Oftalmoskopi adalah salah satu teknik pemeriksaan mata yang paling fundamental dan informatif dalam bidang oftalmologi dan kedokteran umum. Prosedur non-invasif ini memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam mata, khususnya fundus (retina, diskus optikus, dan pembuluh darah retina), sehingga dapat mendeteksi berbagai kondisi kesehatan yang memengaruhi mata dan bahkan kondisi sistemik yang bermanifestasi di mata. Dari penyakit mata spesifik seperti glaukoma dan degenerasi makula hingga kondisi umum seperti diabetes dan hipertensi, oftalmoskopi memegang peran krusial dalam diagnosis dini dan manajemen penyakit.
Sejak penemuan oftalmoskop oleh Hermann von Helmholtz pada tahun 1851, alat ini telah menjadi pilar dalam praktik medis. Kemampuannya untuk secara langsung memvisualisasikan struktur saraf dan vaskular terkecil di tubuh menjadikannya instrumen yang tak ternilai. Dalam artikel komprehensif ini, kita akan menjelajahi setiap aspek oftalmoskopi, mulai dari prinsip dasar, anatomi yang relevan, berbagai jenis teknik, persiapan yang diperlukan, hingga interpretasi temuan normal dan abnormal. Kami juga akan membahas keterbatasan prosedur ini dan bagaimana perannya terus berkembang seiring kemajuan teknologi.
Gambar 1: Ilustrasi sederhana penampang mata, menunjukkan bagian-bagian penting yang terlihat saat oftalmoskopi.
1. Apa itu Oftalmoskopi?
Secara etimologis, "oftalmoskopi" berasal dari bahasa Yunani "ophthalmos" yang berarti mata dan "skopein" yang berarti melihat. Jadi, oftalmoskopi secara harfiah berarti "melihat ke dalam mata". Ini adalah pemeriksaan klinis yang memungkinkan dokter untuk mengevaluasi fundus okuli, yaitu bagian belakang interior mata. Area ini mencakup retina (lapisan fotosensitif yang mengubah cahaya menjadi impuls saraf), diskus optikus (tempat saraf optik keluar dari mata dan mengirimkan informasi visual ke otak), pembuluh darah retina (arteri dan vena yang memberi nutrisi retina), dan kadang-kadang sebagian dari koroid (lapisan vaskular di bawah retina) dan vitreous (gel bening yang mengisi rongga mata).
Tujuan utama dari oftalmoskopi adalah untuk:
Mendeteksi Penyakit Mata: Seperti glaukoma, retinopati diabetik, degenerasi makula, ablasio retina, tumor intraokular, dan peradangan.
Mendeteksi Kondisi Sistemik: Mata sering disebut sebagai "jendela" bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan karena pembuluh darah dan jaringan sarafnya dapat langsung dilihat. Kondisi seperti hipertensi, diabetes, dan beberapa penyakit neurologis dapat menunjukkan tanda-tanda spesifik di fundus.
Mengevaluasi Gejala Visual: Ketika pasien melaporkan gejala seperti penglihatan kabur, kehilangan penglihatan mendadak, floaters, atau kilatan cahaya, oftalmoskopi adalah langkah penting untuk menemukan penyebabnya.
Memantau Progres Penyakit: Untuk pasien dengan kondisi mata atau sistemik kronis, oftalmoskopi berulang membantu memantau efektivitas pengobatan dan perkembangan penyakit.
Pemeriksaan ini relatif cepat, umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, dan memberikan informasi diagnostik yang sangat berharga. Fleksibilitasnya menjadikannya alat yang esensial tidak hanya bagi oftalmolog tetapi juga dokter umum, ahli neurologi, ahli endokrinologi, dan ahli pediatri.
2. Sejarah Singkat Oftalmoskopi
Meskipun konsep untuk melihat ke dalam mata telah ada dalam pemikiran manusia selama berabad-abad, realisasi praktisnya baru terjadi pada pertengahan abad ke-19. Sebelum penemuan oftalmoskop, dokter hanya bisa mengamati bagian depan mata. Mempelajari fundus tetap menjadi misteri.
Momen terobosan datang pada tahun 1851 ketika seorang fisikawan dan fisiolog Jerman, Hermann von Helmholtz, menemukan oftalmoskop modern pertama. Helmholtz, yang juga dikenal atas kontribusinya dalam termodinamika, elektromagnetisme, dan optik, menciptakan alat yang menggunakan cermin datar dan lensa konveks untuk memproyeksikan cahaya ke dalam mata pasien dan mengarahkan pantulan cahaya kembali ke mata pemeriksa. Penemuan ini segera merevolusi kedokteran mata, membuka era baru dalam pemahaman dan diagnosis penyakit mata.
Oftalmoskop awal Helmholtz adalah instrumen sederhana tetapi jenius. Sejak saat itu, banyak penyempurnaan telah dilakukan. Jan Purkyně dari Praha telah melakukan percobaan serupa beberapa tahun sebelumnya, namun Helmholtz lah yang mempublikasikan penemuannya secara luas dan menjelaskan prinsip optiknya dengan detail.
Dalam beberapa dekade berikutnya, berbagai modifikasi dan penyempurnaan muncul. Richard Liebreich, seorang oftalmolog Jerman, mengembangkan oftalmoskop direk yang lebih praktis pada tahun 1855, memungkinkan pandangan yang lebih jelas dan lebih mudah digunakan. Kemudian, oftalmoskopi indirek, yang memberikan pandangan stereoskopik dan area pandang yang lebih luas, dikembangkan dan disempurnakan seiring waktu. Saat ini, teknologi digital telah memungkinkan fundus fotografi dan pencitraan resolusi tinggi lainnya, namun prinsip dasar yang diletakkan oleh Helmholtz tetap menjadi fondasi.
3. Anatomi Mata yang Relevan untuk Oftalmoskopi
Untuk memahami apa yang dilihat selama oftalmoskopi dan bagaimana menginterpretasikannya, penting untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang anatomi fundus okuli. Bagian-bagian utama yang akan dinilai meliputi:
3.1. Retina
Retina adalah lapisan jaringan saraf fotosensitif yang melapisi bagian dalam mata. Fungsinya adalah menangkap cahaya dan mengubahnya menjadi impuls listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui saraf optik. Retina terdiri dari beberapa lapisan sel, termasuk fotoreseptor (batang dan kerucut), sel bipolar, sel ganglion, dan sel penyokong lainnya. Dalam oftalmoskopi, kita melihat permukaan bagian dalam retina.
