Membaca Al-Quran adalah pilar ibadah bagi setiap Muslim. Surah-surah pendek, khususnya yang terdapat di Juz Amma, memegang peranan penting dalam shalat dan amalan harian. Bagi mereka yang sedang dalam proses belajar membaca tulisan Arab, transliterasi Latin menjadi jembatan yang sangat membantu. Artikel ini menyediakan kumpulan surah pendek dalam tulisan Latin yang jelas, disertai terjemahan dan penjelasan maknanya untuk memperdalam pemahaman dan kekhusyukan.
Pentingnya Memahami Bacaan Shalat
Shalat adalah tiang agama, dan bacaan di dalamnya adalah inti dari komunikasi kita dengan Allah SWT. Memahami makna dari setiap ayat yang kita lantunkan, terutama surah-surah pendek setelah Al-Fatihah, dapat meningkatkan kualitas shalat secara signifikan. Dari sekadar gerakan dan ucapan, shalat berubah menjadi dialog yang penuh makna dan penghayatan. Tulisan Latin di sini berfungsi sebagai alat bantu pengucapan, namun sangat dianjurkan untuk terus belajar membaca Al-Quran dalam tulisan Arab aslinya dengan bimbingan guru agar makhraj (titik artikulasi huruf) dan tajwid (aturan bacaan) menjadi sempurna.
Surah-surah pendek ini tidak hanya mudah dihafal karena jumlah ayatnya yang sedikit, tetapi juga mengandung pesan-pesan tauhid, akhlak, dan pedoman hidup yang sangat mendalam. Dengan merenungkan artinya, kita dapat mengambil hikmah yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan shalat kita lebih berdampak bagi jiwa dan perilaku.
1. Surah Al-Fatihah (Pembukaan)
Meskipun bukan surah terpendek, Al-Fatihah adalah surah yang paling fundamental dan wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat. Surah ini disebut juga "Ummul Quran" atau induknya Al-Quran karena merangkum seluruh isi pokok ajaran Islam.
Bacaan Arab
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ.
Bacaan Latin
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn. Ar-raḥmānir-raḥīm. Māliki yaumid-dīn. Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn. Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm. Ṣirāṭallażīna an‘amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
- Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
- Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
- Pemilik hari pembalasan.
- Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
- Tunjukilah kami jalan yang lurus.
- (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Penjelasan Makna
Surah Al-Fatihah adalah dialog langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ayat pertama menegaskan bahwa segala sesuatu dimulai dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ayat kedua adalah pengakuan mutlak bahwa segala bentuk pujian dan kesempurnaan hanya milik Allah, Pencipta dan Pemelihara seluruh alam semesta. Ayat ketiga dan keempat mengulang sifat kasih sayang Allah dan menegaskan kekuasaan-Nya yang absolut pada Hari Kiamat, mengingatkan kita akan pertanggungjawaban.
Puncak dari surah ini ada pada ayat kelima, yang merupakan ikrar fundamental seorang Muslim: komitmen untuk hanya menyembah Allah (tauhid ibadah) dan hanya memohon pertolongan kepada-Nya (tauhid isti'anah). Ini adalah deklarasi kemerdekaan dari segala bentuk perbudakan kepada selain Allah. Ayat terakhir adalah doa yang paling esensial: permohonan untuk dibimbing di jalan yang lurus, yaitu jalan para nabi dan orang-orang saleh, serta permohonan agar dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai (seperti kaum yang tahu kebenaran tapi menolaknya) dan jalan orang-orang yang sesat (seperti kaum yang beribadah tanpa ilmu).
2. Surah Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
Surah ini merupakan penegasan paling murni tentang konsep Tauhid (keesaan Allah). Nilainya dianggap setara dengan sepertiga Al-Quran karena inti ajaran Islam, yaitu mengesakan Allah, terkandung di dalamnya.
Bacaan Arab
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ. اَللّٰهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ.
Bacaan Latin
Qul huwallāhu aḥad. Allāhuṣ-ṣamad. Lam yalid wa lam yūlad. Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa."
- Allah tempat meminta segala sesuatu.
- (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
- Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Penjelasan Makna
Surah Al-Ikhlas turun sebagai jawaban tegas terhadap pertanyaan kaum musyrikin dan ahli kitab tentang sifat dan nasab Tuhan. Ayat pertama, "Qul huwallāhu aḥad," adalah fondasi. Kata "Ahad" lebih dalam dari "Wahid" (satu), karena "Ahad" berarti Esa yang mutlak, unik, tidak tersusun dari bagian-bagian, dan tidak ada duanya. Ini menolak segala bentuk syirik dan politeisme.
