Mendalami Aturan Main Sepak Bola Resmi

Sepak bola, sebagai olahraga paling populer di dunia, diatur oleh serangkaian hukum yang komprehensif. Peraturan ini, dikenal sebagai Laws of the Game (LOTG), dikelola dan diperbarui oleh International Football Association Board (IFAB). Memahami 17 Hukum ini adalah kunci untuk mengapresiasi dan menganalisis setiap aspek permainan. Artikel ini mengupas tuntas setiap hukum, memberikan interpretasi mendalam, dan menjelaskan implikasi praktisnya di lapangan hijau.

Filosofi Dasar: Inti dari Laws of the Game adalah memastikan keadilan, keselamatan pemain, dan mempromosikan permainan yang menghibur. Meskipun aturan harus dipatuhi secara ketat, wasit memiliki diskresi (wewenang mutlak) untuk menafsirkan niat di balik tindakan pemain.

Hukum 1: Lapangan Permainan

Hukum ini mendefinisikan standar fisik lapangan. Lapangan harus berbentuk persegi panjang dan ditandai dengan garis-garis yang tidak boleh berbahaya bagi pemain. Panjang garis sentuh (touchline) harus lebih panjang daripada garis gawang (goal line). Standar internasional untuk pertandingan senior menetapkan panjang antara 100-110 meter dan lebar antara 64-75 meter. Semua garis adalah bagian dari area yang mereka batasi.

Elemen Kunci Lapangan

Kepatuhan terhadap standar dimensi sangat penting untuk menjaga integritas kompetisi. Jika ada tiang gawang atau palang melintang yang rusak, wasit harus menghentikan permainan. Permainan tidak boleh dilanjutkan sampai perbaikan dilakukan atau gawang telah dilepas (meskipun situasi terakhir sangat jarang terjadi di tingkat profesional).

Skema Dasar Lapangan Sepak Bola Garis Gawang Garis Samping
Ilustrasi standar penandaan lapangan, yang diatur secara ketat oleh Hukum 1.

Hukum 2: Bola

Hukum ini sederhana namun fundamental, menetapkan bahwa bola harus memenuhi standar tertentu. Bola harus berbentuk bulat, terbuat dari bahan yang sesuai, memiliki lingkar tertentu, dan tekanan yang tepat. Di tingkat profesional, logo FIFA Quality Pro menjamin kepatuhan terhadap spesifikasi teknis yang ketat.

Prosedur Bola Rusak

Jika bola rusak saat permainan sedang berlangsung (misalnya, meletus), wasit harus menghentikan permainan. Permainan dilanjutkan dengan menjatuhkan bola (drop ball) di tempat bola rusak, kecuali jika bola rusak saat berada di dalam area penalti, dalam hal ini bola dijatuhkan di garis area penalti terdekat. Penting: Jika bola rusak saat tidak dalam permainan (misalnya, saat tendangan sudut), bola baru digunakan untuk melanjutkan tendangan sudut tersebut.

Hukum 3: Pemain

Hukum 3 mengatur jumlah pemain, prosedur pergantian pemain, dan sanksi yang terkait dengan jumlah pemain yang salah atau masuknya personel tambahan ke lapangan. Sebuah tim terdiri dari maksimal 11 pemain, salah satunya harus menjadi penjaga gawang. Jumlah minimal pemain yang diizinkan untuk memulai atau melanjutkan pertandingan biasanya adalah 7. Jika jumlah pemain turun di bawah 7 (karena cedera atau kartu merah), wasit harus menghentikan pertandingan, dan tim tersebut dianggap kalah.

Penggantian Pemain dan Pemain Pengganti

Jumlah pergantian pemain yang diizinkan bervariasi tergantung level kompetisi (umumnya 3, 5, atau lebih di era modern). Proses pergantian harus diselesaikan di garis tengah, setelah pemain yang keluar telah meninggalkan lapangan. Jika pemain pengganti masuk sebelum pemain yang diganti keluar sepenuhnya, ini dianggap sebagai pelanggaran Hukum 3, yang dapat mengakibatkan kartu kuning (peringatan) bagi pemain pengganti, dan permainan dilanjutkan dengan tendangan bebas tidak langsung.

