Surah Yasin: Bacaan Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia
Surah Yasin (يس) adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 83 ayat, surah ini termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di kota Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama "Yasin" diambil dari dua huruf Arab pada ayat pertama, ي (Ya) dan س (Sin). Huruf-huruf misterius ini, atau yang dikenal sebagai huruf muqatta'at, merupakan salah satu dari keunikan Al-Qur'an yang maknanya hanya diketahui oleh Allah SWT.
Surah ini sering disebut sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an. Meskipun hadis yang menyatakan hal ini memiliki perdebatan di kalangan ulama mengenai tingkat kesahihannya, julukan tersebut melekat erat karena kandungan surah ini yang begitu padat dan fundamental. Surah Yasin merangkum pilar-pilar utama akidah Islam, mulai dari penegasan atas kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti kekuasaan Allah yang tersebar di alam semesta, peringatan dahsyat tentang hari kiamat dan kebangkitan, hingga gambaran balasan bagi orang-orang yang beriman dan yang ingkar. Membaca dan merenungi Surah Yasin bagaikan menyelami inti ajaran tauhid, kenabian, dan kehidupan setelah kematian, yang menjadi fondasi keimanan seorang muslim.
Kandungan Utama Surah Yasin: Dari Kenabian Hingga Hari Kebangkitan
Secara garis besar, Surah Yasin dapat dibagi menjadi beberapa bagian tematik yang saling terkait. Bagian awal menegaskan status Al-Qur'an sebagai kitab yang penuh hikmah dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan yang lurus. Kemudian, surah ini menyajikan sebuah perumpamaan melalui kisah penduduk suatu negeri (Ashabul Qaryah) yang mendustakan para rasul, sebagai pelajaran bagi kaum kafir Quraisy. Bagian selanjutnya menampilkan tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah) yang dapat disaksikan di alam raya, seperti pergantian siang dan malam, peredaran matahari dan bulan, serta kemampuan bumi yang mati untuk hidup kembali. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai argumen logis akan adanya Sang Pencipta dan keniscayaan hari kebangkitan. Puncak dari surah ini adalah deskripsi mengenai tiupan sangkakala, hari kebangkitan, dan pemisahan antara penghuni surga yang penuh kenikmatan dengan penghuni neraka yang diliputi penyesalan. Surah ini ditutup dengan penegasan kembali akan kekuasaan Allah yang absolut untuk menciptakan segala sesuatu hanya dengan firman "Kun Fayakun" (Jadilah, maka terjadilah).
Bacaan Lengkap Surah Yasin Arab, Latin, dan Terjemahannya
Berikut adalah teks lengkap Surah Yasin beserta transliterasi Latin untuk membantu pembacaan dan terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk memahaminya.
Ayat 1
يٰسۤ ۚ
Yā Sīn.
Artinya: "Ya Sin."
Ayat 2
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ
Wal-Qur'ānil-ḥakīm.
Artinya: "Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,"
Ayat 3
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ
Innaka laminal-mursalīn.
Artinya: "sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,"
Ayat 4
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
Artinya: "(yang berada) di atas jalan yang lurus,"
Ayat 5
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ
Tanzīlal-'Azīzir-Raḥīm.
Artinya: "(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,"
Ayat 6
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
Artinya: "agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai."
Ayat 7
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Artinya: "Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman."
Ayat 8
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.
Artinya: "Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah."
Ayat 9
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.
Artinya: "Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
Ayat 10
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Artinya: "Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman."
Ayat 11
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-Raḥmāna bil-gaib, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Artinya: "Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia."
Ayat 12
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Artinya: "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh)."
Pelajaran dari Kisah Penduduk Negeri (Ashabul Qaryah)
Setelah meneguhkan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, Allah SWT menyajikan sebuah kisah sebagai perumpamaan dan ibrah (pelajaran). Kisah ini menceritakan tentang penduduk sebuah negeri yang didatangi oleh utusan-utusan Allah. Para mufasir memiliki beragam pendapat mengenai lokasi negeri ini, namun yang terpenting adalah esensi dari ceritanya. Penduduk negeri tersebut dengan sombong menolak dakwah para utusan, menuduh mereka membawa sial, dan bahkan mengancam akan merajam mereka. Di tengah penolakan massal itu, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota yang berlari dan dengan tulus menasihati kaumnya untuk mengikuti para utusan. Namun, nasihatnya diabaikan, dan ia pun dibunuh. Kisah ini menggambarkan kontras antara kesombongan kaum yang ingkar dan keteguhan iman seorang hamba yang tulus, yang pada akhirnya mendapat balasan surga. Kisah ini menjadi cerminan bagi kaum kafir Quraisy pada masa itu dan juga bagi seluruh umat manusia, bahwa penolakan terhadap kebenaran hanya akan berujung pada kebinasaan.
Ayat 13
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Artinya: "Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;"
Ayat 14
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.
