Surat Yasin: Teks Latin Lengkap dan Samudra Maknanya
Surat Yasin, surat ke-36 dalam Al-Qur'an, menempati posisi yang sangat istimewa di hati umat Islam di seluruh dunia. Dikenal sebagai 'Qalbul Qur'an' atau jantungnya Al-Qur'an, surat ini tidak hanya sering dibaca dalam berbagai acara keagamaan, tetapi juga menjadi amalan harian bagi banyak orang. Keindahan bahasanya, kedalaman maknanya, dan kekuatan pesannya menjadikannya sumber ketenangan, inspirasi, dan pengingat akan kebesaran Allah SWT.
Artikel ini akan menyajikan bacaan surat yasin full latin dari ayat 1 hingga 83 untuk memudahkan bagi mereka yang belum lancar membaca tulisan Arab. Namun, lebih dari sekadar teks, kita akan menyelami lautan makna yang terkandung di dalamnya, menjelajahi keutamaan-keutamaannya, serta merenungkan pesan-pesan universal yang relevan sepanjang zaman. Memahami Yasin bukan hanya tentang melafalkan, tetapi juga tentang menghidupkan spiritnya dalam sanubari dan perbuatan.
Mengapa Surat Yasin Disebut Jantung Al-Qur'an?
Gelar 'Qalbul Qur'an' bukanlah tanpa alasan. Jantung adalah organ vital yang memompa darah ke seluruh tubuh, memberikan kehidupan dan energi. Demikian pula Surat Yasin, di dalamnya terkandung intisari dari ajaran Al-Qur'an. Surat ini merangkum tiga pilar utama akidah Islam dengan begitu kuat dan indah:
- Tauhid (Keesaan Allah): Surat Yasin berulang kali menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Dari menghidupkan bumi yang mati, peredaran matahari dan bulan, hingga misteri malam dan siang. Semua ini adalah bukti nyata akan adanya satu Pencipta Yang Maha Kuasa, menolak segala bentuk kemusyrikan.
- Risalah (Kerasulan): Surat ini mengukuhkan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ia menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang lurus, bukan syair atau dongeng, yang diturunkan untuk memberi peringatan kepada umat manusia. Kisah para utusan yang didustakan juga menjadi pelajaran penting tentang perjuangan di jalan dakwah.
- Akhirat (Hari Kebangkitan): Tema sentral yang paling menonjol dalam Surat Yasin adalah kepastian adanya hari kebangkitan dan pembalasan. Surat ini dengan gamblang melukiskan proses kebangkitan dari kubur, pengadilan di hadapan Allah, serta nasib akhir penghuni surga dan neraka. Ini menjadi pengingat keras bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.
Dengan merangkum ketiga fondasi ini, Surat Yasin seolah-olah menjadi 'jantung' yang memompakan esensi keimanan ke seluruh 'tubuh' Al-Qur'an dan ke dalam jiwa pembacanya.
Keutamaan Membaca Surat Yasin
Banyak hadis dan atsar (perkataan sahabat) yang menyebutkan berbagai keutamaan bagi orang yang rutin membaca dan mentadaburi Surat Yasin. Keutamaan-keutamaan ini menjadi motivasi spiritual bagi umat Islam untuk senantiasa mendekatkan diri kepada surat yang mulia ini.
Diampuni Dosa-dosa
Salah satu keutamaan yang paling sering disebutkan adalah pengampunan dosa. Membaca Surat Yasin dengan niat tulus karena Allah di malam hari diyakini dapat menjadi sebab diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Ini adalah bentuk rahmat Allah yang luas bagi hamba-Nya yang mau kembali dan merenungi firman-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa pintu ampunan selalu terbuka bagi mereka yang mencari keridhaan-Nya melalui Al-Qur'an.
Dimudahkan Segala Urusan
Kehidupan dunia penuh dengan tantangan dan kesulitan. Surat Yasin seringkali dibaca sebagai wasilah (perantara) untuk memohon kepada Allah agar segala urusan dipermudah. Dengan membaca dan meresapi maknanya, hati menjadi lebih tenang dan pasrah kepada kehendak Allah. Ketenangan batin inilah yang seringkali menjadi kunci terbukanya jalan keluar dari berbagai permasalahan, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.