Fovea dan Makula: Makula adalah area kecil di tengah retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral yang tajam dan detail, serta penglihatan warna. Di pusat makula terdapat fovea, cekungan kecil yang merupakan titik ketajaman penglihatan tertinggi. Makula umumnya tampak sedikit lebih gelap dibandingkan sisa retina karena konsentrasi pigmen dan tidak adanya pembuluh darah besar. Refleks fovea, bintik cahaya kecil di fovea, adalah tanda kesehatan makula.
Pembuluh Darah Retina: Jaringan arteri dan vena retina bercabang dari diskus optikus, menyebar ke seluruh permukaan retina. Arteri retina cenderung lebih tipis dan berwarna lebih terang daripada vena retina, yang lebih tebal, lebih gelap, dan lebih berkelok-kelok. Rasio arteri-vena (A:V ratio) adalah indikator penting kesehatan vaskular retina.
Retina Perifer: Area retina di luar makula dan arkus pembuluh darah utama. Meskipun tidak bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan sentral, retina perifer penting untuk penglihatan malam dan penglihatan tepi. Pemeriksaan perifer memerlukan teknik oftalmoskopi tertentu, terutama oftalmoskopi indirek.
3.2. Diskus Optikus (Optic Disc)
Diskus optikus adalah bintik melingkar atau oval di bagian posterior mata tempat serabut saraf ganglion dari retina berkumpul dan keluar dari mata sebagai saraf optik. Ini adalah satu-satunya bagian saraf optik yang dapat dilihat secara langsung. Diskus optikus sering disebut "bintik buta" karena tidak mengandung fotoreseptor, sehingga tidak ada penglihatan pada area tersebut.
Warna: Normalnya, diskus optikus berwarna merah muda-oranye, menunjukkan suplai darah yang sehat dan akson saraf yang berfungsi.
Batas: Batas diskus harus jelas dan tajam. Batas yang kabur atau elevasi bisa menjadi tanda papiledema (pembengkakan diskus optikus karena peningkatan tekanan intrakranial).
Cawan Optikus (Optic Cup): Ini adalah lekukan sentral di dalam diskus optikus. Rasio antara diameter cawan dan diameter diskus (rasio C/D atau cup-to-disc ratio) adalah parameter penting dalam diagnosis glaukoma. Peningkatan rasio C/D atau asimetri antara kedua mata dapat mengindikasikan kerusakan saraf optik akibat glaukoma.
Pembuluh Darah Sentral: Arteri dan vena retina sentral keluar dan masuk melalui pusat diskus optikus.
Gambar 2: Diagram fundus mata normal, menunjukkan lokasi diskus optikus, makula, fovea, serta pola percabangan arteri dan vena retina.
3.3. Vitreous
Vitreous adalah zat seperti gel bening yang mengisi rongga mata antara lensa dan retina. Normalnya, vitreous jernih dan tidak terlihat saat oftalmoskopi. Namun, jika ada perdarahan, peradangan (vitritis), atau benda asing (misalnya, floaters atau debris seluler), vitreous dapat tampak keruh atau mengandung opasitas, yang dapat mengganggu pandangan ke retina.
3.4. Koroid
Koroid adalah lapisan vaskular yang terletak antara retina dan sklera (lapisan terluar mata). Fungsinya adalah memberi nutrisi pada lapisan luar retina. Koroid biasanya tidak terlihat jelas selama oftalmoskopi standar kecuali pada individu dengan retina yang sangat tipis atau pigmen yang sedikit (misalnya, pada individu ras Kaukasia), di mana pembuluh darah koroid yang lebih besar mungkin terlihat sebagai latar belakang yang kemerahan atau kecoklatan.
4. Prinsip Dasar Oftalmoskopi
Oftalmoskopi bekerja berdasarkan prinsip optik yang memungkinkan cahaya masuk ke mata pasien dan pantulan cahaya dari fundus kembali ke mata pemeriksa, sehingga memungkinkan visualisasi. Tanpa oftalmoskop, sangat sulit untuk melihat fundus karena pantulan cahaya dari kornea dan lensa mata itu sendiri akan menghalangi pandangan (disebut refleks pantul). Oftalmoskop dirancang untuk mengatasi masalah ini.
Secara sederhana, oftalmoskop berfungsi dengan:
Sumber Cahaya: Sebuah lampu kecil di dalam oftalmoskop memancarkan berkas cahaya yang kuat.
Sistem Lensa dan Cermin: Cahaya ini diarahkan melalui sistem lensa dan cermin (atau prisma) untuk masuk ke mata pasien melalui pupil. Cahaya ini menerangi fundus.
Pantulan dari Fundus: Cahaya memantul dari fundus pasien.
Jalur Observasi: Oftalmoskop dirancang sedemikian rupa sehingga cahaya yang dipantulkan dari fundus pasien mengikuti jalur yang berbeda dari cahaya insiden, melewati lubang pengamatan kecil (aperture) di oftalmoskop dan masuk ke mata pemeriksa. Ini mencegah pantulan dari permukaan mata depan pasien (kornea dan lensa) mengaburkan pandangan.
Sistem Koreksi Lensa: Oftalmoskop juga memiliki serangkaian lensa diopters yang dapat diputar. Ini memungkinkan pemeriksa untuk mengkompensasi kesalahan refraksi pasien (miopia, hiperopia) dan kesalahan refraksi pemeriksa sendiri, serta untuk fokus pada kedalaman yang berbeda di dalam mata (misalnya, retina, diskus optikus, atau bahkan vitreous).
Magnifikasi atau pembesaran yang dihasilkan bervariasi tergantung pada jenis oftalmoskop dan status refraksi mata. Oftalmoskopi direk menghasilkan pembesaran sekitar 15 kali, sedangkan oftalmoskopi indirek menghasilkan pembesaran yang lebih rendah (sekitar 2-5 kali) tetapi dengan bidang pandang yang jauh lebih luas.