Artinya: "(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
Ayat 15
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ
Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-Raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.
Artinya: "Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
Ayat 16
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ
Qālū rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Artinya: "Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar utusan(-Nya) kepadamu."
Ayat 17
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Artinya: "Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
Ayat 18
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Artinya: "Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
Ayat 19
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ
Qālū ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.
Artinya: "Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
Ayat 20
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Artinya: "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu."
Ayat 21
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
Ittabi'ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.
Artinya: "Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ayat 22
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.
Artinya: "Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan."
Ayat 23
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ
A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-Raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn.
Artinya: "Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku."
Ayat 24
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
Artinya: "Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata."
Ayat 25
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ
Innī āamantu birabbikum fasma'ūn.
Artinya: "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
Ayat 26
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَۗ قَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamūn.
Artinya: "Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,"
Ayat 27
بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
Artinya: "apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampunan kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
Ayat 28
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Artinya: "Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya."
Ayat 29
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidūn.
Artinya: "Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati."
Ayat 30
يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi'ūn.
Artinya: "Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya."
Ayat 31
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ
Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji'ūn.
Artinya: "Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan? Orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak ada yang kembali kepada mereka."
Ayat 32
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.
Artinya: "Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami."
Tanda-Tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta
Bagian ini adalah argumen rasional yang kuat tentang keberadaan dan keesaan Allah. Allah mengajak manusia untuk merenungkan fenomena alam yang seringkali dianggap biasa. Dimulai dari bumi yang mati dan tandus, yang kemudian dihidupkan kembali dengan air hujan sehingga menumbuhkan berbagai tanaman yang menjadi sumber kehidupan. Allah juga menyebutkan penciptaan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, suatu konsep yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan modern berabad-abad kemudian. Selanjutnya, surah ini menyoroti keteraturan alam semesta yang luar biasa: perputaran malam dan siang, matahari yang beredar pada porosnya, dan bulan yang memiliki fase-fase teratur. Semua ini bukanlah kebetulan, melainkan bukti nyata dari adanya Sang Maha Pengatur yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Ayat-ayat ini mengajak manusia untuk menggunakan akal pikirannya, mengamati sekelilingnya, dan menyadari betapa agungnya sang pencipta di balik semua keteraturan ini.
Ayat 33
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ оживимُهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban fa minhu ya'kulūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan."
Ayat 34
وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.
Artinya: "Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,"
Ayat 35
لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
Liya'kulū min ṡamarihī wa mā 'amilathu aidīhim, afalā yasykurūn.
Artinya: "agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
Ayat 36
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ
Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.
Artinya: "Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui."
Ayat 37
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُۖ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan."
Ayat 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'Azīzil-'Alīm.
Artinya: "dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui."
Ayat 39
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjūnil-qadīm.
Artinya: "Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua."
Ayat 40
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥūn.
Artinya: "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya."
Ayat 41
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ
Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,"
Ayat 42
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.
Artinya: "dan Kami ciptakan untuk mereka (angkutan lain) seperti itu yang mereka kendarai."
Ayat 43
وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ
Wa in nasya' nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka; maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,"
Ayat 44
اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ
Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.
Artinya: "kecuali (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu."
Hari Kebangkitan: Tiupan Sangkakala dan Pengadilan
Setelah memaparkan bukti-bukti rasional, surah ini beralih ke tema sentralnya: hari akhir. Di sini digambarkan bagaimana kaum kafir selalu berpaling ketika diperingatkan tentang azab di masa depan dan diminta untuk berinfak. Mereka justru mengejek dan mempertanyakan kapan hari kiamat akan tiba. Allah menjawab ejekan ini dengan sebuah gambaran yang mengerikan dan tiba-tiba. Kiamat tidak akan datang dengan tanda-tanda yang mereka minta, melainkan dengan satu teriakan (tiupan sangkakala pertama) yang membinasakan mereka saat mereka sedang sibuk dalam perselisihan duniawi. Kemudian, dengan tiupan sangkakala kedua, seluruh manusia dari generasi pertama hingga terakhir akan dibangkitkan dari kubur mereka dan dengan cepat digiring menuju pengadilan Tuhan. Ayat-ayat ini memberikan efek kejut, menekankan betapa cepat dan tak terduganya peristiwa agung tersebut, menghancurkan semua angan-angan dan kesombongan manusia.
Ayat 45
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turḥamūn.
Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
Ayat 46
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū 'anhā mu'riḍīn.
Artinya: "Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya."
Ayat 47
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُۙ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh, qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.
Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan memberinya makan? Kamu tidak lain hanyalah dalam kesesatan yang nyata.”
Ayat 48
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa yaqūlūna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.
Artinya: "Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari berbangkit)? Jika kamu orang yang benar.”
Ayat 49
مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ
Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn.
Artinya: "Mereka hanya menunggu satu teriakan saja, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar."
Ayat 50
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ
Falā yastaṭī'ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ūn.
Artinya: "Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya."
Ayat 51
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ
Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn.
Artinya: "Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya."
Ayat 52
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ەۗ هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Qālū yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn.
Artinya: "Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya)."
Ayat 53
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarūn.
Artinya: "Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami."
Ayat 54
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malūn.
Artinya: "Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan."
Balasan di Akhirat: Surga dan Neraka
Setelah pengadilan ditegakkan, Surah Yasin menyajikan gambaran kontras yang tajam antara dua kelompok: penghuni surga dan para pendosa. Penghuni surga digambarkan dalam keadaan sibuk dengan kesenangan, bersantai di atas dipan-dipan yang indah bersama pasangan mereka. Mereka mendapatkan segala jenis buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan. Puncak kenikmatan mereka adalah ucapan "Salam" (selamat sejahtera) dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Ini adalah sebuah gambaran kebahagiaan fisik dan spiritual yang sempurna. Sebaliknya, para pendosa diperintahkan untuk memisahkan diri. Mereka diingatkan tentang janji mereka untuk tidak menyembah setan. Neraka Jahannam diperlihatkan kepada mereka sebagai balasan atas kekafiran mereka. Puncak dari penderitaan dan kehinaan mereka adalah ketika mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka sendiri, menjadi saksi atas segala perbuatan dosa yang telah mereka lakukan di dunia. Ini adalah pengadilan yang paling adil, di mana tidak ada lagi ruang untuk berdusta.
Ayat 55
اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ
Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn.
Artinya: "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)."
Ayat 56
هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ
Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ūn.
Artinya: "Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan."
Ayat 57
لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ūn.
Artinya: "Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan."
Ayat 58
سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ
Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.
Artinya: "(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang."
Ayat 59
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn.
Artinya: "Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!"
Ayat 60
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.
Artinya: "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu."
Ayat 61
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
Wa ani'budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.
Artinya: "dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus."
Ayat 62
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًاۗ اَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ
Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takūnū ta'qilūn.
Artinya: "Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?"
Ayat 63
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū'adūn.
Artinya: "Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu."
Ayat 64
اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn.
Artinya: "Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya."
Ayat 65
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn.
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
Ayat 66
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ
Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?"
Ayat 67
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ū muḍiyyaw wa lā yarji'ūn.
Artinya: "Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali."
Ayat 68
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
Wa man nu'ammirhu nunakkishu fil-khalq, afalā ya'qilūn.
Artinya: "Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
Penutup: Kekuasaan Mutlak Allah dan Kebenaran Al-Qur'an
Sebagai penutup yang agung, Surah Yasin kembali menegaskan posisi Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW. Allah menolak tuduhan kaum kafir bahwa Nabi adalah seorang penyair. Al-Qur'an bukanlah syair, melainkan peringatan yang jelas dan kitab yang nyata, diturunkan untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup hatinya. Kemudian, surah ini kembali mengajak merenung, kali ini pada hewan ternak yang diciptakan Allah untuk menjadi sumber makanan, minuman, dan tunggangan bagi manusia. Namun, manusia justru mengambil tuhan-tuhan selain Allah, berharap mendapat pertolongan dari sesuatu yang tidak berdaya. Puncak dari surah ini adalah ayat-ayat terakhir yang menghancurkan keraguan tentang hari kebangkitan. Allah menjawab pertanyaan sinis, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur?" dengan jawaban yang tegas: "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali." Argumen ini diperkuat dengan contoh api yang bisa keluar dari kayu yang hijau. Jika Allah mampu melakukan itu, maka menghidupkan kembali yang mati adalah hal yang jauh lebih mudah. Surah ini ditutup dengan kalimat yang menjadi inti dari kekuasaan Allah: "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu." Ini adalah deklarasi final tentang kemahakuasaan Allah yang tiada batas, mengakhiri surah ini dengan pesan tauhid yang paling murni.
Ayat 69
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌۙ
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.
Artinya: "Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan Kitab yang jelas,"
Ayat 70
لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
Artinya: "agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir."
Ayat 71
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ
Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fahum lahā mālikūn.
Artinya: "Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?"
Ayat 72
وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ
Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya'kulūn.
Artinya: "Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan."
Ayat 73
وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurūn.
Artinya: "Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?"
Ayat 74
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ
Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarūn.
Artinya: "Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan."
Ayat 75
لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ
Lā yastaṭī'ūna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn.
Artinya: "(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu."
Ayat 76
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ
Falā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrūna wa mā yu'linūn.
Artinya: "Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan."
Ayat 77
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn.
Artinya: "Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata?"
Ayat 78
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.
Artinya: "Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa akan kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
Ayat 79
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌۙ
Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk."
Ayat 80
ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ
Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa'iżā antum minhu tūqidūn.
Artinya: "yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
Ayat 81
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ
Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Artinya: "Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui."
Ayat 82
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqūla lahụ kun fa yakūn.
Artinya: "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu."
Ayat 83
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ūn.
Artinya: "Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."