Analisis Tajwid Surat Ali Imran Ayat 159
Mempelajari Al-Qur'an bukan hanya tentang memahami maknanya, tetapi juga tentang melafalkannya dengan benar dan indah sesuai kaidah yang telah ditetapkan. Ilmu yang mengatur tata cara membaca Al-Qur'an ini dikenal sebagai Ilmu Tajwid. Mengamalkan tajwid adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim agar setiap huruf terlafalkan dari makhraj (tempat keluar) yang tepat dengan sifat-sifatnya, sehingga makna ayat tetap terjaga dan bacaan menjadi lebih khusyuk. Surat Ali Imran ayat 159 adalah salah satu ayat agung yang mengandung pelajaran luhur tentang akhlak Rasulullah SAW. Ayat ini juga kaya akan berbagai hukum tajwid yang menarik untuk dikaji. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap hukum tajwid yang terkandung dalam ayat mulia ini, lafaz demi lafaz, agar kita dapat membacanya dengan tartil dan meresapi keindahan pesan di dalamnya.
Teks Ayat, Transliterasi, dan Terjemahan
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْfُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan ghalīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulik, fa'fu 'anhum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn.
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
Kupas Tuntas Hukum Tajwid per Lafaz
Mari kita selami lebih dalam setiap potongan ayat ini untuk mengidentifikasi dan memahami hukum-hukum tajwid yang ada di dalamnya. Analisis ini akan dilakukan secara berurutan dari awal hingga akhir ayat.
1. Potongan Lafaz: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ
فَبِمَا (Fa bimā)
- Hukum Tajwid: Mad Thabi'i (Mad Asli)
- Penjelasan: Hukum ini terjadi pada huruf مَا. Mad Thabi'i adalah mad (bacaan panjang) yang paling dasar. Ia terjadi apabila ada huruf berharakat fathah diikuti oleh Alif (ا), huruf berharakat kasrah diikuti oleh Ya Sukun (يْ), atau huruf berharakat dhammah diikuti oleh Waw Sukun (وْ). Dalam lafaz ini, huruf Mim (م) berharakat fathah bertemu dengan Alif (ا). Cara membacanya adalah dengan memanjangkan suara Mim sebanyak 2 harakat atau 1 Alif. Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Ini adalah standar panjang dalam ilmu tajwid.
رَحْمَةٍ مِّنَ (raḥmatim mina)
- Hukum Tajwid: Idgham Bighunnah
- Penjelasan: Hukum ini terjadi karena kasrah tanwin ( ٍ ) pada huruf Ta Marbutah (ة) bertemu dengan huruf Mim (م). Idgham Bighunnah, atau disebut juga Idgham Ma'al Ghunnah, berarti meleburkan (idgham) dengan diiringi dengungan (ghunnah). Hukum ini berlaku ketika Nun Sakinah (نْ) atau tanwin (an, in, un) bertemu dengan salah satu dari empat huruf, yaitu Ya (ي), Nun (ن), Mim (م), dan Waw (و), yang terkumpul dalam kata "YANMU" (ينمو). Cara membacanya adalah dengan meleburkan suara tanwin ke dalam huruf Mim, sehingga terdengar seperti suara Mim yang bertasydid, dan menahannya selama 2 hingga 3 harakat dengan suara dengung yang keluar dari pangkal hidung (khaisyum). Bunyinya menjadi "raḥmatim-mina".
مِّنَ اللَّهِ (minallāhi)
- Hukum Tajwid 1: Alif Lam Syamsiyah
- Penjelasan: Hukum ini terjadi pada lafaz اللَّهِ. Alif Lam Syamsiyah adalah hukum di mana huruf Lam (ل) pada "Al" (ال) tidak dibaca atau dileburkan ke dalam huruf berikutnya. Ini terjadi jika "Al" bertemu dengan salah satu dari 14 huruf syamsiyah (huruf matahari). Salah satu huruf tersebut adalah Lam (ل) itu sendiri. Tanda yang paling mudah dikenali adalah adanya tasydid ( ّ ) pada huruf setelah Alif Lam. Dalam kasus ini, Lam pada "Al" melebur ke Lam pada lafaz Allah, sehingga dibaca "allāh" bukan "al-lāh".