5. Jenis-jenis Oftalmoskopi
Ada dua jenis utama oftalmoskopi yang digunakan dalam praktik klinis: oftalmoskopi direk dan oftalmoskopi indirek. Masing-masing memiliki keunggulan, keterbatasan, dan indikasi penggunaannya sendiri. Selain itu, ada juga metode lain yang sering disebut oftalmoskopi, seperti fundus fotografi, yang merupakan bagian dari pencitraan fundus yang lebih luas.
5.1. Oftalmoskopi Direk
Oftalmoskopi direk adalah metode yang paling umum digunakan oleh dokter umum dan dokter di berbagai spesialisasi non-oftalmologi. Ini menggunakan oftalmoskop direk genggam yang portabel dan relatif mudah digunakan.
5.1.1. Prinsip Kerja dan Alat
Oftalmoskop direk adalah instrumen genggam yang berisi sumber cahaya, filter, dan serangkaian lensa diopters. Dokter memegang oftalmoskop dekat dengan matanya dan mendekat ke mata pasien. Cahaya diarahkan langsung ke pupil pasien, dan pantulan dari fundus kembali langsung ke mata pemeriksa.
Alat ini memberikan pandangan yang tegak (citra tidak terbalik) dari fundus dengan pembesaran yang tinggi (sekitar 15x), memungkinkan detail yang baik dari area kecil. Namun, bidang pandangnya sempit, biasanya hanya sekitar 2-6 diskus diameter pada satu waktu, yang berarti dokter harus menggerakkan oftalmoskop secara sistematis untuk memeriksa seluruh area fundus yang dapat diakses.
Gambar 3: Skema oftalmoskop direk genggam.
5.1.2. Keunggulan Oftalmoskopi Direk
Portabel dan Mudah Digunakan: Ukurannya kecil, mudah dibawa, dan relatif cepat untuk dipelajari dasar-dasarnya.
Pembesaran Tinggi: Ideal untuk melihat detail halus pada area kecil, seperti pembuluh darah kecil atau perubahan pada makula.
Tidak Memerlukan Dilatasi Pupil (Seringkali): Meskipun dilatasi pupil akan sangat meningkatkan kualitas pemeriksaan, oftalmoskopi direk seringkali masih dapat dilakukan melalui pupil yang tidak didilatasi, terutama dalam kondisi darurat atau untuk skrining cepat.
Citra Tegak: Apa yang dilihat adalah orientasi anatomis yang sebenarnya, memudahkan interpretasi bagi pemula.
5.1.3. Keterbatasan Oftalmoskopi Direk
Bidang Pandang Sempit: Ini adalah keterbatasan paling signifikan. Sulit untuk mendapatkan gambaran keseluruhan fundus dan sangat sulit untuk memeriksa retina perifer.
Monokular: Pemeriksaan ini hanya memberikan pandangan dua dimensi (2D), sehingga sulit untuk menilai elevasi atau kedalaman (misalnya, menilai cupping glaukoma secara akurat).
Sensitif terhadap Media Keruh: Katarak yang parah, perdarahan vitreous, atau opasitas kornea dapat sangat membatasi pandangan.
Memerlukan Kedekatan dengan Pasien: Dokter harus sangat dekat dengan pasien, yang kadang-kadang bisa membuat tidak nyaman bagi kedua belah pihak.
5.2. Oftalmoskopi Indirek
Oftalmoskopi indirek adalah metode pilihan bagi oftalmolog untuk pemeriksaan fundus yang komprehensif, terutama untuk evaluasi retina perifer. Ini menggunakan oftalmoskop indirek (seringkali terpasang di kepala pemeriksa) dan lensa kondensasi genggam.
5.2.1. Prinsip Kerja dan Alat
Oftalmoskop indirek memproyeksikan berkas cahaya yang kuat ke dalam mata pasien. Dokter memegang lensa kondensasi bikonveks di depan mata pasien. Lensa ini berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan dari fundus dan membentuk citra terbalik, nyata, dan diperkecil di antara lensa dan mata pemeriksa. Oftalmoskop yang terpasang di kepala pemeriksa dilengkapi dengan dua lubang intip (eyepiece) yang memungkinkan pandangan stereoskopik (3D).
Alat yang digunakan meliputi:
Oftalmoskop Indirek Binokular (BIO): Alat ini dipakai di kepala pemeriksa seperti helm dan memiliki sistem penerangan serta dua lensa mata untuk pandangan stereoskopik.
Lensa Kondensasi: Lensa bikonveks dengan kekuatan diopter yang berbeda (misalnya, 20D, 28D, 30D). Lensa 20D adalah yang paling umum digunakan dan memberikan keseimbangan antara pembesaran dan bidang pandang.
Mydriatics: Obat tetes mata untuk mendilatasi pupil sangat penting untuk oftalmoskopi indirek karena pupil yang lebar diperlukan untuk mendapatkan bidang pandang yang luas.
Gambar 4: Ilustrasi prinsip oftalmoskopi indirek, menunjukkan pemeriksa menggunakan oftalmoskop binokular indirek (BIO) dan lensa kondensasi.
5.2.2. Keunggulan Oftalmoskopi Indirek
Bidang Pandang Luas: Ini adalah keunggulan utama. Oftalmoskopi indirek dapat melihat area retina yang jauh lebih luas, termasuk seluruh retina perifer yang seringkali menjadi lokasi awal robekan atau ablasio retina.
Pandangan Stereoskopik (3D): Dengan dua jalur optik, dokter dapat menilai kedalaman dan elevasi lesi, yang sangat penting untuk mendiagnosis papiledema, cupping glaukoma, atau tumor.
Fleksibilitas: Dapat digunakan dengan indentasi sklera (menekan bagian luar mata dengan instrumen tumpul) untuk memvisualisasikan retina yang tersembunyi di balik ora serrata (tepi anterior retina).
Aman untuk Media Keruh: Lebih baik dalam menembus media mata yang sedikit keruh dibandingkan oftalmoskopi direk.
Jarak Kerja: Pemeriksa berada pada jarak yang lebih aman dari pasien.
5.2.3. Keterbatasan Oftalmoskopi Indirek
Membutuhkan Dilatasi Pupil: Pemeriksaan yang efektif hampir selalu memerlukan dilatasi pupil yang signifikan.
Citra Terbalik: Gambar yang dilihat terbalik secara vertikal dan lateral. Ini memerlukan pengalaman dan pelatihan untuk interpretasi yang akurat.
Pembesaran Lebih Rendah: Tidak memberikan detail setinggi oftalmoskopi direk, sehingga mungkin perlu dikombinasikan dengan metode lain untuk pemeriksaan makula yang sangat detail.
Membutuhkan Latihan: Teknik ini lebih sulit dikuasai dibandingkan oftalmoskopi direk.
5.3. Fundus Fotografi dan Pencitraan Fundus Digital
Fundus fotografi adalah metode dokumentasi fundus mata menggunakan kamera khusus yang dirancang untuk menangkap gambar resolusi tinggi dari retina. Ini bukan oftalmoskopi dalam arti melihat langsung, melainkan pencitraan yang merekam apa yang akan terlihat.
5.3.1. Prinsip Kerja dan Alat
Kamera fundus menggunakan sistem optik dan sumber cahaya yang mirip dengan oftalmoskop direk, tetapi dengan sensor digital atau film untuk merekam gambar. Model modern seringkali otomatis atau semi-otomatis dan dapat menangkap gambar bidang lebar dengan atau tanpa dilatasi pupil (kamera non-mydriatic).
5.3.2. Keunggulan Fundus Fotografi
Dokumentasi Objektif: Memberikan catatan visual yang permanen dan dapat direproduksi dari kondisi fundus pada waktu tertentu, sangat berharga untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu.
Telemedicine: Gambar dapat dengan mudah dibagikan dengan spesialis untuk konsultasi jarak jauh atau skrining di komunitas.
Edukasi Pasien: Memungkinkan pasien melihat kondisi mata mereka sendiri.
Quantifikasi: Dengan perangkat lunak khusus, fitur-fitur seperti area perdarahan, eksudat, atau rasio C/D dapat diukur secara kuantitatif.
5.3.3. Keterbatasan Fundus Fotografi
Tidak Interaktif: Kamera tidak memungkinkan pemeriksa untuk "melihat" atau menggerakkan pandangan secara langsung seperti oftalmoskopi.
Tidak Stereoskopik (Biasanya): Sebagian besar kamera fundus menghasilkan gambar 2D, sehingga sulit menilai kedalaman atau elevasi.
Biaya: Peralatan lebih mahal daripada oftalmoskop genggam.
Memerlukan Kerjasama Pasien: Pasien harus menatap lurus dan menjaga fiksasi.
5.4. Oftalmoskopi Slit-Lamp dengan Lensa Kontak atau Non-Kontak
Meskipun sering diklasifikasikan sebagai biomikroskopi slit-lamp, teknik ini juga merupakan bentuk oftalmoskopi yang sangat penting. Dengan menggunakan lensa khusus (baik kontak langsung dengan kornea atau lensa non-kontak genggam seperti lensa 90D atau 78D), dokter dapat melihat fundus dengan pembesaran tinggi dan pandangan stereoskopik melalui slit-lamp.
Keunggulannya adalah resolusi yang sangat tinggi dan kemampuan stereoskopik yang sangat baik, ideal untuk detail makula, diskus optikus, dan vitreous posterior. Keterbatasannya adalah bidang pandang yang relatif sempit dibandingkan BIO dan memerlukan slit-lamp yang biasanya tidak portabel.
6. Persiapan Pasien dan Lingkungan
Persiapan yang tepat sangat penting untuk memastikan pemeriksaan oftalmoskopi yang efektif dan nyaman bagi pasien. Beberapa aspek kunci meliputi:
6.1. Dilatasi Pupil (Mydriasis)
Ini adalah langkah paling krusial untuk sebagian besar pemeriksaan oftalmoskopi komprehensif, terutama oftalmoskopi indirek dan fundus fotografi bidang luas. Pupil yang melebar memungkinkan lebih banyak cahaya masuk dan keluar dari mata, memperluas bidang pandang, dan mengurangi efek silau dari pantulan kornea dan lensa.
Obat Tetes Mata: Obat tetes mata mydriatic, seperti Tropicamide (untuk dilatasi cepat dan durasi pendek) atau Phenylephrine (untuk dilatasi tanpa siklopegia), atau kombinasi keduanya, digunakan untuk melebarkan pupil. Efek dilatasi biasanya berlangsung beberapa jam.
Kontraindikasi dan Efek Samping: Penting untuk menanyakan riwayat alergi dan kondisi medis. Kontraindikasi relatif termasuk glaukoma sudut tertutup akut (meskipun risiko sangat rendah pada glaukoma sudut terbuka), namun dokter akan menilai ini sebelum memberikan obat tetes. Efek samping umum meliputi penglihatan kabur (terutama untuk dekat) dan fotosensitivitas (mata sensitif terhadap cahaya) selama efek obat masih ada. Pasien harus diperingatkan untuk tidak mengemudi atau melakukan aktivitas yang membutuhkan penglihatan tajam setelah dilatasi dan disarankan untuk memakai kacamata hitam.
6.2. Pencahayaan Ruangan
Untuk oftalmoskopi direk, ruangan yang gelap atau redup sangat membantu. Ini memaksa pupil pasien untuk sedikit melebar secara alami dan mengurangi cahaya sekitar yang dapat mengganggu pandangan pemeriksa. Untuk oftalmoskopi indirek, lingkungan yang redup juga lebih disukai untuk membantu dilatasi dan kontras.
6.3. Posisi Pasien dan Pemeriksa
Pasien: Pasien biasanya duduk tegak di kursi. Untuk oftalmoskopi direk, pasien diminta untuk menatap lurus ke depan pada objek jauh. Untuk oftalmoskopi indirek, pasien diminta untuk melihat ke arah yang berbeda-beda sesuai instruksi dokter untuk memvisualisasikan berbagai bagian retina perifer.
Pemeriksa:
Oftalmoskopi Direk: Pemeriksa duduk atau berdiri di depan pasien, sangat dekat. Jika mata kanan pasien diperiksa, pemeriksa menggunakan mata kanan dan oftalmoskop di tangan kanan. Demikian pula untuk mata kiri. Ini membantu menyelaraskan jalur pandang dan menghindari hidung pemeriksa dan pasien.
Oftalmoskopi Indirek: Pemeriksa memakai oftalmoskop di kepala dan duduk pada jarak sekitar satu lengan dari pasien. Lensa kondensasi dipegang di tangan yang berlawanan dengan mata yang diperiksa (misalnya, lensa di tangan kiri untuk mata kanan pasien).
6.4. Penjelasan kepada Pasien
Menjelaskan prosedur kepada pasien dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama. Informasikan tentang:
Tujuan pemeriksaan.
Kemungkinan penggunaan obat tetes mata dan efek sampingnya.
Apa yang akan dirasakan (cahaya terang).
Instruksi yang jelas tentang arah pandang.
7. Teknik Pemeriksaan Detil
Menguasai oftalmoskopi membutuhkan latihan dan kesabaran. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk kedua jenis oftalmoskopi utama.
7.1. Teknik Oftalmoskopi Direk
Persiapan Awal: Pastikan pupil pasien sudah didilatasi (jika diperlukan dan tidak ada kontraindikasi), ruangan redup, dan oftalmoskop berfungsi dengan baik (sumber cahaya terang, lensa diopter berputar mulus). Atur oftalmoskop ke pengaturan diopter "0" pada awalnya.
Posisi Pemeriksa: Duduk atau berdiri di hadapan pasien. Untuk memeriksa mata kanan pasien, gunakan mata kanan Anda dan oftalmoskop di tangan kanan Anda. Dekati pasien dari sisi yang sama dengan mata yang akan diperiksa. Minta pasien untuk menatap lurus ke depan pada titik tetap di kejauhan.
Refleks Merah: Mulailah pada jarak sekitar 30-45 cm dari pasien. Arahkan berkas cahaya oftalmoskop ke pupil pasien. Anda harus melihat "refleks merah" – pantulan oranye-merah dari fundus, mirip dengan "mata merah" dalam fotografi. Ini menunjukkan bahwa jalur optik jernih. Perhatikan opasitas (misalnya, katarak, kekeruhan vitreous) yang mungkin menghalangi refleks merah.
Mendekat dan Fokus: Perlahan-lahan dekati pasien sambil tetap mengamati refleks merah. Dekatkan oftalmoskop hingga hampir menyentuh dahi pasien (sekitar 1-2 cm). Sambil mendekat, putar roda lensa diopter oftalmoskop untuk memfokuskan pandangan pada fundus. Anda mungkin perlu mencoba lensa positif (hijau) untuk hiperopia atau lensa negatif (merah) untuk miopia, atau jika Anda sendiri memiliki kelainan refraksi.
Menemukan Diskus Optikus: Setelah fundus terlihat jelas, orientasikan diri Anda. Salah satu cara adalah dengan mencari diskus optikus. Ikuti pembuluh darah retina dari perifer ke arah yang semakin besar; mereka semua bertemu di diskus optikus. Atau, pada mata kanan, arahkan pandangan sedikit ke lateral (ke arah telinga) dari pupil. Pada mata kiri, arahkan sedikit ke medial (ke arah hidung). Diskus optikus biasanya ditemukan di sisi nasal (dekat hidung) dari fundus.
Evaluasi Diskus Optikus: Perhatikan warna, batas, dan rasio cup-to-disc. Cari tanda-tanda papiledema, atrofi, atau cupping glaukoma.
Evaluasi Pembuluh Darah Retina: Ikuti setiap arteri dan vena dari diskus optikus hingga ke perifer. Perhatikan ukuran, kelokan, rasio A:V, dan tanda-tanda penyempitan, pendarahan, atau eksudat.
Evaluasi Makula dan Fovea: Minta pasien untuk melihat langsung ke cahaya oftalmoskop (ini akan membuat pemeriksaan sedikit tidak nyaman karena cahaya terang, jadi lakukan ini di akhir pemeriksaan). Ini akan mengarahkan fovea langsung ke pandangan Anda. Makula akan terlihat sebagai area yang sedikit lebih gelap, bebas pembuluh darah, lateral terhadap diskus optikus. Perhatikan tanda-tanda degenerasi makula, edema, atau pendarahan. Fovea adalah bintik reflektif kecil di pusat makula.
Evaluasi Retina Perifer: Minta pasien untuk melihat ke atas, bawah, kiri, dan kanan untuk memvisualisasikan area perifer retina yang berbeda. Ingat, oftalmoskopi direk memiliki bidang pandang yang terbatas, sehingga pemeriksaan perifer sangat terbatas.
Dokumentasi: Catat semua temuan, baik normal maupun abnormal, termasuk lokasi, ukuran, warna, dan karakteristik lesi.
7.2. Teknik Oftalmoskopi Indirek
Oftalmoskopi indirek adalah teknik yang lebih kompleks dan membutuhkan lebih banyak latihan.
Persiapan Awal: Pastikan pupil pasien didilatasi penuh. Pasien duduk tegak. Pemeriksa memakai BIO di kepala dan mengatur jarak interpupilarnya agar kedua mata sejajar. Pilih lensa kondensasi yang sesuai (misalnya, 20D).
Posisi Pemeriksa: Duduk pada jarak sekitar satu lengan dari pasien. Untuk memeriksa mata kanan pasien, pegang lensa kondensasi di tangan kiri Anda (atau tangan yang berlawanan dengan mata yang diperiksa) dan gunakan tangan kanan Anda untuk menahan kelopak mata pasien atau melakukan indentasi sklera.
Mengarahkan Lensa: Arahkan cahaya dari BIO ke pupil pasien. Pegang lensa kondensasi sekitar 5-8 cm di depan mata pasien. Temukan pantulan "orange-glow" dari fundus. Gerakkan lensa perlahan maju-mundur sampai Anda melihat citra fundus yang jelas, tajam, dan terbalik di dalam lensa.
Sistematis Memeriksa Fundus:
Diskus Optikus: Mulailah dengan diskus optikus. Ingat bahwa citra akan terbalik dan diperkecil.
Arkade Pembuluh Darah: Ikuti arkade pembuluh darah superotemporal dan inferotemporal untuk memvisualisasikan makula dan area sekitarnya.
Retina Perifer: Ini adalah kekuatan oftalmoskopi indirek. Minta pasien untuk menggerakkan mata ke berbagai arah (atas, bawah, nasal, temporal) dan bergeser posisi Anda sendiri untuk melihat seluruh 360 derajat retina. Untuk melihat perifer yang paling ekstrem (misalnya, ora serrata), Anda mungkin perlu melakukan indentasi sklera.
