Panduan Lengkap Ibadah Sholat Witir Setelah Sholat

Ilustrasi bulan dan bintang

"Sebuah penutup yang sempurna untuk ibadah sepanjang hari."

Ilustrasi bulan sabit dan masjid di malam hari sebagai simbol ibadah malam termasuk sholat witir.

Setiap muslim mendambakan kesempurnaan dalam ibadahnya. Salah satu amalan yang menjadi penyempurna ibadah di malam hari adalah sholat witir. Ibadah ini seringkali menjadi penutup dari rangkaian sholat malam, baik itu sholat tahajud, sholat hajat, maupun sholat tarawih di bulan Ramadan. Namun, pemahaman yang mendalam tentang witir setelah sholat menjadi kunci agar kita dapat melaksanakannya dengan benar, khusyuk, dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Artikel ini akan mengupas secara tuntas segala hal yang berkaitan dengan sholat witir, dari pengertian, hukum, waktu, tata cara, hingga permasalahan-permasalahan yang sering muncul di sekitarnya.

Memahami Hakikat dan Kedudukan Sholat Witir

Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam tata cara praktis, penting bagi kita untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh mengenai apa itu sholat witir dan bagaimana kedudukannya dalam syariat Islam. Pemahaman ini akan menumbuhkan kesadaran dan motivasi untuk tidak meninggalkannya.

Definisi Witir: Ganjil yang Dicintai Allah

Secara bahasa, kata "witir" (الوِتْرُ) berasal dari bahasa Arab yang berarti ganjil atau tunggal. Penamaan ini sangat relevan karena sholat ini dilaksanakan dengan jumlah rakaat yang ganjil, seperti satu, tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Ini menjadi ciri khas utama yang membedakannya dari sholat sunnah lainnya yang umumnya dilaksanakan dalam jumlah rakaat genap.

Secara istilah syar'i, sholat witir adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam antara setelah sholat Isya hingga sebelum terbit fajar sebagai penutup bagi sholat-sholat yang dikerjakan pada malam itu. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk menjadikan sholat witir sebagai akhir dari ibadah sholat malam mereka.

Rasulullah SAW bersabda, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya posisi sholat witir sebagai "segel" atau "penutup" yang menyempurnakan ibadah malam seorang hamba. Ia ibarat tanda tangan di akhir sebuah surat, memberikan penegasan dan kesempurnaan pada apa yang telah ditulis sebelumnya.

Hukum Melaksanakan Sholat Witir

Mengenai hukum sholat witir, terdapat sedikit perbedaan pendapat di kalangan ulama, namun mayoritas (jumhur ulama) sepakat pada satu pandangan utama.

Terlepas dari perbedaan istilah ini, semua ulama sepakat bahwa sholat witir memiliki kedudukan yang sangat agung dan tidak selayaknya ditinggalkan oleh seorang muslim yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri sangat mencintai amalan ini.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, "Witir bukanlah suatu keharusan seperti sholat fardhu, tetapi Rasulullah SAW melakukannya dan bersabda: 'Sesungguhnya Allah itu Witir (Maha Ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil, maka lakukanlah sholat witir, wahai ahlul Qur'an'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Witir

Fleksibilitas adalah salah satu keindahan syariat Islam. Hal ini juga berlaku pada penentuan waktu pelaksanaan sholat witir. Waktunya terbentang cukup panjang untuk memberikan kemudahan bagi setiap muslim sesuai dengan kondisinya masing-masing.

Rentang Waktu Sholat Witir

Waktu untuk melaksanakan sholat witir dimulai setelah seseorang selesai menunaikan sholat fardhu Isya beserta sholat sunnah rawatib ba'diyah Isya, dan berakhir ketika fajar shadiq terbit, yaitu saat masuknya waktu sholat Subuh.

Memilih Waktu yang Paling Utama (Afdhal)

Meskipun rentang waktunya panjang, terdapat waktu-waktu yang dianggap lebih utama untuk melaksanakannya. Pilihan ini bergantung pada keyakinan dan kebiasaan seseorang untuk bangun malam.

1. Di Akhir Malam (Bagi yang Yakin Bangun)

Waktu yang paling utama dan paling dianjurkan adalah di sepertiga malam terakhir. Ini adalah waktu yang penuh berkah, saat Allah SWT turun ke langit dunia, dan doa-doa lebih mudah diijabah. Melaksanakan sholat witir pada waktu ini akan menyempurnakan sholat tahajud yang mungkin telah dikerjakan sebelumnya.

