Menggapai Berkah Pagi: Panduan Surat Setelah Sholat Dhuha

Sholat Dhuha adalah permata di waktu pagi, sebuah ibadah sunnah yang menyimpan lautan keutamaan. Ia adalah wujud syukur seorang hamba atas nikmat pagi yang diberikan Allah SWT, saat matahari mulai menghangatkan bumi. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk tidak meninggalkan sholat ini, menggambarkannya sebagai sedekah bagi setiap sendi dalam tubuh. Namun, keindahan Dhuha tidak berhenti pada gerakan sholatnya saja. Momen setelah salam adalah waktu yang mustajab, di mana langit terbuka lebar untuk menerima untaian dzikir dan doa. Membaca surat-surat pilihan Al-Qur'an setelah Sholat Dhuha menjadi penyempurna ibadah, jembatan yang menghubungkan hati dengan Sang Pencipta, serta kunci untuk membuka pintu-pintu rezeki dan ampunan.

Amalan setelah sholat, terutama membaca ayat-ayat suci, adalah tradisi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini berfungsi untuk menenangkan jiwa, merenungi kebesaran Allah, dan memperkuat hubungan spiritual. Untuk Sholat Dhuha, ada beberapa surat yang secara khusus dianjurkan oleh para ulama berdasarkan makna dan kandungannya yang selaras dengan spirit waktu Dhuha itu sendiri. Waktu Dhuha adalah waktu optimisme, harapan, dan awal dari perjuangan mencari karunia Allah. Oleh karena itu, surat-surat yang dibaca setelahnya seringkali berbicara tentang kebesaran ciptaan-Nya, jaminan dari-Nya, dan pentingnya bersyukur. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang surat-surat yang dianjurkan untuk dibaca setelah Sholat Dhuha, lengkap dengan tafsir dan hikmah yang terkandung di dalamnya, agar ibadah kita menjadi lebih khusyuk, bermakna, dan penuh berkah.

Surah Asy-Syams: Sumpah Agung Tentang Penyucian Jiwa

Salah satu surat yang sangat dianjurkan untuk dibaca setelah Sholat Dhuha adalah Surah Asy-Syams (Matahari). Surat ke-91 dalam Al-Qur'an ini memiliki kaitan erat dengan waktu pagi. Nama "Asy-Syams" yang berarti matahari, dan sumpah-sumpah Allah di awal surat yang menyebut berbagai fenomena alam, termasuk waktu Dhuha (demi matahari dan cahayanya di pagi hari), menjadikannya bacaan yang sangat relevan. Surat ini bukan sekadar deskripsi keindahan alam, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang dualisme dalam jiwa manusia: potensi untuk menjadi suci (taqwa) dan potensi untuk terjerumus dalam keburukan (fujur).

Bacaan dan Tafsir Mendalam Surah Asy-Syams

Mari kita selami makna setiap ayat dari surah yang agung ini.

وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَا (1) وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَا (2) وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَا (3) وَاللَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَا (4) وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَا (5) وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَا (6) وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَا (7) فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَا (8) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَا (10)
1. Wasy-syamsi wa ḍuḥāhā.
2. Wal-qamari iżā talāhā.
3. Wan-nahāri iżā jallāhā.
4. Wal-laili iżā yagsyāhā.
5. Was-samā'i wa mā banāhā.
6. Wal-arḍi wa mā ṭaḥāhā.
7. Wa nafsiw wa mā sawwāhā.
8. Fa alhamahā fujūrahā wa taqwāhā.
9. Qad aflaḥa man zakkāhā.
10. Wa qad khāba man dassāhā.

"1. Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,
2. demi bulan apabila mengiringinya,
3. demi siang apabila menampakkannya,
4. demi malam apabila menutupinya,
5. demi langit serta pembinaannya,
6. demi bumi serta penghamparannya,
7. dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
9. sungguh beruntunglah orang yang menyucikannya (jiwa itu),
10. dan sungguh rugilah orang yang mengotorinya."