Ayat kedua, "Allāhuṣ-ṣamad," menjelaskan bahwa Allah adalah Ash-Shamad, yaitu Dzat yang menjadi tumpuan segala makhluk, tempat semua bergantung, sementara Dia tidak membutuhkan siapa pun dan apa pun. Semua makhluk memiliki hajat dan kebutuhan, dan hanya kepada-Nya semua hajat itu dipanjatkan.
Ayat ketiga, "Lam yalid wa lam yūlad," menolak konsep ketuhanan yang antropomorfik (menyerupai manusia). Allah tidak memiliki anak dan tidak dilahirkan, menafikan keyakinan sebagian agama yang menganggap Tuhan memiliki keturunan. Ini adalah penyucian Dzat Allah dari sifat-sifat makhluk yang membutuhkan proses reproduksi untuk melanjutkan eksistensi.
Ayat keempat, "Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad," menjadi penutup yang sempurna, menyatakan bahwa tidak ada satu pun di seluruh alam semesta ini yang sebanding, setara, atau serupa dengan-Nya, baik dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Surah ini adalah deklarasi kemurnian aqidah Islam.
3. Surah Al-Falaq (Waktu Subuh)
Bersama Surah An-Nas, surah ini disebut "Al-Mu'awwidzatain," yaitu dua surah yang berisi permohonan perlindungan. Surah ini mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dari berbagai kejahatan yang datang dari luar diri kita.
Bacaan Arab
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ.
Bacaan Latin
Qul a‘ūżu birabbil-falaq. Min syarri mā khalaq. Wa min syarri gāsiqin iżā waqab. Wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad. Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar)."
- Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.
- Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
- Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya).
- Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.
Penjelasan Makna
Surah ini adalah doa perlindungan yang sangat komprehensif. Kita memulai dengan berlindung kepada "Rabbil-falaq" (Tuhan yang menguasai subuh). Subuh adalah simbol harapan, terangnya setelah kegelapan, dan kehidupan setelah kematian. Ini menyiratkan bahwa Dzat yang mampu membelah kegelapan malam dengan cahaya fajar, pasti mampu melindungi kita dari segala bentuk kegelapan kejahatan.
Permohonan perlindungan ini mencakup empat hal spesifik. Pertama, "dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan," yang bersifat umum, mencakup kejahatan dari manusia, jin, binatang buas, dan segala hal yang berpotensi membahayakan. Kedua, "dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita," karena malam seringkali menjadi waktu di mana kejahatan dan marabahaya lebih mudah terjadi dan menyebar. Ketiga, "dari kejahatan para penyihir," yang merujuk pada kejahatan gaib seperti sihir, santet, dan guna-guna yang berusaha mencelakai orang lain secara tersembunyi. Keempat, "dari kejahatan orang yang dengki," karena kedengkian adalah penyakit hati yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan jahat demi menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya. Surah ini mengajarkan kita untuk selalu waspada dan hanya bersandar pada perlindungan Allah.
4. Surah An-Nas (Manusia)
Surah terakhir dalam Al-Quran ini merupakan doa perlindungan dari kejahatan yang datang dari dalam diri, yaitu bisikan waswas dari setan, baik dari kalangan jin maupun manusia.
Bacaan Arab
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
Bacaan Latin
Qul a‘ūżu birabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās. Minal jinnati wan-nās.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia."
- Rajanya manusia.
- Sembahannya manusia.
- Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi.
- Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
- Dari (golongan) jin dan manusia.
Penjelasan Makna
Jika Al-Falaq fokus pada kejahatan eksternal, An-Nas fokus pada kejahatan internal. Kita berlindung kepada Allah dengan menyebut tiga sifat-Nya yang agung: Rabb (Tuhan yang memelihara), Malik (Raja yang menguasai), dan Ilah (Sembahan yang berhak diibadahi). Penyebutan tiga sifat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk melindungi kita dari musuh yang tak terlihat.
Musuh utama yang dimaksud adalah "al-waswāsil-khannās," yaitu setan pembisik yang bersembunyi. Sifatnya adalah "khannas" (bersembunyi), artinya ia akan membisikkan keraguan, kemalasan, dan keburukan saat kita lalai, namun akan lari dan bersembunyi saat kita mengingat Allah (berdzikir). Targetnya adalah "ṣudūrin-nās" (dada manusia), tempat bersemayamnya hati yang menjadi pusat kendali niat dan keyakinan.
