Mengupas Makna dan Keberkahan Sholawat Manshub

Ilustrasi Cahaya Keberkahan Ilustrasi kaligrafi geometris yang melambangkan cahaya dan keberkahan dari Sholawat Manshub.

Di tengah samudra kehidupan yang penuh dengan gelombang ujian, riak tantangan, dan badai kesulitan, manusia senantiasa mencari sauh spiritual untuk menambatkan hatinya. Sebuah pegangan yang kokoh, sumber ketenangan yang tak lekang oleh waktu, dan wasilah (perantara) untuk mengetuk pintu rahmat Ilahi. Salah satu wasilah agung yang diwariskan oleh para aulia (kekasih Allah) adalah sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sekian banyak mutiara sholawat, muncullah satu untaian doa yang indah, ringkas, namun sarat makna dan keberkahan, yang dikenal sebagai Sholawat Manshub.

Sholawat ini merupakan ijazah dari seorang wali quthub, Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid, atau yang lebih akrab disapa Habib Sholeh Tanggul. Nama "Manshub" sendiri secara harfiah dapat diartikan sebagai "yang dinisbahkan" atau "yang dihubungkan". Dalam konteks ini, sholawat ini menjadi tali penghubung spiritual antara pengamalnya dengan sang penyusun ijazah, Habib Sholeh Tanggul, dan pada puncaknya, terhubung langsung kepada ruh suci Baginda Rasulullah SAW. Keindahan sholawat ini tidak hanya terletak pada susunan katanya, tetapi pada kedalaman permohonan yang terkandung di dalamnya, yang menyentuh empat aspek fundamental dalam perjalanan seorang hamba: pengampunan dosa, perbaikan hati, pelepasan kerumitan, dan pelunakan kesulitan.

Sosok di Balik Mutiara Sholawat: Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid

Untuk memahami kedalaman dan kekuatan sebuah amalan, seringkali kita perlu mengenal sumbernya. Sholawat Manshub tidak dapat dipisahkan dari sosok agung Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Beliau adalah seorang ulama besar dan waliyullah yang kemasyhurannya melintasi batas-batas geografis. Lahir di Wadi 'Amd, Hadramaut, Yaman, beliau membawa cahaya ilmu dan kewalian hingga menetap di Tanggul, sebuah kecamatan kecil di Jember, Jawa Timur, yang kemudian menjadi pusat spiritual yang diziarahi ribuan orang dari berbagai penjuru.

Kehidupan Habib Sholeh adalah cerminan dari akhlak nabawi. Beliau dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan, rendah hati, dan penuh kasih sayang kepada sesama, tanpa memandang latar belakang suku, agama, maupun status sosial. Pintu rumahnya selalu terbuka bagi siapa saja yang datang mencari nasihat, pertolongan, atau sekadar memohon doa. Karomah-karomah beliau begitu masyhur dan tak terhitung jumlahnya, bukan sebagai sesuatu yang dipamerkan, melainkan sebagai manifestasi dari kedekatan beliau dengan Allah SWT dan bukti nyata dari keberkahan yang mengalir melaluinya. Banyak kisah menakjubkan tentang bagaimana doa beliau mampu menyelesaikan masalah yang paling pelik sekalipun, menyembuhkan penyakit yang divonis mustahil oleh medis, dan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak terduga.

Di balik semua karomah tersebut, inti kekuatan spiritual Habib Sholeh terletak pada mahabbah (cinta) yang luar biasa kepada Rasulullah SAW. Lisan beliau tidak pernah kering dari bersholawat. Dari lautan cinta inilah, lahir ijazah Sholawat Manshub. Sholawat ini bukan sekadar susunan kata, melainkan kristalisasi dari pengalaman spiritual, munajat, dan hubungan batin yang mendalam antara Habib Sholeh dengan Allah dan Rasul-Nya. Beliau mewariskan amalan ini kepada para murid dan pecintanya sebagai sebuah "kunci" multi-fungsi untuk membuka pintu-pintu kebaikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, ketika seseorang mengamalkan Sholawat Manshub dengan penuh keyakinan dan adab, ia tidak hanya membaca doa, tetapi juga menyambungkan sanad spiritualnya kepada seorang wali agung yang doanya dikenal mustajab.

Teks, Transliterasi, dan Terjemahan Sholawat Manshub

Berikut adalah lafadz lengkap dari Sholawat Manshub yang menjadi wasilah agung bagi para pengamalnya.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَغْفِرُ بِهَا الذُّنُوْبَ , وَتُصْلِحُ بِهَا الْقُلُوْبَ , وَتَنْطَلِقُ بِهَا الْعُصُوْبُ , وَتَلِيْنُ بِهَا الصُّعُوْبُ , وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اِلَيْهِ مَنْسُوْبٌ

"Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin, shalaatan taghfiru bihadz-dzunuub, wa tushlihu bihal-quluub, wa tantholiqu bihal-'ushuub, wa taliinu bihas-shu'uub, wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man ilaihi mansuub."

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, dengan sebuah rahmat (sholawat) yang dengannya Engkau mengampuni dosa-dosa, yang dengannya Engkau memperbaiki hati, yang dengannya Engkau melepaskan semua kesulitan (ikatan), dan yang dengannya Engkau melunakkan segala kegoncangan (kesukaran), dan curahkan pula rahmat kepada keluarga beliau, para sahabat beliau, dan kepada siapa saja yang terhubung (bernasab) kepada beliau."

Menyelami Samudra Makna Sholawat Manshub

Keagungan Sholawat Manshub terletak pada empat permohonan inti yang terkandung di dalamnya. Setiap kalimat adalah sebuah doa yang menyentuh aspek paling fundamental dalam kehidupan seorang manusia. Mari kita selami makna dari setiap permohonan tersebut.

1. Permohonan Pengampunan Dosa: "Shalaatan Taghfiru Bihadz-Dzunuub"

Permohonan pertama yang diajukan dalam sholawat ini adalah pengampunan dosa. Ini adalah fondasi dari segala kebaikan. Dosa diibaratkan sebagai noda yang mengotori cermin hati, menghalangi cahaya hidayah, dan menjadi penyebab utama berbagai kesulitan dalam hidup. Ketika seorang hamba terbelenggu oleh dosa, rezekinya bisa tersendat, hatinya gelisah, doanya sulit terkabul, dan hubungannya dengan Sang Pencipta menjadi renggang.

Dengan bertawasul melalui sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, kita memohon kepada Allah Yang Maha Pengampun (Al-Ghafur) agar membersihkan diri kita. Rasulullah SAW adalah syafi' (pemberi syafaat) yang paling agung. Bersholawat kepada beliau adalah cara paling efektif untuk menarik rahmat Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, "Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali." Sholawat dari Allah bisa bermakna rahmat, ampunan, dan pujian di hadapan para malaikat. Jadi, permohonan ini adalah langkah awal untuk purifikasi diri, membersihkan catatan amal, dan membuka kembali saluran komunikasi spiritual yang jernih dengan Allah SWT. Tanpa ampunan, permohonan-permohonan berikutnya akan sulit untuk terwujud secara sempurna.

2. Permohonan Perbaikan Hati: "Wa Tushlihu Bihal-Quluub"

Setelah memohon pembersihan dari noda eksternal (dosa), permohonan kedua berfokus pada perbaikan internal, yaitu hati (qalb). Hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuh. Jika hati baik, maka baik pula seluruh amal perbuatan. Sebaliknya, jika hati rusak, maka rusak pula segalanya. Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, ia adalah hati."

Hati dapat terjangkit berbagai penyakit spiritual seperti kesombongan (kibr), iri hati (hasad), riya' (pamer), cinta dunia yang berlebihan (hubbud-dunya), dan dendam. Penyakit-penyakit ini lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena dapat menghancurkan iman dan kebahagiaan abadi di akhirat. Permohonan "memperbaiki hati" dalam Sholawat Manshub adalah sebuah permintaan kepada Allah untuk melakukan "operasi spiritual". Kita memohon agar Allah membersihkan hati kita dari segala penyakit, melunakkannya agar mudah menerima kebenaran, mengisinya dengan cahaya iman, ketakwaan, rasa syukur, sabar, dan cinta kepada-Nya serta kepada Rasul-Nya. Hati yang sehat (qalbun salim) adalah kunci ketenangan sejati dan sumber kebahagiaan hakiki.

3. Permohonan Pelepasan Kerumitan: "Wa Tantholiqu Bihal-'Ushuub"

Kata 'ushuub' dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang bermakna "ikatan" atau "simpul yang sulit dilepaskan". Dalam konteks doa ini, ia dapat dimaknai secara luas sebagai segala bentuk kerumitan, kebuntuan, dan masalah yang terasa mengikat. Ini bisa berupa kebuntuan dalam berpikir, kesulitan mencari solusi, masalah finansial yang membelit, konflik dalam hubungan interpersonal, hingga beban psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi yang seolah "mengikat" saraf dan pikiran.

Permohonan "tantholiqu bihal-'ushuub" adalah doa agar Allah melepaskan semua ikatan tersebut. Seolah-olah kita meminta agar setiap simpul masalah yang rumit diurai satu per satu oleh-Nya. Ini adalah permohonan untuk mendapatkan kejernihan pikiran, ilham untuk menemukan jalan keluar, dan kekuatan untuk menghadapi tantangan. Ketika ikatan-ikatan ini terlepas, seseorang akan merasakan kelegaan luar biasa, pikirannya menjadi lebih lapang, dan ia dapat bergerak maju dalam hidupnya tanpa terbebani oleh masalah yang selama ini menghambatnya. Keberkahan sholawat diyakini mampu membuka "pintu-pintu" yang sebelumnya tertutup rapat dan memberikan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka.

4. Permohonan Pelunakan Kesulitan: "Wa Taliinu Bihas-Shu'uub"

Jika permohonan ketiga adalah tentang melepaskan ikatan masalah, permohonan keempat, "taliinu bihas-shu'uub", lebih berfokus pada melunakkan atau memudahkan segala sesuatu yang terasa keras dan sulit. Kata 'shu'uub' merujuk pada segala bentuk kesukaran, rintangan, dan hal-hal yang berat untuk dihadapi. Ini bisa berupa urusan pekerjaan yang sulit, ujian hidup yang berat, menghadapi orang yang berwatak keras, atau kondisi kehidupan yang penuh tantangan.

Doa ini adalah permohonan agar Allah menjadikan yang keras menjadi lunak, yang sulit menjadi mudah. Ini adalah manifestasi dari keyakinan bahwa bersama setiap kesulitan, pasti ada kemudahan (inna ma'al-'usri yusra). Dengan berkah sholawat, kita berharap Allah menurunkan pertolongan-Nya sehingga rintangan yang tadinya tampak seperti gunung batu yang mustahil didaki, berubah menjadi jalan setapak yang mudah dilalui. Allah berkuasa melunakkan hati yang keras, memudahkan urusan yang rumit, dan mengubah situasi yang tidak menguntungkan menjadi penuh hikmah dan kebaikan. Ini adalah doa untuk mendapatkan taisir (kemudahan) dalam setiap langkah kehidupan.

Fadhilah dan Keutamaan Mengamalkan Sholawat Manshub

Berdasarkan pengalaman para pengamalnya dan ijazah dari Habib Sholeh Tanggul sendiri, Sholawat Manshub diyakini memiliki banyak sekali fadhilah (keutamaan). Keempat permohonan yang terkandung di dalamnya secara langsung mencerminkan manfaat yang dapat diraih oleh orang yang istiqomah membacanya. Beberapa fadhilah yang masyhur antara lain:

Cara Mengamalkan Sholawat Manshub

Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku dan kaku dalam mengamalkan Sholawat Manshub. Ia dapat dibaca kapan saja dan di mana saja. Namun, para ulama dan orang-orang sholeh seringkali memberikan petunjuk untuk mengoptimalkan keberkahannya. Salah satu cara yang paling umum diijazahkan adalah membacanya sebanyak 11 kali atau 41 kali setiap selesai sholat fardhu atau pada waktu-waktu mustajab lainnya seperti di sepertiga malam terakhir.

Kunci utama dalam mengamalkan sholawat ini, sebagaimana amalan lainnya, adalah istiqomah (konsistensi) dan hudhurul qalb (kehadiran hati). Membacanya dengan jumlah sedikit tetapi rutin dan penuh penghayatan jauh lebih baik daripada membacanya dalam jumlah banyak tetapi hanya sesekali dan dengan hati yang lalai. Sebelum memulai, hendaknya menata niat dengan tulus karena Allah SWT, menghadiahkan bacaan Al-Fatihah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya, serta secara khusus kepada shahibul ijazah, Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid.

Dengan adab dan ketulusan seperti ini, insya Allah, keberkahan Sholawat Manshub akan mengalir deras ke dalam kehidupan kita, menjadi penawar bagi setiap duka, solusi bagi setiap masalah, dan cahaya yang menerangi jalan kita menuju keridhaan Allah SWT.

Penutup: Sebuah Kunci Universal

Sholawat Manshub adalah sebuah anugerah agung, warisan berharga dari seorang kekasih Allah untuk umat yang merindukan kedekatan dengan-Nya. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah paket doa komprehensif yang mencakup seluruh aspek kebutuhan seorang hamba: pembersihan spiritual, kesehatan batin, solusi masalah, dan kemudahan dalam segala urusan. Ia adalah kunci universal yang dapat digunakan untuk membuka berbagai pintu kebaikan yang mungkin terasa tertutup.

Di zaman yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan ini, kembali kepada amalan-amalan seperti Sholawat Manshub adalah sebuah keniscayaan. Ia adalah oase di tengah padang pasir, pelita di tengah kegelapan, dan tali yang menghubungkan kita dengan sumber segala kekuatan dan rahmat. Semoga kita semua diberikan taufik dan hidayah untuk dapat mengamalkannya dengan istiqomah, sehingga kita dapat merasakan sendiri lautan keberkahan yang terkandung di dalamnya, dan kelak dikumpulkan bersama para pecinta Rasulullah SAW di surga-Nya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage