Industri peternakan ayam petelur merupakan sektor yang sangat dinamis dan menuntut perhatian detail pada setiap fase pertumbuhan. Keberhasilan dalam menghasilkan telur berkualitas tinggi dan mencapai puncak produksi (peak production) yang maksimal sangat bergantung pada implementasi manajemen perawatan yang ketat, terstruktur, dan berbasis ilmu pengetahuan. Perawatan ayam petelur tidak hanya sekadar memberi makan dan minum, melainkan melibatkan kontrol lingkungan, nutrisi presisi, program kesehatan yang komprehensif, serta manajemen stres yang efektif. Artikel ini akan mengupas tuntas seluruh aspek krusial dalam perawatan ayam petelur, mulai dari tahap Day Old Chick (DOC) hingga fase afkir (culling).
Fase awal kehidupan ayam petelur, atau DOC (Day Old Chick), adalah periode paling kritis yang menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan organ vital. Kesalahan manajemen pada fase ini hampir tidak mungkin diperbaiki pada fase selanjutnya dan akan berdampak langsung pada produktivitas telur di masa depan.
Kandang brooding harus disiapkan minimal tiga hari sebelum kedatangan DOC. Persiapan meliputi sanitasi total, desinfeksi, dan pemanasan. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan mikro yang menyerupai kondisi inkubasi alami.
Seluruh permukaan kandang, peralatan pakan, dan minum harus dicuci bersih dan didesinfeksi. Idealnya, gunakan desinfektan yang efektif terhadap virus dan bakteri, serta biarkan kandang beristirahat (kosong) selama 10–14 hari jika memungkinkan.
Suhu adalah faktor terpenting. DOC sangat rentan terhadap pendinginan (chilling). Suhu ideal di lantai brooding pada hari pertama adalah sekitar 32–33°C, dan harus diturunkan secara bertahap 0.5°C setiap hari hingga mencapai suhu ruangan normal (sekitar 21–24°C) pada minggu keenam.
Dalam 48 jam pertama, DOC harus segera mendapatkan akses ke air minum yang mengandung elektrolit, vitamin, atau gula untuk mengembalikan energi pasca-penetasan. Pakan starter harus disajikan di atas alas pakan tambahan (seperti kertas koran atau nampan) agar mudah dijangkau. Pakan starter harus memiliki kandungan protein yang tinggi (sekitar 20–22%) untuk mendukung pertumbuhan kerangka dan organ yang cepat.
Pada fase DOC, pencahayaan biasanya dipertahankan selama 23–24 jam per hari dengan intensitas tinggi. Ini bertujuan untuk mendorong konsumsi pakan dan air minum secara maksimal, sehingga meningkatkan keseragaman (uniformity) kawanan.
Pengawasan berat badan mingguan adalah tolok ukur utama keberhasilan fase starter. Ayam harus mencapai target berat standar genetiknya. Uniformitas kawanan (persentase ayam yang beratnya berada dalam ±10% dari rata-rata berat kawanan) harus dipertahankan di atas 80%. Uniformitas yang buruk pada fase ini akan menghasilkan ayam dewasa dengan kematangan seksual yang tidak serentak, menyebabkan produksi telur yang tidak optimal.
Fase grower adalah periode pembangunan fondasi fisiologis. Selama periode ini, fokus utama adalah membangun kerangka tulang yang kuat, sistem pencernaan yang efisien, dan mempersiapkan sistem reproduksi untuk bertelur. Kesalahan pada fase ini, terutama kegagalan dalam mencapai berat badan target, akan mengurangi jumlah telur yang dapat dihasilkan sepanjang siklus produksi.
Pakan grower memiliki kandungan energi dan protein yang lebih rendah (sekitar 16–18% protein kasar) dibandingkan pakan starter. Ini dilakukan untuk mengendalikan tingkat pertumbuhan sehingga ayam tidak mencapai kematangan seksual terlalu cepat (prematur). Namun, kandungan mineral, terutama kalsium dan fosfor, harus tetap seimbang untuk memastikan mineralisasi tulang yang maksimal.
| Fase | Protein Kasar (%) | Energi Metabolik (Kkal/kg) | Kalsium (%) |
|---|---|---|---|
| Starter (0–6 Mg) | 20 – 22 | 2800 – 2950 | 0.9 – 1.0 |
| Grower (7–18 Mg) | 16 – 18 | 2750 – 2850 | 0.8 – 0.9 |
Pada fase grower, seringkali diterapkan pemberian pakan terbatas (skip-a-day atau pembatasan harian) untuk mengontrol berat badan dan menghindari timbunan lemak berlebihan yang dapat mengganggu sistem reproduksi. Pembatasan ini harus dilakukan dengan hati-hati berdasarkan kurva berat badan standar galur genetik yang digunakan.
Perkembangan tulang meduler adalah proses vital. Tulang meduler bertindak sebagai cadangan kalsium utama yang akan digunakan untuk pembentukan kerabang telur. Jika ayam memasuki fase produksi dengan cadangan tulang yang lemah, mereka akan mengalami masalah kualitas kerabang (tipis, rapuh) dan berpotensi mengalami kelelahan kandang (cage fatigue).
Pencahayaan adalah kunci untuk memicu produksi telur. Ayam petelur mencapai kematangan seksual ketika berat badan target tercapai DAN mereka diberi stimulasi cahaya yang meningkat. Stimulasi cahaya tidak boleh dimulai sebelum target berat badan tercapai, biasanya sekitar minggu ke-17 atau ke-18.
Fase produksi adalah puncak investasi peternak. Fokus beralih dari pertumbuhan kerangka menjadi konversi pakan yang efisien menjadi telur. Periode ini dibagi menjadi beberapa sub-fase: pra-puncak, puncak produksi, dan pasca-puncak.
Perubahan pakan dari Grower ke Layer harus dilakukan segera setelah 5% ayam mulai bertelur atau ketika stimulasi cahaya dimulai. Pakan layer harus mengandung kalsium yang sangat tinggi (3.5% hingga 4.5%) dan protein yang cukup (17–19%).
Kalsium tidak boleh hanya berupa bubuk. Minimal 60% kalsium harus diberikan dalam bentuk partikel besar (seperti cangkang tiram atau batu kapur kasar/granula). Partikel besar ini tersimpan sementara di gizzard dan dilepaskan perlahan saat malam hari, saat pembentukan kerabang terjadi. Jika kalsium hanya berbentuk bubuk, ia akan cepat dicerna dan kalsium darah akan rendah pada malam hari, menyebabkan kerabang tipis.
Pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa agar asupan kalsium maksimal terjadi pada sore hari (sekitar 6–8 jam sebelum gelap) karena pembentukan kerabang terjadi pada malam hari. Memberikan pakan pada sore hari memastikan partikel kalsium tersedia di saluran pencernaan saat dibutuhkan.
Konsumsi air minum adalah indikator kesehatan yang sangat sensitif dan sangat terkait dengan konsumsi pakan. Rasio konsumsi air terhadap pakan biasanya adalah 2:1 hingga 3:1. Jika asupan air menurun, asupan pakan juga akan menurun drastis, menyebabkan penurunan produksi telur. Pastikan air selalu bersih, dingin, dan bebas dari biofilm (lapisan lendir bakteri di pipa).
Suhu ideal untuk ayam petelur dewasa berkisar antara 18°C hingga 24°C (zona nyaman termal). Suhu di atas 28°C menyebabkan stres panas, yang mengakibatkan penurunan konsumsi pakan, penurunan ukuran telur, dan kualitas kerabang yang buruk. Kandang modern (tertutup/closed house) menggunakan sistem ventilasi terowongan (tunnel ventilation) untuk mempertahankan suhu stabil dan menghilangkan gas berbahaya seperti amonia.
Amonia (NH3) yang timbul dari kotoran harus dijaga di bawah 10 ppm. Kadar amonia yang tinggi merusak selaput lendir mata dan saluran pernapasan, membuat ayam rentan terhadap penyakit pernapasan kronis (CRD).
Biosekuriti adalah garis pertahanan pertama dan terpenting. Ini melibatkan serangkaian praktik untuk mencegah masuknya agen penyakit ke dalam peternakan. Biosekuriti harus diterapkan secara ketat dalam tiga tingkatan: struktural, konseptual, dan operasional.
Program vaksinasi harus disesuaikan dengan tantangan penyakit spesifik di wilayah geografis Anda, namun beberapa vaksinasi inti harus dilakukan:
Semua karyawan harus menggunakan pakaian dan alas kaki khusus peternakan. Kendaraan dan pengunjung harus melalui prosedur disinfeksi ketat (mandi, celup kaki/roda) sebelum memasuki area kandang. Idealnya, batasi akses hanya pada staf inti.
Tujuan akhir adalah telur berkualitas. Kualitas dipengaruhi oleh genetika, nutrisi (terutama vitamin D3, kalsium, dan fosfor), dan manajemen kandang.
Telur harus dikumpulkan sesering mungkin—minimal 3 hingga 5 kali sehari. Semakin lama telur berada di kandang, semakin tinggi risiko kontaminasi dan kerusakan kerabang. Telur yang kotor harus dibersihkan secara kering (dry cleaning) dan jika perlu didesinfeksi dengan protokol yang tepat.
Telur harus segera dipindahkan ke ruang penyimpanan yang sejuk dan lembap. Suhu ideal penyimpanan adalah 13°C hingga 18°C dengan kelembapan relatif 70–80%. Penyimpanan yang tidak tepat, terutama pada suhu tinggi, menyebabkan penurunan kualitas putih telur (albumen) dan pelebaran kantong udara.
Meskipun biosekuriti sudah ketat, peternak harus siap menghadapi penyakit. Diagnosis dini dan intervensi cepat adalah penentu kerugian finansial.
Stres adalah musuh utama produktivitas. Stres dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan, perpindahan kandang, vaksinasi, atau kepadatan yang berlebihan. Stres yang berkepanjangan meningkatkan hormon kortisol yang menekan sistem imun dan menghambat produksi telur.
Pemotongan paruh adalah praktik standar untuk mencegah kanibalisme dan tumpah ruah pakan (feed wastage). Prosedur harus dilakukan oleh personel terlatih, biasanya dua kali: saat DOC (trimming) dan pengulangan pada fase grower (sekitar 6–10 minggu). Prosedur yang buruk menyebabkan rasa sakit kronis dan mengurangi asupan pakan.
Kepadatan yang optimal sangat penting. Kepadatan yang terlalu tinggi meningkatkan kompetisi pakan, suhu tubuh kawanan, dan stres. Standar kepadatan berbeda antara kandang baterai (cage system) dan kandang lantai (litter system).
Selama periode stres (misalnya, perpindahan, cuaca ekstrem, atau pasca-vaksinasi), pemberian vitamin C, vitamin E, dan elektrolit melalui air minum sangat dianjurkan untuk membantu ayam mengatasi dampak fisiologis stres.
Peternakan modern harus didukung oleh data. Keputusan berbasis data adalah pembeda antara operasional yang efisien dan yang merugi.
Data yang harus dicatat dan dianalisis setiap hari meliputi:
FCR (kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram telur) adalah metrik efisiensi terpenting. FCR yang baik pada puncak produksi berkisar antara 2.0 hingga 2.2. FCR yang memburuk menunjukkan masalah nutrisi, penyakit, atau manajemen lingkungan (misalnya, stres panas yang menyebabkan ayam "boros" makan untuk maintenance).
Mencapai dan mempertahankan puncak produksi yang tinggi (di atas 90%) selama beberapa minggu membutuhkan perhatian terhadap tantangan yang sering diabaikan.
Seiring bertambahnya usia ayam (setelah 40 minggu), ukuran telur cenderung meningkat, namun kemampuan ayam untuk memobilisasi kalsium menurun, menyebabkan kerabang menjadi lebih tipis. Strategi penanggulangan meliputi:
Kanibalisme sering dipicu oleh cahaya yang terlalu terang, kepadatan yang tinggi, atau kekurangan nutrisi (terutama garam/natrium). Solusi meliputi: memotong paruh secara benar, menurunkan intensitas cahaya ke tingkat yang direkomendasikan (misalnya 5–10 lux), dan memastikan formulasi pakan mencukupi semua mineral esensial.
Dalam sistem kandang baterai, kotoran harus dibersihkan secara teratur (mingguan atau menggunakan ban berjalan otomatis) untuk mengurangi produksi amonia dan mencegah tempat berkembang biak lalat. Dalam sistem kandang lantai, manajemen litter (sekam) yang kering sangat penting. Litter yang basah adalah sumber amonia, koksidiosis, dan penyakit kaki.
Lalat, tikus, dan burung liar adalah vektor penyakit serius. Program pengendalian hama harus diterapkan secara menyeluruh:
Keputusan untuk mengakhiri siklus produksi (afkir atau culling) adalah keputusan ekonomi yang kritis.
Ayam biasanya diafkir ketika laju produksi telur turun di bawah tingkat yang menguntungkan (biasanya di bawah 65–70% HDP) atau ketika kualitas kerabang telur sudah sangat buruk sehingga kerugian akibat telur pecah melebihi keuntungan pakan. Siklus produksi standar berlangsung antara 70 hingga 90 minggu, tergantung galur genetik dan harga pasar.
Peternak harus rutin menghitung titik impas produksi. Ini melibatkan perbandingan antara biaya pakan per ekor per hari (feed cost) dengan pendapatan telur per ekor per hari (egg revenue). Ketika biaya pakan melebihi pendapatan kotor dari telur, saatnya mempertimbangkan afkir.
Perawatan ayam petelur adalah seni yang menggabungkan ilmu biologi, nutrisi, dan manajemen operasional. Keberhasilan jangka panjang memerlukan pendekatan holistik, di mana setiap fase kehidupan ayam, mulai dari DOC hingga masa produksi akhir, dikelola dengan standar tertinggi. Investasi dalam biosekuriti, nutrisi presisi berdasarkan usia, dan manajemen lingkungan yang stabil akan menghasilkan rasio konversi pakan yang efisien, tingkat produksi yang tinggi, dan kualitas telur yang unggul, menjamin profitabilitas dan keberlanjutan usaha peternakan.