Kaligrafi Surat Yasin يٰسۤ Kaligrafi Arab untuk "Yasin" di dalam lingkaran biru dan putih yang ornamental.

Surat Yasin Lengkap

Surat Yasin (يس) adalah surat ke-36 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 83 ayat, surat ini termasuk dalam golongan surat-surat Makkiyah. Ia dinamakan Yasin karena dimulai dengan dua huruf Arab "Ya" dan "Sin". Surat ini dikenal sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an, karena kandungannya yang sarat dengan pokok-pokok keimanan, tanda-tanda kekuasaan Allah, kisah para nabi, peringatan tentang hari kiamat, dan gambaran surga serta neraka. Membaca dan merenungi maknanya membawa ketenangan jiwa dan memperkuat keyakinan kepada Sang Pencipta.

Bacaan Surat Yasin: Arab dan Terjemahan (Ayat 1-83)

Berikut adalah teks lengkap Surat Yasin dalam tulisan Arab beserta terjemahan bahasa Indonesia untuk mempermudah pemahaman dan penghayatan setiap ayatnya.

يٰسۤ ۚ ﴿١﴾

Yā Sīn.

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ ﴿٢﴾

Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ ﴿٣﴾

sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ ﴿٤﴾

(yang berada) di atas jalan yang lurus,

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ ﴿٥﴾

(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ ﴿٦﴾

agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ﴿٧﴾

Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ ﴿٨﴾

Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka) diangkat ke dagu, karena itu mereka tertengadah.

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ ﴿٩﴾

Dan Kami adakan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ﴿١٠﴾

Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ ﴿١١﴾

Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ ﴿١٢﴾

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ ﴿١٣﴾

Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ ﴿١٤﴾

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ ﴿١٥﴾

Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ ﴿١٦﴾

Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu.

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ ﴿١٧﴾

Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ ﴿١٨﴾

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ ﴿١٩﴾

Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ ﴿٢٠﴾

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۔ ﴿٢١﴾

Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ﴿٢٢﴾

Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ ﴿٢٣﴾

Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ﴿٢٤﴾

Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ ﴿٢٥﴾

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ ﴿٢٦﴾

Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ ﴿٢٧﴾

apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”

وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ ﴿٢٨﴾

Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ ﴿٢٩﴾

Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ﴿٣٠﴾

Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ ﴿٣١﴾

Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwa orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak kembali kepada mereka.

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ࣖ ﴿٣٢﴾

Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ оживила её وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ ﴿٣٣﴾

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ ﴿٣٤﴾

Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ ﴿٣٥﴾

agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ ﴿٣٦﴾

Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ ﴿٣٧﴾

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ ﴿٣٨﴾

dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ ﴿٣٩﴾

Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ ﴿٤٠﴾

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ ﴿٤١﴾

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ ﴿٤٢﴾

dan Kami ciptakan untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.

وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ ﴿٤٣﴾

Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,

اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ ﴿٤٤﴾

kecuali karena rahmat dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ﴿٤٥﴾

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ ﴿٤٦﴾

Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ﴿٤٧﴾

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ﴿٤٨﴾

Dan mereka berkata, “Kapankah janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ ﴿٤٩﴾

Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.

فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ ࣖ ﴿٥٠﴾

Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ ﴿٥١﴾

Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ ﴿٥٢﴾

Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ﴿٥٣﴾

Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.

فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴿٥٤﴾

Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ ﴿٥٥﴾

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).

هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ ﴿٥٦﴾

Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ ﴿٥٧﴾

Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ ﴿٥٨﴾

(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ ﴿٥٩﴾

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!

اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ﴿٦٠﴾

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ ﴿٦١﴾

dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ ﴿٦٢﴾

Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?

هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ ﴿٦٣﴾

Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.

اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ ﴿٦٤﴾

Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ﴿٦٥﴾

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ ﴿٦٦﴾

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ ࣖ ﴿٦٧﴾

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ ﴿٦٨﴾

Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ ﴿٦٩﴾

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,

لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ﴿٧٠﴾

agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ ﴿٧١﴾

Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?

وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ ﴿٧٢﴾

Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.

وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ ﴿٧٣﴾

Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ ﴿٧٤﴾

Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.

لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ ﴿٧٥﴾

(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ ﴿٧٦﴾

Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ ﴿٧٧﴾

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ ﴿٧٨﴾

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ ﴿٧٩﴾

Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,

ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ ﴿٨٠﴾

yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ ﴿٨١﴾

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ﴿٨٢﴾

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ ﴿٨٣﴾

Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Tafsir dan Kandungan Surat Yasin: Merenungi Makna di Balik Ayat

Surat Yasin bukan sekadar rangkaian kata yang indah, tetapi lautan hikmah yang luas. Kandungannya secara garis besar mencakup tiga pilar utama akidah Islam: Tauhid (Keesaan Allah), Risalah (Kerasulan), dan Akhirat (Hari Kebangkitan). Untuk memahaminya lebih dalam, mari kita selami kandungan surat ini secara tematik.

Bagian 1: Penegasan Kerasulan dan Kondisi Orang Kafir (Ayat 1-12)

Surat ini dibuka dengan huruf-huruf misterius "Yā Sīn", yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Kemudian, Allah bersumpah dengan Al-Qur'an yang penuh hikmah untuk menegaskan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Ini adalah sebuah pembelaan dan penguatan bagi Nabi di tengah penolakan kaumnya. Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad berada di "jalan yang lurus" dan Al-Qur'an diturunkan oleh Dzat Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Tujuan utama risalah ini adalah untuk memberi peringatan kepada kaum yang telah lama terlelap dalam kelalaian, karena nenek moyang mereka belum pernah menerima peringatan serupa. Namun, Allah menjelaskan bahwa bagi sebagian besar dari mereka, peringatan itu tidak akan berguna. Hati mereka telah terkunci rapat. Keimanan mereka telah tertutup, digambarkan secara metaforis seolah-olah ada belenggu di leher mereka dan dinding di depan serta belakang mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat kebenaran. Peringatan hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti Al-Qur'an (ad-Dzikr) dan memiliki rasa takut (khasyyah) kepada Allah meskipun tidak melihat-Nya. Bagi merekalah janji ampunan dan pahala yang mulia.

Bagian ini ditutup dengan penegasan kekuasaan Allah yang absolut: "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati." Ayat ini tidak hanya merujuk pada kebangkitan di hari kiamat, tetapi juga kemampuan Allah untuk menghidupkan hati yang mati dengan hidayah. Allah juga mencatat semua amal perbuatan manusia, besar maupun kecil, beserta "bekas-bekas" (atsar) yang mereka tinggalkan—baik itu jejak kebaikan seperti ilmu yang bermanfaat atau jejak keburukan. Semua tercatat rapi dalam "Kitab yang jelas" (Imam Mubin), yaitu Lauh Mahfuzh.

Bagian 2: Kisah Penduduk Negeri (Ashab al-Qaryah) sebagai Ibrah (Ayat 13-32)

Untuk memberikan pelajaran nyata, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menceritakan kisah penduduk suatu negeri (yang menurut banyak ahli tafsir adalah Antiokia). Allah mengutus dua orang rasul kepada mereka, namun penduduk negeri itu mendustakan keduanya. Lalu Allah menguatkan mereka dengan rasul ketiga. Ketiganya menyerukan pesan yang sama: "Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu."

Respons penduduk negeri itu penuh dengan kesombongan dan penolakan. Mereka berargumen bahwa para rasul itu hanyalah manusia biasa seperti mereka dan menuduh mereka sebagai pendusta. Mereka bahkan menganggap kedatangan para rasul sebagai sumber kesialan. Ancaman pun dilontarkan: jika para rasul tidak berhenti berdakwah, mereka akan dirajam dan disiksa.

