Surat Al-Mulk: Teks Latin, Terjemahan, dan Tafsir Mendalam
Surat Al-Mulk, yang berarti "Kerajaan", adalah surat ke-67 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 30 ayat, surat ini tergolong dalam surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW. Surat ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam ajaran Islam, dikenal sebagai surat yang dapat menjadi pelindung dan penyelamat dari siksa kubur bagi siapa saja yang rutin membacanya. Kandungannya berfokus pada penegasan kekuasaan mutlak Allah SWT atas seluruh alam semesta, kesempurnaan ciptaan-Nya, serta ancaman bagi orang-orang yang ingkar dan janji pahala bagi mereka yang beriman. Bagi banyak umat Muslim yang belum fasih membaca tulisan Arab, pencarian bacaan Surat Al-Mulk dalam tulisan latin menjadi sangat penting sebagai jembatan untuk tetap bisa mengamalkan dan merasakan keberkahannya.
Artikel ini akan menyajikan bacaan lengkap Surat Al-Mulk dalam tulisan latin yang mudah diikuti, disertai dengan terjemahan bahasa Indonesia untuk setiap ayatnya. Lebih dari sekadar bacaan, kita akan menyelami makna dan tafsir ringkas dari ayat-ayatnya, serta menggali lebih dalam mengenai berbagai keutamaan agung yang dijanjikan bagi para pembacanya. Memahami surat ini bukan hanya tentang melafalkan, tetapi juga meresapi pesan-pesan tauhid, keimanan, dan kebesaran Sang Pencipta yang terkandung di dalamnya, sehingga amalan membaca kita menjadi lebih bermakna dan berdampak pada kehidupan spiritual sehari-hari.
Bacaan Surat Al-Mulk Latin dan Terjemahan Lengkap
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Al-Mulk ayat 1-30 dalam tulisan latin yang disertai dengan terjemahan Bahasa Indonesia. Disarankan untuk tetap belajar membaca Al-Qur'an dengan huruf Arab asli agar pelafalannya lebih sempurna.
Ayat 1
Tabaarakal ladzii biyadihil mulku wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.
Artinya: Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat 2
Alladzii khalaqal mawta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa, wa huwal 'aziizul ghafuur.
Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Ayat 3
Alladzii khalaqa sab'a samaawaatin thibaaqaa, maa taraa fii khalqir rahmaani min tafaawut, farji'il bashara hal taraa min futuur.
Artinya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Ayat 4
Tsumar ji'il bashara karrataini yanqalib ilaikal basharu khaasi-aw wa huwa hasiir.
Artinya: Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
Ayat 5
Wa laqad zayyannas samaa-ad dunyaa bimashaabiiha wa ja'alnaahaa rujuuman lisy syayaathiini wa a'tadnaa lahum 'adzaabas sa'iir.
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Ayat 6
Wa lilladziina kafaruu birabbihim 'adzaabu jahannama wa bi'sal mashiir.
Artinya: Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Ayat 7
Idzaa ulquu fiihaa sami'uu lahaa syahiiqaw wa hiya tafuur.
Artinya: Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.
Ayat 8
Takaadu tamayyazu minal ghaizh, kullamaa ulqiya fiihaa fawjun sa-alahum khazanatuhaa alam ya'tikum nadziir.
Artinya: Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: 'Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?'
Ayat 9
Qaaluu balaa qad jaa-anaa nadziirun fakadzdzabnaa wa qulnaa maa nazzalallahu min syai-in in antum illaa fii dhalaalin kabiir.
Artinya: Mereka menjawab: 'Benar ada', sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: 'Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'.
Ayat 10
Wa qaaluu law kunnaa nasma'u aw na'qilu maa kunnaa fii ash-haabis sa'iir.
Artinya: Dan mereka berkata: 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala'.
Ayat 11
Fa'tarafuu bidzambihim fasuhqan li ash-haabis sa'iir.
Artinya: Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.
Ayat 12
Innalladziina yakhsyawna rabbahum bilghaibi lahum maghfiratun wa ajrun kabiir.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Ayat 13
Wa asirruu qawlakum awijharuu bihii, innahu 'aliimun bidzaatish shuduur.
Artinya: Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Ayat 14
Alaa ya'lamu man khalaqa wa huwal lathiiful khabiir.
Artinya: Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?
Ayat 15
Huwalladzii ja'ala lakumul ardha dzaluulan famsyuu fii manaakibihaa wa kuluu min rizqihii, wa ilaihin nusyuur.
Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Ayat 16
A-amintum man fis samaa-i an yakhsifa bikumul ardha fa-idzaa hiya tamuur.
Artinya: Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?
