Surat Yasin Arab, Latin, dan Terjemahan
Surat Yasin adalah surat ke-36 dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 83 ayat dan termasuk dalam golongan surat-surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama "Yasin" diambil dari ayat pertama surat ini, yang merupakan salah satu dari huruf-huruf muqatta'ah (huruf-huruf misterius) di awal beberapa surat dalam Al-Qur'an, yang maknanya hanya diketahui oleh Allah SWT.
Surat Yasin sering disebut sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an. Julukan ini didasarkan pada sebuah hadis, yang meskipun statusnya diperdebatkan oleh para ulama, popularitasnya menunjukkan betapa pentingnya surat ini dalam tradisi umat Islam. Sebagaimana jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, Surat Yasin diyakini mengandung intisari ajaran Al-Qur'an yang mencakup pilar-pilar keimanan, seperti tauhid (keesaan Allah), kenabian, dan kehidupan setelah mati (akhirat).
Keutamaan dan Manfaat Membaca Surat Yasin
Membaca Surat Yasin memiliki banyak keutamaan yang diyakini oleh umat Islam. Meskipun beberapa hadis yang menyebutkan keutamaannya bersifat lemah (dha'if), para ulama memperbolehkan pengamalannya dalam rangka fadha'ilul a'mal (amalan-amalan yang memiliki keutamaan) selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar akidah. Beberapa keutamaan yang sering dikaitkan dengan Surat Yasin antara lain:
1. Mendapatkan Ampunan Dosa
Salah satu keutamaan terbesar dari membaca Surat Yasin adalah harapan untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa siapa saja yang membaca Surat Yasin pada malam hari dengan niat tulus mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya di hari itu akan diampuni. Amalan ini menjadi sebuah sarana introspeksi diri di penghujung hari, memohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan, serta memperbarui komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Membaca Yasin di malam hari, terutama malam Jumat, telah menjadi tradisi yang mengakar kuat di banyak komunitas Muslim sebagai wujud pengharapan akan rahmat dan maghfirah Allah.
2. Dianggap Sebagai Jantung Al-Qur'an
Seperti yang telah disebutkan, julukan "Qalbul Qur'an" memberikan status istimewa bagi Surat Yasin. Tema-tema sentral yang dibahas di dalamnya—mulai dari bukti-bukti kebesaran Allah di alam semesta, kisah perjuangan para utusan, dahsyatnya hari kiamat, hingga keindahan surga dan kengerian neraka—merangkum esensi dari pesan Al-Qur'an secara keseluruhan. Dengan merenungi makna-makna yang terkandung di dalamnya, seorang pembaca seolah-olah sedang menyegarkan kembali pemahaman dan keyakinannya terhadap pilar-pilar fundamental dalam Islam.
3. Memberikan Ketenangan Hati
Ayat-ayat dalam Surat Yasin memiliki irama yang indah dan menenangkan ketika dibaca atau didengarkan. Bagi mereka yang sedang dirundung kesedihan, kegelisahan, atau kecemasan, melantunkan Surat Yasin dapat menjadi terapi spiritual. Ayat-ayatnya yang mengingatkan akan kekuasaan Allah yang tak terbatas, kasih sayang-Nya yang melimpah, dan janji-Nya akan pertolongan, mampu menumbuhkan rasa optimisme dan tawakal. Ketenangan ini datang dari keyakinan bahwa segala urusan berada dalam genggaman Allah, Sang Maha Pengatur.
4. Mempermudah Urusan Dunia dan Akhirat
Banyak orang meyakini bahwa dengan rutin membaca Surat Yasin, Allah akan mempermudah berbagai urusan mereka, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Ketika seseorang memulai harinya dengan membaca Yasin, ia seolah-olah sedang memohon bimbingan dan pertolongan Allah untuk menjalani aktivitasnya. Keyakinan ini mendorong semangat untuk berusaha semaksimal mungkin seraya menyerahkan hasilnya kepada Allah. Kemudahan yang dirasakan bukan berarti tanpa tantangan, melainkan hadirnya kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi setiap rintangan yang datang.
5. Meringankan Sakaratul Maut
Salah satu praktik yang sangat dianjurkan adalah membacakan Surat Yasin di dekat orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Diyakini bahwa bacaan ini dapat meringankan proses keluarnya ruh dari jasad dan memberikan ketenangan bagi orang yang akan meninggal. Suasana yang khusyuk saat Yasin dilantunkan juga membantu mengingatkan orang tersebut (jika masih sadar) untuk mengucap kalimat tauhid, "La ilaha illallah," sebagai penutup hidupnya. Amalan ini adalah bentuk kasih sayang dan penghormatan terakhir dari keluarga kepada orang yang akan berpulang.
Kandungan dan Tafsir Ringkas Surat Yasin
Secara garis besar, kandungan Surat Yasin dapat dibagi menjadi beberapa bagian tematik yang saling berkaitan, membentuk sebuah narasi yang utuh tentang iman dan kehidupan.
Bagian 1: Penegasan Kerasulan Nabi Muhammad dan Kebenaran Al-Qur'an (Ayat 1-12)
Surat ini dibuka dengan sumpah Allah demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, untuk menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar seorang rasul yang diutus di atas jalan yang lurus. Penegasan ini ditujukan untuk membantah tuduhan kaum kafir Quraisy yang meragukan status kenabian beliau. Ayat-ayat awal ini menekankan fungsi utama diutusnya seorang rasul, yaitu untuk memberi peringatan kepada kaum yang lalai agar mereka kembali kepada jalan kebenaran. Bagian ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan semuanya tercatat dengan rapi dalam "Lauh Mahfuzh" (Kitab Induk yang terjaga).
Bagian 2: Kisah Penduduk Suatu Negeri (Ashab al-Qaryah) (Ayat 13-32)
Bagian ini menyajikan sebuah perumpamaan melalui kisah penduduk sebuah negeri yang mendustakan para utusan Allah. Allah mengutus dua rasul, namun mereka didustakan. Lalu Allah menguatkan keduanya dengan rasul ketiga. Penduduk negeri itu tetap menolak dan bahkan mengancam akan merajam para utusan. Di tengah penolakan massal itu, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota yang berlari dan menasihati kaumnya untuk mengikuti para utusan. Ia beriman dan membela kebenaran, namun akhirnya ia dibunuh oleh kaumnya. Setelah kematiannya, ia langsung dimasukkan ke dalam surga oleh Allah. Kisah ini menjadi pelajaran tentang akibat dari mendustakan kebenaran (azab yang membinasakan) dan ganjaran bagi mereka yang beriman dan berjuang di jalan Allah (surga). Ini adalah cerminan dari perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya di Mekkah.
Bagian 3: Tanda-Tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-50)
Setelah menyajikan kisah sejarah, Al-Qur'an mengajak pembaca untuk merenungkan tanda-tanda (ayat) kekuasaan Allah yang terhampar di alam semesta. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai bukti logis dan empiris akan adanya Sang Pencipta dan keniscayaan hari kebangkitan. Di antara tanda-tanda tersebut adalah:
- Bumi yang mati: Allah menghidupkan tanah yang kering dan tandus, lalu menumbuhkan berbagai tanaman sebagai sumber kehidupan. Ini adalah analogi yang kuat untuk kebangkitan manusia setelah kematian.
- Malam dan siang: Pergantian malam dan siang yang teratur menunjukkan keteraturan sistem kosmik yang mustahil terjadi secara kebetulan.
- Matahari dan bulan: Masing-masing beredar pada orbitnya dengan presisi yang luar biasa, tidak saling bertabrakan, menjadi bukti adanya Sang Maha Pengatur.
- Kapal yang berlayar: Kemampuan manusia menciptakan bahtera dan berlayar di lautan adalah anugerah dan ilham dari Allah, yang juga menciptakan lautan itu sendiri.
Bagian 4: Peristiwa Hari Kiamat dan Kehidupan Akhirat (Ayat 51-83)
Ini adalah puncak dari narasi surat ini. Bagian ini menggambarkan dengan sangat hidup peristiwa-peristiwa setelah sangkakala ditiupkan. Manusia dibangkitkan dari kubur mereka dan digiring menuju pengadilan Allah. Terjadi pemisahan yang jelas antara dua kelompok:
- Penghuni surga (Ashabul Jannah): Mereka digambarkan dalam keadaan sibuk dengan kesenangan, berada di tempat yang teduh bersama pasangan mereka, mendapatkan segala buah-buahan dan apa pun yang mereka inginkan. Ucapan salam dari Allah menjadi puncak kenikmatan mereka.