Di tengah kebuntuan itu, muncullah seorang pahlawan iman. Seorang laki-laki yang datang dari ujung kota dengan bergegas (diyakini bernama Habib an-Najjar). Ia menasihati kaumnya dengan logika yang jernih: "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." Ia mengajak mereka berpikir, mengapa tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakan mereka dan kepada-Nya semua akan kembali? Ia menegaskan kelemahan berhala-berhala yang tidak akan bisa memberi pertolongan sedikit pun jika Allah menghendaki bencana. Ia menutup argumennya dengan deklarasi iman yang tegas, "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah aku."

Karena keimanannya, ia dibunuh oleh kaumnya. Namun, kematiannya adalah gerbang menuju kemuliaan. Allah langsung memasukkannya ke dalam surga. Dari dalam surga, terucaplah sebuah harapan yang tulus dari dirinya: "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Ia bahkan masih mengharapkan kebaikan bagi kaum yang telah membunuhnya.

Setelah itu, azab Allah datang menimpa penduduk negeri yang durhaka itu. Allah tidak perlu menurunkan pasukan dari langit. Cukup dengan "satu teriakan saja", mereka semua mati binasa. Kisah ini menjadi pelajaran tentang akibat dari penolakan terhadap kebenaran dan kemuliaan yang diraih oleh pembela kebenaran.

Bagian 3: Tanda-Tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)

Setelah menyajikan pelajaran dari sejarah, Allah mengajak manusia untuk merenungkan tanda-tanda (ayat) kekuasaan-Nya yang terhampar di alam semesta. Ini adalah argumen rasional untuk membuktikan keberadaan dan keesaan-Nya.

Semua tanda ini ditutup dengan pertanyaan retoris, "Maka mengapa mereka tidak bersyukur?" Tujuannya adalah untuk menggugah akal dan hati manusia agar mengakui Sang Pencipta di balik semua keajaiban ini.

Bagian 4: Hari Kebangkitan dan Pembalasan (Ayat 45-68)

Bagian ini mengalihkan fokus dari tanda-tanda di alam ke realitas akhirat yang pasti akan datang. Ketika orang-orang kafir diperingatkan tentang azab dunia dan akhirat, mereka justru berpaling. Ketika diajak untuk berinfak dari rezeki yang Allah berikan, mereka menjawab dengan sinis, "Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan?" Logika mereka yang rusak menganggap bahwa kemiskinan adalah takdir Tuhan yang tidak perlu diintervensi, padahal infak adalah ujian keimanan dan kepedulian sosial.

Mereka selalu bertanya dengan nada mengejek, "Kapan janji (hari kiamat) itu akan terjadi?" Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba, dengan satu teriakan (ash-shaihah) yang membinasakan mereka saat mereka sedang sibuk dalam perdebatan duniawi. Saat itu, tak ada lagi waktu untuk berwasiat atau kembali kepada keluarga.

Kemudian, sangkakala kedua ditiup. Semua manusia keluar dari kuburnya dan bergegas menuju Tuhannya. Dalam keadaan panik, mereka berkata, "Celakalah kami! Siapa yang membangkitkan kami dari kubur?" Lalu dijawab bahwa inilah janji Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah disampaikan oleh para rasul. Semua akan dikumpulkan di hadapan Allah. Pada hari itu, tidak ada satu jiwa pun yang dizalimi. Setiap orang akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatannya.

Selanjutnya, surat ini menggambarkan kontras yang tajam antara nasib penghuni surga dan penghuni neraka. Penghuni surga digambarkan dalam kenikmatan abadi. Mereka sibuk bersenang-senang, bertelekan di atas dipan bersama pasangan mereka di tempat yang teduh. Mereka mendapatkan buah-buahan dan segala yang mereka inginkan. Puncak kenikmatan adalah ketika mereka menerima ucapan "Salām" (damai sejahtera) dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

