Membedah Makna dan Praktik Surat Qunut dalam Ibadah
Dalam khazanah ibadah umat Islam, shalat menempati posisi sentral sebagai tiang agama. Di dalam shalat, terdapat berbagai bacaan dan gerakan yang sarat akan makna, salah satunya adalah doa qunut. Istilah "surat qunut" sering kali digunakan oleh masyarakat awam untuk merujuk pada doa khusus ini, meskipun secara terminologi ia adalah sebuah doa, bukan surah dari Al-Qur'an. Doa ini menjadi salah satu topik diskusi yang kaya dalam fiqih Islam, dengan berbagai pandangan ulama mengenai hukum dan waktu pelaksanaannya. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk doa qunut, mulai dari pengertian, bacaan lengkap, makna mendalam di setiap kalimatnya, jenis-jenisnya, hingga pandangan mazhab-mazhab besar dalam Islam.
Pengertian dan Esensi Doa Qunut
Untuk memahami doa qunut secara utuh, penting untuk menelisik maknanya dari dua sisi: bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi fiqih).
Makna Secara Bahasa
Kata "Qunut" (القنوت) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna inti yang saling berkaitan. Para ahli bahasa menyebutkan bahwa qunut bisa berarti:
- Ketaatan (الطاعة): Ini adalah makna yang paling umum. Qunut merepresentasikan kepatuhan dan ketundukan seorang hamba kepada Allah SWT.
- Berdiri Lama (طول القيام): Qunut juga diartikan sebagai memanjangkan waktu berdiri dalam shalat, yang menunjukkan kekhusyukan dan keseriusan dalam beribadah.
- Diam (السكوت): Makna ini merujuk pada sikap diam yang penuh hormat dan konsentrasi saat menghadap Sang Pencipta.
- Doa (الدعاء): Makna inilah yang paling populer dan relevan dalam konteks pembahasan kita, yaitu doa yang dipanjatkan dalam shalat pada waktu tertentu.
Dari ragam makna ini, kita dapat menarik benang merah bahwa qunut adalah manifestasi dari ketaatan seorang hamba yang diekspresikan melalui doa khusyuk saat berdiri dalam shalat.
Makna Secara Istilah Fiqih
Dalam terminologi ilmu fiqih, doa qunut adalah doa spesifik yang dibaca pada saat posisi i'tidal (berdiri setelah ruku') pada rakaat terakhir dari shalat tertentu. Pelaksanaannya memiliki aturan dan waktu yang telah dibahas secara rinci oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil dari hadis Nabi Muhammad SAW.
Esensi dari doa qunut adalah permohonan total kepada Allah SWT. Isinya mencakup permintaan akan petunjuk, kesehatan, perlindungan, keberkahan, dan penjagaan dari segala takdir buruk. Ini adalah momen intim di mana seorang Muslim mengakui kelemahannya dan menyerahkan segala urusannya kepada kekuatan dan kebijaksanaan Allah Yang Maha Kuasa.
Bacaan Lengkap Surat Qunut Beserta Maknanya
Berikut adalah bacaan doa qunut yang paling masyhur, yang diriwayatkan diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma. Disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan bahasa Indonesia untuk kemudahan pemahaman.
Transliterasi Latin
"Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit, falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam."
Terjemahan Bahasa Indonesia
"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari keburukan takdir yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan takdir dan bukan Engkau yang ditetapkan takdirnya. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mulah segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."
Membedah Makna Setiap Kalimat Doa Qunut
Untuk meresapi kedalaman doa ini, mari kita bedah makna dari setiap penggalan kalimatnya:
"Allahummahdinii fiiman hadaiit" (Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk)
Ini adalah permohonan paling fundamental. Kita meminta hidayah, bukan hanya hidayah untuk memeluk Islam, tetapi hidayah dalam setiap aspek kehidupan. Hidayah untuk memilih yang benar, hidayah dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Kita meminta untuk digolongkan bersama para nabi, orang-orang shalih, dan hamba-hamba pilihan yang telah lurus jalannya.
"Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit" (Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan)
Permohonan 'afiyah (kesehatan atau keselamatan) di sini sangat luas. Bukan hanya kesehatan fisik dari penyakit, tetapi juga kesehatan rohani dari keraguan dan syahwat, kesehatan akal dari pemikiran sesat, serta keselamatan dari segala musibah dan fitnah di dunia dan akhirat.
"Wa tawallanii fiiman tawallaiit" (Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin)
Kalimat ini mengandung makna penyerahan diri total. Kita meminta agar Allah menjadi Al-Wali kita, yaitu Dzat yang mengurus, melindungi, menolong, dan mencintai kita. Ketika Allah menjadi pelindung, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencelakai kita.
"Wa baarik lii fiimaa a'thaiit" (Berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku)
Kita memohon barakah (keberkahan) atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Barakah berarti "bertambahnya kebaikan". Harta yang berkah adalah harta yang sedikit tapi mencukupi dan membawa manfaat. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan. Waktu yang berkah adalah waktu yang terisi dengan ketaatan.
"Wa qinii syarra maa qadhaiit" (Dan peliharalah aku dari keburukan takdir yang telah Engkau tetapkan)
Ini adalah bentuk adab seorang hamba dalam beriman kepada takdir (qadha dan qadar). Kita meyakini bahwa semua takdir Allah itu baik dalam hikmah-Nya, namun dari sudut pandang kita sebagai manusia, ada takdir yang terasa buruk seperti sakit, kehilangan, atau bencana. Kita memohon kepada Allah untuk dilindungi dari dampak buruk takdir tersebut dan diberi kekuatan untuk menghadapinya.
"Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik" (Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan takdir dan bukan Engkau yang ditetapkan takdirnya)
Ini adalah kalimat penegasan akan kekuasaan absolut Allah. Allah adalah Sang Penentu, yang hukum-Nya berlaku mutlak, dan tidak ada satu pun yang bisa menentukan atau menghakimi-Nya. Ini menguatkan tauhid dan kebergantungan kita hanya kepada-Nya.
"Wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit" (Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi)
Kalimat ini menegaskan bahwa kemuliaan dan kehinaan sejati hanya bersumber dari Allah. Siapa pun yang berada di bawah perlindungan-Nya tidak akan pernah terhina. Sebaliknya, siapa pun yang menjadi musuh-Nya, tidak akan pernah meraih kemuliaan hakiki, meskipun ia dipuja-puji oleh seluruh dunia.
"Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit" (Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau)
Sebuah pujian dan pengagungan yang sempurna kepada Allah. Mengakui bahwa Allah Maha Suci dari segala kekurangan dan Maha Tinggi dari segala sesuatu.
Bagian akhir dari doa ini (mulai dari "Falakal hamdu...") merupakan tambahan yang dianjurkan oleh sebagian ulama sebagai penyempurna doa, berisi pujian, istighfar, dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Jenis-jenis Doa Qunut dan Waktu Pelaksanaannya
Dalam praktik fiqih, doa qunut tidak hanya satu jenis. Para ulama membaginya menjadi tiga kategori utama berdasarkan waktu dan sebab pelaksanaannya.
1. Qunut Subuh
Ini adalah jenis qunut yang paling sering menjadi topik diskusi. Qunut Subuh adalah doa qunut yang dibaca secara rutin pada rakaat kedua shalat Subuh, setelah bangkit dari ruku' (i'tidal).
Hukum pelaksanaannya menjadi salah satu titik perbedaan pendapat (khilafiyah) di antara para ulama mazhab. Perbedaan ini lahir dari interpretasi yang berbeda terhadap hadis-hadis yang ada. Sebagian ulama berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW melakukannya secara terus-menerus hingga akhir hayat beliau, sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa praktik tersebut hanya bersifat sementara.
2. Qunut Witir
Qunut Witir adalah doa qunut yang dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir. Mengenai pelaksanaannya, juga terdapat perbedaan pendapat. Pendapat yang paling populer adalah melaksanakannya pada separuh terakhir bulan Ramadhan. Ini didasarkan pada praktik beberapa sahabat Nabi dan generasi setelahnya (tabi'in). Namun, ada juga ulama yang berpendapat boleh dilakukan sepanjang tahun dalam shalat Witir, dan ada pula yang berpendapat tidak disyariatkan sama sekali.