Memberi Ketenangan bagi yang Sakit dan Sakaratul Maut
Surat Yasin juga dikenal memiliki efek menenangkan jiwa. Dianjurkan untuk membacakannya di sisi orang yang sedang sakit keras atau menghadapi sakaratul maut. Ayat-ayatnya yang berbicara tentang kekuasaan Allah untuk menghidupkan dan mematikan, serta janji kebahagiaan di akhirat, diharapkan dapat memberikan ketenangan, mengurangi kecemasan, dan memudahkan proses transisi menuju kehidupan abadi. Ini adalah bentuk ikhtiar spiritual untuk menemani orang yang kita cintai di saat-saat paling kritis dalam hidupnya.
Pahala yang Berlipat Ganda
Membaca Al-Qur'an pada dasarnya adalah ibadah yang setiap hurufnya diganjar pahala. Namun, beberapa riwayat menyebutkan bahwa membaca Surat Yasin pahalanya setara dengan membaca Al-Qur'an beberapa kali. Meskipun status hadisnya diperdebatkan, semangatnya adalah untuk menunjukkan betapa besarnya nilai surat ini di sisi Allah karena kandungan maknanya yang begitu padat dan fundamental.
Menyelami Makna Surat Yasin per Bagian
Untuk memahami Surat Yasin secara lebih utuh, mari kita bedah kandungannya berdasarkan kelompok ayat. Setiap bagian memiliki tema dan pesan spesifik yang saling terkait membentuk satu kesatuan yang koheren.
Bagian 1: Penegasan Al-Qur'an dan Kerasulan (Ayat 1-12)
Surat ini dibuka dengan huruf misterius "Yā Sīn", yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Pembukaan ini langsung diikuti dengan sumpah Allah, "Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah," yang menegaskan kemuliaan dan kebenaran kitab suci ini. Allah kemudian bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus di atas jalan yang lurus. Tujuannya adalah untuk memberi peringatan kepada kaum yang lalai, yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan. Ayat-ayat ini menggambarkan kondisi sebagian manusia yang hatinya tertutup oleh kesombongan, seolah-olah ada belenggu di leher dan dinding di hadapan mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran. Namun, peringatan itu hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti Al-Qur'an dan takut kepada Allah. Di akhir bagian ini, Allah menegaskan kekuasaan-Nya untuk menghidupkan yang mati dan mencatat setiap amal perbuatan manusia, sekecil apa pun.
Bagian 2: Kisah Penduduk Negeri (Ashab al-Qaryah) (Ayat 13-32)
Bagian ini menyajikan sebuah perumpamaan yang kuat tentang penolakan terhadap dakwah. Allah menceritakan kisah penduduk sebuah negeri ketika didatangi oleh dua orang utusan, yang kemudian diperkuat dengan utusan ketiga. Namun, penduduk negeri itu mendustakan mereka, menuduh mereka sebagai manusia biasa yang membawa sial. Di tengah penolakan massal itu, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota yang berlari dan menasihati kaumnya untuk mengikuti para utusan. Ia berargumen dengan logika yang jernih tentang mengapa hanya Allah yang patut disembah. Sayangnya, kaumnya tetap ingkar dan membunuhnya. Setelah kematiannya, ia dimasukkan ke dalam surga dan berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberiku ampunan dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Kisah ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah membinasakan kaum yang durhaka itu dengan satu teriakan saja, sebagai pelajaran bagi generasi setelahnya betapa meruginya orang yang mendustakan para rasul.
Bagian 3: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)
Setelah kisah sejarah, Allah mengajak manusia untuk merenungkan bukti-bukti nyata kekuasaan-Nya yang terhampar di alam. Ayat-ayat ini adalah undangan untuk bertafakur. Tanda pertama adalah bumi yang mati (gersang) lalu dihidupkan kembali dengan air hujan, menumbuhkan biji-bijian dan buah-buahan untuk dimakan. Tanda kedua adalah penciptaan malam dan siang yang silih berganti secara teratur. Tanda ketiga adalah matahari yang beredar pada garis edarnya dan bulan yang memiliki fase-fase tertentu, semuanya berjalan sesuai ketetapan Yang Maha Perkasa. Tanda keempat adalah kapal yang berlayar di lautan membawa manusia dan muatan mereka. Allah menegaskan bahwa jika Dia berkehendak, Dia bisa menenggelamkan mereka semua tanpa ada seorang penolong pun. Bagian ini secara efektif menunjukkan bahwa Tuhan yang mampu mengatur alam semesta yang begitu kompleks, tentu sangat mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia setelah kematian.
