Surat Al-Mulk, yang berarti "Kerajaan," adalah surat ke-67 dalam Al-Qur'an dan terdiri dari 30 ayat. Surat ini tergolong dalam surat Makkiyah, yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW. Tema sentral surat ini adalah penegasan atas kekuasaan absolut Allah SWT atas seluruh alam semesta, baik yang terlihat maupun yang gaib. Melalui surat ini, kita diajak untuk merenungkan kesempurnaan ciptaan-Nya sebagai bukti keberadaan dan keesaan-Nya.
Surat ini juga dikenal dengan nama lain, seperti At-Tabaarak (Maha Suci), Al-Mani'ah (Pencegah), dan Al-Waqiyah (Pelindung). Nama-nama ini merujuk pada salah satu keutamaannya yang paling dikenal, yaitu sebagai pelindung dan penyelamat dari siksa kubur bagi siapa saja yang rutin membaca dan mengamalkannya. Membaca surat al mulk latin menjadi salah satu cara bagi mereka yang belum lancar membaca aksara Arab untuk tetap bisa meraih keutamaannya.
Keutamaan dan Fadhilah Membaca Surat Al-Mulk
Surat Al-Mulk memiliki kedudukan istimewa yang disebutkan dalam banyak hadis. Keutamaannya tidak hanya terbatas pada pahala membaca Al-Qur'an secara umum, tetapi juga mencakup perlindungan spesifik di alam barzakh. Memahami keutamaan ini dapat menjadi motivasi kuat untuk menjadikannya sebagai bacaan rutin setiap malam.
1. Sebagai Pencegah dan Penyelamat dari Siksa Kubur
Ini adalah keutamaan yang paling masyhur dari Surat Al-Mulk. Diriwayatkan bahwa surat ini akan menjadi pembela bagi pembacanya di dalam kubur, menghalangi datangnya azab. Ia akan berargumentasi di hadapan Allah hingga pembacanya diampuni dan diselamatkan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
"Ada suatu surat dari Al-Qur'an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa'at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: 'Tabaarakalladzii biyadihil mulku…' (Surat Al-Mulk)."
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa salah seorang sahabat Nabi mendirikan kemah di atas sebuah kuburan tanpa menyadarinya. Tiba-tiba ia mendengar suara orang membaca Surat Al-Mulk dari dalam kubur hingga selesai. Ketika hal ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Itulah Al-Mani'ah (pencegah), itulah Al-Munjiyah (penyelamat), yang menyelamatkannya dari siksa kubur."
2. Memberi Syafa'at di Hari Kiamat
Keutamaan surat ini tidak berhenti di alam kubur. Ia akan terus menjadi penolong bagi pembacanya hingga di hari kiamat. Kekuatan syafa'atnya begitu besar sehingga ia tidak akan berhenti memohon kepada Allah sampai sahabatnya (orang yang rajin membacanya) dimasukkan ke dalam surga. Ini menunjukkan betapa besar cinta surat ini kepada para pengamalnya.
3. Menjadi Amalan Rutin Rasulullah SAW
Menjadikan Surat Al-Mulk sebagai bacaan sebelum tidur adalah mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah SAW tidak akan tidur sebelum membaca Surat As-Sajdah dan Surat Al-Mulk. Kebiasaan mulia ini menunjukkan betapa pentingnya merenungkan makna kekuasaan Allah sebelum mengakhiri hari dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya dalam tidur, yang sering disebut sebagai "kematian kecil".
Bacaan Lengkap Surat Al-Mulk Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Al-Mulk ayat 1-30, disajikan dalam teks Arab, transliterasi latin untuk kemudahan membaca, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk pemahaman makna.
تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ
1. Tabaarakal ladzii biyadihil mulku wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.
Artinya: "Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
2. Alladzii khalaqal mawta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa, wa huwal 'aziizul ghafuur.
Artinya: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun."
الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ
3. Alladzii khalaqa sab'a samaawaatin thibaaqaa, maa taraa fii khalqir rahmaani min tafaawut, farji'il bashara hal taraa min futhuur.
Artinya: "Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ اِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَّهُوَ حَسِيْرٌ
4. Tsummar ji'il bashara karrataini yanqalib ilaikal basharu khaasi-aw wa huwa hasiir.
Artinya: "Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan dalam keadaan letih."
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ
5. Wa laqad zayyannas samaa-ad dunyaa bimashaabiiha wa ja'alnaahaa rujuuman lisy syayaathiini wa a'tadnaa lahum 'adzaabas sa'iir.
Artinya: "Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala."
وَلِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
6. Wa lilladziina kafaruu birabbihim 'adzaabu jahannama wa bi'sal mashiir.
Artinya: "Dan bagi orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."
اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ
7. Idzaa ulquu fiihaa sami'uu lahaa syahiiqaw wa hiya tafuur.
Artinya: "Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu membara,"
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ
8. Takaadu tamayyazu minal ghaizh, kullamaa ulqiya fiihaa faujun sa-alahum khazanatuhaa alam ya'tikum nadziir.
Artinya: "hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, 'Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?'"
قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ
9. Qaaluu balaa qad jaa-anaa nadziirun fakadzdzabnaa wa qulnaa maa nazzalallaahu min syai-in in antum illaa fii dhalaalin kabiir.
Artinya: "Mereka menjawab, 'Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakannya dan kami katakan, 'Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya dalam kesesatan yang besar.''"
وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ
10. Wa qaaluu law kunnaa nasma'u au na'qilu maa kunnaa fii ash-haabis sa'iir.
Artinya: "Dan mereka berkata, 'Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.'"
فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْۢبِهِمْۚ فَسُحْقًا لِّاَصْحٰبِ السَّعِيْرِ
11. Fa'tarafuu bidzambihim, fasuhqan li ash-haabis sa'iir.
Artinya: "Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauh dari rahmat Allah bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu."
اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
12. Innal ladziina yakhsyauna rabbahum bilghaibi lahum maghfiratun wa ajrun kabiir.
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar."
وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِهٖۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
13. Wa asirruu qaulakum awijharuu bihii, innahuu 'aliimun bidzaatish shuduur.
Artinya: "Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati."
اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
14. Alaa ya'lamu man khalaq, wa huwal lathiiful khabiir.
Artinya: "Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui."
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
15. Huwal ladzii ja'ala lakumul ardha dzaluulan famsyuu fii manaakibihaa wa kuluu min rizqihii, wa ilaihin nusyuur.
Artinya: "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ
16. A-amintum man fis samaa-i an yakhsifa bikumul ardha fa-idzaa hiya tamuur.
Artinya: "Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?"
اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ
17. Am amintum man fis samaa-i an yursila 'alaikum haashibaa, fasata'lamuuna kaifa nadziir.
Artinya: "Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Nanti kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku."
وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ
18. Wa laqad kadzdzabal ladziina min qablihim fakaifa kaana nakiir.
Artinya: "Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku!"
اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيْرٌ
19. Awalam yaraw ilath thairi fauqahum shaaffaatin wa yaqbidhn, maa yumsikuhunna illar rahmaan, innahuu bikulli syai-in bashiir.
Artinya: "Dan tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu."
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِۗ اِنِ الْكٰفِرُوْنَ اِلَّا فِيْ غُرُوْرٍۚ
20. Amman haadzal ladzii huwa jundul lakum yansurukum min duunir rahmaan, inil kaafiruuna illaa fii ghuruur.
Artinya: "Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu."
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ
21. Amman haadzal ladzii yarzuqukum in amsaka rizqah, bal lajjuu fii 'utuwwin wa nufuur.
Artinya: "Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran)."
اَفَمَنْ يَّمْشِيْ مُكِبًّا عَلٰى وَجْهِهٖٓ اَهْدٰىٓ اَمَّنْ يَّمْشِيْ سَوِيًّا عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
22. Afaman yamsyii mukibban 'alaa wajhihii ahdaa amman yamsyii sawiyyan 'alaa shiraathin mustaqiim.
Artinya: "Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup lebih mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?"
قُلْ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
23. Qul huwal ladzii ansya-akum wa ja'ala lakumus sam'a wal abshaara wal af-idah, qaliilan maa tasykuruun.
Artinya: "Katakanlah, 'Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.'"
قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَاَكُمْ فِى الْاَرْضِ وَاِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
24. Qul huwal ladzii dzara-akum fil ardhi wa ilaihi tuhsyaruun.
Artinya: "Katakanlah, 'Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.'"
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
25. Wa yaquuluuna mataa haadzal wa'du in kuntum shaadiqiin.
Artinya: "Dan mereka berkata, 'Kapankah (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?'"
قُلْ اِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللّٰهِۖ وَاِنَّمَآ اَنَا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
26. Qul innamal 'ilmu 'indallaahi wa innamaa ana nadziirum mubiin.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.'"
فَلَمَّا رَاَوْهُ زُلْفَةً سِيْۤـَٔتْ وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقِيْلَ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تَدَّعُوْنَ
27. Falammaa ra-auhu zulfatan sii-at wujuuhul ladziina kafaruu wa qiila haadzal ladzii kuntum bihii tadda'uun.
Artinya: "Maka ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), 'Inilah (azab) yang dahulunya kamu minta.'"
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَهْلَكَنِيَ اللّٰهُ وَمَنْ مَّعِيَ اَوْ رَحِمَنَاۙ فَمَنْ يُّجِيْرُ الْكٰفِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ
28. Qul ara-aitum in ahlakaniyallaahu wa mam ma'iya au rahimanaa faman yujiirul kaafiriina min 'adzaabin aliim.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?'"
قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
29. Qul huwar rahmaanu aamannaa bihii wa 'alaihi tawakkalnaa, fasata'lamuuna man huwa fii dhalaalim mubiin.
Artinya: "Katakanlah, 'Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.'"
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍ
30. Qul ara-aitum in ashbaha maa-ukum ghauran faman ya'tiikum bimaa-im ma'iin.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?'"
Tafsir dan Penjelasan Mendalam Ayat per Ayat Surat Al-Mulk
Untuk memahami Surat Al-Mulk secara lebih utuh, penting bagi kita untuk menyelami makna yang terkandung di setiap ayatnya. Surat ini membawa kita dalam sebuah perjalanan kontemplasi tentang kekuasaan Allah, penciptaan alam semesta, tujuan hidup, serta konsekuensi dari pilihan iman dan kufur.
Bagian 1: Penegasan Kekuasaan Mutlak dan Kesempurnaan Ciptaan (Ayat 1-5)
Surat ini dibuka dengan kata "Tabaarak" yang berarti Maha Suci, Maha Tinggi, dan Maha Banyak Kebaikan-Nya. Ayat pertama langsung menegaskan bahwa seluruh kerajaan dan kekuasaan berada di tangan Allah. Tidak ada satu pun entitas lain yang berbagi kekuasaan ini dengan-Nya. Dialah penguasa tunggal yang Mahakuasa atas segala sesuatu, baik dalam menciptakan, meniadakan, mengubah, maupun mengatur.
Ayat kedua menjelaskan salah satu manifestasi kekuasaan-Nya yang paling fundamental: penciptaan kematian dan kehidupan. Ini bukan sekadar fenomena biologis, melainkan sebuah desain ilahi dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk menguji manusia (`liyabluwakum`). Ujian ini adalah untuk melihat siapa di antara kita yang paling baik amalnya (`ahsanu 'amalaa`). Amal yang baik bukanlah sekadar yang paling banyak, melainkan yang paling ikhlas niatnya dan paling benar caranya sesuai syariat. Di akhir ayat, Allah memperkenalkan Diri-Nya sebagai Al-'Aziz (Maha Perkasa) yang mampu memberikan balasan setimpal, sekaligus Al-Ghafur (Maha Pengampun) yang senantiasa membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang bersalah.
Ayat ketiga dan keempat menantang manusia untuk mengamati kesempurnaan ciptaan Allah, khususnya langit yang berlapis-lapis. Allah menegaskan bahwa tidak ada sedikit pun cacat atau ketidakseimbangan dalam ciptaan-Nya. Manusia diundang untuk memandang langit berulang kali, mencari celah atau keretakan. Hasilnya? Pandangan itu akan kembali dalam keadaan lelah dan takjub, tanpa menemukan satu pun kekurangan. Ini adalah bukti nyata akan keagungan, ilmu, dan kekuasaan Sang Pencipta.
Ayat kelima melanjutkan deskripsi langit. Langit yang terdekat dihiasi dengan bintang-bintang (`masaabiih`) yang berfungsi sebagai keindahan di malam hari dan sebagai "peluru" (`rujuuman`) untuk menghalau setan yang mencoba mencuri berita dari langit. Ini adalah penegasan bahwa setiap elemen di alam semesta memiliki fungsi yang telah ditetapkan oleh Allah. Selain itu, ayat ini memberikan peringatan pertama tentang azab neraka (`'adzaabas sa'iir`) bagi para pembangkang.
