Surat Al-Waqiah: Pintu Rezeki dan Pengingat Hari Akhir

Dalam samudra hikmah Al-Qur'an, setiap surat memiliki keistimewaan dan cahaya tersendiri. Salah satu surat yang sering disebut sebagai wasilah pembuka pintu rezeki adalah Surat Al-Waqiah. Surat ke-56 dalam Al-Qur'an ini tidak hanya berbicara tentang kelimpahan materi, tetapi juga kelimpahan spiritual yang jauh lebih abadi. Ia adalah pengingat dahsyat tentang keniscayaan Hari Kiamat, pembeda antara golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang terdahulu beriman.

Ilustrasi gerbang rezeki yang terbuka dengan cahaya dan tunas tanaman Sebuah gerbang melengkung terbuka, memancarkan sinar dari dalamnya, dengan tunas tanaman yang tumbuh di bagian bawah, melambangkan harapan dan kelimpahan rezeki yang datang dari sumber ilahi.

Artikel ini akan menyajikan bacaan lengkap Surat Al-Waqiah dalam tulisan Arab, Latin, beserta artinya. Lebih dari itu, kita akan menyelami makna-makna mendalam di setiap ayatnya, memahami mengapa surat ini begitu erat kaitannya dengan rezeki, dan bagaimana cara kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih keberkahan, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Bacaan Lengkap Surat Al-Waqiah (Ayat 1-96)

Berikut adalah teks lengkap Surat Al-Waqiah yang terdiri dari 96 ayat, disajikan dengan tulisan Arab yang jelas, transliterasi Latin untuk membantu pelafalan, dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk memahami maknanya.

Ayat 1

اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ

Idzaa waqa'atil waaqi'ah. "Apabila terjadi hari Kiamat,"
Ayat 2

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ

Laisa liwaq'atihaa kaadzibah. "terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal)."
Ayat 3

خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ۙ

Khafidhatur raafi'ah. "(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain)."
Ayat 4

اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّا ۙ

Idzaa rujjatil ardhu rajjaa. "Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,"
Ayat 5

وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا ۙ

Wa bussatil jibaalu bassaa. "dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,"
Ayat 6

فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّا ۙ

Fakaanat habaa-am mumbatstsaa. "maka jadilah ia debu yang beterbangan,"
Ayat 7

وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ

Wa kuntum azwaajan tsalaatsah. "dan kamu menjadi tiga golongan."
Ayat 8

فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ

Fa ash-haabul maimanati maa ash-haabul maimanah. "Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu."
Ayat 9

وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ

Wa ash-haabul masy-amati maa ash-haabul masy-amah. "Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu."
Ayat 10

وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ

Wassabiquunas saabiquun. "Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga)."
Ayat 11

اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ

Ulaa-ikal muqarrabuun. "Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah)."
Ayat 12

فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ

Fii jannaatin na'iim. "Berada dalam surga kenikmatan."
Ayat 13

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Tsullatum minal awwaliin. "Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,"
Ayat 14

وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

Wa qaliilum minal aakhiriin. "dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian."
Ayat 15

عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ

'Alaa sururim maudhuunah. "Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata,"
Ayat 16

مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ

Muttaki-iina 'alaihaa mutaqaabiliin. "seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan."
Ayat 17

يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ

Yathuufu 'alaihim wildaanum mukhalladuun. "Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,"
Ayat 18

بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ

Bi-akwaabiw wa abaariqa wa ka'sim mim ma'iin. "dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,"
Ayat 19

لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ

Laa yushadda'uuna 'anhaa wa laa yunzifuun. "mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,"
Ayat 20

وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ

Wa faakihatim mimmaa yatakhayyaruun. "dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,"
Ayat 21

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ

Wa lahmi thairim mimmaa yasytahuun. "dan daging burung dari apa yang mereka inginkan."
Ayat 22

وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ

Wa huurun 'iin. "Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,"
Ayat 23

كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ

Ka-amtsaalil lu'lu'il maknuun. "laksana mutiara yang tersimpan baik."
Ayat 24

جَزَاۤءً ۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Jazaa-am bimaa kaanuu ya'maluun. "Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan."
Ayat 25

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ

Laa yasma'uuna fiihaa laghwaw wa laa ta'tsiimaa. "Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,"
Ayat 26

اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا

Illaa qiilan salaaman salaamaa. "akan tetapi mereka mendengar ucapan salam."
Ayat 27

وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِينِ ۗ

Wa ash-haabul yamiini maa ash-haabul yamiin. "Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu."
Ayat 28

فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ

Fii sidrim makhdhuud. "Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,"
Ayat 29

وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ

Wa thalhim mandhuud. "dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),"
Ayat 30

وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ

Wa dhillim mamduud. "dan naungan yang terbentang luas,"
Ayat 31

وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ

Wa maa-im maskuub. "dan air yang tercurah,"
Ayat 32

وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ

Wa faakihatin katsiirah. "dan buah-buahan yang banyak,"
Ayat 33

لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ

Laa maqthuu'atiw wa laa mamnuu'ah. "yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya,"
Ayat 34

وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Wa furusyim marfuu'ah. "dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk."
Ayat 35

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ

Innaa ansya'naahunna insyaa-aa. "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,"
Ayat 36

فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ

Faja'alnaahunna abkaaraa. "dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,"
Ayat 37

عُرُبًا اَتْرَابًاۙ

'Uruban atraabaa. "penuh cinta lagi sebaya umurnya,"
Ayat 38

لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Li-ash-haabil yamiin. "(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan."
Ayat 39

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Tsullatum minal awwaliin. "Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,"
Ayat 40

وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

Wa tsullatum minal aakhiriin. "dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian."
Ayat 41

وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِ ۗ

Wa ash-haabusy syimaali maa ash-haabusy syimaal. "Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu."
Ayat 42

فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ

Fii samuumiw wa hamiim. "Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang mendidih,"
Ayat 43

وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ

Wa dhillim miy yahmuum. "dan dalam naungan asap yang hitam."
Ayat 44

لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ

Laa baaridiw wa laa kariim. "Tidak sejuk dan tidak menyenangkan."
Ayat 45

اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ

Innahum kaanuu qabla dzaalika mutrafiin. "Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah."
Ayat 46

وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ

Wa kaanuu yushirruuna 'alal hintsul 'azhiim. "Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar."
Ayat 47

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ

Wa kaanuu yaquuluuna a-idzaa mitnaa wa kunnaa turaabaw wa 'idhaaman a-innaa lamab'uutsuun. "Dan mereka selalu mengatakan: 'Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?'"
Ayat 48

اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ

Awa aabaa-unal awwaluun. "'Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?'"
Ayat 49

قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ

Qul innal awwaliina wal aakhiriin. "Katakanlah: 'Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian,"
Ayat 50

لَمَجْمُوْعُوْنَ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ

Lamajmuu'uuna ilaa miiqaati yaumim ma'luum. "benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal."
Ayat 51

ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ

Tsumma innakum ayyuhadh dhaaalluunal mukadzdzibuun. "Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,"
Ayat 52

لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ

La aakiluuna min syajarim min zaqquum. "benar-benar akan memakan pohon zaqqum,"
Ayat 53

فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ

Famaali-uuna minhal buthuun. "dan akan memenuhi perutmu dengannya."
Ayat 54

فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ

Fasyaaribuuna 'alaihi minal hamiim. "Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas."
Ayat 55

فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ

Fasyaaribuuna syurbal hiim. "Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum."
Ayat 56

هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ

Haadzaa nuzuluhum yaumad diin. "Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan."
Ayat 57

نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ

Nahnu khalaqnaakum falaulaa tushaddiquun. "Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?"
Ayat 58

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ

Afara-aitum maa tumnuun. "Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan."
Ayat 59

ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ

A-antum takhluquunahuu am nahnul khaaliquun. "Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?"
Ayat 60

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ

Nahnu qaddarnaa bainakumul mauta wa maa nahnu bimasbuuqiin. "Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan,"
Ayat 61

عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

'Alaa an nubaddila amtsaalakum wa nunsyi-akum fii maa laa ta'lamuun. "untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu dan menciptakan kamu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui."
Ayat 62

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ

Wa laqad 'alimtumun nasy-atal uulaa falaulaa tadzakkaruun. "Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran?"
Ayat 63

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ

Afara-aitum maa tahrutsuun. "Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam."
Ayat 64

ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ

A-antum tazra'uunahuu am nahnuz zaari'uun. "Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?"
Ayat 65

لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَ

Lau nasyaa-u laja'alnaahu huthaaman fadhaltum tafakkahuun. "Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang."
Ayat 66

اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ

Innaa lamughramuun. "(sambil berkata): 'Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,"
Ayat 67

بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ

Bal nahnu mahruumuun. "bahkan kami tidak mendapat hasil apa-apa.'"
Ayat 68

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ

Afara-aitumul maa-alladzii tasyrabuun. "Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum."
Ayat 69

ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ

A-antum anzaltumuuhu minal muzni am nahnul munziluun. "Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya?"
Ayat 70

لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

Lau nasyaa-u ja'alnaahu ujaajan falaulaa tasykuruun. "Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?"
Ayat 71

اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ

Afara-aitumun naarallatii tuuruun. "Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan."
Ayat 72

ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ

A-antum ansya'tum syajaratahaa am nahnul munsyi-uun. "Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?"
Ayat 73

نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

Nahnu ja'alnaahaa tadzkirataw wa mataa'al lilmuqwiin. "Kami menjadikannya untuk peringatan dan untuk kegunaan bagi musafir di padang pasir."
Ayat 74

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ

Fasabbih bismi rabbikal 'azhiim. "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar."
Ayat 75

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ

Falaa uqsimu bimawaaqi'in nujuum. "Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang."
Ayat 76

وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ

Wa innahuu laqasamul lau ta'lamuuna 'azhiim. "Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui,"
Ayat 77

اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

Innahuu laqur-aanun kariim. "sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,"
Ayat 78

فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

Fii kitaabim maknuun. "pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),"
Ayat 79

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ

Laa yamassuhuu illal muthahharuun. "tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan."
Ayat 80

تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Tanziilum mir rabbil 'aalamiin. "Diturunkan dari Rabb semesta alam."
Ayat 81

اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ

Afabihaadzal hadiitsi antum mudhinuun. "Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?"
Ayat 82

وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ

Wa taj'aluuna rizqakum annakum tukadzdzibuun. "kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah)."
Ayat 83

فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ

Falaulaa idzaa balaghatil hulquum. "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,"
Ayat 84

وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ

Wa antum hiina-idzin tanzhuruun. "padahal kamu ketika itu melihat,"
Ayat 85

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

Wa nahnu aqrabu ilaihi minkum wa laakil laa tubshiruun. "dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu, tetapi kamu tidak melihat,"
Ayat 86

فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ

Falaulaa in kuntum ghaira madiiniin. "maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah),"
Ayat 87

تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Tarji'uunahaa in kuntum shaadiqiin. "kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?"
Ayat 88

فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ

Fa-ammaa in kaana minal muqarrabiin. "adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah),"
Ayat 89

فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ

Farauhuw wa raihanuw wa jannatu na'iim. "maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan."
Ayat 90

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ

Wa ammaa in kaana min ash-haabil yamiin. "Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,"
Ayat 91

فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Fasalaamul laka min ash-haabil yamiin. "maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan."
Ayat 92

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ

Wa ammaa in kaana minal mukadzdzibiinadh dhaaalliin. "Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,"
Ayat 93

فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ

Fanuzulum min hamiim. "maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,"
Ayat 94

وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ

Wa tashliyatu jahiim. "dan dibakar di dalam neraka."
Ayat 95

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ

Inna haadzaa lahuwa haqqul yaqiin. "Sesungguhnya (yang disebutkan) ini adalah suatu keyakinan yang benar."
Ayat 96

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ

Fasabbih bismi rabbikal 'azhiim. "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar."

Menyelami Makna Surat Al-Waqiah: Bukan Sekadar Surat Kekayaan

Surat Al-Waqiah, yang berarti "Hari Kiamat", secara tematik adalah surat yang sangat kuat dalam menggambarkan peristiwa akhir zaman. Memahaminya secara mendalam akan membuka wawasan kita tentang mengapa surat ini memiliki fadhilah atau keutamaan yang luar biasa, termasuk dalam hal rezeki.

Tema Utama 1: Kepastian Hari Kiamat dan Penggolongan Manusia

Surat ini dibuka dengan pernyataan tegas: "Apabila terjadi hari Kiamat, terjadinya tidak dapat didustakan." Ini adalah fondasi dari seluruh surat. Allah SWT menegaskan bahwa peristiwa ini adalah sebuah keniscayaan yang akan merendahkan orang-orang kafir dan meninggikan orang-orang beriman. Getaran dahsyatnya digambarkan dengan bumi yang berguncang hebat dan gunung-gunung yang luluh lantak menjadi debu.

Setelah itu, manusia dibagi menjadi tiga golongan utama:

Pembagian ini memberikan kita perspektif yang jelas tentang konsekuensi dari setiap pilihan hidup. Ini adalah motivasi terbesar untuk memilih jalan ketakwaan, jalan yang akan mengantarkan kita menjadi Ashabul Yamin atau bahkan, dengan izin Allah, As-Sabiqun.

Tema Utama 2: Bukti Kekuasaan Allah sebagai Sang Pencipta dan Pemberi Rezeki

Di bagian tengah surat, Allah SWT mengajak kita untuk merenung. Setelah menggambarkan akhirat, Allah membawa kita kembali ke dunia untuk melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya yang nyata, yang seringkali kita lupakan. Ini adalah bagian yang sangat relevan dengan tema rezeki.

"Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?" (QS. Al-Waqiah: 57)

Allah menantang akal manusia dengan empat pertanyaan fundamental:

  1. Penciptaan Manusia: "Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?" Allah mengingatkan kita pada asal mula kita yang hina, dari setetes mani yang tak berarti. Jika Allah mampu menciptakan kita dari ketiadaan, tentu sangat mudah bagi-Nya untuk membangkitkan kita kembali. Ini juga pengingat bahwa kehidupan itu sendiri adalah rezeki terbesar.
  2. Pertanian dan Tumbuh-tumbuhan: "Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?" Petani hanya menanam, tetapi Allah-lah yang menumbuhkan, memberi hujan, dan menyuburkan tanah. Rezeki pangan kita sepenuhnya berada dalam genggaman-Nya. Allah bisa saja menjadikannya kering dan gagal panen jika Dia berkehendak.
  3. Air Minum: "Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya?" Air, sumber kehidupan, adalah murni anugerah dari Allah. Dia bisa saja menjadikannya asin dan tak bisa diminum. Ini adalah pengingat untuk senantiasa bersyukur atas setiap tegukan air.
  4. Api: "Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?" Api yang kita gunakan untuk memasak dan menghangatkan diri berasal dari kayu yang diciptakan Allah. Allah menjadikannya sebagai pengingat (akan api neraka) dan manfaat bagi kehidupan dunia.

Keempat bukti ini secara langsung menegaskan bahwa Allah adalah Ar-Razzaq, Sang Maha Pemberi Rezeki. Semua yang kita nikmati—kehidupan, makanan, minuman, dan energi—berasal dari-Nya. Dengan merenungi ayat-ayat ini, hati kita akan dipenuhi dengan keyakinan bahwa sumber rezeki kita hanyalah Allah.

Tema Utama 3: Kemuliaan Al-Qur'an dan Keniscayaan Kematian

Bagian akhir surat ini kembali menegaskan kebenaran risalah. Allah bersumpah dengan posisi bintang-bintang—sebuah sumpah yang agung—bahwa Al-Qur'an adalah bacaan yang mulia, tersimpan dalam kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), dan hanya disentuh oleh mereka yang suci. Ini meninggikan status Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup yang absolut.

Kemudian, surat ini ditutup dengan pemandangan sakaratul maut. Sebuah realitas yang akan dihadapi setiap jiwa. "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu, tetapi kamu tidak melihat." Ini adalah momen di mana kekuasaan manusia sirna. Tidak ada yang bisa menahan atau mengembalikan ruh yang akan pergi. Ini adalah bukti final dari kekuasaan mutlak Allah atas kehidupan dan kematian.

Akhir surat kembali mengulang penggolongan tiga kelompok manusia, namun kali ini dalam konteks kondisi mereka saat wafat. Orang yang didekatkan (Al-Muqarrabun) akan mendapat ketenteraman, rezeki, dan surga. Golongan kanan (Ashabul Yamin) akan mendapat ucapan salam dan keselamatan. Sementara golongan pendusta (Al-Mukadzdzibin) akan disambut dengan air mendidih dan api neraka. Surat ini diakhiri dengan perintah untuk bertasbih, "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar."

Keutamaan Surat Al-Waqiah sebagai Pembuka Pintu Rezeki

Setelah memahami kandungan maknanya yang begitu dalam, kita bisa mulai mengerti mengapa Surat Al-Waqiah dikenal sebagai "surat kekayaan" atau "pembuka rezeki". Hubungannya tidak bersifat magis, melainkan kausalitas spiritual yang sangat logis dan berakar pada tauhid.

Salah satu landasan utamanya adalah hadis yang diriwayatkan, meskipun sebagian ulama memperdebatkan tingkat kesahihannya, namun maknanya sangat masyhur dan diamalkan oleh banyak kaum muslimin. Hadis tersebut menyatakan:

"Barangsiapa membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka dia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya."

Bagaimana membaca surat ini dapat menjauhkan dari kefakiran? Berikut adalah penjelasannya:

1. Menanamkan Tauhid Rezeki dan Tawakal

Inti dari Surat Al-Waqiah, terutama pada bagian pertengahan, adalah penegasan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber rezeki. Dengan rutin membacanya, kita terus-menerus diingatkan bahwa bukan atasan kita, bukan pelanggan kita, dan bukan kehebatan kita yang memberi rezeki. Semua itu hanyalah wasilah (perantara). Hakikatnya, Allah-lah yang menumbuhkan tanaman, menurunkan hujan, dan menciptakan segala sumber daya.

Keyakinan ini akan melahirkan sikap tawakal yang benar. Tawakal bukanlah pasrah tanpa usaha, melainkan berusaha sekuat tenaga dengan hati yang sepenuhnya bersandar kepada Allah. Orang yang memiliki tawakal yang kuat tidak akan pernah merasa takut miskin, karena ia tahu "gudang" rezeki Allah tidak akan pernah habis. Ketenangan batin inilah kekayaan yang sesungguhnya.

2. Mendorong Rasa Syukur yang Mendalam

Surat Al-Waqiah mengajak kita untuk merenungi nikmat-nikmat yang sering kita anggap sepele: air yang kita minum, makanan yang kita tanam, api yang kita gunakan. Ketika rasa syukur tumbuh subur di dalam hati, kita akan merasa cukup dan kaya dengan apa yang ada. Rasa syukur adalah magnet rezeki, sebagaimana janji Allah:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..." (QS. Ibrahim: 7)

Orang yang membaca Al-Waqiah setiap malam akan "dipaksa" untuk bersyukur setiap hari, dan ini adalah kunci untuk membuka pintu-pintu rezeki yang lebih luas.

3. Menjauhkan dari Sifat Cinta Dunia yang Berlebihan

Surat ini dibuka dan ditutup dengan gambaran Hari Kiamat yang dahsyat. Ini adalah pengingat bahwa dunia ini fana dan segala kemewahannya akan ditinggalkan. Dengan terus mengingat akhirat, hati kita tidak akan terlalu terikat pada dunia. Ini akan melindungi kita dari sifat tamak, serakah, dan kikir yang justru seringkali menutup pintu rezeki.

Orang yang fokus pada akhirat akan menjadikan dunia sebagai ladang amal. Ia akan bekerja untuk mencari nafkah yang halal, namun tujuannya bukan untuk menumpuk harta, melainkan untuk ibadah. Paradigma inilah yang membuat rezekinya berkah dan dicukupkan oleh Allah.

4. Memberikan Motivasi Spiritual untuk Berikhtiar

Dengan memahami balasan luar biasa bagi Ashabul Yamin dan As-Sabiqun, kita termotivasi untuk menjadi bagian dari mereka. Menjadi bagian dari mereka berarti melakukan amal saleh, dan salah satu amal saleh yang paling utama adalah bekerja mencari nafkah yang halal untuk diri sendiri dan keluarga. Membaca Al-Waqiah memberikan energi spiritual untuk tidak malas, untuk terus berusaha, dan untuk bekerja dengan etos kerja Islami: jujur, amanah, dan profesional.

Cara Mengamalkan Surat Al-Waqiah

Untuk mendapatkan keutamaan dari Surat Al-Waqiah, tentu tidak cukup hanya membacanya tanpa perenungan. Berikut adalah beberapa adab dan cara untuk mengamalkannya:

🏠 Kembali ke Homepage