Sebaliknya, para pendosa diperintahkan untuk "berpisah" dari orang-orang beriman. Mereka diingatkan akan perjanjian primordial dengan Allah untuk tidak menyembah setan, musuh yang nyata. Mereka dicela karena telah tersesat meskipun memiliki akal. Neraka Jahanam yang dulu mereka dustakan kini ada di hadapan mata. Mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka, menjadi saksi atas perbuatan mereka sendiri. Allah menegaskan bahwa jika Dia mau, Dia bisa saja menghapus penglihatan mereka atau mengubah wujud mereka di dunia, tetapi Dia menangguhkannya sebagai ujian. Ayat ini juga mengingatkan tentang siklus kehidupan, di mana manusia yang dipanjangkan umurnya akan dikembalikan ke kondisi lemah seperti awal penciptaannya, sebuah pelajaran agar manusia mau berpikir.

Bagian 5: Penutup dan Penegasan Kebenaran Mutlak (Ayat 69-83)

Di bagian akhir, Allah kembali membela Nabi Muhammad dari tuduhan para penentangnya. Mereka menuduh Al-Qur'an sebagai syair. Allah dengan tegas menyangkalnya, "Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya." Al-Qur'an bukanlah syair yang lahir dari imajinasi, melainkan "pelajaran dan kitab yang memberi penerangan" (dzikrun wa qur'anum mubin). Tujuannya adalah untuk memberi peringatan kepada orang yang "hidup" hatinya dan sebagai penegak hujjah atas orang-orang kafir.

Allah sekali lagi mengajak merenung, kali ini pada hewan ternak yang diciptakan untuk manusia. Hewan-hewan itu ditundukkan untuk menjadi tunggangan dan sumber makanan, serta memberikan banyak manfaat lainnya. Namun, bukannya bersyukur, manusia justru mengambil sesembahan selain Allah yang sama sekali tidak bisa menolong mereka.

Surat ini kemudian memberikan penghiburan kepada Nabi Muhammad, "Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati." Allah Maha Mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan tampakkan. Allah membantah argumen paling klasik dari para penentang kebangkitan. Manusia yang diciptakan dari setetes mani yang hina, tiba-tiba menjadi penentang yang nyata. Ia bertanya dengan angkuh sambil melupakan asal-usulnya, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?"

Jawaban Allah sangat telak dan logis. "Katakanlah, 'Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.'" Allah memberikan analogi lain: Dia yang mampu menciptakan api dari kayu yang hijau (sebuah proses biokimia yang menakjubkan), tentu lebih mampu lagi mengembalikan kehidupan. Puncaknya, Allah bertanya, "Bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu?" Jawabannya pasti: "Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui."

Surat Yasin ditutup dengan dua ayat pamungkas yang merangkum kekuasaan Allah yang tak terbatas. "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu." Ini adalah prinsip "Kun Fayakun", manifestasi kehendak-Nya yang mutlak. Ayat terakhir adalah tasbih, penyucian Allah dari segala kekurangan: "Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan (malakut) atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." Ini adalah penutup yang agung, mengingatkan kembali bahwa awal dan akhir dari segala urusan berada di tangan Allah semata.

Keutamaan dan Manfaat Membaca Surat Yasin

Surat Yasin memiliki kedudukan yang istimewa di hati umat Islam, tidak hanya karena kandungannya yang mendalam, tetapi juga karena berbagai keutamaan yang disebutkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Meskipun sebagian hadis memiliki perdebatan mengenai tingkat kekuatannya, secara kolektif hadis-hadis tersebut menunjukkan anjuran kuat untuk membaca dan mengamalkan surat ini. Berikut adalah beberapa keutamaan yang sering dikaitkan dengan Surat Yasin:

1. Jantungnya Al-Qur'an

Salah satu sebutan yang paling populer untuk Surat Yasin adalah "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an. Sebagaimana jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh dan menjadi pusat kehidupan, Surat Yasin mengandung esensi dari ajaran Al-Qur'an, yaitu tentang keimanan kepada Allah, hari akhir, dan kisah-kisah yang menjadi pelajaran. Membacanya seolah-olah menghidupkan kembali ruh keimanan dalam diri seorang Muslim.

2. Diampuni Dosa-Dosa

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa membaca Surat Yasin dengan niat ikhlas karena Allah dapat menjadi sebab diampuninya dosa-dosa. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barangsiapa membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni." Keutamaan ini memotivasi umat Islam untuk rutin membacanya, terutama di malam hari, sebagai sarana introspeksi diri dan memohon ampunan kepada Sang Pencipta atas segala khilaf dan dosa yang telah diperbuat.

3. Mempermudah Urusan dan Mengabulkan Hajat

Surat Yasin juga diyakini dapat menjadi wasilah (perantara) untuk mempermudah segala urusan dan terkabulnya hajat. Dengan membaca Surat Yasin, seorang hamba sedang memuji keagungan Allah, merenungi kekuasaan-Nya, dan mengakui kelemahannya. Dalam kondisi spiritual seperti ini, doa yang dipanjatkan menjadi lebih dekat untuk dikabulkan. Banyak umat Islam yang mengamalkan pembacaan Surat Yasin ketika menghadapi kesulitan, mencari solusi atas permasalahan, atau memiliki keinginan tertentu, dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik.

4. Memberikan Ketenangan Hati

Ayat-ayat dalam Surat Yasin memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa yang gelisah dan hati yang gundah. Ketika seseorang membaca dan merenungi kisah para rasul yang tegar menghadapi penolakan, melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang begitu teratur di alam semesta, dan diingatkan tentang kehidupan akhirat yang pasti, maka masalah-masalah duniawi akan terasa lebih kecil. Keyakinan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman kekuasaan Allah akan melahirkan rasa tawakal dan ketenangan yang mendalam.

5. Meringankan Sakaratul Maut

Salah satu amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah membacakan Surat Yasin di dekat orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Disebutkan dalam sebuah riwayat, "Bacakanlah Surat Yasin untuk orang-orang yang akan meninggal di antara kalian." Para ulama menjelaskan bahwa bacaan Surat Yasin dapat membantu meringankan proses keluarnya ruh, memberikan ketenangan kepada orang yang sedang naza', dan mengingatkannya pada Allah di saat-saat terakhir hidupnya. Kandungan surat ini yang berbicara tentang kebangkitan dan rahmat Allah diharapkan dapat memberikan harapan dan husnul khatimah (akhir yang baik) bagi almarhum.

6. Pahala Seperti Membaca Al-Qur'an Sepuluh Kali

Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa membaca Surat Yasin sekali pahalanya setara dengan membaca Al-Qur'an sebanyak sepuluh kali. Hadis ini memberikan motivasi yang sangat besar bagi umat Islam untuk tidak meninggalkan bacaan Surat Yasin dalam rutinitas ibadah harian atau mingguan mereka. Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama hadis mengenai status riwayat ini, semangat yang terkandung di dalamnya adalah untuk mendorong umat agar mencintai dan sering berinteraksi dengan surat yang mulia ini.

Dengan memahami berbagai keutamaan ini, membaca Surat Yasin tidak lagi menjadi sekadar ritual, melainkan sebuah ibadah yang penuh makna, harapan, dan sarat akan manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Ia menjadi sumber kekuatan spiritual, penawar kegelisahan, dan jembatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Surat Yasin adalah surat yang agung, sebuah ringkasan komprehensif dari pesan inti Al-Qur'an. Melalui ayat-ayatnya, kita diajak untuk memperkuat iman, merenungkan kebesaran ciptaan Allah, mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu, dan mempersiapkan diri untuk hari pertanggungjawaban. Membacanya dengan tartil, memahami maknanya, dan mengamalkan pesan-pesannya dalam kehidupan sehari-hari akan mendatangkan keberkahan, ketenangan, dan mendekatkan kita pada keridhaan Allah SWT.

🏠 Kembali ke Homepage