Indentasi Sklera: Ini adalah teknik lanjutan di mana dokter menggunakan indentor (instrumen tumpul steril) untuk menekan perlahan sklera luar mata, mendorong retina perifer ke dalam bidang pandang. Ini sangat penting untuk mendeteksi robekan retina, degenerasi lattis, atau lesi lain di perifer ekstrem.
Interpretasi Citra: Ingat bahwa citra yang Anda lihat melalui lensa adalah terbalik secara lateral (kiri adalah kanan, kanan adalah kiri) dan terbalik secara vertikal (atas adalah bawah, bawah adalah atas). Ini memerlukan latihan untuk menafsirkan lokasi lesi dengan benar.
Dokumentasi: Catat temuan dengan detail, seringkali menggunakan diagram mata untuk menunjukkan lokasi dan karakteristik lesi secara akurat.
8. Temuan Normal dan Abnormal serta Interpretasinya
Kemampuan untuk mengidentifikasi temuan normal adalah dasar untuk mengenali patologi. Berikut adalah gambaran umum tentang apa yang harus dicari dan apa yang mungkin ditunjukkan oleh temuan abnormal.
8.1. Temuan Normal
Diskus Optikus: Berwarna merah muda-oranye, batas tajam, cawan optikus normal (rasio C/D < 0.5), pembuluh darah keluar dari pusat diskus.
Makula: Lebih gelap dari retina di sekitarnya, bebas pembuluh darah besar, dengan refleks fovea yang jelas.
Pembuluh Darah Retina: Arteri lebih tipis dan berwarna terang; vena lebih tebal, gelap, dan berkelok-kelok. Rasio A:V sekitar 2:3. Tidak ada oklusi atau pendarahan.
Retina: Merata, berwarna merah-oranye yang konsisten, tidak ada lesi, eksudat, atau pendarahan.
Vitreous: Jernih dan transparan.
8.2. Temuan Abnormal dan Kondisi Klinis
8.2.1. Abnormalitas Diskus Optikus
Papiledema: Pembengkakan diskus optikus akibat peningkatan tekanan intrakranial. Tanda-tandanya meliputi batas diskus yang kabur dan meninggi, hilangnya cawan optikus, perdarahan peripapillary, dan pembengkakan pembuluh darah. Ini adalah tanda neurologis darurat.
Atrofi Optik: Penipisan atau degenerasi saraf optik. Diskus optikus akan tampak pucat (putih) dan mungkin ada hilangnya serabut saraf. Dapat disebabkan oleh glaukoma, iskemia, atau penyakit neurologis.
Glaukoma (Cupping): Peningkatan rasio cup-to-disc (>0.5), seringkali asimetris antara kedua mata, atau notching pada rim neuroretinal. Hal ini menunjukkan kerusakan serat saraf akibat glaukoma.
Drusen Diskus Optikus: Deposit kekuningan di dalam atau di sekitar diskus optikus. Biasanya asimtomatik tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan masalah penglihatan.
8.2.2. Abnormalitas Pembuluh Darah Retina
Retinopati Hipertensi: Perubahan pada pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi kronis. Tanda-tanda meliputi:
Penyempitan Arteriolar: Pembuluh darah arteri tampak lebih sempit.
Perubahan Perlintasan (AV Nicking): Vena terlihat tertekan di mana ia disilangkan oleh arteri yang mengeras.
Perdarahan: Perdarahan api (flame-shaped hemorrhages) di lapisan serat saraf.
Cotton Wool Spots: Lesi keputihan yang menunjukkan iskemia (kurangnya suplai darah) pada lapisan serat saraf.
Edema Diskus: Pembengkakan diskus optikus pada kasus yang parah (hipertensi maligna).
Retinopati Diabetik: Komplikasi diabetes yang memengaruhi pembuluh darah retina.
Non-Proliferatif (NPDR): Mikroaneurisma (titik merah kecil), perdarahan titik dan blok, eksudat keras (deposit lipid kekuningan), cotton wool spots.
Proliferatif (PDR): Neovaskularisasi (pembentukan pembuluh darah baru yang rapuh), yang dapat menyebabkan perdarahan vitreous dan ablasio retina traksional.
Edema Makula Diabetik: Pembengkakan makula akibat kebocoran pembuluh darah, penyebab utama hilangnya penglihatan pada pasien diabetes.
Oklusi Vena Retina (RVO): Penyumbatan vena retina, menyebabkan perdarahan dan edema di area yang terkena. Dapat berupa oklusi vena retina sentral (CRVO) atau oklusi cabang vena retina (BRVO).
Oklusi Arteri Retina (RAO): Penyumbatan arteri retina, menyebabkan kehilangan penglihatan mendadak dan parah. Fundus akan tampak pucat dengan "cherry-red spot" di makula. Ini adalah keadaan darurat medis.
Perdarahan Vitreous: Darah di gel vitreous, mengaburkan pandangan fundus. Dapat disebabkan oleh retinopati diabetik proliferatif, robekan retina, atau trauma.
8.2.3. Abnormalitas Makula
Degenerasi Makula Terkait Usia (AMD): Penyebab utama kebutaan pada orang tua.
AMD Kering (Atrofi): Drusen (deposit kekuningan di bawah retina) dan atrofi pigmen retina.
AMD Basah (Eksudatif): Pembentukan pembuluh darah baru abnormal di bawah retina (neovaskularisasi koroid) yang bocor, menyebabkan pendarahan dan edema.
Edema Makula: Pembengkakan makula dari berbagai penyebab (diabetes, oklusi vena, inflamasi).
Lubang Makula: Lubang penuh atau sebagian pada fovea, menyebabkan distorsi dan hilangnya penglihatan sentral.
Membran Epiretina: Lapisan jaringan fibrosa tipis yang tumbuh di permukaan makula, menyebabkan kerutan dan distorsi penglihatan.
8.2.4. Abnormalitas Retina Perifer
Robekan Retina: Lubang atau robekan di retina yang dapat menyebabkan cairan dari vitreous masuk ke bawah retina, menyebabkan ablasio retina. Dapat terlihat sebagai robekan berbentuk tapal kuda atau lubang bundar.
Ablasio Retina: Pemisahan retina dari lapisan di bawahnya. Ini adalah keadaan darurat yang membutuhkan intervensi bedah. Dapat terlihat sebagai lipatan retina yang terangkat atau area abu-abu yang melambai.