Tadabbur Ayat per Ayat Surah Asy-Syams

Ayat 1-6: Sumpah Demi Ciptaan yang Agung. Allah SWT memulai surah ini dengan serangkaian sumpah (qasam) yang luar biasa. Dia bersumpah demi matahari dan cahaya paginya (waktu Dhuha), demi bulan yang mengikutinya, demi siang yang terang benderang, dan demi malam yang gelap gulita. Ini adalah penegasan akan keteraturan alam semesta yang sempurna. Matahari, bulan, siang, dan malam adalah tanda-tanda kebesaran-Nya yang paling mudah kita saksikan. Sumpah ini mengajak kita untuk merenung: Dzat yang mampu menciptakan dan mengatur sistem kosmik yang begitu presisi, tentulah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kemudian, Allah melanjutkan sumpahnya demi langit dan pembinaannya yang kokoh, serta bumi dan penghamparannya yang luas. Ini adalah pengingat bahwa alam semesta ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil karya Pencipta yang Maha Sempurna.

Ayat 7-8: Fokus Pada Ciptaan Terpenting: Jiwa Manusia. Setelah mengajak kita memandang kebesaran ciptaan di alam semesta, Allah membawa fokus kita kepada ciptaan yang lebih kompleks dan penting: jiwa manusia. "Wa nafsiw wa mā sawwāhā" (dan demi jiwa serta penyempurnaannya). Allah menciptakan jiwa manusia dalam bentuk yang paling sempurna, seimbang, dan memiliki potensi luar biasa. Lalu, pada ayat ke-8, Allah menjelaskan inti dari kesempurnaan ciptaan jiwa itu: "Fa alhamahā fujūrahā wa taqwāhā" (maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya). Ini adalah ayat kunci. Allah memberikan setiap manusia pemahaman dasar tentang apa itu baik (taqwa) dan apa itu buruk (fujur). Hati nurani kita, atau fitrah, secara inheren mampu mengenali kebenaran dan kebatilan. Ini berarti, manusia diberi pilihan bebas dan tanggung jawab penuh atas pilihannya.

Ayat 9-10: Konsekuensi dari Pilihan. Inilah inti pesan dari seluruh sumpah sebelumnya. Setelah menegaskan kebesaran-Nya dan potensi yang Dia berikan pada jiwa manusia, Allah menyatakan konsekuensinya. "Qad aflaḥa man zakkāhā" (sungguh beruntunglah orang yang menyucikannya). Keberuntungan sejati, kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat, hanya bisa diraih oleh mereka yang aktif berjuang untuk menyucikan jiwanya. Proses penyucian ini (tazkiyatun nafs) dilakukan dengan iman, amal shalih, dzikir, taubat, dan menjauhi maksiat. Sholat Dhuha adalah salah satu sarana untuk menyucikan jiwa. Sebaliknya, "Wa qad khāba man dassāhā" (dan sungguh rugilah orang yang mengotorinya). Kerugian terbesar adalah bagi mereka yang membiarkan jiwanya terkubur dalam lumpur dosa, mengabaikan fitrahnya, dan mengikuti hawa nafsunya. Mereka mengotori potensi suci yang telah Allah anugerahkan.

Membaca Surah Asy-Syams setelah Sholat Dhuha adalah seperti melakukan afirmasi spiritual. Setelah kita bersedekah untuk setiap sendi tubuh kita melalui sholat, kita kemudian diingatkan tentang perjuangan terbesar dalam hidup: perjuangan menyucikan jiwa. Ini adalah momen introspeksi, memohon kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk senantiasa memilih jalan takwa dan dijauhkan dari jalan fujur.

