Pengantar: Memahami Hakikat Nominalisasi
Bahasa adalah sistem yang dinamis, terus-menerus berevolusi dan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan komunikasi manusia. Salah satu mekanisme linguistik yang krusial dalam evolusi ini adalah nominalisasi. Nominalisasi merupakan proses pembentukan kata benda (nomina) dari kelas kata lain, seperti verba (kata kerja) atau adjektiva (kata sifat). Proses ini tidak sekadar mengubah bentuk kata, tetapi juga mentransformasi makna, fungsi sintaktis, dan bahkan implikasi pragmatis dalam sebuah kalimat atau wacana.
Dalam bahasa Indonesia, nominalisasi adalah fenomena yang sangat produktif dan tersebar luas. Dari tulisan ilmiah yang kompleks hingga percakapan sehari-hari, kita menemukan banyak contoh bagaimana proses ini memungkinkan penutur untuk meringkas informasi, mengabstraksi konsep, atau memberikan fokus yang berbeda pada suatu gagasan. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk nominalisasi dalam bahasa Indonesia, mulai dari definisi dasar, jenis-jenisnya, fungsi gramatikal, hingga implikasi semantis dan pragmatis yang ditimbulkannya. Kita juga akan menelaah penggunaan nominalisasi dalam berbagai konteks, serta menyoroti potensi kelebihan dan kekurangannya.
1. Definisi dan Konsep Dasar Nominalisasi
Secara etimologis, "nominalisasi" berasal dari kata "nomina" yang berarti kata benda. Dalam linguistik, nominalisasi merujuk pada proses morfologis atau sintaktis di mana suatu unsur yang secara fundamental bukan kata benda diubah fungsinya atau bentuknya menjadi kata benda. Ini adalah salah satu bentuk derivasi (pembentukan kata) yang paling penting.
Para ahli bahasa sering mendefinisikan nominalisasi dari dua perspektif utama:
- Nominalisasi Morfologis: Proses pembentukan nomina melalui penambahan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar verba atau adjektiva. Contoh:
membangun(verba) menjadipembangunan(nomina) dengan afikspeN-an. - Nominalisasi Sintaktis (atau Konversi): Proses di mana sebuah kata berfungsi sebagai nomina tanpa perubahan bentuk morfologis, hanya perubahan kategori sintaktisnya. Contoh:
makan(verba) bisa berfungsi sebagai nomina dalam kalimat"Makan itu penting."
Penting untuk dicatat bahwa nominalisasi tidak hanya sekadar mengubah kelas kata. Ia juga seringkali mengubah fokus makna. Jika verba menyoroti tindakan atau proses, nominalisasi akan menyoroti hasil tindakan, agen, atau entitas yang terlibat dalam proses tersebut. Misalnya, "Dia menulis cerita" fokus pada tindakan, sementara "Penulisan cerita itu membutuhkan waktu" fokus pada proses atau hasil dari tindakan.
2. Jenis-jenis Nominalisasi dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kekayaan afiks dan mekanisme lain yang mendukung nominalisasi. Berikut adalah jenis-jenis utama yang dapat diidentifikasi:
2.1. Nominalisasi dengan Afiks Derivasional
Ini adalah bentuk nominalisasi yang paling umum dan produktif. Afiks-afiks ini melekat pada dasar kata dan secara eksplisit mengubahnya menjadi nomina.
2.1.1. Afiks peN-an
Afiks ini sangat produktif, membentuk nomina yang sering merujuk pada proses, hasil, atau tempat. Bentuk peN- memiliki alomorf (bentuk variasi) pem-, pen-, peng-, peny-, dan pel- tergantung pada huruf awal dasar kata.
- Dari Verba Transitif/Intransitif: Menunjukkan proses atau hasil tindakan.
bangun(verba) →pembangunan(proses membangun, hasil membangun)
Contoh: "Pemerintah fokus padapembangunaninfrastruktur."tulis(verba) →penulisan(proses menulis)
Contoh: "Penulisanlaporan itu memakan waktu."produksi(verba) →produksi(seringkali sudah nomina, tetapi bisa jugapemroduksianuntuk prosesnya)
Contoh: "Pemroduksianmassal membutuhkan biaya besar."pilih(verba) →pemilihan(proses memilih, hasil pilihan)
Contoh: "Pemilihankepala desa berlangsung lancar."sangka(verba) →persangkaan(proses menyangka, hasil sangkaan)
Contoh: "Adapersangkaankuat terhadap pelaku."salah(adjektiva) →penyalahan(tindakan menyalahkan)
Contoh: "Penyalahanterus-menerus tidak akan menyelesaikan masalah."