Bagian 2: Ancaman Mengerikan bagi Orang-orang Kafir (Ayat 6-11)
Setelah memaparkan bukti kekuasaan-Nya, surat ini beralih pada konsekuensi bagi mereka yang mengingkarinya. Ayat 6 secara lugas menyatakan bahwa orang-orang kafir akan mendapatkan azab Jahanam, seburuk-buruknya tempat kembali. Deskripsi Jahanam kemudian diperinci dalam ayat-ayat berikutnya. Ketika mereka dilemparkan ke dalamnya, terdengar suara gemuruh yang mengerikan seolah-olah neraka itu bernapas dengan amarah yang meluap-luap (`syahiiqaw wa hiya tafuur`).
Ayat kedelapan menggambarkan neraka yang hampir meledak karena amarahnya terhadap para pendosa. Di tengah kengerian itu, terjadi dialog antara penghuni neraka dan para malaikat penjaganya. Para malaikat bertanya dengan nada mencela, "Apakah belum pernah datang seorang pemberi peringatan kepadamu?" Pertanyaan ini bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk menambah penyesalan mereka.
Ayat kesembilan hingga kesebelas adalah puncak dari penyesalan. Para penghuni neraka mengakui (`qaluu balaa`) bahwa pemberi peringatan memang telah datang, namun mereka mendustakannya. Mereka bahkan menuduh para rasul berada dalam kesesatan yang nyata. Dalam penyesalan terdalam, mereka berkata, "Seandainya dulu kami mau mendengar atau menggunakan akal kami, niscaya kami tidak akan menjadi penghuni neraka ini." Ini adalah pengakuan telak bahwa kekafiran mereka lahir dari keengganan menggunakan potensi pendengaran dan akal untuk menerima kebenaran. Akhirnya, mereka mengakui dosa-dosa mereka, namun pengakuan saat itu sudah tidak berguna lagi. Mereka dijauhkan dari rahmat Allah.
Bagian 3: Janji Indah bagi Orang Bertakwa dan Ilmu Allah yang Meliputi Segalanya (Ayat 12-14)
Sebagai kontras dari ancaman bagi orang kafir, ayat 12 menyajikan janji bagi orang-orang yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang takut (`yakhsyauna`) kepada Tuhan mereka `bil ghaib`, yaitu takut kepada Allah meskipun mereka tidak melihat-Nya. Rasa takut ini lahir dari keimanan dan pengagungan, bukan sekadar ketakutan biasa. Balasan bagi mereka adalah ampunan (`maghfirah`) yang menutupi segala dosa dan pahala yang besar (`ajrun kabiir`), yaitu surga.
Ayat 13 dan 14 kembali menegaskan kemahatahuan Allah. Allah menantang manusia, "Rahasiakan atau nyatakan ucapanmu, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati." Tidak ada satu pun rahasia, bisikan hati, atau niat tersembunyi yang luput dari pengetahuan-Nya. Logika yang sangat kuat kemudian disajikan di ayat 14: "Apakah pantas Sang Pencipta tidak mengetahui ciptaan-Nya sendiri?" Tentu saja tidak. Dialah Al-Lathif (Maha Halus) yang pengetahuannya menembus hal-hal terkecil dan tersembunyi, dan Al-Khabir (Maha Mengetahui) yang mengetahui segala perkara secara detail.
Bagian 4: Bukti Kekuasaan Allah di Bumi dan di Langit (Ayat 15-22)
Dari keluasan ilmu Allah, pembahasan beralih ke bukti nyata kekuasaan-Nya di bumi. Ayat 15 menyatakan bahwa Allah telah menjadikan bumi ini `dzaluulan`, yaitu mudah untuk dijelajahi, tunduk, dan stabil, sehingga manusia dapat berjalan di atasnya, membangun peradaban, dan mencari rezeki dari-Nya. Namun, kemudahan ini tidak boleh melenakan, karena ayat ini ditutup dengan pengingat: "Dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dibangkitkan (`nusyuur`)."
Ayat 16 dan 17 memberikan peringatan keras. Apakah manusia merasa aman dari azab Allah yang bisa datang kapan saja? Allah bisa saja membenamkan mereka ke dalam bumi (`yakhsifa bikumul ardh`) atau mengirimkan badai batu dari langit (`haashiban`). Ini adalah pengingat bahwa kestabilan bumi yang kita nikmati semata-mata karena rahmat-Nya. Jika Dia berkehendak, bencana bisa terjadi dalam sekejap. Peringatan ini diperkuat dengan menyebutkan nasib umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-rasul mereka dan bagaimana dahsyatnya akibat dari pendustaan itu.
