Mengupas Tuntas Hukum Nun Sukun Bertemu Ya (ي)

Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar merupakan dambaan setiap Muslim. Salah satu pilar utama untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memahami dan menerapkan ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara melafalkan huruf-huruf Al-Qur'an dengan tepat, sesuai dengan makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat-sifatnya. Di antara sekian banyak kaidah tajwid, hukum seputar nun sukun (نْ) dan tanwin (ـًـــٍـــٌ) memegang peranan yang sangat fundamental karena kemunculannya yang sangat sering di dalam Al-Qur'an. Pertemuan nun sukun atau tanwin dengan huruf-huruf hijaiyah lainnya menghasilkan berbagai hukum bacaan yang unik, yang masing-masing memperindah lantunan ayat suci.

Artikel ini akan berfokus secara mendalam pada salah satu hukum yang paling sering ditemui, yaitu ketika nun sukun bertemu ya (ي) atau tanwin bertemu dengan huruf ya (ي). Pertemuan ini melahirkan sebuah hukum bacaan yang disebut Idgham Bighunnah. Memahaminya secara komprehensif, mulai dari definisi, mekanisme, contoh-contoh yang melimpah, hingga pengecualiannya, adalah kunci untuk meningkatkan kualitas tilawah kita. Mari kita selami bersama setiap aspek dari kaidah tajwid yang indah ini.

نْ Melebur يّ Ghunnah (Dengung) 2 Harakat

Ilustrasi hukum tajwid Idgham Bighunnah, di mana huruf Nun Sukun melebur ke dalam huruf Ya dengan disertai dengung (ghunnah). Ilustrasi proses peleburan (Idgham) suara Nun Sukun ke dalam huruf Ya, disertai dengan ghunnah (dengung).

Bab 1: Fondasi Utama - Memahami Nun Sukun dan Tanwin

Sebelum melangkah lebih jauh ke hukum spesifik pertemuan dengan huruf ya, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang kokoh tentang dua elemen dasarnya: nun sukun dan tanwin. Keduanya, meskipun berbeda dalam penulisan, pada hakikatnya menghasilkan suara yang sama, yaitu suara 'n' yang mati. Oleh karena itu, dalam ilmu tajwid, keduanya diperlakukan di bawah payung hukum yang sama.

Apa itu Nun Sukun (نْ)?

Nun sukun adalah huruf nun (ن) yang tidak memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah) atau bertanda sukun ( ْ ). Huruf ini dapat muncul di tengah atau di akhir sebuah kata. Ciri khas utama dari nun sukun adalah adanya sifat ghunnah, yaitu suara dengung yang keluar dari rongga hidung (khaisyum). Kejelasan atau peleburan ghunnah inilah yang menjadi inti dari hukum-hukum nun sukun.

Apa itu Tanwin (ـًـــٍـــٌ)?

Tanwin adalah tanda baca yang menandakan adanya suara nun sukun di akhir sebuah kata benda (isim). Tanda ini tidak ditulis sebagai huruf 'nun', melainkan sebagai harakat ganda. Ada tiga jenis tanwin:

Secara esensial, ketika kita melafalkan kitaaban, kitaabin, atau kitaabun, kita sebenarnya melafalkan suara nun sukun di akhirnya. Oleh karena itu, setiap hukum yang berlaku untuk nun sukun juga berlaku untuk tanwin ketika bertemu dengan huruf hijaiyah setelahnya.

Bab 2: Peta Hukum Nun Sukun dan Tanwin

Untuk memberikan konteks yang utuh, penting untuk mengetahui bahwa pertemuan nun sukun atau tanwin dengan 28 huruf hijaiyah lainnya terbagi menjadi empat hukum utama. Ini akan membantu kita melihat posisi Idgham Bighunnah dalam gambaran yang lebih besar.

  1. Idzhar Halqi (إظهار حلقي): Berarti 'jelas'. Terjadi jika nun sukun/tanwin bertemu dengan enam huruf tenggorokan (halqi), yaitu: ء, هـ, ع, ح, غ, خ. Cara membacanya adalah dengan melafalkan suara 'n' secara jelas tanpa dengung yang ditahan.
  2. Idgham (إدغام): Berarti 'meleburkan' atau 'memasukkan'. Terjadi jika nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf: ي, ن, م, و, ل, ر. Idgham terbagi dua:
    • Idgham Bighunnah (dengan dengung): bertemu huruf ي, ن, م, و. Inilah fokus utama kita.
    • Idgham Bilaghunnah (tanpa dengung): bertemu huruf ل, ر.
  3. Iqlab (إقلاب): Berarti 'mengubah'. Terjadi jika nun sukun/tanwin bertemu dengan huruf ب. Suara 'n' diubah menjadi suara mim (م) tipis yang didengungkan.
  4. Ikhfa Haqiqi (إخفاء حقيقي): Berarti 'samar' atau 'menyembunyikan'. Terjadi jika nun sukun/tanwin bertemu dengan 15 huruf sisanya. Suara 'n' dibaca samar-samar antara Idzhar dan Idgham, disertai dengung.

Bab 3: Fokus Utama - Analisis Mendalam Nun Sukun Bertemu Ya (ي)

Kini kita tiba pada inti pembahasan. Ketika nun sukun (نْ) atau tanwin (ـًـــٍـــٌ) bertemu dengan huruf ya (ي), hukum bacaannya adalah Idgham Bighunnah. Mari kita bedah istilah ini:

Jadi, Idgham Bighunnah saat nun sukun bertemu ya adalah proses menghilangkan lafal asli nun sukun atau tanwin dan meleburkannya sepenuhnya ke dalam huruf ya, sehingga huruf ya tersebut seolah-olah memiliki tasydid (يّ), sambil menahan dengung dari rongga hidung selama dua harakat.

Mekanisme dan Cara Membaca yang Benar

Bagaimana cara mempraktikkannya? Ikuti langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi adanya nun sukun atau tanwin dalam bacaan Anda.
  2. Lihat huruf pertama pada kata setelahnya. Jika huruf itu adalah ya (ي), maka hukum Idgham Bighunnah berlaku.
  3. Jangan lafalkan suara 'n' dari nun sukun atau tanwin tersebut sama sekali. Anggaplah suara itu lenyap.
  4. Langsung masuk ke pelafalan huruf ya (ي) seakan-akan ia bertasydid (يّ).
  5. Pada saat yang bersamaan dengan pelafalan 'yy', tahan suara dengung (ghunnah) yang berasal dari rongga hidung selama dua harakat. Rasakan getaran lembut di pangkal hidung Anda.

Kesalahan umum yang sering terjadi adalah membaca suara 'n' terlebih dahulu sebelum masuk ke 'y' (misalnya, "man-ya'mal" bukannya "mayy-ya'mal") atau tidak menahan dengung sama sekali. Latihan yang konsisten adalah kunci untuk menyempurnakan pelafalan ini.

Contoh-Contoh Melimpah dari Al-Qur'an

Teori tanpa praktik akan sulit dipahami. Oleh karena itu, mari kita lihat berbagai contoh nyata dari dalam Al-Qur'an untuk setiap kondisi.

1. Contoh Nun Sukun (نْ) Bertemu Ya (ي)

Ini adalah bentuk paling langsung dari hukum ini, terjadi di antara dua kata yang terpisah.

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairay yarah.
(QS. Az-Zalzalah: 7)

Pada ayat di atas, terdapat dua contoh sekaligus. Yang pertama adalah فَمَن يَعْمَلْ (faman ya'mal). Nun sukun pada kata فَمَن bertemu dengan ya pada kata يَعْمَلْ. Cara membacanya adalah dengan meleburkan nun ke ya, menjadi "Famayy ya'mal", dengan dengung yang ditahan.

وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

Wa man yu'min billaahi yahdi qalbah.
(QS. At-Taghabun: 11)

Pada contoh ini, nun sukun pada kata وَمَن (wa man) bertemu dengan ya pada kata يُؤْمِن (yu'min). Maka, dibaca dengan melebur menjadi "Wamayy yu'min" disertai dengung.

أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا

An yadhriba matsalan maa.
(QS. Al-Baqarah: 26)

Di sini, nun sukun pada أَن (an) bertemu dengan ya pada يَضْرِبَ (yadhriba). Pelafalannya menjadi "Ayy yadhriba" dengan ghunnah.

2. Contoh Tanwin Fathah (ـًـ) Bertemu Ya (ي)

Ketika harakat fathatain bertemu dengan huruf ya.