Ayat 17
Am amintum man fis samaa-i an yursila 'alaikum hasibaa, fasata'lamuuna kaifa nadziir.
Artinya: Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?
Ayat 18
Wa laqad kadzdzaballadziina min qablihim fakaifa kaana nakiir.
Artinya: Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku.
Ayat 19
Awalam yaraw ilath thairi fawqahum shaaffaatin wa yaqbidhn, maa yumsikuhunna illar rahmaan, innahu bikulli syai-in bashiir.
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
Ayat 20
Amman haadzal ladzii huwa jundul lakum yanshurukum min duunir rahmaan, inil kaafiruuna illaa fii ghuruur.
Artinya: Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.
Ayat 21
Amman haadzal ladzii yarzuqukum in amsaka rizqah, bal lajjuu fii 'utuwwin wa nufuur.
Artinya: Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri.
Ayat 22
Afaman yamsyii mukibban 'alaa wajhihii ahdaa amman yamsyii sawiyyan 'alaa shiraathin mustaqiim.
Artinya: Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
Ayat 23
Qul huwalladzii ansya-akum wa ja'ala lakumus sam'a wal abshaara wal af-idah, qaliilan maa tasykuruun.
Artinya: Katakanlah: 'Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati'. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Ayat 24
Qul huwalladzii dzara-akum fil ardhi wa ilaihi tuhsyaruun.
Artinya: Katakanlah: 'Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan'.
Ayat 25
Wa yaquuluuna mataa haadzal wa'du in kuntum shaadiqiin.
Artinya: Dan mereka berkata: 'Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?'
Ayat 26
Qul innamal 'ilmu 'indallahi wa innamaa ana nadziirun mubiin.
Artinya: Katakanlah: 'Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan'.
Ayat 27
Falammaa ra-awhu zulfatan sii-at wujuuhul ladziina kafaruu wa qiila haadzal ladzii kuntum bihii tadda'uun.
Artinya: Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya.
Ayat 28
Qul ara-aitum in ahlakaniyallahu wa man ma'iya aw rahimanaa faman yujiirul kaafiriina min 'adzaabin aliim.
Artinya: Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari azab yang pedih?'
Ayat 29
Qul huwar rahmaanu aamannaa bihii wa 'alaihi tawakkalnaa, fasata'lamuuna man huwa fii dhalaalin mubiin.
Artinya: Katakanlah: 'Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata'.
Ayat 30
Qul ara-aitum in ashbaha maa-ukum ghawran faman ya'tiikum bimaa-in ma'iin.
Artinya: Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?'
Mendalami Makna dan Keutamaan Agung Surat Al-Mulk
Setelah membaca teks latin dan terjemahannya, langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya serta keistimewaan yang menyertainya. Surat Al-Mulk bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah deklarasi keagungan Tuhan yang penuh hikmah dan pelajaran berharga.
Keutamaan Pertama: Pelindung dari Siksa Kubur
Keutamaan yang paling masyhur dari Surat Al-Mulk adalah perannya sebagai Al-Mani'ah (penghalang) dan Al-Munjiyah (penyelamat) dari siksa kubur. Hal ini didasarkan pada hadits-hadits shahih yang menjelaskan bahwa surat ini akan datang membela pembacanya di alam barzakh. Ia akan berdialog dengan malaikat dan memohonkan keringanan serta perlindungan bagi orang yang semasa hidupnya senantiasa merutinkannya. Membaca Surat Al-Mulk setiap malam, terutama sebelum tidur, adalah sebuah amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Praktik ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah bentuk investasi spiritual untuk fase kehidupan pertama setelah kematian. Keyakinan akan pertolongan surat ini memberikan ketenangan batin dan motivasi untuk istiqamah dalam mengamalkannya. Ia menjadi teman setia yang cahayanya akan menerangi kegelapan liang lahad, menjadi perisai yang kokoh dari azab yang pedih.
Keutamaan Kedua: Mendapatkan Syafaat di Hari Kiamat
Selain menjadi pelindung di alam kubur, Surat Al-Mulk juga akan menjadi pemberi syafaat atau pembela di hari kiamat. Sebuah hadits menyebutkan bahwa ada sebuah surat dalam Al-Qur'an yang terdiri dari tiga puluh ayat, ia akan terus membela pembacanya hingga orang tersebut diampuni dosanya dan dimasukkan ke dalam surga. Surat yang dimaksud adalah Surat Tabarakalladzi biyadihil mulk. Ini menunjukkan betapa besar "kekuatan" surat ini di hadapan Allah SWT. Di hari di mana tidak ada penolong selain pertolongan dari-Nya, di saat setiap amal diperhitungkan dengan sangat teliti, Surat Al-Mulk tampil sebagai advokat yang memperjuangkan nasib kita. Syafaat ini bukanlah sesuatu yang didapat dengan mudah, melainkan buah dari konsistensi, kecintaan, dan pemahaman terhadap kandungan surat ini selama di dunia.