- Hukum Tajwid 2: Lam Jalalah Tafkhim
- Penjelasan: Lam Jalalah adalah sebutan khusus untuk huruf Lam pada lafaz Allah (الله). Hukum pembacaannya bisa tebal (Tafkhim) atau tipis (Tarqiq). Pada lafaz مِنَ اللَّهِ, Lam Jalalah dibaca Tafkhim (tebal). Aturannya adalah jika lafaz Allah didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhammah, maka Lam-nya harus dibaca tebal. Di sini, huruf Nun (نَ) sebelumnya berharakat fathah. Cara membacanya adalah dengan mengangkat pangkal lidah dan menggemakan suara di langit-langit mulut, menghasilkan suara "o" yang tebal: "minallōh".
2. Potongan Lafaz: لِنْتَ لَهُمْ
لِنْتَ (linta)
- Hukum Tajwid: Ikhfa Haqiqi
- Penjelasan: Ikhfa Haqiqi berarti menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum ini terjadi ketika Nun Sakinah (نْ) atau tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf Ikhfa. Huruf-huruf tersebut adalah: ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك. Dalam lafaz لِنْتَ, Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ta (ت). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Nun, jadi tidak dibaca "lin-ta" (jelas seperti Izhar) dan tidak juga dilebur "lit-ta" (seperti Idgham). Bunyinya berada di antara Izhar dan Idgham, di mana suara Nun samar-samar terdengar sambil diiringi dengungan (ghunnah) selama 2 harakat. Posisi lidah saat melafalkan Ikhfa adalah dengan mempersiapkan makhraj huruf berikutnya (dalam hal ini huruf Ta) tanpa menyentuhkannya secara penuh, sehingga ada aliran udara yang menghasilkan dengungan.
3. Potongan Lafaz: وَلَوْ كُنْتَ
وَلَوْ (wa lau)
- Hukum Tajwid: Mad Lin
- Penjelasan: Mad Lin atau Mad Layyin terjadi apabila ada Waw Sukun (وْ) atau Ya Sukun (يْ) yang didahului oleh huruf berharakat fathah. Dalam lafaz ini, Waw Sukun (وْ) didahului oleh huruf Lam (لَ) berharakat fathah. Jika dibaca washal (bersambung), maka tidak ada mad, hanya dibaca lembut "lau". Namun, jika pada kata ini terdapat waqaf (berhenti), maka ia dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat. Karena di sini bacaan bersambung, maka sifat 'Lin' (lembut) tetap ada saat membacanya.
كُنْتَ (kunta)
- Hukum Tajwid: Ikhfa Haqiqi
- Penjelasan: Sama seperti pada lafaz لِنْتَ, di sini kita kembali bertemu dengan hukum Ikhfa Haqiqi. Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ta (ت). Ini memperkuat pemahaman kita tentang konsistensi penerapan hukum tajwid. Cara membacanya pun sama, yaitu menyamarkan bunyi Nun sambil menahannya dengan dengung (ghunnah) selama 2 harakat sebelum melafalkan huruf Ta. Pengulangan contoh ini dalam satu ayat menunjukkan betapa seringnya hukum ini muncul dalam Al-Qur'an.
4. Potongan Lafaz: فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
فَظًّا غَلِيظَ (faẓẓan ghalīẓa)
- Hukum Tajwid: Izhar Halqi
- Penjelasan: Izhar Halqi adalah hukum tajwid yang paling jelas dalam pelafalan. Izhar berarti jelas, dan Halqi berarti tenggorokan. Hukum ini terjadi ketika Nun Sakinah (نْ) atau tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (huruf halqi), yaitu: Hamzah (ء), Ha (هـ), 'Ain (ع), Ha (ح), Ghain (غ), dan Kha (خ). Pada lafaz ini, fathah tanwin ( ً ) pada huruf Zha (ظ) bertemu dengan huruf Ghain (غ). Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi tanwin (suara 'n') dengan sangat jelas dan tegas, tanpa ada dengungan sama sekali. Bunyinya menjadi "faẓẓan ghalīẓa", bukan "faẓẓang ghalīẓa".