3. Qunut Nazilah
Qunut Nazilah memiliki kekhususan tersendiri. "Nazilah" berarti "musibah besar yang menimpa". Jadi, Qunut Nazilah adalah doa qunut yang dibaca ketika umat Islam sedang menghadapi bencana, wabah penyakit, peperangan, penindasan, atau malapetaka besar lainnya. Tujuannya adalah untuk memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT dari musibah tersebut.
Qunut Nazilah memiliki dasar yang sangat kuat dari sunnah Nabi. Beliau pernah melaksanakan Qunut Nazilah selama sebulan penuh untuk mendoakan keburukan bagi kabilah-kabilah yang telah berkhianat dan membunuh para sahabat penghafal Al-Qur'an di Bi'r Ma'unah. Berbeda dengan qunut Subuh atau Witir, para ulama hampir sepakat (ijma') mengenai disyariatkannya Qunut Nazilah. Ia bisa dibaca pada setiap shalat fardhu lima waktu, terutama pada rakaat terakhir setelah i'tidal. Isi doanya pun bisa disesuaikan dengan kondisi musibah yang sedang terjadi.
Tata Cara Pelaksanaan Doa Qunut
Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai hukumnya, tata cara pelaksanaan doa qunut bagi yang mengamalkannya relatif seragam. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Posisi: Doa qunut dibaca pada rakaat terakhir sebuah shalat, setelah bangkit dari ruku' dan membaca "Sami'allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd" (posisi i'tidal).
- Mengangkat Tangan: Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan saat membaca doa qunut, setinggi dada dengan telapak tangan terbuka menghadap ke langit, sebagaimana posisi berdoa pada umumnya.
- Suara Imam: Jika shalat berjamaah dan shalat tersebut adalah shalat yang bacaannya dikeraskan (jahr) seperti Subuh, maka imam membaca doa qunut dengan suara yang dapat didengar oleh makmum.
- Makmum Mengaminkan: Makmum yang berada di belakang imam tidak ikut membaca doa, melainkan cukup mengaminkan ("Aamiin") setiap penggalan doa yang dibacakan oleh imam.
- Bagian Pujian: Ketika imam sampai pada bagian pujian (mulai dari "Fa innaka taqdhii..."), terdapat perbedaan pandangan. Sebagian ulama berpendapat makmum tetap diam, sebagian lain menganjurkan makmum ikut membaca bagian pujian ini dengan suara lirih, dan ada juga yang berpendapat tetap mengaminkan. Praktik yang paling umum adalah diam atau ikut membaca secara lirih.
- Setelah Selesai: Setelah selesai membaca doa qunut, tidak ada anjuran khusus untuk mengusap wajah dengan kedua tangan. Kemudian, langsung melanjutkan gerakan shalat berikutnya, yaitu sujud.
Hukum Surat Qunut Menurut Empat Mazhab
Perbedaan pendapat mengenai hukum doa qunut adalah contoh nyata dari kekayaan dan dinamika intelektual dalam fiqih Islam. Ini bukanlah sebuah perpecahan, melainkan rahmat yang menunjukkan keluasan syariat. Berikut adalah ringkasan pandangan empat mazhab besar Sunni:
1. Mazhab Syafi'i
Menurut mazhab Syafi'i, membaca doa qunut pada rakaat kedua shalat Subuh adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Meninggalkannya secara sengaja dianggap makruh, dan jika terlupa, dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam. Dalil utama mereka adalah hadis dari Anas bin Malik yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh sampai beliau wafat. Mazhab Syafi'i juga mensunnahkan qunut pada shalat Witir di separuh akhir bulan Ramadhan.
2. Mazhab Maliki
Pandangan mazhab Maliki mirip dengan Syafi'i, yaitu menganggap qunut Subuh sebagai sunnah atau mandub (dianjurkan). Namun, mereka memiliki kekhasan, yaitu menganjurkan agar doa qunut dibaca dengan suara pelan (sirr) meskipun dalam shalat Subuh yang jahr, dan dibaca sebelum ruku' setelah selesai membaca surah. Ini berbeda dengan mayoritas yang membacanya setelah ruku'.
3. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi berpandangan bahwa doa qunut tidak disyariatkan dalam shalat Subuh. Mereka berpendapat bahwa praktik qunut Subuh yang dilakukan Nabi bersifat sementara dan kemudian ditinggalkan. Dalil mereka adalah hadis dari beberapa sahabat yang menyatakan bahwa qunut Subuh adalah amalan yang baru (bid'ah). Namun, mereka sangat menganjurkan qunut dalam shalat Witir, bahkan menganggapnya sebagai bagian dari wajib shalat Witir yang dilakukan sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Ramadhan. Qunut Witir versi mazhab Hanafi dibaca sebelum ruku'.
4. Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali sejalan dengan mazhab Hanafi dalam hal qunut Subuh, yaitu berpendapat bahwa hal itu tidak disyariatkan. Mereka juga meyakini bahwa praktik tersebut telah ditinggalkan oleh Nabi. Akan tetapi, mereka sepakat penuh mengenai disyariatkannya Qunut Nazilah ketika ada musibah besar menimpa kaum muslimin. Untuk qunut Witir, mereka berpendapat itu disunnahkan, tetapi dilakukan setelah ruku', mirip dengan pandangan mazhab Syafi'i.
Penting untuk dipahami bahwa perbedaan ini bersumber dari dalil dan metode istinbath (pengambilan hukum) yang berbeda. Sikap seorang muslim adalah menghormati semua pandangan ini dan mengikuti mazhab yang diyakininya atau yang umum di lingkungannya, tanpa mencela atau menyalahkan mereka yang memiliki praktik berbeda.
Hikmah dan Keutamaan Membaca Doa Qunut
Terlepas dari perbedaan hukumnya, doa qunut mengandung banyak hikmah dan keutamaan bagi mereka yang mengamalkannya. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog spiritual yang mendalam.
- Bentuk Kepasrahan Total: Setiap kalimat dalam surat qunut adalah pengakuan akan kelemahan diri dan keagungan Allah. Ini melatih jiwa untuk senantiasa bersandar dan bertawakal hanya kepada-Nya.
- Permohonan yang Komprehensif: Doa qunut mencakup semua kebaikan dunia dan akhirat. Mulai dari petunjuk, kesehatan, perlindungan, hingga keberkahan. Ini adalah doa "paket lengkap" yang diajarkan langsung melalui lisan Nabi.
- Penguat Iman kepada Takdir: Dengan mengakui "Engkaulah yang menetapkan takdir" dan memohon perlindungan dari "keburukan takdir", kita diajarkan untuk beriman kepada qadha dan qadar dengan cara yang benar: meyakini ketetapan-Nya sambil terus berusaha dan berdoa.
- Menumbuhkan Solidaritas Umat (Qunut Nazilah): Qunut Nazilah adalah instrumen spiritual yang luar biasa untuk menyatukan hati umat Islam di seluruh dunia. Ketika terjadi musibah di satu belahan bumi, umat Islam di belahan bumi lain dapat memanjatkan doa yang sama, menunjukkan kepedulian dan ikatan persaudaraan yang kuat.
- Meneladani Sunnah: Bagi mereka yang meyakini kesunnahannya, mengamalkan qunut adalah salah satu cara untuk menghidupkan ajaran dan praktik yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Sebagai penutup, doa qunut adalah salah satu mutiara indah dalam samudra ibadah shalat. Memahaminya secara mendalam, baik dari sisi bacaan, makna, maupun diskursus hukum di sekitarnya, akan menambah kekhusyukan dan kualitas shalat kita. Ia mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang senantiasa memohon, berserah diri, dan mengagungkan Tuhan semesta alam dalam setiap keadaan. Baik saat dalam kelapangan dengan qunut Subuh dan Witir, maupun saat dalam kesempitan dengan Qunut Nazilah, esensinya tetap sama: sebuah pengakuan bahwa tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah SWT.