Selanjutnya, perhatian kita diarahkan ke langit lagi. Ayat 19 mengajak kita merenungkan burung-burung yang terbang. Siapakah yang menahan mereka di angkasa saat mereka membentangkan dan mengatupkan sayap? Tidak lain adalah Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Ini adalah demonstrasi hukum alam (aerodinamika) yang diciptakan dan dijaga oleh Allah, bukti nyata kasih sayang-Nya yang meliputi seluruh makhluk.
Ayat 20 hingga 22 berisi serangkaian pertanyaan retoris yang mematahkan segala bentuk kesombongan dan kemusyrikan. Siapakah yang bisa menjadi tentara penolong selain Allah? Siapakah yang bisa memberi rezeki jika Allah menahannya? Jawabannya tentu tidak ada. Namun, orang-orang kafir tetap bersikeras dalam kesombongan dan penolakan mereka. Ayat 22 memberikan perumpamaan yang indah: manakah yang lebih baik, orang yang berjalan dengan wajah tersungkur (tanpa arah dan tujuan, dalam kegelapan) atau orang yang berjalan tegap di jalan yang lurus (dengan petunjuk dan keyakinan)?
Bagian 5: Peringatan Terakhir dan Penegasan Tauhid (Ayat 23-30)
Bagian akhir surat ini adalah puncak dari argumen tauhid. Ayat 23 mengingatkan manusia akan asal-usulnya. Allahlah yang menciptakan (`ansya-akum`) manusia dari ketiadaan dan memberinya fasilitas luar biasa berupa pendengaran, penglihatan, dan hati (`sam'a wal abshaara wal af-idah`). Ketiga anugerah ini adalah kunci untuk memperoleh ilmu dan keimanan. Namun, ironisnya, sangat sedikit manusia yang bersyukur.
Ayat 24 menegaskan bahwa Allahlah yang menyebarkan manusia di muka bumi dan hanya kepada-Nya mereka akan dikumpulkan (`tuhsyaruun`) pada hari kiamat. Menanggapi kepastian ini, orang-orang kafir selalu bertanya dengan nada mengejek, "Kapan janji (hari kebangkitan) itu akan terjadi?" Pertanyaan mereka dijawab di ayat 26, bahwa pengetahuan tentang kapan terjadinya kiamat hanya milik Allah. Tugas Nabi Muhammad SAW hanyalah sebagai pemberi peringatan yang jelas.
Ayat 27 menggambarkan momen ketika hari kiamat itu benar-benar datang dan mereka melihatnya dari dekat. Wajah orang-orang kafir menjadi muram, penuh ketakutan dan penyesalan. Lalu dikatakan kepada mereka, "Inilah yang dulu selalu kamu minta untuk disegerakan."
Dua ayat terakhir adalah penutup yang sangat kuat. Ayat 28 dan 29 adalah jawaban atas doa buruk kaum kafir Mekkah yang berharap Nabi Muhammad dan para pengikutnya celaka. Nabi diperintahkan untuk mengatakan, "Jika Allah mematikan kami atau merahmati kami, itu adalah urusan-Nya. Tapi siapa yang bisa menyelamatkan kalian (orang kafir) dari azab yang pedih?" Ini adalah penegasan bahwa keselamatan sejati hanya bergantung pada iman. Oleh karena itu, kaum muslimin dengan tegas menyatakan, "Dialah Ar-Rahman, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal."
Surat ini ditutup dengan sebuah pertanyaan reflektif yang dahsyat di ayat 30. "Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku, jika sumber airmu mengering ke dalam tanah, maka siapakah yang akan memberimu air yang mengalir?'" Air adalah sumber kehidupan. Pertanyaan ini tidak hanya literal, tetapi juga metaforis. Jika Allah mencabut rahmat-Nya, nikmat-Nya, hidayah-Nya, siapakah yang bisa mengembalikannya? Tidak ada seorang pun. Ini adalah pengingat terakhir akan ketergantungan total kita kepada Allah SWT, Sang Pemilik Kerajaan Alam Semesta.
Membaca dan merenungkan Surat Al-Mulk, baik dalam tulisan Arab maupun melalui surat al mulk latin dan terjemahannya, adalah sebuah ibadah yang akan membuka mata hati kita terhadap keagungan Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengamalkannya dan meraih keutamaannya di dunia dan di akhirat.