Bagian 4: Sikap Orang Kafir dan Datangnya Hari Kiamat (Ayat 45-54)
Bagian ini kembali fokus pada dialog antara keimanan dan kekufuran. Digambarkan bagaimana orang-orang kafir bersikap acuh tak acuh ketika diperingatkan tentang azab dunia dan akhirat. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan, mereka justru mengejek orang-orang beriman. Mereka menantang dengan sombong, "Kapan janji (hari kebangkitan) itu akan datang jika kamu orang yang benar?" Mereka tidak menyadari bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba, dengan satu tiupan sangkakala yang mematikan, saat mereka sedang sibuk dalam perdebatan dan urusan duniawi. Mereka tidak akan sempat berwasiat atau kembali kepada keluarga. Kemudian, tiupan sangkakala kedua akan membangkitkan semua manusia dari kuburnya, dan mereka akan bergegas menuju Tuhan mereka dengan penuh penyesalan, menyadari bahwa janji Allah adalah benar. Pada hari itu, tidak ada satu jiwa pun yang dirugikan, dan setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Bagian 5: Kenikmatan Penghuni Surga dan Azab Penghuni Neraka (Ayat 55-68)
Setelah gambaran hari kebangkitan, Al-Qur'an melukiskan dua nasib yang kontras. Pertama, kebahagiaan abadi para penghuni surga. Mereka digambarkan sedang bersenang-senang di tempat yang teduh, duduk di atas dipan bersama pasangan mereka, menikmati buah-buahan dan segala apa yang mereka inginkan. Puncak kenikmatan mereka adalah ucapan "Salām" (salam sejahtera) dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Ini adalah gambaran ketenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Sebaliknya, digambarkan kondisi para pendosa di neraka. Mereka diperintahkan untuk berpisah dari orang-orang beriman dan diingatkan tentang janji mereka untuk tidak menyembah setan. Neraka Jahanam diperlihatkan kepada mereka sebagai balasan atas kekafiran mereka. Pada hari itu, mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka, menjadi saksi atas perbuatan mereka di dunia. Ayat-ayat ini ditutup dengan perenungan tentang siklus kehidupan manusia, dari kuat menjadi lemah dan pikun, sebagai bukti bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman kuasa Allah.
Bagian 6: Penutup: Penegasan Kekuasaan Mutlak Allah (Ayat 69-83)
Bagian terakhir surat ini berfungsi sebagai kesimpulan yang agung. Allah membantah tuduhan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penyair. Ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dan pelajaran yang jelas, bukan syair. Tujuannya adalah untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup hatinya. Kemudian, Allah kembali mengajak manusia melihat bukti kekuasaan-Nya dalam penciptaan hewan ternak yang begitu bermanfaat. Namun, manusia seringkali lupa dan justru mengambil sembahan selain Allah. Ayat-ayat ini mencapai puncaknya dengan membantah argumen kaum kafir yang paling klasik: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Allah menjawab dengan tegas bahwa Yang menciptakannya pertama kali, Dialah yang akan menghidupkannya kembali. Dia adalah Tuhan yang menciptakan api dari kayu yang hijau, dan Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Maka, perintah-Nya hanyalah satu, yaitu ketika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berfirman, "Jadilah!" maka jadilah ia ("Kun Fayakūn"). Surat ini ditutup dengan tasbih, menyucikan Allah, Tuhan yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nya lah semua akan dikembalikan.
Bacaan Surat Yasin Full Latin (Ayat 1-83)
Berikut adalah teks lengkap bacaan Surat Yasin dalam tulisan latin untuk mempermudah pembacaan. Bacalah dengan tartil (perlahan dan jelas) seraya mencoba merenungkan maknanya.
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i).
1. Yā Sīn.
2. Wal-qur'ānil-ḥakīm(i).
3. Innaka laminal-mursalīn(a).
4. ‘Alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
5. Tanzīlal-‘azīzir-raḥīm(i).
6. Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn(a).
7. Laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā akṡarihim fahum lā yu'minūn(a).
8. Innā ja‘alnā fī a‘nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn(a).
9. Wa ja‘alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn(a).
10. Wa sawā'un ‘alaihim a anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a).
11. Innamā tunżiru manittaba‘aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb(i), fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm(in).
12. Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn(in).
13. Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah(ti), iż jā'ahal-mursalūn(a).
14. Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa ‘azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn(a).
15. Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn(a).
16. Qālū rabbunā ya‘lamu innā ilaikum lamursalūn(a).
17. Wa mā ‘alainā illal-balāgul-mubīn(u).
18. Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā ‘ażābun alīm(un).
19. Qālū ṭā'irukum ma‘akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn(a).
20. Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas‘ā qāla yā qaumittabi‘ul-mursalīn(a).
21. Ittabi‘ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn(a).
22. Wa mā liya lā a‘budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja‘ūn(a).
23. A attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridinir-raḥmānu biḍurril lā tugni ‘annī syafā‘atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn(i).
24. Innī iżal lafī ḍalālim mubīn(in).
25. Innī āmanntu birabbikum fasma‘ūn(i).
26. Qīladkhulil-jannah(ta), qāla yā laita qaumī ya‘lamūn(a).
27. Bimā gafara lī rabbī wa ja‘alanī minal-mukramīn(a).
28. Wa mā anzalnā ‘alā qaumihī mim ba‘dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn(a).
29. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidūn(a).
30. Yā ḥasratan ‘alal-‘ibād(i), mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
31. Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji‘ūn(a).
32. Wa in kullul lammā jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
33. Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban fa minhu ya'kulūn(a).
34. Wa ja‘alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a‘nābiw wa fajjarnā fīhā minal-‘uyūn(i).
35. Liya'kulū min ṡamarihī wa mā ‘amilathu aidīhim, afalā yasykurūn(a).
36. Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya‘lamūn(a).
37. Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa iżā hum muẓlimūn(a).
38. Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
39. Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjūnil-qadīm(i).
40. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār(i), wa kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).
41. Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn(i).
42. Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn(a).
43. Wa in nasya' nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn(a).
44. Illā raḥmatam minnā wa matā‘an ilā ḥīn(in).
45. Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la‘allakum turḥamūn(a).
46. Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū ‘anhā mu‘riḍīn(a).
47. Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh(u), qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ‘imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ‘amah(ū), in antum illā fī ḍalālim mubīn(in).
48. Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).
49. Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn(a).
50. Falā yastaṭī‘ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji‘ūn(a).
51. Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn(a).
52. Qālū yā wailanā mam ba‘aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa‘adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn(a).
53. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
54. Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
55. Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn(a).
56. Hum wa azwājuhum fī ẓilālin ‘alal-arā'iki muttaki'ūn(a).
57. Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda‘ūn(a).
58. Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm(in).
59. Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn(a).
60. Alam a‘had ilaikum yā banī ādama al lā ta‘budusy-syaiṭān(a), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
61. Wa ani‘budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
62. Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takūnū ta‘qilūn(a).
63. Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū‘adūn(a).
64. Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn(a).
65. Al-yauma nakhtimu ‘alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn(a).
66. Wa lau nasyā'u laṭamasnā ‘alā a‘yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn(a).
67. Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum ‘alā makānatihim famastaṭā‘ū muḍiyyaw wa lā yarji‘ūn(a).
68. Wa man nu‘ammirhu nunakkishu fil-khalq(i), afalā ya‘qilūn(a).
69. Wa mā ‘allamnāhusy-syi‘ra wa mā yambagī lah(ū), in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn(un).
70. Liyunżira man kāna ḥayyan wa yaḥiqqal-qaulu ‘alal-kāfirīn(a).
71. Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā ‘amilat aidīnā an‘āman fa hum lahā mālikūn(a).
72. Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya'kulūn(a).