غَلِيظَ الْقَلْبِ (ghalīẓal-qalbi)
- Hukum Tajwid 1: Alif Lam Qamariyah
- Penjelasan: Berbeda dengan Alif Lam Syamsiyah, Alif Lam Qamariyah adalah hukum di mana huruf Lam (ل) pada "Al" (ال) dibaca dengan jelas dan sukun. Ini terjadi jika "Al" bertemu dengan salah satu dari 14 huruf qamariyah (huruf bulan), yang terkumpul dalam kalimat "Abghi Hajjaka wa Khaf 'Aqimah" (ابغ حجك وخف عقيمه). Dalam kasus الْقَلْبِ, Alif Lam bertemu dengan huruf Qaf (ق), yang merupakan salah satu huruf qamariyah. Oleh karena itu, Lam dibaca sukun dengan jelas: "al-qalb".
- Hukum Tajwid 2: Qalqalah Sugra
- Penjelasan: Qalqalah berarti pantulan suara. Hukum ini berlaku pada lima huruf: Qaf (ق), Tha (ط), Ba (ب), Jim (ج), dan Dal (د), yang terkumpul dalam frasa "Quthbu Jaddin" (قطب جد). Qalqalah terbagi menjadi dua: Sugra (kecil) dan Kubra (besar). Qalqalah Sugra terjadi ketika salah satu huruf qalqalah berharakat sukun di tengah kata atau di akhir kata namun bacaan bersambung (washal). Di sini, huruf Qaf (ق) berharakat sukun di tengah-tengah lafaz الْقَلْبِ. Cara membacanya adalah dengan memantulkan suara Qaf secara ringan dan cepat tanpa jeda yang lama.
5. Potongan Lafaz: لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
لَانْفَضُّوا (lanfaḍḍū)
- Hukum Tajwid 1: Ikhfa Haqiqi
- Penjelasan: Ini adalah contoh ketiga dari Ikhfa Haqiqi dalam ayat ini. Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Fa (ف). Proses membacanya sama: menyamarkan bunyi Nun dengan ghunnah selama 2 harakat. Perlu diperhatikan bahwa kualitas dengungan (ghunnah) pada Ikhfa sedikit berbeda tergantung pada huruf setelahnya. Ghunnah untuk huruf Fa (yang makhrajnya di bibir) akan sedikit berbeda dengan ghunnah untuk huruf Ta (yang makhrajnya di ujung lidah). Ini adalah tingkat detail yang lebih tinggi dalam penguasaan Ikhfa.
- Hukum Tajwid 2: Mad Thabi'i
- Penjelasan: Pada akhir lafaz لَانْفَضُّوا, terdapat huruf Waw Sukun (وْ) yang didahului oleh huruf Dhad (ض) berharakat dhammah. Ini memenuhi syarat Mad Thabi'i. Oleh karena itu, suara Dhad dipanjangkan sebanyak 2 harakat.
مِنْ حَوْلِكَ (min ḥaulika)
- Hukum Tajwid 1: Izhar Halqi
- Penjelasan: Kita kembali bertemu dengan hukum Izhar Halqi. Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ha (ح), yang merupakan salah satu huruf tenggorokan. Maka, bunyi Nun harus dibaca dengan sangat jelas, tanpa dengung. Pelafalannya tegas: "min ḥaulika".
- Hukum Tajwid 2: Mad Lin
- Penjelasan: Seperti pada lafaz وَلَوْ, di sini juga terdapat Mad Lin. Waw Sukun (وْ) didahului oleh huruf Ha (حَ) berharakat fathah. Karena bacaan bersambung, maka hanya dibaca lembut "ḥau" tanpa dipanjangkan.
6. Potongan Lafaz: فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
عَنْهُمْ ('anhum)
- Hukum Tajwid: Izhar Halqi
- Penjelasan: Ini adalah contoh ketiga Izhar Halqi dalam ayat ini, menunjukkan betapa pentingnya hukum ini. Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ha (هـ), salah satu huruf halqi. Lagi-lagi, Nun dibaca dengan jelas dan sempurna tanpa ada ghunnah.
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ ('anhum wastaghfir)
- Hukum Tajwid: Izhar Syafawi
- Penjelasan: Sekarang kita beralih ke hukum Mim Sakinah (مْ). Izhar Syafawi adalah salah satunya. Izhar berarti jelas, dan Syafawi berarti bibir (karena Mim keluar dari bibir). Hukum ini terjadi ketika Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah KECUALI Mim (م) dan Ba (ب). Pada lafaz ini, Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan huruf Waw (و). Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Mim dengan jelas dan sempurna, merapatkan kedua bibir tanpa menahannya dengan dengungan. Penting untuk berhati-hati agar tidak mendengungkannya, terutama saat bertemu Waw atau Fa karena kemiripan makhraj.
وَاسْتَغْفِرْ (wastaghfir)
- Hukum Tajwid: Ra Tarqiq
- Penjelasan: Hukum Ra terbagi menjadi tebal (Tafkhim) dan tipis (Tarqiq). Ra Tarqiq berarti Ra dibaca tipis. Salah satu kondisi utama Ra dibaca Tarqiq adalah ketika Ra berharakat sukun dan didahului oleh huruf berharakat kasrah. Dalam lafaz وَاسْتَغْفِرْ, huruf Ra (رْ) sukun didahului oleh huruf Fa (فِ) yang berharakat kasrah. Cara membacanya adalah dengan menurunkan pangkal lidah dan melafalkannya dengan getaran ringan, tanpa menggemakan suara di langit-langit mulut. Bunyinya seperti "r" dalam bahasa Indonesia, bukan "ro" tebal.
7. Potongan Lafaz: وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
وَشَاوِرْهُمْ (wa syāwirhum)
- Hukum Tajwid 1: Mad Thabi'i
- Penjelasan: Pada lafaz شَا, huruf Syin (ش) berharakat fathah bertemu dengan Alif (ا). Ini adalah Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat.
- Hukum Tajwid 2: Izhar Syafawi
- Penjelasan: Saat lafaz ini disambung dengan lafaz berikutnya (فِي), maka berlaku hukum Izhar Syafawi. Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan huruf Fa (ف). Maka, Mim dibaca dengan jelas tanpa dengung.
فِي الْأَمْرِ (fil-amri)
- Hukum Tajwid 1: Mad Thabi'i
- Penjelasan: Lafaz فِي sendiri adalah Mad Thabi'i karena huruf Fa (ف) berharakat kasrah bertemu Ya Sukun (يْ). Namun, ketika bertemu dengan Alif Lam (الْأَمْرِ), terjadi pertemuan dua sukun (Ya sukun dan Lam sukun). Dalam kaidah bahasa Arab (Ilqa'us Sakinain), huruf mad akan gugur atau tidak dibaca panjang agar bacaan lancar. Maka, dibaca pendek menjadi "fil-amri". Ini adalah pengecualian yang penting untuk diketahui.
- Hukum Tajwid 2: Alif Lam Qamariyah
- Penjelasan: Alif Lam bertemu dengan Hamzah (ء), yang merupakan salah satu huruf qamariyah. Maka, Lam dibaca sukun dengan jelas.
8. Potongan Lafaz: فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَإِذَا (fa iżā)
- Hukum Tajwid: Mad Thabi'i
- Penjelasan: Pada lafaz ذَا, huruf Dzal (ذ) berharakat fathah bertemu dengan Alif (ا). Ini adalah Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat.
عَلَى اللَّهِ ('alallāhi)
- Hukum Tajwid 1: Gugurnya Huruf Mad
- Penjelasan: Kata عَلَى aslinya diakhiri dengan Alif Bengkok (ى) yang berfungsi sebagai Mad Thabi'i. Namun, sama seperti kasus فِي الْأَمْرِ, ketika ia bertemu dengan Lam sukun (yang tersembunyi dalam tasydid lafaz Allah), huruf mad tersebut gugur agar tidak terjadi pertemuan dua sukun. Maka, dibaca "alal" bukan "alā al".
- Hukum Tajwid 2: Lam Jalalah Tafkhim
- Penjelasan: Lafaz Allah di sini didahului oleh huruf Lam (لَ) berharakat fathah. Sesuai kaidah, Lam Jalalah dibaca tebal (Tafkhim).