Surah Ad-Dhuha: Cahaya Harapan di Tengah Kegelapan

Jika ada surat yang paling identik dengan sholat ini, maka itulah Surah Ad-Dhuha. Namanya sendiri berarti "Waktu Dhuha". Surat ke-93 ini diturunkan dalam periode ketika Nabi Muhammad SAW sedang merasakan kesedihan yang mendalam. Wahyu sempat terhenti untuk beberapa waktu, dan kaum kafir Quraisy mengejek beliau dengan mengatakan bahwa Tuhannya telah meninggalkannya. Di tengah kegelisahan itulah, turun surah ini sebagai penghiburan, peneguhan, dan pengingat akan nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga. Membacanya setelah Sholat Dhuha seolah-olah membawa kembali pesan cinta dan jaminan dari Allah kepada kita, para hamba-Nya.

Bacaan dan Tafsir Mendalam Surah Ad-Dhuha

وَالضُّحٰى (1) وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰى (2) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰى (3) وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰى (4) وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰى (5) اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰى (6) وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰى (7) وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰى (8) فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ (9) وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ (10) وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)
1. Waḍ-ḍuḥā.
2. Wal-laili iżā sajā.
3. Mā wadda‘aka rabbuka wa mā qalā.
4. Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ūlā.
5. Wa lasaufa yu‘ṭīka rabbuka fa tarḍā.
6. Alam yajidka yatīman fa āwā.
7. Wa wajadaka ḍāllan fa hadā.
8. Wa wajadaka ‘ā'ilan fa agnā.
9. Fa ammal-yatīma falā taqhar.
10. Wa ammas-sā'ila falā tanhar.
11. Wa ammā bini‘mati rabbika fa ḥaddiṡ.

"1. Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah),
2. dan demi malam apabila telah sunyi,
3. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,
4. dan sungguh, yang kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu dari yang permulaan (dunia).
5. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9. Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
10. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik.
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."

Tadabbur Ayat per Ayat Surah Ad-Dhuha

Ayat 1-3: Penegasan Cinta Allah. Allah kembali memulai dengan sumpah, "Demi waktu dhuha" dan "demi malam apabila telah sunyi." Waktu Dhuha melambangkan cahaya, harapan, dan permulaan. Malam yang sunyi melambangkan ketenangan dan istirahat. Allah seakan berkata, sebagaimana Dia mengatur pergantian siang dan malam, Dia juga mengatur urusan hamba-Nya. Lalu datanglah jawaban atas keresahan Nabi: "Mā wadda‘aka rabbuka wa mā qalā" (Tuhanmu tidak meninggalkan engkau dan tidak pula membencimu). Ini adalah kalimat yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Sebuah jaminan langsung dari Allah bahwa Dia tidak pernah meninggalkan hamba yang dikasihi-Nya, bahkan di saat-saat terasa paling sulit sekalipun. Ini adalah pesan universal bagi kita semua: di tengah ujian hidup, Allah tidak pernah meninggalkan kita.

Ayat 4-5: Janji Masa Depan yang Gemilang. Allah tidak hanya menenangkan hati Nabi untuk saat itu, tetapi juga memberikan janji yang agung untuk masa depan. "Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ūlā" (dan sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu dari dunia). Ini adalah pengingat tentang hakikat kehidupan, bahwa tujuan akhir kita adalah kebahagiaan abadi di akhirat. Dunia hanyalah persinggahan. Kemudian, janji yang lebih spesifik, "Wa lasaufa yu‘ṭīka rabbuka fa tarḍā" (Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas). Allah berjanji akan memberikan nikmat yang begitu besar kepada Nabi Muhammad SAW hingga beliau benar-benar ridha dan puas. Janji ini mencakup kemenangan di dunia dan kedudukan mulia di akhirat. Bagi kita, ayat ini adalah sumber optimisme, bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan, dan karunia Allah akan datang pada waktu yang tepat hingga hati kita merasa puas.