73. Wa lahum fīhā manāfi‘u wa masyārib(u), afalā yasykurūn(a).
74. Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la‘allahum yunṣarūn(a).
75. Lā yastaṭī‘ūna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn(a).
76. Falā yaḥzunka qauluhum, innā na‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).
77. Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn(un).
78. Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah(ū), qāla may yuḥyil-‘iẓāma wa hiya ramīm(un).
79. Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah(tin), wa huwa bikulli khalqin ‘alīm(un).
80. Allażī ja‘ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum minhu tūqidūn(a).
81. Awalaisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin ‘alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-‘alīm(u).
82. Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqūla lahū kun fa yakūn(u).
83. Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja‘ūn(a).
Doa Setelah Membaca Surat Yasin
Setelah selesai membaca Surat Yasin, dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Berikut adalah salah satu doa yang populer dibaca, beserta bacaan latin dan terjemahannya.
Allahumma innaa nastahfidzhuka wa nastaudi’uka diinana wa anfusanaa wa ahlanaa wa aulaadanaa wa amwaalanaa wa kulla syai’in a’thaitanaa. Allahummaj’alnaa fii kanafika wa amaanika wa jiwaarika wa ‘iyaadzika min kulli syaithaanim mariid wa jabbaarin ‘aniid wa dzii ‘ainin wa dzii baghyin wa min syarri kulli dzii syarrin innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir. Allahumma jamilnaa bil’aafiyati was salaamati wa haqqiqnaa bit taqwaa wal istiqaamati wa a’idznaa min muujibaatin nadaamati innaka samii’ud du’aa’. Allahumma-ghfirlanaa wa li waalidiinaa wa li aulaadinaa wa masyaa-yikhinaa wa li ikhwaaniaa fiddiini wa li ashhaabinaa wa ahbaabinaa wa liman ahabbanaa fiika wa liman ahsana ilainaa wa lil mukminiina wal mukminaati wal muslimiina wal muslimaati yaa rabbal ‘aalamiin. Washalli ‘alaa ‘abdika wa rasuulika sayyidinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallim. Warzuqnaa kamaalal mutaaba’ati lahu zaahiran wa baathinan fii ‘aafiyatin wa salaamatin birahmatika yaa arhamar raahimiin.
Artinya: "Ya Allah, kami memohon penjagaan-Mu dan kami menitipkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta kami, dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dalam pemeliharaan-Mu, keamanan-Mu, perlindungan-Mu, dari setiap setan yang durhaka, orang yang kejam, orang yang punya niat jahat, dan dari kejahatan setiap orang yang memiliki kejahatan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, indahkanlah kami dengan kesehatan dan keselamatan, dan wujudkanlah kami dengan takwa dan istiqamah, dan lindungilah kami dari hal-hal yang mendatangkan penyesalan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. Ya Allah, ampunilah kami, orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena-Mu, orang-orang yang berbuat baik kepada kami, kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, wahai Tuhan semesta alam. Limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba-Mu dan utusan-Mu, junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan berikanlah kami rezeki kesempurnaan untuk mengikutinya lahir dan batin, dalam keadaan sehat dan selamat, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."
Kesimpulan: Menghidupkan Spirit Yasin dalam Kehidupan
Membaca surat Yasin full latin adalah langkah awal yang baik. Namun, tujuan akhirnya adalah meresapi pesan-pesannya dan menjadikannya sebagai penuntun dalam mengarungi kehidupan.
Surat Yasin adalah surat yang agung, sebuah samudra hikmah yang tak akan pernah kering airnya. Ia mengingatkan kita pada hakikat penciptaan, tujuan hidup, dan kepastian akan adanya hari pertanggungjawaban. Ia mengajak kita untuk berpikir, merenung, dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di sekeliling kita dan di dalam diri kita sendiri.
Dengan rutin membacanya, terutama dengan memahami maknanya, kita sedang berupaya menghidupkan kembali "jantung" keimanan kita. Semoga kita semua tergolong sebagai orang-orang yang tidak hanya membaca Al-Qur'an, tetapi juga menjadikannya sebagai cahaya penerang dalam setiap langkah kehidupan. Amin.