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melakukan witir di awal malam. Dan barangsiapa yang berkeinginan kuat untuk bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melakukan witir di akhir malam, karena sesungguhnya sholat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu lebih utama." (HR. Muslim)

Hadis ini memberikan panduan yang sangat jelas. Bagi mereka yang memiliki alarm, niat yang kuat, dan kebiasaan bangun malam, menunda witir hingga akhir malam adalah pilihan terbaik.

2. Di Awal Malam, Sebelum Tidur (Bagi yang Khawatir Tidak Bangun)

Islam adalah agama yang realistis dan tidak memberatkan. Bagi mereka yang merasa sangat lelah, khawatir akan kebablasan tidur hingga Subuh, atau tidak memiliki kebiasaan bangun malam, maka melaksanakan witir setelah sholat Isya adalah pilihan yang bijaksana dan tetap mendapatkan keutamaan.

Hal ini didasarkan pada wasiat Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

Abu Hurairah berkata, "Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat Dhuha, dan agar aku melakukan sholat witir sebelum aku tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)

Wasiat ini diberikan kepada Abu Hurairah yang memiliki kebiasaan mengulang hafalan hadis di awal malam, sehingga beliau khawatir tidak bisa bangun di akhirnya. Ini menunjukkan bahwa mengerjakan witir di awal malam adalah amalan yang sangat baik dan dianjurkan bagi yang memiliki kondisi serupa.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir yang Benar

Sholat witir dapat dilaksanakan dengan beberapa pilihan jumlah rakaat. Yang paling sedikit adalah satu rakaat, dan yang paling umum dikerjakan adalah tiga rakaat. Berikut adalah panduan detail mengenai tata caranya.

Jumlah Rakaat Sholat Witir

Jumlah rakaat sholat witir haruslah ganjil. Beberapa pilihan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain:

Panduan Detail Sholat Witir Tiga Rakaat

Karena tiga rakaat adalah yang paling umum, kita akan membahasnya secara rinci. Ada dua cara utama dalam melaksanakannya, dan keduanya benar serta memiliki dasar dari sunnah.

Cara Pertama: Dua Rakaat (Salam) + Satu Rakaat (Salam)

Ini adalah cara yang paling sering dipraktikkan dan dianggap paling utama oleh banyak ulama mazhab Syafi'i dan Hambali. Caranya adalah dengan memisahkan dua rakaat pertama dengan satu rakaat terakhir.

  1. Niat: Berdiri dan berniat dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah witir dua rakaat. Lafadz niat (jika ingin diucapkan untuk memantapkan hati):
    "Ushalli sunnatal witri rak'ataini lillahi ta'aalaa."
    (Aku niat sholat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta'ala).
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Rakaat Pertama: Membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan surat Al-Fatihah. Setelah itu, dianjurkan membaca surat Al-A'la (Sabbihisma rabbikal a'laa).
  4. Rakaat Kedua: Setelah bangkit dari sujud, membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat yang dianjurkan yaitu Al-Kafirun (Qul yaa ayyuhal kaafirun).
  5. Tasyahud Akhir dan Salam: Selesaikan rakaat kedua seperti sholat biasa hingga duduk tasyahud akhir, lalu mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.
  6. Bangkit untuk Satu Rakaat: Setelah salam, segera berdiri kembali untuk melaksanakan satu rakaat terakhir.
  7. Niat Satu Rakaat: Berniat dalam hati untuk sholat sunnah witir satu rakaat.
    "Ushalli sunnatal witri rak'atan lillahi ta'aalaa."
    (Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala).
  8. Takbiratul Ihram.
  9. Rakaat Tunggal: Membaca surat Al-Fatihah, lalu dianjurkan membaca tiga surat sekaligus: Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
  10. Selesaikan Rakaat: Melakukan ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, lalu duduk tasyahud akhir dan diakhiri dengan salam.

Cara Kedua: Tiga Rakaat Langsung dengan Satu Tasyahud di Akhir

Cara ini juga sah dan sesuai sunnah, mencontoh sholat witir Nabi yang tidak menyerupai sholat Maghrib. Artinya, tidak ada duduk tasyahud awal pada rakaat kedua.