Degenerasi Lattis: Area penipisan retina perifer yang rentan terhadap robekan dan ablasio.
Chorioretinitis: Peradangan koroid dan retina, seringkali karena infeksi (misalnya, toksoplasmosis) atau kondisi autoimun. Dapat terlihat sebagai lesi keputihan atau berpigmen.
Tumor Retina/Koroid: Misalnya, melanoma koroid (tumor gelap yang meninggi) atau retinoblastoma pada anak-anak (tumor keputihan intraokular).
9. Keterbatasan dan Tantangan dalam Oftalmoskopi
Meskipun oftalmoskopi adalah alat yang sangat kuat, ia memiliki keterbatasan dan tantangan yang perlu diakui oleh pemeriksa.
Pupil Kecil: Pupil yang tidak didilatasi atau pupil yang secara alami kecil sangat membatasi bidang pandang dan jumlah cahaya yang masuk ke mata, membuat pemeriksaan fundus yang memadai menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin.
Media Ocular yang Keruh: Kondisi seperti katarak yang matang (opasitas lensa), kekeruhan kornea, atau perdarahan vitreous dapat menghalangi pandangan ke fundus secara parsial atau total. Dalam kasus ini, pencitraan lain seperti ultrasonografi mata mungkin diperlukan.
Kesulitan Fokus: Kesalahan refraksi yang signifikan pada pasien atau pemeriksa, atau akomodasi yang tidak terkontrol, dapat menyulitkan untuk mendapatkan fokus yang jelas pada fundus, terutama dengan oftalmoskop direk.
Kurva Pembelajaran: Oftalmoskopi, terutama oftalmoskopi indirek, memerlukan keterampilan psikomotorik dan pengalaman yang signifikan. Menginterpretasikan citra yang terbalik (pada oftalmoskopi indirek) atau memindai fundus secara sistematis dengan bidang pandang yang sempit (pada oftalmoskopi direk) membutuhkan banyak latihan.
Tidak Semua Area Dapat Dilihat: Meskipun oftalmoskopi indirek memberikan bidang pandang yang luas, bagian paling anterior dari retina perifer (terutama di balik ora serrata) mungkin masih sulit dilihat tanpa indentasi sklera, yang merupakan teknik yang membutuhkan keterampilan lebih lanjut.
Kenyamanan Pasien: Cahaya terang yang digunakan selama oftalmoskopi dapat tidak nyaman bagi pasien, dan dilatasi pupil dapat menyebabkan silau dan penglihatan kabur selama beberapa jam setelahnya.
Objektivitas Subyektif: Temuan oftalmoskopi bergantung pada keterampilan dan interpretasi pemeriksa. Ada variasi antar-pemeriksa, terutama untuk temuan yang tidak terlalu jelas. Pencitraan fundus digital membantu mengatasi masalah ini.
10. Peran Oftalmoskopi dalam Berbagai Spesialisasi Medis
Oftalmoskopi bukan hanya alat bagi oftalmolog; ini adalah pemeriksaan diagnostik yang penting di berbagai disiplin ilmu medis. Mata sering disebut "jendela" ke kesehatan sistemik, dan oftalmoskopi memungkinkan dokter melihat tanda-tanda penyakit yang bermanifestasi di retina.
Oftalmologi: Tentunya, oftalmoskopi adalah inti dari pemeriksaan mata komprehensif. Digunakan untuk mendiagnosis dan memantau glaukoma, retinopati diabetik, degenerasi makula, ablasio retina, tumor intraokular, peradangan, dan banyak kondisi mata lainnya.
Neurologi: Pemeriksaan fundus sangat penting dalam neurologi untuk mendeteksi papiledema, yang merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial (ICP) dan dapat mengindikasikan tumor otak, meningitis, atau hidrosefalus. Oftalmoskopi juga dapat mengungkapkan atrofi optik yang terkait dengan penyakit demielinasi (misalnya, multiple sclerosis) atau neuropati optik lainnya.
Endokrinologi: Pasien dengan diabetes memerlukan pemeriksaan fundus secara teratur untuk skrining dan pemantauan retinopati diabetik, komplikasi utama diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan. Oftalmoskopi membantu mengidentifikasi mikroaneurisma, pendarahan, eksudat, dan neovaskularisasi.
Kardiologi dan Nefrologi: Pasien dengan hipertensi, terutama hipertensi maligna atau kronis, dapat menunjukkan tanda-tanda retinopati hipertensi pada fundus, seperti penyempitan arteriolar, arteriovenous nicking, perdarahan, atau cotton wool spots. Ini dapat mencerminkan tingkat keparahan dan durasi hipertensi sistemik.
Pediatri: Oftalmoskopi pada bayi dan anak-anak penting untuk skrining retinopati prematuritas (ROP) pada bayi prematur, diagnosis retinoblastoma (tumor mata ganas pada anak-anak), dan deteksi kelainan kongenital lainnya. Ini juga relevan dalam evaluasi cedera mata pada anak-anak.
Pengobatan Darurat/Perawatan Intensif: Dalam situasi gawat darurat, oftalmoskopi dapat digunakan untuk mencari tanda-tanda papiledema (pada kasus trauma kepala, stroke, atau ensefalitis) atau oklusi arteri retina (yang memerlukan tindakan cepat).
Rheumatologi: Beberapa penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik atau arteritis sel raksasa, dapat menyebabkan manifestasi okular yang terlihat pada fundus, termasuk cotton wool spots atau oklusi pembuluh darah.
Dengan demikian, oftalmoskopi berfungsi sebagai alat skrining yang efektif dan diagnostik yang tak ternilai, memperluas cakupan deteksi penyakit melampaui batas-batas mata itu sendiri ke dalam sistem organ lainnya.
11. Perkembangan Teknologi dan Masa Depan Oftalmoskopi
Sejak penemuan oftalmoskop oleh Helmholtz, teknologi di bidang ini terus berkembang pesat, mengubah cara kita mendiagnosis dan mengelola penyakit mata. Inovasi tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas gambar dan bidang pandang, tetapi juga untuk membuat pemeriksaan lebih mudah diakses, lebih objektif, dan terintegrasi dengan teknologi digital.