- Dari Adjektiva: Menunjukkan proses menjadikan sesuatu bersifat adjektiva.
baik(adjektiva) →perbaikan(proses menjadikan baik)
Contoh: "Mereka mengusulkanperbaikansistem."indah(adjektiva) →keindahan(kondisi indah - *ini ke-an, bukan peN-an, koreksi di sini*) →pengindahan(proses mengindah-indahkan, jarang)
2.1.2. Afiks ke-an
Afiks ini juga sangat produktif, membentuk nomina yang menunjukkan keadaan, sifat, tempat, atau hal yang bersifat abstrak.
- Dari Verba: Sering menunjukkan hal yang dikenai atau keadaan.
tinggal(verba) →ketinggalan(hasil dari tertinggal, hal yang tertinggal)
Contoh: "Ada beberapaketinggalandalam berkas ini."datang(verba) →kedatangan(hal datang)
Contoh: "Kami menunggukedatangantamu."
- Dari Adjektiva: Menunjukkan keadaan atau sifat abstrak.
adil(adjektiva) →keadilan(sifat adil, keadaan adil)
Contoh: "Semua orang mendambakankeadilan."indah(adjektiva) →keindahan(sifat indah, keadaan indah)
Contoh: "Keindahanalam Bali sangat memukau."salah(adjektiva) →kesalahan(hal yang salah, keadaan salah)
Contoh: "Setiap manusia pasti pernah membuatkesalahan."
- Dari Nomina: Menunjukkan hal yang berhubungan dengan nomina dasar, wilayah, atau kolektif.
raja(nomina) →kerajaan(wilayah raja, hal yang berhubungan dengan raja)
Contoh: "Indonesia pernah memiliki banyakkerajaan."pulau(nomina) →kepulauan(kumpulan pulau)
Contoh: "Indonesia adalah negarakepulauan."
2.1.3. Afiks -an
Afiks sufiks -an membentuk nomina yang menunjukkan hasil, bahan, alat, atau tempat.
- Dari Verba:
makan(verba) →makanan(hasil makan, sesuatu yang dimakan)
Contoh: "Makanantradisional itu sangat lezat."minum(verba) →minuman(hasil minum, sesuatu yang diminum)
Contoh: "Kami memesanminumandingin."tulis(verba) →tulisan(hasil menulis)
Contoh: "Tulisantangannya sangat rapi."duduk(verba) →dudukan(tempat duduk)
Contoh: "Dia memperbaikidudukankursi yang rusak."
- Dari Nomina (jarang, lebih ke derivasi lain):
pulau(nomina) →pulauan(area kepulauan, sering digantikepulauan)
2.1.4. Afiks per-an
Afiks ini sering kali menunjukkan proses yang lebih luas, kompleks, atau abstrak, seringkali melibatkan interaksi atau sistem. Mirip dengan peN-an namun dengan konotasi yang berbeda.
- Dari Verba:
tindak(verba) →pertindakan(jarang digunakan, lebih ketindakan)
- Dari Nomina:
dagang(nomina) →perdagangan(aktivitas berdagang, sistem dagang)
Contoh: "Perdaganganinternasional sangat penting bagi ekonomi."tani(nomina) →pertanian(aktivitas bertani, bidang tani)
Contoh: "Pertanianadalah sektor utama di daerah ini."adil(adjektiva) →peradilan(sistem keadilan, proses mengadili)
Contoh: "Sistemperadilanharus independen."juang(verba) →perjuangan(proses berjuang, hasil berjuang)
Contoh: "Perjuanganpara pahlawan tidak sia-sia."
2.1.5. Afiks peng- dan pem- (sebagai agen/pelaku)
Meskipun bagian dari peN-, ketika digunakan sendiri, afiks ini sering membentuk nomina yang merujuk pada agen (pelaku) atau alat.
tulis(verba) →penulis(orang yang menulis)
Contoh: "Penulisbuku itu adalah seorang profesor."baca(verba) →pembaca(orang yang membaca)
Contoh: "Pembacasetia koran ini sudah banyak."sapu(verba) →penyapu(alat untuk menyapu)
Contoh: "Dia menggunakanpenyapulidi untuk membersihkan halaman."