  1. Niat: Berniat dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah witir tiga rakaat.
    "Ushalli sunnatal witri tsalaatsa raka'atin lillahi ta'aalaa."
    (Aku niat sholat sunnah witir tiga rakaat karena Allah Ta'ala).
  2. Takbiratul Ihram.
  3. Rakaat Pertama: Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat Al-A'la.
  4. Rakaat Kedua: Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat Al-Kafirun. Setelah sujud kedua, langsung berdiri untuk rakaat ketiga tanpa melakukan duduk tasyahud awal. Ini adalah poin penting yang membedakannya dari sholat Maghrib.
  5. Rakaat Ketiga: Membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat Al-Ikhlas (atau tiga surat: Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas).
  6. Tasyahud Akhir dan Salam: Melakukan ruku', i'tidal, dan seterusnya hingga duduk tasyahud akhir pada rakaat ketiga, lalu diakhiri dengan salam.

Amalan Penting dalam Sholat Witir: Doa Qunut

Salah satu amalan sunnah yang sangat identik dengan sholat witir adalah membaca doa qunut. Melaksanakannya akan menambah kesempurnaan dan pahala sholat kita.

Hukum dan Waktu Membaca Qunut Witir

Menurut mazhab Syafi'i dan Hambali, membaca doa qunut pada rakaat terakhir sholat witir hukumnya adalah sunnah. Waktu yang paling umum untuk membacanya adalah pada separuh terakhir bulan Ramadan. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan boleh dibaca sepanjang tahun, dan ini adalah pendapat yang kuat.

Doa qunut dibaca pada rakaat terakhir sholat witir, setelah bangkit dari ruku' (saat i'tidal), sebelum turun untuk sujud. Ketika membacanya, disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa.

Bacaan Doa Qunut Witir

Doa qunut yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali, adalah sebagai berikut:

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait.

"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku perlindungan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan. Uruslah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau urus. Berkahilah aku dalam segala hal yang telah Engkau berikan. Jauhkanlah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menjatuhkan hukum dan tidak ada yang bisa menjatuhkan hukum atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi."

Jika sholat berjamaah, imam dapat mengubah dhomir (kata ganti) menjadi bentuk jamak (misalnya, "ihdinii" menjadi "ihdinaa"). Bagi yang belum hafal, tidak mengapa untuk tidak membacanya, karena sholat witirnya tetap sah. Alternatifnya, bisa membaca doa lain yang dihafal seperti "Rabbana aatina fid dunya hasanah..." atau doa sapu jagat lainnya.

Dzikir dan Doa Setelah Sholat Witir

Ibadah tidak berhenti begitu saja setelah salam. Rasulullah SAW mencontohkan amalan dzikir dan doa khusus yang dibaca setelah selesai melaksanakan sholat witir. Amalan ini menjadi penutup yang indah dari seluruh rangkaian ibadah malam.

Bacaan Dzikir Khas Setelah Witir

Dianjurkan untuk membaca dzikir berikut sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, suara sedikit dikeraskan dan dipanjangkan.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus. (3x)

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Dasarnya adalah hadis dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW jika telah salam dari sholat witir, beliau membaca: 'Subhaanal malikil qudduus' (tiga kali)." (HR. An-Nasa'i dan Abu Daud).

Doa Penutup Setelah Witir

Setelah berdzikir, dianjurkan untuk melanjutkan dengan membaca doa yang lebih panjang. Salah satu doa yang sering diamalkan adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma inni a'uudzu biridhooka min sakhotik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa-an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.

"Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Membaca dzikir dan doa ini menjadi penyempurna. Kita memohon perlindungan Allah setelah menunaikan ibadah, menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa segala amal bergantung pada penerimaan-Nya.

Permasalahan Penting Seputar Sholat Witir

Dalam praktik sehari-hari, seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan spesifik terkait pelaksanaan sholat witir. Berikut adalah jawaban atas beberapa permasalahan yang umum terjadi.

"Tidak Ada Dua Witir dalam Satu Malam"

Ini adalah sebuah kaidah penting yang didasarkan pada sabda Rasulullah SAW. Lantas, bagaimana jika seseorang sudah terlanjur melaksanakan witir setelah sholat Isya, kemudian di akhir malam ia terbangun dan ingin melaksanakan sholat tahajud?