خَيْرًا يَرَهُ

Khairay yarah.
(QS. Az-Zalzalah: 7)

Ini adalah bagian kedua dari ayat yang kita bahas sebelumnya. Tanwin fathah pada kata خَيْرًا (khairan) bertemu dengan ya pada kata يَرَهُ (yarah). Suara 'n' pada 'khairan' hilang dan melebur, sehingga dibaca "Khairayy yarah" dengan dengung.

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ

Wailuy yaumaidzil lilmukadzdzibiin.
(QS. Al-Mursalat: 15)

Pada ayat ini, ada tanwin dhammah pada وَيْلٌ (wailun) bertemu ya pada يَوْمَئِذٍ (yaumaidzin), dibaca "Wailuyy yaumaidzin". Lalu tanwin kasrah pada يَوْمَئِذٍ (yaumaidzin) bertemu huruf lam (ل), yang merupakan hukum Idgham Bilaghunnah (tanpa dengung).

3. Contoh Tanwin Kasrah (ـٍـ) Bertemu Ya (ي)

Ketika harakat kasratain bertemu dengan huruf ya.

لِكُلِّ قَوْمٍ يَسْتَعْجِلُونَ

Likulli qaumin yasta'jiluun.
(QS. Yunus: 49)

Tanwin kasrah pada kata قَوْمٍ (qaumin) bertemu dengan huruf ya pada kata يَسْتَعْجِلُونَ (yasta'jiluun). Cara membacanya adalah "Liqullu qaumiyy yasta'jiluun" dengan dengung yang ditahan.

بِقَلْبٍ يُنِيبُ

Biqalbin yuniib.
(QS. Qaf: 33)

Meskipun contoh ini bertemu dengan huruf 'ya' yang berharakat dhammah, hukumnya tetap sama. Tanwin kasrah pada بِقَلْبٍ (biqalbin) bertemu ya pada يُنِيبُ (yuniib). Maka, dibaca "Biqalbiyy yuniib" disertai ghunnah.

4. Contoh Tanwin Dhammah (ـٌـ) Bertemu Ya (ي)

Ketika harakat dhammatain bertemu dengan huruf ya.

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ

Wujuuhuy yaumaidzin naa'imah.
(QS. Al-Ghasyiyah: 8)

Pada ayat ini, tanwin dhammah pada kata وُجُوهٌ (wujuuhun) bertemu dengan ya pada kata يَوْمَئِذٍ (yaumaidzin). Suara 'n' pada 'wujuuhun' melebur total, dibaca menjadi "Wujuuhuyy yaumaidzin" dengan dengung yang sempurna.

بَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ

Barquy yaj'aluuna ashaabi'ahum.
(QS. Al-Baqarah: 19)

Di sini, tanwin dhammah pada kata بَرْقٌ (barqun) bertemu ya pada kata يَجْعَلُونَ (yaj'aluuna). Pelafalannya menjadi "Barquyy yaj'aluuna" dengan menahan dengung.

Bab 4: Pengecualian Penting - Hukum Idzhar Mutlaq

Dalam ilmu tajwid, hampir setiap kaidah memiliki pengecualian yang harus diperhatikan dengan saksama. Untuk hukum Idgham, termasuk pertemuan nun sukun bertemu ya, ada sebuah pengecualian penting yang dikenal sebagai Idzhar Mutlaq (إظهار مطلق) atau disebut juga Idzhar Wajib.

Kaidah Idgham Bighunnah hanya berlaku jika nun sukun dan huruf ya (atau waw) berada di dua kata yang terpisah. Namun, jika nun sukun dan huruf ya (atau waw) bertemu di dalam satu kata yang sama, maka hukumnya berubah menjadi Idzhar Mutlaq. Artinya, suara nun sukun harus dibaca secara jelas (Idzhar) dan tidak boleh dileburkan (Idgham).

Mengapa demikian? Para ulama tajwid menjelaskan bahwa hikmah di balik pengecualian ini adalah untuk menjaga keaslian makna kata tersebut. Jika Idgham diterapkan, maka kata tersebut akan terdengar berbeda dan maknanya bisa menjadi rusak atau tidak dikenali.

Di dalam Al-Qur'an, hanya ada empat kata di mana nun sukun bertemu ya atau waw dalam satu kata, sehingga hukum Idzhar Mutlaq ini berlaku:

1. Kata دُنْيَا (Dunya)

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Wa mal hayaatud-dunyaa illaa mataa'ul ghuruur.
(QS. Ali 'Imran: 185)

Perhatikan kata الدُّنْيَا (Ad-Dunya). Di sini, nun sukun (نْ) bertemu dengan ya (ي) dalam satu kata. Jika kita menerapkan Idgham, akan dibaca "Ad-Duyya", yang akan merusak kata dan makna aslinya. Oleh karena itu, nun sukun harus dibaca dengan jelas: "Ad-Dun-ya".

2. Kata بُنْيَانٌ (Bunyanun)

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ

Innallaaha yuhibbulladziina yuqaatiluuna fii sabiilihi shaffan ka-annahum bunyaanun marshuush.
(QS. As-Saff: 4)

Pada kata بُنْيَانٌ (Bunyanun), nun sukun bertemu ya. Ini juga dibaca secara Idzhar (jelas), yaitu "Bun-yanun", bukan "Buyyanun".

3. Kata صِنْوَانٌ (Sinwanun)

Kata ini merujuk pada pohon kurma yang tumbuh dari satu akar tetapi memiliki beberapa batang. Nun sukun bertemu dengan waw (و) di sini.

وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ

...wanakhiilun shinwaanun wa ghairu shinwaan...
(QS. Ar-Ra'd: 4)

Pada kata صِنْوَانٌ (Sinwanun), nun sukun dibaca jelas: "Sin-wanun".

4. Kata قِنْوَانٌ (Qinwanun)

Kata ini berarti tandan atau mayang kurma. Sama seperti sebelumnya, nun sukun bertemu waw dalam satu kata.

وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ

Wa minan-nakhli min thal'ihaa qinwaanun daaniyah.
(QS. Al-An'am: 99)

Pada kata قِنْوَانٌ (Qinwanun), nun sukun juga wajib dibaca dengan jelas: "Qin-wanun".

Bab 5: Kesalahan Umum dan Cara Memperbaikinya

Dalam mempelajari dan mempraktikkan hukum nun sukun bertemu ya, beberapa kesalahan umum sering dilakukan oleh para pembelajar. Mengenali kesalahan ini adalah langkah pertama untuk memperbaikinya.

Cara terbaik untuk memperbaiki semua kesalahan ini adalah dengan bimbingan seorang guru (talaqqi). Seorang guru yang kompeten dapat mendengarkan bacaan kita secara langsung dan memberikan koreksi yang tepat dan personal.

Bab 6: Hikmah dan Keindahan di Balik Kaidah Tajwid

Kaidah-kaidah tajwid seperti Idgham Bighunnah bukanlah aturan yang dibuat-buat untuk mempersulit. Sebaliknya, ia adalah bagian tak terpisahkan dari wahyu Al-Qur'an itu sendiri. Rasulullah ﷺ menerima Al-Qur'an dari Malaikat Jibril dengan cara bacaan yang sudah sempurna, termasuk dengan dengung, peleburan, dan kejelasan pada tempatnya. Tugas kita adalah meniru bacaan tersebut semampu kita.

Ada beberapa hikmah dan keindahan yang dapat kita renungkan:

Kesimpulan

Hukum bacaan ketika nun sukun bertemu ya atau tanwin bertemu ya adalah Idgham Bighunnah. Kaidah ini menuntut kita untuk meleburkan suara 'n' dari nun sukun atau tanwin secara total ke dalam huruf ya, menjadikannya seolah bertasydid (يّ), dan menyertainya dengan dengung (ghunnah) yang ditahan selama dua harakat. Kaidah ini berlaku ketika pertemuan terjadi di antara dua kata yang berbeda.

Penting untuk diingat adanya pengecualian, yaitu Idzhar Mutlaq, yang terjadi jika nun sukun dan ya bertemu dalam satu kata yang sama (seperti pada kata dunya dan bunyan). Dalam kasus ini, nun sukun wajib dibaca dengan jelas tanpa dileburkan.

Menguasai hukum ini tidak hanya akan memperbaiki teknis bacaan kita, tetapi juga akan memperdalam hubungan kita dengan Al-Qur'an. Ini adalah perjalanan untuk menghormati firman Allah dengan cara terbaik, melantunkannya dengan keindahan dan ketepatan sebagaimana ia diturunkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kemudahan dan semangat untuk terus belajar dan menyempurnakan bacaan Al-Qur'an kita.

🏠 Kembali ke Homepage