Keutamaan Ketiga: Menguatkan Fondasi Tauhid dan Keimanan
Secara tematik, Surat Al-Mulk adalah sebuah perjalanan kontemplatif yang mengajak pembacanya untuk merenungi kebesaran Allah. Dimulai dengan penegasan bahwa seluruh kerajaan langit dan bumi berada dalam genggaman-Nya (ayat 1), surat ini kemudian membawa kita untuk melihat bukti-bukti nyata kekuasaan tersebut. Penciptaan hidup dan mati sebagai ujian (ayat 2), kesempurnaan langit yang tanpa cacat (ayat 3-4), hingga fungsi bintang-bintang (ayat 5) adalah argumen-argumen rasional yang membantah segala bentuk keraguan. Dengan merutinkan membaca dan merenungi ayat-ayat ini, iman seseorang akan semakin kokoh. Keyakinan bahwa Allah adalah Al-Aziz (Maha Perkasa) dan Al-Ghafur (Maha Pengampun) akan tertanam kuat. Surat ini adalah pengingat harian bahwa kita hidup di bawah pengawasan dan kekuasaan absolut Sang Pencipta, yang pada akhirnya akan mengantarkan pada sikap tawakal dan kepasrahan total kepada-Nya.
Tafsir Ringkas dan Pelajaran dari Ayat-Ayat Pilihan
Untuk memperdalam pemahaman, mari kita bedah beberapa ayat kunci dalam Surat Al-Mulk dan pelajaran yang bisa kita petik darinya.
Ayat 1-5: Demonstrasi Kekuasaan dan Kesempurnaan Ciptaan
Lima ayat pertama adalah pembukaan yang sangat megah. Allah SWT memperkenalkan diri-Nya sebagai "Tabaarak", sumber segala keberkahan dan kebaikan, yang menguasai seluruh kerajaan alam semesta. Konsep "kerajaan" di sini bukan hanya tentang wilayah, tetapi mencakup kekuasaan atas segala hal, termasuk hidup dan mati. Ayat kedua menjelaskan tujuan penciptaan, yaitu sebagai "liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa" (untuk menguji siapa di antara kamu yang terbaik amalnya). Ini adalah inti dari kehidupan dunia: sebuah arena ujian di mana kualitas amal menjadi penentu, bukan kuantitasnya. Kemudian, Allah menantang manusia untuk mencari cacat pada ciptaan-Nya, khususnya langit. Tantangan "farji'il bashara hal taraa min futuur" (maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?) adalah sebuah penegasan bahwa ciptaan Allah itu sempurna dan harmonis. Penglihatan manusia akan kembali dalam keadaan "payah" dan tak menemukan satu pun kecacatan. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dan mengagumi karya Sang Pencipta yang terhampar di sekeliling kita, dari yang makro (alam semesta) hingga yang mikro.
Ayat 6-11: Gambaran Penyesalan Penghuni Neraka
Bagian ini memberikan kontras yang tajam dengan keagungan ciptaan Allah. Surat Al-Mulk melukiskan dengan sangat jelas keadaan mengerikan para penghuni neraka Jahannam. Suara neraka yang "syahiiq" (mengerikan) dan keadaannya yang "tafuur" (menggelegak) karena amarah memberikan efek psikologis yang kuat bagi pembaca. Dialog antara penjaga neraka dan para penghuninya menjadi titik krusial. Ketika ditanya, "Apakah belum pernah datang seorang pemberi peringatan?", mereka mengakuinya. Penyesalan terbesar mereka terungkap dalam ayat 10: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka". Ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Allah telah memberikan dua perangkat utama kepada manusia: "as-sam'a" (pendengaran untuk menerima wahyu dan nasihat) dan "al-'aql" (akal untuk berpikir dan merenung). Kelalaian dalam menggunakan dua karunia inilah yang menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan. Ayat-ayat ini menjadi peringatan keras agar kita senantiasa membuka telinga terhadap kebenaran dan menggunakan akal untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah.