Solusinya sangat mudah. Orang tersebut tetap boleh dan sangat dianjurkan untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia bisa sholat sebanyak yang ia mau (dua rakaat, empat rakaat, dst.), namun ia tidak perlu mengulangi sholat witir lagi. Sholat witir yang telah ia kerjakan di awal malam sudah cukup sebagai penutup sholat malamnya. Jadi, setelah selesai tahajud, ia tidak perlu lagi melakukan witir. Sholat malamnya pada malam itu tetap sah dan sempurna.

Bagaimana jika seseorang sholat tarawih berjamaah di masjid dan imam menutupnya dengan witir, padahal ia berencana untuk tahajud di rumah? Ada dua pilihan:

  1. Menggenapkan Rakaat Witir Imam: Ketika imam bangkit untuk rakaat terakhir witir (misalnya rakaat ketiga), kita tidak ikut berniat witir. Ketika imam salam, kita tidak ikut salam, melainkan langsung berdiri menambah satu rakaat lagi. Sehingga, sholat kita menjadi genap (misalnya 4 rakaat). Dengan begitu, kita belum melakukan witir dan bisa melakukannya nanti di akhir malam.
  2. Ikut Witir Bersama Imam: Ini adalah pilihan yang lebih mudah dan juga dianjurkan untuk mendapatkan pahala sholat semalam suntuk bersama imam. Kita ikut witir bersama imam, dan jika nanti terbangun, kita sholat tahajud tanpa mengulangi witir.

Hukum Qadha (Mengganti) Sholat Witir

Bagaimana jika seseorang tertidur atau lupa dan melewatkan waktu sholat witir hingga masuk waktu Subuh? Apakah perlu diqadha?

Ya, sangat dianjurkan untuk mengqadhanya. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam konsistensi beribadah. Jika beliau tertinggal suatu amalan di malam hari karena sakit atau tertidur, beliau akan menggantinya di siang hari.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Apabila Nabi SAW tertidur atau sakit sehingga tidak bisa sholat malam, maka beliau sholat di siang harinya sebanyak dua belas rakaat." (HR. Muslim)

Perhatikan bahwa Nabi biasanya sholat malam sebelas rakaat (termasuk witir). Ketika mengqadhanya di siang hari, beliau menggenapkannya menjadi dua belas rakaat. Dari sinilah para ulama mengambil kesimpulan bahwa qadha sholat witir dilakukan pada waktu Dhuha dengan jumlah rakaat yang digenapkan. Jika biasanya witir tiga rakaat, maka diqadha menjadi empat rakaat. Jika biasanya satu rakaat, diqadha menjadi dua rakaat, dan seterusnya. Ini dilakukan untuk menjaga keistimewaan witir sebagai sholat ganjil penutup malam.

Sholat Witir Setelah Sholat Fardhu Lainnya

Meskipun witir identik sebagai penutup sholat Isya dan sholat malam, pada dasarnya witir adalah penutup untuk seluruh ibadah sholat pada hari itu. Ia mengunci semua rangkaian ibadah, dari Subuh hingga Isya, dengan sebuah amalan yang sangat dicintai Allah. Melaksanakan witir setelah sholat Isya adalah cara termudah dan paling praktis untuk memastikan kita tidak melewatkan keutamaan besar ini, menjadikannya sebuah kebiasaan harian yang menenangkan jiwa sebelum beristirahat.

Penutup: Jadikan Witir Mahkota Ibadah Malammu

Sholat witir adalah anugerah dan kemudahan dari Allah SWT. Ia bukan sekadar sholat tambahan, melainkan sebuah pernyataan cinta, sebuah segel kesempurnaan, dan sebuah cara untuk meneladani kekasih-Nya, Rasulullah SAW. Baik dikerjakan di awal malam setelah Isya karena khawatir terlewat, maupun di akhir malam setelah bertahajud, keutamaannya tetap agung.

Marilah kita bertekad untuk tidak lagi meninggalkan ibadah yang mulia ini. Jadikanlah sholat witir sebagai penutup hari yang menenangkan, sebagai bekal untuk menghadapi hari esok, dan sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah, Dzat Yang Maha Witir dan mencintai segala yang ganjil. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk istiqamah dalam mengamalkannya.

🏠 Kembali ke Homepage