11.1. Oftalmoskop Genggam Digital dan Portabel
Oftalmoskop direk tradisional, meskipun tetap relevan, kini dilengkapi dengan versi digital. Oftalmoskop genggam digital memungkinkan dokter untuk merekam gambar atau video fundus langsung ke ponsel pintar atau tablet mereka. Ini memiliki beberapa keuntungan:
Dokumentasi Mudah: Gambar dapat disimpan, dibandingkan dari waktu ke waktu, dan dibagikan dengan mudah.
Edukasi Pasien dan Konsultasi: Memungkinkan pasien melihat kondisi mata mereka dan memfasilitasi tele-konsultasi dengan spesialis.
Portabilitas yang Ditingkatkan: Banyak perangkat ini lebih ringkas dan dapat digunakan di berbagai pengaturan, dari klinik pedesaan hingga bangsal rumah sakit.
Biaya Lebih Rendah: Beberapa adaptasi ponsel pintar untuk oftalmoskopi menawarkan solusi yang lebih terjangkau dibandingkan kamera fundus tradisional.
11.2. Oftalmoskopi Laser Scanning (SLO)
Scanning Laser Ophthalmoscopy (SLO) adalah teknik pencitraan resolusi tinggi yang menggunakan sinar laser untuk memindai retina. Berbeda dengan oftalmoskop tradisional yang menggunakan cahaya putih, SLO menggunakan laser monokromatik dan detektor yang sangat sensitif.
Bidang Pandang Ultra-Lebar: Beberapa SLO modern dapat menangkap gambar fundus dengan bidang pandang hingga 200 derajat atau lebih dalam satu jepretan, memungkinkan visualisasi perifer ekstrem yang sulit dicapai dengan metode lain.
Pencitraan Resolusi Tinggi: Menghasilkan gambar yang sangat tajam dan detail.
Penetrasi Media Keruh: Sinar laser dapat menembus media yang sedikit keruh lebih baik daripada cahaya putih, memungkinkan pencitraan fundus meskipun ada katarak ringan.
Mode Multi-Wavelength: Dapat menggunakan berbagai panjang gelombang laser untuk menyoroti struktur yang berbeda (misalnya, autofluoresensi fundus).
11.3. Integrasi dengan Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin (ML)
Salah satu area perkembangan paling menarik adalah integrasi AI dan ML dalam analisis gambar fundus. Algoritma AI dilatih pada jutaan gambar fundus untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyakit secara otomatis, seperti retinopati diabetik, glaukoma, dan degenerasi makula.
Skrining Otomatis: AI dapat digunakan untuk skrining massal di populasi berisiko tinggi, mengidentifikasi pasien yang memerlukan rujukan ke oftalmolog, sehingga mengurangi beban kerja dan meningkatkan akses.
Deteksi Dini: Mampu mendeteksi tanda-tanda penyakit pada tahap yang sangat awal, bahkan sebelum gejalanya muncul.
Objektivitas dan Konsistensi: AI memberikan interpretasi yang konsisten dan objektif, mengurangi variabilitas antar-pemeriksa.
Efisiensi: Mempercepat proses diagnosis dan memungkinkan dokter untuk fokus pada kasus yang lebih kompleks.
11.4. Tele-oftalmologi
Didorong oleh ketersediaan pencitraan fundus digital dan AI, tele-oftalmologi telah muncul sebagai solusi inovatif untuk mengatasi kesenjangan geografis dan kekurangan spesialis. Dalam model ini, gambar fundus diambil di lokasi terpencil atau klinik primer dan kemudian dikirim secara digital kepada oftalmolog atau sistem AI untuk evaluasi.
Aksesibilitas: Meningkatkan akses terhadap perawatan mata di daerah pedesaan atau kurang terlayani.
Skrining Populasional: Memungkinkan skrining penyakit mata pada skala besar, seperti program skrining retinopati diabetik nasional.
Mengurangi Kunjungan: Mengurangi kebutuhan pasien untuk melakukan perjalanan jauh ke spesialis jika skrining awal menunjukkan mata sehat.
11.5. Masa Depan
Masa depan oftalmoskopi kemungkinan akan melihat peningkatan integrasi antara perangkat keras pencitraan yang lebih canggih, seperti oftalmoskop yang lebih portabel dengan kemampuan bidang pandang ultra-lebar, dan perangkat lunak AI yang semakin pintar. Kemungkinan kita akan melihat oftalmoskop yang memberikan analisis diagnostik real-time di titik perawatan. Miniaturisasi dan personalisasi perangkat juga akan terus berlanjut, mungkin mengarah pada perangkat yang dapat digunakan pasien di rumah untuk pemantauan mandiri. Tujuan akhirnya adalah diagnosis yang lebih akurat, lebih cepat, dan lebih mudah diakses bagi semua orang.
Kesimpulan
Oftalmoskopi adalah prosedur pemeriksaan mata yang tak tergantikan, menawarkan pandangan langsung ke salah satu struktur neurologis dan vaskular paling unik di tubuh manusia. Sejak penemuan revolusionernya oleh Hermann von Helmholtz, oftalmoskop telah menjadi jendela vital untuk mendiagnosis tidak hanya penyakit mata spesifik tetapi juga berbagai kondisi sistemik yang bermanifestasi di fundus.
Baik menggunakan oftalmoskopi direk yang portabel dan berdaya pembesaran tinggi untuk detail makula dan diskus, maupun oftalmoskopi indirek yang stereoskopik dan bidang pandang luas untuk pemeriksaan retina perifer yang komprehensif, dokter dapat memperoleh informasi diagnostik yang krusial. Perkembangan teknologi modern, termasuk fundus fotografi digital, oftalmoskopi laser scanning, dan integrasi kecerdasan buatan, telah memperluas kapabilitas oftalmoskopi, menjadikannya lebih akurat, efisien, dan mudah diakses melalui tele-oftalmologi.
Memahami prinsip, teknik, dan interpretasi temuan oftalmoskopi adalah keterampilan fundamental bagi setiap praktisi medis. Kemampuannya untuk secara dini mendeteksi kondisi yang dapat mengancam penglihatan atau bahkan jiwa, menggarisbawahi pentingnya pemeriksaan ini dalam perawatan kesehatan rutin. Dengan terus berinovasi, oftalmoskopi akan tetap menjadi fondasi penting dalam diagnosis dan manajemen kesehatan mata dan sistemik di masa depan.