Pemain Cadangan yang Tidak Berhak: Jika pemain cadangan yang tidak terdaftar (atau pemain yang telah dikeluarkan) masuk dan mencetak gol, gol tersebut harus dibatalkan, dan pemain tersebut dikeluarkan. Pelanggaran berat terhadap Hukum 3 ini seringkali memerlukan peninjauan oleh otoritas kompetisi setelah pertandingan usai.

Hukum 4: Perlengkapan Pemain

Hukum ini fokus pada keselamatan dan keseragaman perlengkapan. Perlengkapan dasar yang wajib adalah: jersey (kaos), celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering (shin guard), dan alas kaki (sepatu). Pelindung tulang kering harus tertutup sepenuhnya oleh kaus kaki dan harus memberikan perlindungan yang memadai.

Perlengkapan yang Dilarang

Keselamatan adalah prioritas utama. Pemain dilarang mengenakan perhiasan apa pun (termasuk anting-anting, kalung, atau gelang). Benda-benda ini harus dilepas atau ditutup dengan aman. Jika pemain menolak melepas benda berbahaya, mereka harus dikeluarkan dari lapangan. Pengecualian dibuat untuk perlengkapan medis yang aman, seperti kacamata olahraga, asalkan telah disetujui oleh wasit.

Slogan dan Pesan: Jersey tidak boleh menampilkan slogan, pernyataan, atau gambar yang bersifat politik, agama, atau pribadi yang diskriminatif. Wasit memiliki wewenang untuk meminta pemain mengganti perlengkapan jika melanggar ketentuan ini. Jika pemain melakukan pelanggaran saat mencetak gol dengan pesan yang dilarang, wasit harus mengizinkan gol dan kemudian menangani pelanggaran tersebut pada penghentian permainan berikutnya.

Hukum 5: Wasit

Hukum 5 menetapkan wasit sebagai pemegang otoritas tunggal atas pertandingan. Keputusan wasit mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan permainan, termasuk apakah gol dicetak dan hasil pertandingan, bersifat final dan mengikat. Wasit harus bertindak sebagai penjaga waktu, pencatat, penegak disiplin, dan pengadil.

Kewenangan dan Tugas Wasit

  1. Penegakan Hukum: Wasit menerapkan Laws of the Game sehubungan dengan pertandingan yang mereka kelola.
  2. Disiplin: Memiliki wewenang untuk memberikan peringatan (kartu kuning) atau mengeluarkan (kartu merah) pemain dan ofisial tim, sejak memasuki lapangan untuk pemeriksaan pra-pertandingan hingga meninggalkan lapangan setelah pertandingan berakhir.
  3. Menghentikan Permainan: Wasit dapat menunda, menangguhkan, atau menghentikan permainan karena pelanggaran, cuaca buruk, atau gangguan eksternal.
  4. Keuntungan (Advantage): Wasit dapat mengizinkan permainan berlanjut (memberikan keuntungan) jika tim yang dilanggar akan mendapat manfaat dari situasi permainan tersebut, meskipun pelanggaran telah terjadi. Namun, jika pelanggaran itu pantas mendapat kartu merah, wasit harus menghentikan permainan untuk mengeluarkan pemain tersebut setelah keuntungan berakhir, kecuali jika itu mengganggu peluang mencetak gol yang jelas.
  5. Perawatan Cedera: Jika cedera serius, wasit harus menghentikan permainan. Pemain yang menerima perawatan di lapangan harus segera meninggalkan lapangan setelah perawatan selesai dan hanya boleh masuk kembali dengan izin wasit.
Kartu Kuning dan Merah Simbol Otoritas Wasit RC YC Kekuatan Disipliner Wasit (Hukum 5 & 12)
Ilustrasi kartu disipliner yang merupakan alat utama wasit dalam menegakkan Hukum 12.

Hukum 6: Ofisial Pertandingan Lainnya

Selain wasit utama, ada ofisial lain yang membantu mengawasi permainan dan memastikan Laws of the Game dipatuhi. Ini termasuk asisten wasit (hakim garis), wasit keempat, asisten wasit tambahan (AARs, di belakang gawang), dan asisten wasit video (VAR).

Tugas Asisten Wasit (ARs)

Asisten Wasit bertanggung jawab terutama atas: menunjukkan kapan bola telah keluar dari lapangan, menunjukkan tim mana yang berhak atas tendangan sudut, tendangan gawang, atau lemparan ke dalam, dan memberikan sinyal pelanggaran offside. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengamati pergantian pemain dan memberikan indikasi jika terjadi pelanggaran di luar pandangan wasit utama.

Wasit Video (VAR)

VAR adalah sistem pendukung teknologi yang hanya dapat meninjau empat kategori keputusan yang mengubah pertandingan:

  1. Gol dan pelanggaran yang mengarah ke gol.
  2. Keputusan penalti dan pelanggaran yang mengarah ke penalti.
  3. Kartu merah langsung (bukan kartu kuning kedua).
  4. Kesalahan identitas pemain yang dihukum.

Prinsip VAR adalah "kejelasan dan kesalahan yang nyata." VAR tidak boleh mengintervensi kecuali keputusan wasit di lapangan jelas-jelas salah. Keputusan akhir selalu berada di tangan wasit utama setelah meninjau monitor tepi lapangan (On-Field Review/OFR) atau menerima informasi dari VAR (Review Check).

Hukum 7: Durasi Pertandingan

Durasi standar pertandingan sepak bola adalah dua periode (babak) masing-masing 45 menit. Ada jeda paruh waktu (half-time interval) yang tidak boleh melebihi 15 menit. Hukum ini juga mencakup ketentuan mengenai waktu tambahan (stoppage time) dan perpanjangan waktu.

Waktu Tambahan (Stoppage Time)

Wasit memiliki kewenangan untuk menambahkan waktu di akhir setiap babak untuk mengganti waktu yang hilang karena:

Jumlah waktu tambahan ditentukan sepenuhnya oleh wasit. Setelah waktu pertandingan berakhir, wasit harus mengizinkan permainan berlanjut jika ada tendangan penalti yang belum selesai dieksekusi.

Perpanjangan Waktu dan Adendum

Perpanjangan waktu (extra time) hanya digunakan dalam turnamen atau pertandingan sistem gugur untuk menentukan pemenang, biasanya terdiri dari dua babak masing-masing 15 menit. Jika pertandingan masih imbang setelah perpanjangan waktu, pertandingan seringkali dilanjutkan ke adu penalti (Penalty Shoot-Out), yang diatur dalam Hukum 10.

Hukum 8: Memulai dan Memulai Ulang Permainan

Hukum ini mengatur bagaimana pertandingan dimulai dan bagaimana permainan dilanjutkan setelah dihentikan karena alasan yang tidak terkait dengan pelanggaran (misalnya, cedera, intervensi eksternal).

Kick-Off (Tendangan Permulaan)

Kick-off digunakan untuk memulai pertandingan, memulai babak kedua, dan memulai kembali permainan setelah gol dicetak. Semua pemain harus berada di wilayah mereka sendiri, dan lawan dari tim yang melakukan kick-off harus berada setidaknya 9.15 meter (10 yard) dari bola sampai bola dimainkan. Sejak perubahan terbaru, gol dapat dicetak langsung dari kick-off ke gawang lawan.

Drop Ball (Bola Dijatuhkan)

Drop ball digunakan untuk melanjutkan permainan ketika dihentikan karena suatu alasan yang tidak dijelaskan oleh Hukum lain (misalnya, intervensi eksternal, cedera yang tidak melibatkan pelanggaran). Drop ball modern dilakukan untuk satu pemain dari tim yang terakhir kali menyentuh bola di tempat penghentian. Semua pemain lain (termasuk rekan satu tim) harus berada setidaknya 4 meter jauhnya. Jika permainan dihentikan di area penalti, drop ball selalu diberikan kepada penjaga gawang tim bertahan.

Hukum 9: Bola Keluar dan Di Dalam Permainan

Hukum ini secara definitif menjelaskan kapan bola dianggap "di dalam permainan" dan kapan "keluar dari permainan." Aturan ini sangat mudah, tetapi interpretasinya sering kali memicu perdebatan di pinggir lapangan.

Bola Keluar dari Permainan

Bola dianggap keluar dari permainan HANYA ketika:

  1. Telah sepenuhnya melewati garis gawang atau garis sentuh, baik di udara maupun di darat.
  2. Permainan telah dihentikan oleh wasit.

Jika bola memantul kembali dari tiang gawang, mistar gawang, bendera sudut, atau wasit/asisten wasit yang berada di dalam lapangan, bola tetap dalam permainan.

Implikasi Garis: Garis sentuh dan garis gawang adalah bagian dari lapangan. Bola tidak dianggap keluar sampai 100% dari bola melampaui 100% dari garis. Prinsip ini juga berlaku untuk penetapan gol. Sebuah gol baru sah jika seluruh bagian bola melewati garis gawang.

Hukum 10: Menentukan Hasil Pertandingan

Hukum ini menentukan kriteria untuk mencetak gol dan prosedur untuk menentukan pemenang jika hasil imbang tidak diperbolehkan (melalui adu penalti).

Gol yang Sah

Sebuah gol tercipta ketika seluruh bola telah melewati garis gawang antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang, asalkan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh tim penyerang (termasuk offside) sebelum atau saat mencetak gol. Jika seorang pemain menyerang secara tidak sengaja menyentuh bola dengan tangan/lengan sebelum gol, gol tersebut harus dibatalkan, terlepas dari apakah sentuhan tangan itu disengaja atau tidak.

Adu Penalti (Kicks from the Penalty Mark)

Adu penalti digunakan untuk memutuskan pemenang setelah pertandingan berakhir imbang di mana pemenang wajib (misalnya, di babak sistem gugur). Prosedur ini diatur secara ketat:

Adu penalti bukanlah bagian dari pertandingan; ini adalah cara untuk menentukan pemenang kompetisi. Setiap tendangan dianggap sah hanya jika bola sepenuhnya melewati garis gawang.

Hukum 11: Offside

Hukum Offside adalah salah satu aturan yang paling kompleks dan sering disalahpahami. Tujuannya adalah mencegah pemain penyerang "berdiam" secara permanen di dekat gawang lawan, memastikan bahwa permainan tetap bergerak dan seimbang. Hukum ini memiliki dua komponen utama: posisi offside dan pelanggaran offside.

Posisi Offside

Seorang pemain berada dalam posisi offside jika:

  1. Mereka berada di paruh lapangan lawan (tidak termasuk garis tengah).
  2. Mereka lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola.
  3. Mereka lebih dekat ke garis gawang lawan daripada pemain kedua terakhir tim lawan (biasanya bek kedua terakhir atau penjaga gawang).

Berada dalam posisi offside bukanlah pelanggaran dengan sendirinya.

Pelanggaran Offside

Pelanggaran offside hanya terjadi jika seorang pemain yang berada dalam posisi offside:

  1. Mengganggu permainan dengan memainkan atau menyentuh bola yang dioper oleh rekan setim.
  2. Mengganggu lawan dengan menghalangi pandangan, menantang untuk mendapatkan bola, atau melakukan gerakan yang jelas memengaruhi kemampuan lawan untuk bermain.
  3. Mendapatkan keuntungan dari posisinya, termasuk memainkan bola yang memantul dari tiang gawang atau penyelamatan lawan.

Pengecualian: Tidak ada pelanggaran offside jika pemain menerima bola langsung dari lemparan ke dalam (throw-in), tendangan gawang (goal kick), atau tendangan sudut (corner kick).

Interpretasi modern Offside, khususnya mengenai "mengganggu lawan," telah menjadi subjek tinjauan terus-menerus oleh IFAB. Tindakan pemain yang pasif (tidak terlibat) seringkali diizinkan, tetapi begitu mereka mengambil tindakan yang memengaruhi bek lawan, pelanggaran offside berlaku. Hukuman untuk pelanggaran offside adalah tendangan bebas tidak langsung (Indirect Free Kick/IFK) yang diambil dari tempat terjadinya pelanggaran.

Hukum 12: Pelanggaran dan Kelakuan Buruk

Hukum ini adalah yang paling sering diterapkan dan paling kompleks, menentukan kapan wasit harus memberikan tendangan bebas (langsung atau tidak langsung) atau mengeluarkan sanksi disipliner (kartu kuning atau merah). Pelanggaran dibagi menjadi dua kategori besar: yang mengakibatkan Tendangan Bebas Langsung (DFK) dan yang mengakibatkan Tendangan Bebas Tidak Langsung (IFK).

Pelanggaran Tendangan Bebas Langsung (DFK)

DFK diberikan jika pemain melakukan salah satu dari 7 pelanggaran ini dengan cara yang ceroboh, sembrono, atau menggunakan kekuatan berlebihan:

DFK juga diberikan untuk pelanggaran penanganan bola yang disengaja (kecuali penjaga gawang di area penaltinya sendiri). Sentuhan tangan yang disengaja adalah pelanggaran, dan juga ada kriteria jika tangan/lengan membuat tubuh 'lebih besar' secara tidak wajar atau digunakan untuk mencetak gol (termasuk gol tidak disengaja).

Pelanggaran Tendangan Bebas Tidak Langsung (IFK)

IFK diberikan untuk pelanggaran yang lebih teknis atau kurang serius, seperti:

Sanksi Disipliner (Kartu)

Kartu Kuning (Peringatan): Diberikan untuk kelakuan tidak sportif, perbedaan pendapat (protes), menunda dimulainya kembali permainan, atau meninggalkan/memasuki lapangan tanpa izin. Peringatan paling umum diberikan untuk menghentikan serangan yang menjanjikan (Stopping a Promising Attack/SPA).

Kartu Merah (Pengusiran): Diberikan untuk pelanggaran serius seperti permainan kasar (Serious Foul Play), perilaku kekerasan (Violent Conduct), menggigit atau meludah, menggunakan bahasa ofensif, dan Denying an Obvious Goal-Scoring Opportunity (DOGSO) — kecuali jika pelanggaran tersebut adalah penalti di area penalti dan pemain mencoba memainkan bola (Triple Punishment Rule telah dilonggarkan).

DOGSO vs. SPA: Perbedaan mendasar terletak pada empat faktor: jarak ke gawang, arah umum permainan, peluang untuk mengontrol bola, dan posisi serta jumlah pemain bertahan. DOGSO mengakibatkan kartu merah dan IFK/DFK, sementara SPA (menghentikan serangan yang menjanjikan) hanya mengakibatkan kartu kuning.

Hukum 13: Tendangan Bebas

Hukum ini menjelaskan prosedur pelaksanaan tendangan bebas yang diberikan di bawah Hukum 12.

Tendangan Bebas Langsung (DFK)

Bola dapat diarahkan langsung ke gawang lawan, dan gol dianggap sah.

Tendangan Bebas Tidak Langsung (IFK)

Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari IFK. Bola harus menyentuh pemain lain sebelum masuk ke gawang. Wasit harus memberikan sinyal IFK dengan mengangkat tangan di atas kepala sampai tendangan dilakukan dan bola menyentuh pemain lain atau keluar dari permainan.

Prosedur Umum

Saat tendangan bebas diambil, bola harus diam, dan pemain yang menendang tidak boleh menyentuh bola dua kali. Semua lawan harus berada setidaknya 9.15 meter dari bola. Jika pemain bertahan melanggar jarak ini (encroachment), tendangan bebas harus diulang, dan pemain tersebut dapat menerima kartu kuning jika pelanggaran itu disengaja menunda dimulainya kembali permainan.

Hukum 14: Tendangan Penalti

Tendangan penalti adalah hukuman yang sangat serius, diberikan ketika pelanggaran DFK dilakukan oleh tim bertahan di dalam area penaltinya sendiri. Ini memberikan tim penyerang peluang mencetak gol satu lawan satu dengan penjaga gawang dari jarak 11 meter.

Prosedur Tendangan Penalti

Hukum ini sangat ketat mengenai posisi pemain:

Pelanggaran Saat Tendangan Penalti: Jika kiper melanggar (misalnya, bergerak maju terlalu cepat) dan gol tidak terjadi, tendangan diulang. Jika pemain penyerang melanggar (misalnya, menendang bola kedua kalinya, atau rekannya masuk terlalu cepat) dan gol terjadi, tendangan dibatalkan dan diberikan tendangan bebas tidak langsung kepada tim bertahan.

Feinting (Tipuan): Feinting diizinkan selama fase lari menuju bola, tetapi feinting yang melanggar hukum (misalnya, berhenti total setelah mengambil langkah terakhir) mengakibatkan kartu kuning dan IFK untuk lawan.

Hukum 15: Lemparan Ke Dalam (Throw-in)

Lemparan ke dalam adalah cara untuk memulai kembali permainan ketika bola telah sepenuhnya melewati garis sentuh (samping). Lemparan diberikan kepada tim lawan dari tim pemain yang terakhir menyentuh bola.

Teknik yang Benar

Lemparan ke dalam harus dilakukan dengan benar. Jika tidak, kepemilikan bola akan beralih ke tim lawan. Persyaratan kunci adalah:

  1. Pemain harus menghadap lapangan.
  2. Melempar bola menggunakan kedua tangan.
  3. Melempar bola dari belakang dan melalui atas kepala.
  4. Berdiri dengan sebagian dari kedua kaki menyentuh tanah, baik di belakang atau di garis sentuh.

Jika lemparan ke dalam dilakukan dengan tidak benar, lemparan diberikan kepada tim lawan. Seorang pemain lawan yang menghalangi atau berdiri terlalu dekat (kurang dari 2 meter) dapat diberikan kartu kuning.

Hukum 16: Tendangan Gawang (Goal Kick)

Tendangan gawang adalah cara untuk memulai kembali permainan ketika seluruh bola telah melewati garis gawang, setelah terakhir disentuh oleh pemain tim penyerang, dan gol belum dicetak. Tendangan gawang diambil dari mana saja di dalam area gawang.

Prosedur dan Aturan Modern

Sejak perubahan aturan besar, bola dianggap dalam permainan segera setelah ditendang dan bergerak dengan jelas. Ini berarti pemain bertahan tidak perlu menunggu bola meninggalkan area penalti sebelum menerimanya atau memainkan bola. Tim penyerang harus tetap berada di luar area penalti sampai tendangan gawang dilakukan.

Gol dapat dicetak langsung dari tendangan gawang ke gawang lawan, tetapi gol bunuh diri tidak mungkin terjadi secara langsung dari tendangan gawang (jika bola langsung masuk ke gawang sendiri, diberikan tendangan sudut kepada lawan).

Hukum 17: Tendangan Sudut (Corner Kick)

Tendangan sudut diberikan ketika seluruh bola telah melewati garis gawang, setelah terakhir disentuh oleh pemain tim bertahan, dan gol belum tercipta. Tendangan ini diambil dari dalam busur sudut terdekat.

Aturan Pelaksanaan

Bola harus ditempatkan di dalam busur sudut (corner arc). Tiang bendera sudut tidak boleh dipindahkan. Pemain lawan harus tetap berada setidaknya 9.15 meter dari busur sudut sampai bola berada dalam permainan. Sama seperti tendangan bebas, penendang tidak boleh menyentuh bola dua kali. Gol dapat dicetak langsung dari tendangan sudut (dikenal sebagai 'gol olimpik').

Evolusi dan Interpretasi Hukum

Laws of the Game bukanlah dokumen statis. IFAB secara rutin meninjau dan memodifikasi aturan untuk menyesuaikan dengan evolusi kecepatan permainan dan teknologi, memastikan bahwa keadilan dan daya tarik olahraga tetap terjaga. Perubahan terbaru sering berfokus pada detail kecil, seperti penanganan bola yang tidak disengaja, prosedur pergantian pemain, atau prosedur drop ball, tetapi perubahan ini memiliki dampak besar pada cara wasit mengelola permainan sehari-hari.

Pemahaman mendalam tentang 17 Hukum ini memungkinkan penggemar, pemain, dan pelatih untuk tidak hanya mengikuti alur pertandingan, tetapi juga memahami alasan di balik keputusan wasit yang seringkali kontroversial. Dari dimensi lapangan yang ketat hingga interpretasi offside yang rumit, setiap aturan berfungsi sebagai pilar yang menopang keindahan dan integritas sepak bola global.

🏠 Kembali ke Homepage