- Hukum Tajwid 3: Mad 'Aridh Lissukun (jika waqaf/berhenti)
- Penjelasan: Jika kita berhenti (waqaf) pada lafaz اللَّهِ, maka akan muncul hukum Mad 'Aridh Lissukun. Hukum ini terjadi ketika huruf Mad Thabi'i (dalam hal ini Alif sebelum Ha) bertemu dengan huruf hidup yang disukunkan karena waqaf (huruf Ha). Panjang bacaannya menjadi boleh 2, 4, atau 6 harakat, namun harus konsisten dalam sekali baca.
9. Potongan Lafaz: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
إِنَّ (inna)
- Hukum Tajwid: Ghunnah Musyaddadah
- Penjelasan: Hukum ini berlaku khusus untuk huruf Nun (نّ) dan Mim (مّ) yang memiliki tanda tasydid. Ghunnah berarti dengung, dan Musyaddadah berarti yang bertasydid. Cara membacanya adalah dengan menekan suara pada huruf Nun sambil menahannya dengan dengungan dari pangkal hidung selama 2 hingga 3 harakat sebelum melanjutkan ke huruf berikutnya. Ini adalah ghunnah yang paling kuat dan jelas.
اللَّهَ (allāha)
- Hukum Tajwid: Lam Jalalah Tafkhim
- Penjelasan: Lafaz Allah didahului oleh huruf Nun (نَ) pada kata إِنَّ yang berharakat fathah. Oleh karena itu, Lam Jalalah dibaca tebal (Tafkhim).
الْمُتَوَكِّلِينَ (al-mutawakkilīn)
- Hukum Tajwid 1: Alif Lam Qamariyah
- Penjelasan: Alif Lam bertemu dengan huruf Mim (م), yang merupakan salah satu huruf qamariyah. Maka, Lam dibaca sukun dengan jelas: "al-muta".
- Hukum Tajwid 2: Mad 'Aridh Lissukun
- Penjelasan: Ini adalah hukum penutup pada ayat ini saat kita berhenti membacanya. Pada akhir kata, terdapat Mad Thabi'i, yaitu kasrah pada huruf Lam (لِ) bertemu dengan Ya Sukun (يْ). Huruf setelahnya adalah Nun (نَ) yang disukunkan karena kita berhenti (waqaf). Pertemuan antara huruf mad dan huruf yang disukunkan karena waqaf ini menghasilkan Mad 'Aridh Lissukun. Seperti yang telah dijelaskan, kita boleh membacanya dengan panjang 2, 4, atau 6 harakat. Membaca dengan konsisten (misalnya, selalu 4 harakat untuk setiap Mad 'Aridh Lissukun) akan membuat bacaan terdengar lebih harmonis dan tartil.
Kesimpulan
Surat Ali Imran ayat 159 bukan hanya sebuah petunjuk agung mengenai keluhuran akhlak, kelembutan, dan pentingnya musyawarah, tetapi juga merupakan sebuah "laboratorium tajwid" yang sangat kaya. Dalam satu ayat ini saja, kita menemukan berbagai hukum fundamental dalam ilmu tajwid, mulai dari yang paling dasar seperti Mad Thabi'i, hingga hukum Nun Sakinah dan Tanwin yang beragam (Idgham Bighunnah, Ikhfa Haqiqi, Izhar Halqi), hukum Mim Sakinah (Izhar Syafawi), hukum Lam (Alif Lam Syamsiyah dan Qamariyah, serta Lam Jalalah), hukum Ra (Tarqiq), hingga hukum-hukum Mad lanjutan seperti Mad Lin dan Mad 'Aridh Lissukun.
Mendedikasikan waktu untuk mengurai satu per satu hukum tajwid dalam ayat ini memberikan kita dua keuntungan besar. Pertama, kita melatih lidah dan pendengaran untuk menjadi lebih peka terhadap kaidah bacaan Al-Qur'an, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas tilawah kita secara keseluruhan. Kedua, proses yang khusyuk dan mendalam ini membantu kita untuk lebih meresapi makna ayat yang sedang dibaca. Keindahan lafaz yang tartil akan selaras dengan keagungan pesan yang terkandung di dalamnya, membawa kita lebih dekat kepada pemahaman dan pengamalan petunjuk Allah SWT. Semoga analisis ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk terus belajar dan memperbaiki bacaan Al-Qur'an kita.