2.1.6. Afiks Pinjaman: -isasi, -asi, -si, -isme, -itas
Bahasa Indonesia banyak menyerap afiks dari bahasa asing (terutama Inggris, Belanda, Arab, Sansekerta) yang juga berfungsi untuk nominalisasi. Afiks ini umumnya melekat pada dasar kata yang juga berasal dari serapan asing.
-isasi: Menunjukkan proses atau hasil.modern(adjektiva) →modernisasi(proses menjadikan modern)
Contoh: "Modernisasipertanian sangat dibutuhkan."global(adjektiva) →globalisasi(proses menjadikan global)
Contoh: "Globalisasimembawa dampak positif dan negatif."
-asi/-si: Juga menunjukkan proses atau hasil.inform(dasar serapan) →informasi(hasil memberitahu)
Contoh: "Dia membutuhkaninformasilebih lanjut."transform(dasar serapan) →transformasi(proses mengubah)
Contoh: "Terjaditransformasibesar di sektor industri."komunik(dasar serapan) →komunikasi(proses menyampaikan pesan)
Contoh: "Komunikasiyang efektif sangat penting."revolusi(nomina) →revolusioner(adjektiva, tapirevolusisendiri adalah nomina serapan)
-isme: Menunjukkan paham, ajaran, atau sistem.nasional(adjektiva) →nasionalisme(paham kebangsaan)
Contoh: "Nasionalismeadalah cinta tanah air."komunis(adjektiva/nomina) →komunisme(paham komunis)
Contoh: "Sejarah mencatat berbagai ideologi, termasukkomunisme."
-itas: Menunjukkan kualitas atau sifat.aktif(adjektiva) →aktivitas(keadaan aktif)
Contoh: "Aktivitassehari-harinya sangat padat."prioritas(nomina, kualitas yang diprioritaskan)
Contoh: "Pendidikan adalahprioritasutama."valid(adjektiva) →validitas(kualitas valid)
Contoh: "Validitasdata sangat penting dalam penelitian."
2.2. Nominalisasi Non-Afiksasional (Konversi / Derivasi Nol)
Dalam jenis ini, kata dari kelas lain (terutama verba dan adjektiva) dapat langsung berfungsi sebagai nomina tanpa adanya penambahan afiks eksplisit. Perubahan kelas kata ini ditentukan oleh konteks sintaktisnya.
- Verba menjadi Nomina:
Makanitu penting. (makansebagai nomina, bukan verba)
Bandingkan: "Dia sedangmakannasi." (makansebagai verba)Tiduradalah obat terbaik. (tidursebagai nomina)
Bandingkan: "Anak itu sedangtidurnyenyak." (tidursebagai verba)Pergike sana membutuhkan waktu. (pergisebagai nomina)
Bandingkan: "Kami akanpergibesok." (pergisebagai verba)
- Adjektiva menjadi Nomina:
- Orang
kayasering dermawan. (kayasebagai nomina yang merujuk pada 'orang kaya')
Bandingkan: "Hidupnya sangatkaya." (kayasebagai adjektiva) - Hanya yang
kuatyang bertahan. (kuatsebagai nomina 'orang kuat')
Bandingkan: "Dia sangatkuat." (kuatsebagai adjektiva) - Yang
benarakan terungkap. (benarsebagai nomina 'hal yang benar')
Bandingkan: "Ucapannyabenar." (benarsebagai adjektiva)
- Orang
Nominalisasi konversi ini seringkali lebih informal atau digunakan dalam konteks tertentu, namun keberadaannya sangat relevan dalam pembentukan makna dan struktur kalimat dalam bahasa Indonesia.
3. Fungsi Gramatikal Nominalisasi
Perubahan kelas kata dari verba atau adjektiva menjadi nomina memiliki konsekuensi gramatikal yang signifikan. Nomina memiliki fungsi sintaktis yang berbeda dalam kalimat, seperti menjadi subjek, objek, pelengkap, atau keterangan.
3.1. Sebagai Subjek Kalimat
Ketika sebuah konsep tindakan atau kualitas perlu menjadi fokus utama sebagai "aktor" atau "pokok bahasan" dalam kalimat, nominalisasi berperan penting.
- Dari verba:
Penulisanlaporan ini sangat detail. (Bandingkan: "Diamenulislaporan ini dengan detail.")Kedatanganmereka mengejutkan kami. (Bandingkan: "Merekadatangdan mengejutkan kami.")