Ayat 13-14: Jaminan Pengetahuan Allah yang Mutlak
Dua ayat ini menegaskan sifat 'ilm (pengetahuan) Allah yang meliputi segala sesuatu. "Wa asirruu qawlakum awijharuu bihii, innahu 'aliimun bidzaatish shuduur" (Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati). Tidak ada satu pun niat, pikiran, atau rahasia yang tersembunyi dari Allah. Penegasan ini kemudian diperkuat dengan pertanyaan retoris yang sangat logis: "Alaa ya'lamu man khalaqa?" (Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui?). Tentu saja, Sang Pencipta Maha Mengetahui setiap detail dari ciptaan-Nya. Ayat ini memberikan dua efek sekaligus: ketenangan bagi orang beriman bahwa setiap amal baik mereka, sekecil apapun dan serahasia apapun, pasti diketahui dan akan dibalas oleh Allah. Di sisi lain, ini adalah peringatan keras bagi orang yang hendak berbuat maksiat, bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pengawasan-Nya. Kesadaran ini akan melahirkan sifat "muraqabah", yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah, yang merupakan salah satu tingkatan ihsan tertinggi.
Ayat 15 & 19: Tanda Kekuasaan di Bumi dan di Langit
Allah kembali mengajak manusia untuk melihat alam. Ayat 15 menyatakan bahwa bumi ini dijadikan "dzaluulan" (mudah untuk dijelajahi). Manusia bisa berjalan di atasnya, mengolahnya, dan mengambil rezeki darinya. Kemudahan ini bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan karunia dari Allah. Namun, kemudahan ini tidak boleh melalaikan, karena di akhir ayat diingatkan "wa ilaihin nusyuur" (dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dibangkitkan). Kenikmatan dunia hanyalah sarana untuk menuju kehidupan akhirat. Kemudian pada ayat 19, perhatian kita dialihkan ke langit, kepada burung-burung yang terbang dengan sayap terkembang dan terkatup. Siapakah yang menahan mereka di udara melawan gravitasi? Jawabannya adalah "illar rahmaan" (kecuali Tuhan Yang Maha Pemurah). Fenomena yang kita lihat setiap hari dan mungkin dianggap biasa ini sesungguhnya adalah bukti nyata dari rahmat dan kekuasaan Allah yang terus-menerus menopang alam semesta. Pelajarannya adalah untuk tidak pernah menganggap remeh fenomena alam, melainkan melihatnya sebagai ayat-ayat kauniyah yang senantiasa berbicara tentang keesaan dan kebesaran Penciptanya.
Ayat 29-30: Deklarasi Tawakal dan Pertanyaan Penutup yang Menggugah
Surat ini ditutup dengan sebuah deklarasi iman dan tawakal yang mantap. "Qul huwar rahmaanu aamannaa bihii wa 'alaihi tawakkalnaa" (Katakanlah: 'Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal). Ini adalah kesimpulan dari seluruh perenungan sebelumnya. Setelah mengakui kekuasaan, keagungan, dan pengetahuan Allah, maka sikap yang paling logis dan benar adalah beriman dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Puncak dari surat ini adalah pertanyaan penutup di ayat 30: "Qul ara-aitum in ashbaha maa-ukum ghawran faman ya'tiikum bimaa-in ma'iin" (Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?'). Air adalah sumber kehidupan paling fundamental. Pertanyaan ini menohok kesombongan manusia dan mengingatkan bahwa seluruh sendi kehidupan kita bergantung sepenuhnya pada rahmat Allah. Jika Allah menahan nikmat-Nya yang paling dasar ini, tidak ada satu kekuatan pun di alam semesta yang mampu mengembalikannya. Pertanyaan ini meninggalkan kesan yang mendalam, memaksa kita untuk merenung dan mengakui ketergantungan total kita kepada Allah SWT.
Kesimpulan: Menjadikan Surat Al-Mulk Bagian dari Kehidupan
Surat Al-Mulk adalah surat yang luar biasa. Dari awal hingga akhir, ia mengajak kita dalam sebuah perjalanan intelektual dan spiritual untuk mengenal Allah melalui ciptaan-Nya, memahami tujuan hidup, menyadari konsekuensi dari pilihan kita, dan akhirnya berserah diri kepada-Nya dengan penuh keyakinan. Membaca teks latinnya adalah langkah awal yang baik, namun tujuan akhirnya adalah mampu membacanya dengan tartil dalam bahasa Arab, memahaminya, merenunginya (tadabbur), dan mengamalkan pesan-pesannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadikan Surat Al-Mulk sebagai bacaan rutin setiap malam bukan hanya tentang mengejar keutamaannya sebagai penyelamat dari siksa kubur, tetapi lebih dari itu. Ini adalah tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta. Ini adalah dosis pengingat harian tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan kembali. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa istiqamah dalam membaca, memahami, dan mengamalkan Surat Al-Mulk, sehingga kita dapat merasakan keberkahan dan perlindungannya baik di dunia, di alam kubur, maupun di akhirat kelak.