- Orang-orang berdosa (Al-Mujrimun): Mereka dipisahkan dan dihadapkan pada neraka Jahannam yang dulu mereka dustakan. Pada hari itu, mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka yang menjadi saksi atas perbuatan mereka di dunia.
Bacaan Surat Yasin: Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Yasin dari ayat 1 hingga 83, dilengkapi dengan tulisan Arab, transliterasi Latin untuk membantu pembacaan, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i).
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
يسۤ ۚ
1. Yā Sīn.
"Yasin."
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ
2. Wal-qur'ānil-ḥakīm(i).
"Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,"
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ
3. Innaka laminal-mursalīn(a).
"sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar salah seorang dari rasul-rasul,"
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ
4. ‘Alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
"(yang berada) di atas jalan yang lurus,"
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ
5. Tanzīlal-‘azīzir-raḥīm(i).
"(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang,"
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ
6. Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn(a).
"agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai."
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
7. Laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā akṡarihim fahum lā yu'minūn(a).
"Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman."
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
8. Innā ja‘alnā fī a‘nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn(a).
"Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka yang terbelenggu diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah."
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
9. Wa ja‘alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn(a).
"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
10. Wa sawā'un ‘alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a).
"Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman."
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ
11. Innamā tunżiru manittaba‘aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib(i), fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm(in).
"Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia."
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
12. Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn(in).
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh)."
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
13. Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah(ti), iż jā'ahal-mursalūn(a).
"Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;"
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
14. Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa ‘azzaznā biṡāliṡin faqālū innā ilaikum mursalūn(a).
"(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”"
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ
15. Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā, wa mā anzalar-raḥmānu min syai'(in), in antum illā takżibūn(a).
"Mereka menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu ini hanyalah pendusta.”"
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ
16. Qālū rabbunā ya‘lamu innā ilaikum lamursalūn(a).
"Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu."
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
17. Wa mā ‘alainā illal-balāgul-mubīn(u).
"Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”"
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ
18. Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā ‘ażābun alīm(un).
"Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”"
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ
19. Qālū ṭā'irukum ma‘akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn(a).
"Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”"
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ
20. Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas‘ā, qāla yā qaumittabi‘ul-mursalīn(a).
"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu."
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
21. Ittabi‘ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn(a).
"Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
22. Wa mā liya lā a‘budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja‘ūn(a).
"Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan."
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ
23. A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni ‘annī syafā‘atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn(i).
"Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku."
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
24. Innī iżal lafī ḍalālim mubīn(in).
"Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata."
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ
25. Innī āmanntu birabbikum fasma‘ūn(i).
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.”"
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ
26. Qīladkhulil-jannah(ta), qāla yā laita qaumī ya‘lamūn(a).
"Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,"
بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
27. Bimā gafaralī rabbī wa ja‘alanī minal-mukramīn(a).
"apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”"
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
28. Wa mā anzalnā ‘alā qaumihī mim ba‘dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn(a).
"Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya."
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ
29. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidūn(a).
"Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati."
يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
30. Yā ḥasratan ‘alal-‘ibād(i), mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
"Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya."
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ
31. Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji‘ūn(a).
"Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (mereka) tidak kembali kepada mereka (di dunia)."
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
32. Wa in kullul lammā jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
"Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami."
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ
33. Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban fa minhu ya'kulūn(a).
"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan."
وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ
34. Wa ja‘alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a‘nābiw wa fajjarnā fīhā minal-‘uyūn(i).
"Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,"
لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
35. Liya'kulū min ṡamarihī wa mā ‘amilathu aidīhim, afalā yasykurūn(a).
"agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ
36. Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya‘lamūn(a).
"Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui."
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ
37. Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn(a).
"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,"
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
38. Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
"dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui."
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
39. Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjūnil-qadīm(i).
"Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua."
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
40. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār(i), wa kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).
"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya."
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ
41. Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn(i).
"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,"
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ
42. Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn(a).
"dan Kami ciptakan untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai."
وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ
43. Wa in nasya' nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn(a).
"Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka; maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,"
اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ
44. Illā raḥmatam minnā wa matā‘an ilā ḥīn(in).
"melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu."
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
45. Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la‘allakum turḥamūn(a).
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”"
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ
46. Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū ‘anhā mu‘riḍīn(a).
"Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya."
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
47. Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh(u), qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ‘imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ‘amah(ū), in antum illā fī ḍalālim mubīn(in).
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”"
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
48. Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).
"Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari kebangkitan) jika kamu orang yang benar?”"
مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ
49. Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn(a).
"Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar."
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ
50. Falā yastaṭī‘ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji‘ūn(a).
"Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya."
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ
51. Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn(a).
"Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya."
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
52. Qālū yā wailanā mam ba‘aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa‘adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn(a).
"Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya)."
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
53. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
"Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami."
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
54. Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
"Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan."
اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فَاكِهُوْنَ ۚ
55. Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn(a).
"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)."
هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ
56. Hum wa azwājuhum fī ẓilālin ‘alal-arā'iki muttaki'ūn(a).
"Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan."
لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ
57. Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda‘ūn(a).
"Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan."
سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ
58. Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm(in).
"(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang."
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ
59. Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn(a).
"Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!"
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
60. Alam a‘had ilaikum yā banī ādama al lā ta‘budusy-syaiṭān(a), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,"
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
61. Wa ani‘budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
"dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”"
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ
62. Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā(n), afalam takūnū ta‘qilūn(a).
"Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?"
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
63. Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū‘adūn(a).
"Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu."
اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
64. Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn(a).
"Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya."
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
65. Al-yauma nakhtimu ‘alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn(a).
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ
66. Wa lau nasyā'u laṭamasnā ‘alā a‘yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa'annā yubṣirūn(a).
"Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?"
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ
67. Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum ‘alā makānatihim famastaṭā‘ū muḍiyyaw wa lā yarji‘ūn(a).
"Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali."
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
68. Wa man nu‘ammirhu nunakkishu fil-khalq(i), afalā ya‘qilūn(a).
"Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ
69. Wa mā ‘allamnāhusy-syi‘ra wa mā yambagī lah(ū), in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn(un).
"Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,"
لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
70. Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu ‘alal-kāfirīn(a).
"agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir."
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ
71. Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā ‘amilat aidīnā an‘āman fahum lahā mālikūn(a).
"Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?"
وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ
72. Wa żalalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya'kulūn(a).
"Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan."
وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
73. Wa lahum fīhā manāfi‘u wa masyārib(u), afalā yasykurūn(a).
"Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ
74. Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la‘allahum yunṣarūn(a).
"Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan."
لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ
75. Lā yastaṭī‘ūna naṣrahum, wa hum lahum jundum muḥḍarūn(a).
"(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu."
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ
76. Falā yaḥzunka qauluhum, innā na‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).
"Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan."
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
77. Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn(un).
"Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata."
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ
78. Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah(ū), qāla may yuḥyil-‘iẓāma wa hiya ramīm(un).
"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”"
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ
79. Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah(tin), wa huwa bikulli khalqin ‘alīm(un).
"Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,"
ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ
80. Alla żī ja‘ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nārā(n), fa'iżā antum minhu tūqidūn(a).
"yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”"
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ
81. Awaisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin ‘alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-‘alīm(u).
"Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui."
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
82. Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqūla lahū kun fa yakūn(u).
"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu."
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
83. Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja‘ūn(a).
"Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan."
Doa Setelah Membaca Surat Yasin
Setelah selesai membaca Surat Yasin, dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Berikut adalah salah satu doa yang populer dibaca:
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ اَدْيَانَنَا وَاَنْفُسَنَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وَاَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ فِى كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِى عَيْنٍ وَذِى بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى شَرٍّ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
Allahumma inna nastahfidzhuka wa nastaudi'uka adyanana wa anfusana wa ahlana wa auladana wa amwalana wa kulla syai'in a'thaitana. Allahummaj'alna wa iyyahum fi kanafika wa amanika wa jiwarika wa 'iyadzika min kulli syaithanin marid wa jabbarin 'anid wa dzi 'ainin wa dzi baghyin wa min syarri kulli dzi syarrin innaka 'ala kulli syai'in qadir.
"Ya Allah, kami memohon penjagaan-Mu dan kami menitipkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta kami dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dan mereka dalam pemeliharaan-Mu, keamanan-Mu, perlindungan-Mu dari setiap gangguan setan, orang-orang yang takabur, orang yang mempunyai pandangan jahat, kedengkian dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai kejahatan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."