Ayat terakhir menjelaskan bahwa sumber bisikan jahat ini bisa berasal dari dua golongan: jin (setan yang tidak terlihat) dan manusia (setan dalam wujud manusia, yaitu teman atau orang yang mengajak kepada keburukan dan menjauhkan dari kebaikan). Surah ini adalah benteng pertahanan jiwa dari serangan keraguan dan waswas.
5. Surah Al-Kafirun (Orang-Orang Kafir)
Surah ini adalah deklarasi tegas tentang batas-batas toleransi dalam akidah. Ia menolak segala bentuk kompromi dalam hal penyembahan dan keyakinan, mengajarkan prinsip "bagimu agamamu, dan bagiku agamaku."
Bacaan Arab
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ. لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ. وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ. وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ. وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ.
Bacaan Latin
Qul yā ayyuhal-kāfirūn. Lā a‘budu mā ta‘budūn. Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud. Wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum. Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud. Lakum dīnukum wa liya dīn.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!"
- Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
- Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
- Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
- Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
- Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
Penjelasan Makna
Surah Al-Kafirun turun ketika kaum Quraisy mencoba menawarkan kompromi kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka mengusulkan agar Nabi menyembah tuhan mereka selama setahun, dan mereka akan menyembah Tuhan Nabi selama setahun berikutnya. Surah ini datang sebagai penolakan yang absolut dan final.
Pengulangan frasa "aku tidak menyembah apa yang kamu sembah" dan "kamu bukan penyembah apa yang aku sembah" dengan bentuk waktu yang berbeda (sekarang dan akan datang) menunjukkan ketegasan yang total. Tidak ada ruang negosiasi dalam masalah tauhid. Ayat ini menegaskan perbedaan fundamental antara menyembah Allah Yang Esa dan menyembah berhala atau selain-Nya.
Ayat penutup, "Lakum dīnukum wa liya dīn," adalah prinsip dasar dalam hubungan antarumat beragama dalam Islam. Ini bukan berarti mengakui kebenaran agama lain, tetapi merupakan pernyataan kemerdekaan berakidah. Islam tidak memaksa siapa pun untuk memeluknya, namun juga tidak akan pernah mencampuradukkan ajarannya dengan keyakinan lain (sinkretisme). Ini adalah penegasan identitas dan pemisahan yang jelas dalam urusan ibadah, sambil tetap membuka ruang untuk interaksi sosial (muamalah) dalam kehidupan duniawi.
6. Surah An-Nasr (Pertolongan)
Surah ini merupakan salah satu surah terakhir yang turun. Ia membawa kabar gembira tentang kemenangan Islam dan Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah), sekaligus menjadi isyarat akan dekatnya akhir tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Bacaan Arab
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ. وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا.
Bacaan Latin
Iżā jā'a naṣrullāhi wal-fatḥ. Wa ra'aitan-nāsa yadkhulūna fī dīnillāhi afwājā. Fasabbiḥ biḥamdi rabbika wastagfirh, innahụ kāna tawwābā.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
- Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah.
- Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
Penjelasan Makna
Surah ini menggambarkan puncak dari perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama berbicara tentang datangnya "pertolongan Allah dan kemenangan," yang secara spesifik merujuk pada peristiwa Fathu Makkah, di mana kaum Muslimin berhasil menguasai kembali kota suci Mekah tanpa pertumpahan darah yang berarti.
Sebagai hasil dari kemenangan ini, ayat kedua menggambarkan bagaimana manusia dari berbagai kabilah Arab "berbondong-bondong masuk agama Allah." Kemenangan tersebut menjadi bukti nyata kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi, sehingga keraguan sirna dan banyak orang memeluk Islam dengan sukarela.
Ayat ketiga berisi perintah kepada Nabi (dan juga umatnya) tentang bagaimana menyikapi kemenangan besar. Alih-alih berbangga diri atau sombong, respons yang diajarkan adalah dengan memperbanyak tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji-Nya), dan istighfar (memohon ampun). Ini adalah pelajaran kerendahan hati yang luar biasa; bahwa segala kemenangan hakikatnya datang dari Allah, dan sebagai manusia, kita harus senantiasa merasa kurang dan terus memohon ampunan-Nya. Perintah untuk beristighfar di puncak kejayaan juga dipahami oleh para sahabat sebagai isyarat bahwa tugas Nabi telah selesai dan ajalnya sudah dekat.
7. Surah Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)
Surah terpendek dalam Al-Quran ini diturunkan untuk menghibur Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan ejekan kaum kafir. Ia berisi janji nikmat yang melimpah dari Allah dan perintah untuk bersyukur.
Bacaan Arab
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ.
Bacaan Latin
Innā a‘ṭainākal-kauṡar. Faṣalli lirabbika wanḥar. Inna syāni'aka huwal-abtar.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
- Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.
- Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Penjelasan Makna
Surah ini turun saat Nabi Muhammad SAW sedang berduka atas wafatnya putra beliau, Ibrahim. Kaum kafir Quraisy mengejek beliau dengan sebutan "abtar" (yang terputus keturunannya), karena pada masa itu, tidak memiliki anak laki-laki dianggap sebagai aib besar. Allah kemudian menurunkan surah ini sebagai penghiburan.
Ayat pertama, Allah menegaskan telah memberikan "Al-Kautsar" kepada Nabi. "Al-Kautsar" memiliki banyak makna, di antaranya adalah nikmat yang sangat banyak, sebuah telaga di surga, dan keturunan yang banyak melalui putrinya, Fatimah Az-Zahra. Ini adalah jawaban telak bahwa Nabi tidaklah terputus.
Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang melimpah itu, ayat kedua memerintahkan dua ibadah utama: "Faṣalli lirabbika" (maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu) dan "wanḥar" (dan berkurbanlah). Shalat adalah ibadah badan yang paling utama, sementara kurban adalah ibadah harta yang paling utama. Keduanya harus dilakukan murni karena Allah.
Ayat terakhir membalikkan ejekan kaum kafir. Allah menegaskan, "Inna syāni'aka huwal-abtar" (Sungguh, pembencimu itulah yang terputus). Sejarah membuktikan bahwa nama dan ajaran Nabi Muhammad SAW terus dikenang dan diikuti oleh miliaran manusia, sementara para pembencinya telah hilang ditelan zaman, terputus dari sejarah dan rahmat Allah.
8. Surah Al-'Asr (Masa)
Imam Syafi'i pernah berkata, "Seandainya Allah hanya menurunkan surah ini saja, niscaya cukuplah ia menjadi pedoman bagi manusia." Surah ini merangkum kunci keselamatan dan keberhasilan hidup manusia dalam tiga ayat singkat.
Bacaan Arab
وَالْعَصْرِۙ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Bacaan Latin
Wal-‘aṣr. Innal-insāna lafī khusr. Illallażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr.
Terjemahan Bahasa Indonesia
- Demi masa.
- Sungguh, manusia berada dalam kerugian.
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Penjelasan Makna
Surah ini dimulai dengan sumpah Allah, "Wal-'Asr" (Demi masa/waktu). Sumpah ini menunjukkan betapa penting dan berharganya waktu dalam kehidupan manusia. Waktu adalah modal utama yang jika tidak dimanfaatkan, akan membawa kerugian.
Ayat kedua menyatakan sebuah diagnosis universal: "Sungguh, manusia berada dalam kerugian." Secara default, semua manusia merugi karena setiap detik yang berlalu mengurangi jatah usianya, mendekatkannya pada kematian, sementara pertanggungjawaban di akhirat menanti.
Ayat ketiga memberikan resep atau solusi untuk keluar dari kerugian tersebut. Ada empat syarat yang harus dipenuhi secara kumulatif, bukan alternatif. Yaitu:
- Beriman: Memiliki landasan keyakinan yang benar kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan seluruh rukun iman. Ini adalah fondasi.
- Beramal Saleh: Iman harus dibuktikan dengan perbuatan baik yang sesuai dengan syariat. Iman tanpa amal adalah hampa, dan amal tanpa iman tidak diterima.
- Saling Menasihati dalam Kebenaran (Tawāṣau bil-ḥaqq): Kesalehan tidak boleh bersifat individual. Seorang mukmin memiliki tanggung jawab sosial untuk berdakwah, mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, serta berbagi ilmu yang benar.
- Saling Menasihati dalam Kesabaran (Tawāṣau biṣ-ṣabr): Jalan kebenaran penuh dengan ujian dan tantangan. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dalam tiga hal: sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, dan sabar dalam menghadapi takdir atau musibah. Saling menguatkan dalam kesabaran adalah pilar komunitas yang solid.