka telah mengembangkan hubungan yang terdistorsi dengan Eywa, melihatnya bukan sebagai jaringan kehidupan yang lembut, tetapi sebagai entitas yang menuntut pengorbanan dan dominasi. Konflik internal ini, antara Na'vi yang 'beradab' (menurut standar Omatikaya) dan Na'vi yang 'liar' (Masyarakat Abu), jauh lebih berbahaya daripada pertempuran melawan RDA, karena ini adalah perang ideologi yang dapat meruntuhkan persatuan di saat paling krusial.
Kiri, putri angkat Jake dan Neytiri, adalah anomali yang paling menonjol. Koneksinya yang misterius dan kuat dengan Eywa menempatkannya sebagai calon juru selamat atau sebagai katalisator kehancuran. Dalam Avatar 3, kita harus melihat peningkatan eksplorasi terhadap kekuatan Kiri, terutama ketika ia dihadapkan pada lingkungan vulkanik yang keras dan Na'vi yang secara spiritual mungkin terputus. Jika Kiri dapat berinteraksi dengan Ekosistem Laut, bisakah ia berinteraksi dengan magma dan api? Bisakah ia menggunakan kekuatannya untuk menjinakkan keganasan Masyarakat Abu, atau akankah ia dipaksa untuk mengakui bahwa ada kekuatan di Pandora yang melampaui kemampuan koneksi spiritualnya?
Potensi Kiri untuk menjadi perantara antara faksi Na'vi yang berbeda sangat tinggi. Namun, jika ia gagal, kegagalan itu akan memicu keraguan mendalam dalam diri Jake tentang apakah ia benar-benar dapat menyatukan rakyatnya. Kehadiran Kiri dan Spider berfungsi sebagai pengingat konstan bahwa masa depan Pandora tidak akan didominasi oleh Na'vi murni, tetapi oleh hibrida dan individu yang melampaui kategori rasial lama.
RDA dalam Avatar 3 tidak hanya akan menggunakan kekuatan fisik; mereka akan menggunakan perang saraf. Mengetahui bahwa Na'vi rentan terhadap perpecahan (terbukti dari Masyarakat Abu), RDA mungkin akan mencoba memanfaatkan konflik internal ini. Mereka mungkin menawarkan kesepakatan kepada Masyarakat Abu—teknologi atau sumber daya yang diperlukan untuk bertahan hidup di gurun, dengan imbalan informasi atau penyerangan terhadap klan hutan dan laut. Strategi memecah belah dan menguasai ini akan menjadi ujian berat bagi moral Jake Sully.
Peralatan militer baru mungkin mencakup senjata psikologis yang dirancang untuk mengganggu jaringan Eywa, yang dikenal sebagai 'saraf Pandora'. Jika RDA dapat memutuskan koneksi Na'vi secara sementara, itu akan menjadi kerentanan terbesar yang pernah dihadapi klan. Detail-detail ini harus diimplementasikan secara visual dan naratif untuk benar-benar menunjukkan bahwa RDA telah belajar dari kesalahan mereka di masa lalu.
Secara keseluruhan, Avatar 3 berdiri di atas janji untuk menjadi film yang paling berisiko, paling gelap, dan paling memecah belah di antara semua film Avatar yang direncanakan. Jika film-film sebelumnya adalah tentang penemuan dan pembelaan, film ini adalah tentang ketahanan, penerimaan, dan biaya sebenarnya dari perang yang berkepanjangan.
Keseimbangan antara keindahan visual khas Pandora dan kekejaman yang akan diperkenalkan oleh Masyarakat Abu akan menjadi daya tarik utama, memastikan bahwa setiap adegan tidak hanya memukau mata, tetapi juga membebani jiwa penonton dengan dilema moral yang ditawarkan oleh jagat raya yang semakin rumit ini.