Ayat 6-8: Mengingat Nikmat Masa Lalu. Untuk menguatkan janji masa depan, Allah mengajak Nabi (dan kita) untuk melihat ke belakang, mengingat pertolongan-Nya di masa lalu. "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" Mengingatkan Nabi akan masa kecilnya yang yatim piatu, namun Allah selalu melindunginya. "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." Sebelum kenabian, Nabi berada dalam kebingungan mencari kebenaran, lalu Allah memberinya petunjuk berupa wahyu. "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan." Mengingatkan kondisi ekonomi Nabi sebelumnya, lalu Allah memberinya kecukupan melalui pernikahan dengan Khadijah dan perniagaan. Tiga ayat ini adalah metode ilahiah untuk membangkitkan rasa syukur: ingatlah di mana engkau berada sebelumnya, dan lihatlah di mana engkau sekarang berkat pertolongan Allah.

Ayat 9-11: Konsekuensi dari Rasa Syukur. Setelah mengingatkan nikmat-nikmat-Nya, Allah memberikan tiga perintah sebagai wujud nyata dari rasa syukur. Pertama, "Fa ammal-yatīma falā taqhar" (Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang). Karena engkau pernah merasakan menjadi yatim, maka muliakanlah anak yatim. Kedua, "Wa ammas-sā'ila falā tanhar" (Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik). Karena engkau pernah bingung dan membutuhkan petunjuk, maka janganlah menolak orang yang datang meminta (baik meminta ilmu, bantuan, maupun harta). Ketiga, dan ini adalah puncaknya, "Wa ammā bini‘mati rabbika fa ḥaddiṡ" (Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau nyatakan). Menyatakan nikmat Allah (tahadduts bin ni'mah) bisa dalam bentuk lisan dengan mengucap "Alhamdulillah", dalam bentuk hati dengan meyakini semua datang dari Allah, dan dalam bentuk perbuatan dengan menggunakan nikmat tersebut di jalan yang Allah ridhai. Sholat Dhuha itu sendiri adalah salah satu cara terbaik untuk "menyatakan nikmat" di pagi hari.

Bacaan Pendek Lainnya yang Menyempurnakan

Selain dua surat utama di atas, para ulama juga menyarankan untuk melengkapi wirid setelah Sholat Dhuha dengan beberapa surat pendek dan ayat pilihan yang memiliki fadhilah besar. Ini dilakukan untuk menambah kekhusyukan dan keberkahan.

Ayat Kursi: Penjaga dan Singgasana Keagungan

Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255) adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an. Membacanya setelah sholat, termasuk Sholat Dhuha, akan mendatangkan perlindungan dari Allah SWT. Ayat ini berisi deskripsi yang paling lengkap tentang sifat-sifat Allah: Dia Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, tidak pernah mengantuk atau tidur. Kepunyaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang bisa memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Ilmu-Nya meliputi masa lalu dan masa depan, dan manusia hanya mengetahui sebagian kecil dari ilmu-Nya. Kursi (singgasana)-Nya meliputi langit dan bumi, dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Merenungkan setiap kalimat dalam Ayat Kursi akan menanamkan rasa takjub dan tawakkal yang mendalam di dalam hati, meyakini bahwa segala urusan kita berada dalam genggaman Dzat Yang Maha Perkasa.

Surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlas: Penegasan Tauhid

Membaca Surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlas juga merupakan praktik yang baik. Surah Al-Kafirun adalah pernyataan tegas tentang prinsip tauhid dan batas toleransi dalam akidah. Ia mengajarkan kita untuk kokoh pada keyakinan kita tanpa mencampuradukkan dengan keyakinan lain ("Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku"). Sementara Surah Al-Ikhlas, yang nilainya setara dengan sepertiga Al-Qur'an, adalah intisari dari ajaran Islam: pemurnian keesaan Allah. Ia menolak segala bentuk syirik, baik dalam bentuk menyekutukan Dzat-Nya, sifat-Nya, maupun peribadatan kepada-Nya. Membaca kedua surat ini adalah cara untuk memperbaharui ikrar tauhid kita setiap pagi.