- Dari adjektiva:
Keindahanalam ini tak terlukiskan. (Bandingkan: "Alam ini sangatindah.")Keberaniannya patut diacungi jempol. (Bandingkan: "Dia sangatberani.")
3.2. Sebagai Objek Kalimat
Nominalisasi memungkinkan suatu tindakan atau sifat menjadi objek dari verba lain.
- Kami membahas
pembangunankota. (Bandingkan: "Kami membahas bagaimana kota inidibangun.") - Mereka menuntut
keadilan. (Bandingkan: "Mereka menuntut agar semua orangadil.") - Dia menyukai
tulisantanganmu. (Bandingkan: "Dia menyukai bagaimana kamumenulis.")
3.3. Sebagai Pelengkap atau Keterangan
Nominalisasi juga dapat berfungsi sebagai pelengkap atau bagian dari frasa preposisional yang berfungsi sebagai keterangan.
- Mereka berbicara tentang
perkembanganteknologi. (perkembangansebagai objek preposisi 'tentang', berfungsi sebagai keterangan) - Ini adalah hasil
pemikiranyang mendalam. (pemikiransebagai pelengkap frasa nomina 'hasil') - Dia bertindak atas dasar
keyakinan. (keyakinansebagai objek preposisi 'atas dasar')
Dengan menjadi nomina, sebuah konsep yang sebelumnya berorientasi pada proses atau sifat dapat di-reifikasi, yaitu diubah menjadi entitas yang dapat diacu, dihitung, atau dimodifikasi oleh penentu (determiner) dan adjektiva, seperti nomina pada umumnya.
4. Implikasi Semantis Nominalisasi
Selain perubahan gramatikal, nominalisasi juga membawa implikasi semantis yang mendalam. Ia mengubah cara kita memahami dan merepresentasikan suatu peristiwa atau konsep.
4.1. Abstraksi dan Generalisasi
Salah satu fungsi semantis terpenting nominalisasi adalah kemampuannya untuk mengabstraksi dan menggeneralisasi suatu tindakan atau sifat. Ketika verba atau adjektiva dinominalisasikan, fokus bergeser dari peristiwa konkret yang terjadi pada waktu dan pelaku tertentu, menjadi konsep yang lebih umum dan abstrak.
"Mahasiswa sedang meneliti"(fokus pada aksi konkret oleh agen)"Penelitianmahasiswa itu sangat mendalam." (fokus pada proses atau hasil penelitian sebagai suatu entitas abstrak)"Dia sangat cerdas"(fokus pada sifat seseorang)"Kecerdasanadalah anugerah." (fokus pada konsep kecerdasan secara umum)
Abstraksi ini sangat penting dalam wacana ilmiah, filosofis, dan formal, di mana konsep-konsep umum dan prinsip-prinsip universal sering dibahas. Nominalisasi memungkinkan pembentukan terminologi teknis dan ilmiah.
4.2. Reifikasi (Mengubah Proses menjadi Entitas)
Reifikasi adalah proses di mana suatu proses, tindakan, atau kualitas non-materi dianggap sebagai entitas atau benda yang konkret. Nominalisasi adalah alat utama reifikasi dalam bahasa. Ini memungkinkan kita untuk "memegang" suatu ide dan memperlakukannya sebagai objek yang dapat dimanipulasi secara gramatikal.
- Verba
"mengadakan"(suatu tindakan) menjadi nomina"pengadaan"(suatu barang/proses yang diada-adakan).
"Pemerintahmengadakanproyek baru." → "Pengadaanproyek baru memerlukan dana besar." - Verba
"mengelola"(suatu tindakan) menjadi nomina"pengelolaan"(sistem/cara mengelola).
"Diamengelolaperusahaan dengan baik." → "Pengelolaanperusahaan itu sangat efisien."
Reifikasi ini sangat kuat dalam menciptakan istilah-istilah birokrasi, hukum, dan administratif. Misalnya, "pemberlakuan" undang-undang, "penyelesaian" masalah, "pengambilan" keputusan. Ini mengubah suatu peristiwa menjadi 'sesuatu' yang bisa menjadi subjek atau objek dari tindakan lain.
4.3. Konsistensi Wacana dan Kohesi
Nominalisasi juga berkontribusi pada kohesi dan konsistensi wacana. Dengan mengubah verba atau adjektiva menjadi nomina, memungkinkan penulis atau penutur untuk mempertahankan topik yang sama atau merujuk kembali pada gagasan yang telah disebutkan sebelumnya dengan cara yang lebih ringkas dan terintegrasi.
Contoh:
"Pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan baru. Implementasi kebijakan ini diharapkan membawa perubahan positif."
Di sini, implementasi merujuk kembali pada tindakan mengimplementasikan tanpa perlu mengulang klausa lengkap, sehingga wacana menjadi lebih padu dan mengalir.
5. Penggunaan Nominalisasi dalam Berbagai Konteks
Nominalisasi bukan hanya fenomena teoritis, melainkan alat linguistik yang sangat fungsional dalam praktik berbahasa. Penggunaannya bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan komunikasi.
5.1. Wacana Ilmiah dan Akademis
Dalam tulisan ilmiah, nominalisasi adalah elemen krusial. Ini memungkinkan peneliti untuk:
- Menciptakan Terminologi: Kata-kata seperti
penelitian,pengembangan,analisis,pembuktian,pengujian,validitasadalah nomina hasil nominalisasi yang menjadi pilar terminologi ilmiah. - Meningkatkan Formalitas: Wacana ilmiah cenderung formal dan objektif. Nominalisasi membantu mencapai nada ini dengan menggeser fokus dari agen atau tindakan spesifik ke proses atau konsep itu sendiri.
- Mengabstraksi Konsep: Memungkinkan pembahasan ide-ide yang kompleks dan abstrak tanpa terikat pada kejadian atau pelaku konkret.
Contoh: "Penemuanmetode baru ini mengubah paradigmapemahamankita tentang fenomena tersebut." - Meringkas Informasi: Dapat meringkas klausa menjadi frasa nomina, membuat kalimat lebih padat dan efisien.
Contoh: "Bahwa airmendidihpada 100 derajat Celcius adalah fakta." → "Mendidihnyaair pada 100 derajat Celcius adalah fakta." (meskipun konstruksi pertama lebih umum dalam formalitas)
5.2. Wacana Jurnalistik dan Berita
Dalam berita, nominalisasi sering digunakan untuk meringkas judul, menyajikan fakta secara ringkas, dan menciptakan gaya yang lebih padat.
- Judul berita: "
KenaikanHarga BBM PicuProtesWarga." (Bandingkan: "Harga BBMnaiksehingga wargamemprotes.") - Laporan: "Terjadi
penurunanangka pengangguran di kota ini." (Bandingkan: "Angka pengangguranmenurundi kota ini.")
Ini memungkinkan penyampaian informasi yang cepat dan efisien, sesuai dengan karakteristik media berita.
5.3. Wacana Birokrasi dan Hukum
Bahasa hukum dan birokrasi terkenal dengan penggunaan nominalisasi yang tinggi. Ini karena kebutuhan untuk:
- Ketetapan dan Kejelasan: Meskipun terkadang terasa rumit, nominalisasi dalam hukum berusaha untuk mendefinisikan konsep secara tepat dan tidak ambigu.
- Abstraksi Hukum: Hukum membahas prinsip, aturan, dan prosedur umum, bukan tindakan individu semata. Nominalisasi memfasilitasi abstraksi ini (misalnya,
"pelanggaran","pembatalan","penetapan","penyalahgunaan"wewenang). - Formalitas: Bahasa hukum harus sangat formal.
Contoh: "Pembentukanundang-undang ini melaluipersetujuanparlemen."
Fenomena ini sering disebut "bahasa birokratis" atau "legalese" yang, meskipun bertujuan jelas, terkadang justru mempersulit pemahaman bagi masyarakat umum.
5.4. Bahasa Sehari-hari
Meskipun lebih menonjol dalam wacana formal, nominalisasi juga hadir dalam bahasa sehari-hari, meskipun mungkin dengan frekuensi yang lebih rendah atau bentuk yang lebih sederhana.
- "
Makanitu penting untuk kesehatan." - "Ada
makananapa hari ini?" - "Jangan lupa
pulanganbuku ke perpustakaan." (pulangansebagai 'tempat mengembalikan' atau 'hasil pengembalian', agak jarang namun ada) - "Dia punya
keahliankhusus."
Dalam konteks informal, nominalisasi konversi (derivasi nol) lebih sering dijumpai.
6. Kelebihan dan Kekurangan Nominalisasi
Seperti alat linguistik lainnya, nominalisasi memiliki sisi positif dan negatif dalam penggunaannya.
6.1. Kelebihan
- Efisiensi dan Keringkasan: Nominalisasi dapat memadatkan informasi dari satu klausa penuh menjadi satu frasa nomina, membuat kalimat lebih ringkas dan efisien.
Contoh: "Fakta bahwa harga-hargatelah naik" menjadi "Kenaikanharga-harga." - Peningkatan Formalitas dan Objektivitas: Dengan mengabstraksi tindakan dari pelaku, nominalisasi dapat menciptakan kesan objektivitas dan formalitas, yang diinginkan dalam wacana akademis dan berita.
- Fokus pada Konsep atau Hasil: Mengalihkan fokus dari tindakan atau pelaku ke proses itu sendiri, atau hasil dari tindakan tersebut. Ini penting ketika konsep itu sendiri yang ingin dibahas.
- Penciptaan Terminologi Ilmiah: Memfasilitasi pembentukan kosakata teknis dan ilmiah yang spesifik, memungkinkan komunikasi ide-ide kompleks.
- Kohesi Wacana: Membantu menghubungkan ide-ide dalam teks, menciptakan alur yang lebih halus dan padu dengan merujuk kembali pada gagasan yang telah disebutkan.
6.2. Kekurangan dan Potensi Masalah
- Ambiguitas: Beberapa nominalisasi bisa ambigu, terutama jika menghilangkan informasi tentang agen atau pasien.
Contoh: "Peninjauankasus itu sedang berlangsung." Siapa yang meninjau? Kasus apa yang ditinjau? Informasi ini hilang jika tidak ada konteks tambahan. - Ketidakjelasan dan Kekakuan: Penggunaan nominalisasi yang berlebihan, terutama dalam wacana birokrasi, dapat membuat teks menjadi kaku, sulit dipahami, dan terkesan bertele-tele. Ini sering disebut "bahasa birokratis" atau "nominalisasi berlebihan".
Contoh: "Pengimplementasiankebijakan baru ini memerlukankoordinasiantar-instansi gunapenyelesaianmasalahketerlambatanproyek." (Lebih jelas: "Untukmengimplementasikankebijakan baru ini danmenyelesaikanmasalah proyek yangterlambat, instansi-instansi harusberkoordinasi.") - Mengaburkan Agen Tindakan: Kadang-kadang nominalisasi digunakan untuk menghindari penyebutan pelaku tindakan, yang bisa jadi disengaja untuk menghindari tanggung jawab.
Contoh: "Terjadikesalahandalampenghitungan." (Siapa yang membuat kesalahan? Siapa yang menghitung?) - Melemahkan Gaya Bahasa: Dalam tulisan naratif atau persuasif, penggunaan verba aktif seringkali lebih kuat dan langsung daripada nominalisasi. Nominalisasi dapat membuat tulisan terasa pasif dan kurang bertenaga.
Penting bagi penulis dan penutur untuk menggunakan nominalisasi secara bijak, mempertimbangkan audiens dan tujuan komunikasi mereka. Keseimbangan antara kejelasan, keringkasan, dan formalitas adalah kunci.
7. Analisis Lanjut: Nominalisasi sebagai Alat Kekuasaan dan Ideologi
Dalam linguistik kritis, nominalisasi sering dianalisis sebagai alat retorika yang dapat mencerminkan atau bahkan membentuk struktur kekuasaan dan ideologi. Dengan menghilangkan agen (pelaku) dari suatu tindakan, nominalisasi dapat mengaburkan tanggung jawab, membuat peristiwa terdengar lebih objektif dan impersonal, atau bahkan menyembunyikan kepentingan tertentu.
- "
Kenaikanharga minyak dipandang perlu." (Siapa yang memutuskan kenaikan? Apa alasannya?) - "Terjadi
pelanggaranHAM di wilayah tersebut." (Siapa pelakunya? Bagaimana peristiwa itu terjadi?)
Dalam contoh-contoh di atas, nominalisasi menggeser fokus dari subjek yang aktif melakukan tindakan (misalnya, "Pemerintah menaikkan harga minyak" atau "Militer melanggar HAM") menjadi suatu "peristiwa" yang seolah-olah terjadi dengan sendirinya atau sebagai sebuah keharusan, bukan hasil keputusan atau tindakan seseorang atau kelompok. Hal ini membuat nominalisasi menjadi topik menarik dalam studi analisis wacana kritis, di mana bahasa dipandang sebagai alat yang tidak netral.
8. Nominalisasi dan Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa Indonesia modern menunjukkan tren peningkatan penggunaan nominalisasi, terutama di ranah formal dan media massa. Ini bisa menjadi indikator modernisasi bahasa yang cenderung mengarah pada abstraksi dan efisiensi dalam menyampaikan informasi kompleks.
Pengaruh bahasa Inggris juga signifikan. Dalam bahasa Inggris, nominalisasi (misalnya, penggunaan gerunds, atau sufiks -tion, -ment, -ness) juga sangat produktif. Seiring dengan peningkatan literasi ilmiah dan paparan terhadap teks-teks berbahasa Inggris, pola-pola nominalisasi tertentu dapat mempengaruhi gaya penulisan dalam bahasa Indonesia.
Namun, seperti yang telah dibahas, penggunaan berlebihan tanpa pertimbangan konteks dan kejelasan dapat mengarah pada gaya yang rumit dan tidak efektif. Oleh karena itu, kesadaran akan fungsi dan implikasi nominalisasi menjadi sangat penting bagi siapa pun yang ingin menggunakan bahasa Indonesia secara efektif.
9. Tips Penggunaan Nominalisasi yang Efektif
Untuk menghindari jebakan nominalisasi berlebihan dan memanfaatkan kekuatannya, berikut adalah beberapa tips:
- Gunakan Secara Selektif: Jangan nominalisasi setiap verba atau adjektiva. Pertimbangkan apakah nominalisasi benar-benar menambah kejelasan, keringkasan, atau formalitas yang diinginkan.
- Pikirkan Audiens: Untuk audiens umum, gaya yang lebih langsung dengan verba aktif mungkin lebih mudah dipahami. Untuk audiens akademis atau profesional, nominalisasi mungkin lebih sesuai.
- Identifikasi Agen: Jika menghilangkan agen tindakan akan menimbulkan ambiguitas atau mengaburkan informasi penting, pertimbangkan untuk menggunakan klausa verba aktif.
- Variasi Struktur Kalimat: Kombinasikan kalimat yang menggunakan nominalisasi dengan kalimat yang menggunakan verba aktif untuk menjaga alur dan dinamika tulisan.
- Revisi dan Sederhanakan: Setelah menulis draf, tinjau kembali kalimat-kalimat yang banyak menggunakan nominalisasi. Apakah ada cara yang lebih sederhana dan langsung untuk menyampaikan gagasan yang sama? Terkadang, membalikkan nominalisasi ke bentuk verbalnya bisa sangat membantu.
Contoh penyederhanaan:
- Asli (rumit): "
Penyelesaianmasalah ini memerlukanpenentuankebijakan yang jelas." - Sederhana: "Untuk
menyelesaikanmasalah ini, kita perlumenentukankebijakan yang jelas."
Kedua kalimat tersebut benar secara gramatikal, tetapi yang kedua lebih mudah dipahami dan lebih langsung.
Kesimpulan
Nominalisasi adalah salah satu aspek morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia yang paling menarik dan fungsional. Sebagai proses pembentukan nomina dari kelas kata lain, ia tidak hanya memperkaya kosakata tetapi juga memungkinkan fleksibilitas luar biasa dalam struktur kalimat dan representasi makna.
Dari membentuk terminologi ilmiah yang abstrak hingga meringkas tajuk berita yang padat, nominalisasi memainkan peran vital dalam berbagai bentuk wacana. Ia memberikan kemampuan untuk mengabstraksi konsep, mereifikasi peristiwa, dan membangun kohesi dalam tulisan.
Namun, seperti pisau bermata dua, penggunaan nominalisasi yang tidak bijak dapat menimbulkan ambiguitas, kekakuan, dan bahkan menyembunyikan tanggung jawab. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang mekanisme, fungsi, dan implikasi nominalisasi adalah esensial bagi setiap penutur dan penulis bahasa Indonesia yang ingin berkomunikasi secara efektif, jelas, dan bertanggung jawab.
Mempelajari nominalisasi bukan sekadar menghafal aturan gramatika, tetapi juga memahami bagaimana bahasa membentuk pemikiran kita, bagaimana kita mengkonstruksi realitas melalui kata-kata, dan bagaimana kita dapat menggunakan kekuatan bahasa secara sadar untuk mencapai tujuan komunikasi yang kita inginkan.