Doa Ma'tsur Setelah Sholat Dhuha

Setelah selesai berdzikir dan membaca surat-surat Al-Qur'an, amalan ditutup dengan memanjatkan doa khusus Sholat Dhuha. Doa ini sangat indah, berisi pengakuan total atas kekuasaan Allah dan permohonan yang tulus akan karunia-Nya. Berikut adalah bacaan doa tersebut:

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِى اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allāhumma innad-ḍuḥā'a ḍuḥā'uka, wal-bahā'a bahā'uka, wal-jamāla jamāluka, wal-quwwata quwwatuka, wal-qudrata qudratuka, wal-‘iṣmata ‘iṣmatuka. Allāhumma in kāna rizqī fis-samā'i fa anzilhu, wa in kāna fil-arḍi fa akhrijhu, wa in kāna mu‘siran fa yassirhu, wa in kāna ḥarāman fa ṭahhirhu, wa in kāna ba‘īdan fa qarribhu, biḥaqqi ḍuḥā'ika wa bahā'ika wa jamālika wa quwwatika wa qudratika, ātinī mā ātaita ‘ibādakas-ṣāliḥīn.

"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku ada di langit, maka turunkanlah; jika ada di bumi, maka keluarkanlah; jika sukar, maka mudahkanlah; jika haram, maka sucikanlah; jika jauh, maka dekatkanlah, dengan hak waktu dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."

Makna Mendalam Doa Dhuha

Doa ini dimulai dengan sebuah pengakuan total. Kita mengakui bahwa segala hal yang kita lihat dan rasakan—cahaya Dhuha, keindahan alam, kekuatan yang kita miliki—semuanya adalah milik Allah semata. Ini adalah bentuk tauhid yang mendalam, menafikan kepemilikan hakiki dari diri sendiri dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta. Setelah pengakuan ini, barulah kita memohon. Permohonan rezeki dalam doa ini sangat komprehensif. Kita meminta agar rezeki yang "di langit" (yang belum terlihat, yang masih dalam rencana Allah) diturunkan, dan yang "di bumi" (yang sudah ada di sekitar kita tapi belum kita dapatkan) dikeluarkan. Kita memohon kemudahan untuk rezeki yang sulit, kesucian untuk rezeki yang syubhat atau haram, dan kedekatan untuk rezeki yang terasa jauh. Puncak permohonan ini adalah kita bertawassul dengan sifat-sifat Allah yang agung, memohon agar diberikan karunia sebagaimana yang Dia berikan kepada para hamba-Nya yang shalih. Ini adalah adab berdoa yang luar biasa: memuji, mengakui, lalu memohon dengan penuh kerendahan hati.

Kesimpulan: Merutinkan Ibadah Penuh Berkah

Sholat Dhuha beserta rangkaian dzikir, bacaan surat, dan doa setelahnya adalah sebuah paket ibadah yang lengkap. Ia bukan sekadar ritual, melainkan sebuah dialog spiritual yang intens di waktu pagi yang penuh berkah. Dimulai dengan sholat sebagai wujud syukur fisik, dilanjutkan dengan merenungi Surah Asy-Syams yang mengingatkan kita akan perjuangan menyucikan jiwa. Kemudian, kita dihibur dan diberi harapan oleh Surah Ad-Dhuha, yang menegaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan selalu menyediakan jalan keluar. Diperkuat dengan Ayat Kursi sebagai benteng perlindungan, dan ditutup dengan doa yang penuh pengakuan dan permohonan.

Merutinkan amalan ini dengan istiqamah akan membawa perubahan besar dalam hidup. Hati akan menjadi lebih tenang, jiwa lebih optimis, dan pintu-pintu rezeki akan terbuka dari arah yang tidak disangka-sangka, sebagaimana janji Allah. Ini adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan setiap pagi—investasi untuk kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk senantiasa mendirikan Sholat Dhuha dan menyempurnakannya dengan bacaan-bacaan yang telah dianjurkan. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage