Panduan Lengkap Niat Sholat Idul Adha Arab, Latin, Arti, dan Tata Caranya

Ilustrasi suasana Idul Adha Sebuah gambar SVG yang menampilkan siluet masjid dengan kubah dan menara, serta siluet seekor domba sebagai simbol kurban Idul Adha, di bawah bulan sabit.

Ilustrasi suasana Idul Adha dengan masjid dan hewan kurban

Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar yang paling dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari ini sarat dengan makna pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah SWT, meneladani kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Salah satu amalan utama yang menjadi penanda datangnya hari raya ini adalah pelaksanaan Sholat Idul Adha. Seperti ibadah lainnya dalam Islam, sholat ini dimulai dengan niat yang tulus di dalam hati dan diucapkan secara lisan (sunnah) untuk memantapkan hati. Mengetahui lafal niat sholat Idul Adha Arab yang benar adalah langkah awal yang fundamental untuk memastikan ibadah kita diterima.

Makna dan Kedudukan Niat dalam Ibadah

Sebelum kita melangkah ke lafal niat secara spesifik, penting untuk memahami mengapa niat memegang peranan yang begitu krusial dalam setiap ibadah. Dalam sebuah hadis yang sangat terkenal dan menjadi landasan bagi banyak ulama, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Innamal a'malu binniyat, wa innama likullimri'in ma nawa."

Artinya: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa niat adalah ruh dari sebuah amalan. Ia adalah pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, dan pembeda antara sebuah kebiasaan dengan sebuah ibadah. Niat membedakan sholat Dzuhur dari sholat Ashar, membedakan puasa Ramadhan dari puasa sunnah, dan tentu saja, membedakan Sholat Idul Adha dari Sholat Idul Fitri. Niat yang tulus karena Allah SWT (lillahi ta'ala) akan mengangkat sebuah tindakan menjadi bernilai pahala di sisi-Nya. Oleh karena itu, meluruskan dan memantapkan niat sebelum memulai Sholat Idul Adha adalah sebuah keharusan.

Lafal Niat Sholat Idul Adha Arab, Latin, dan Terjemahannya

Lafal niat Sholat Idul Adha berbeda tergantung pada posisi kita dalam sholat, apakah sebagai imam (pemimpin sholat) atau sebagai makmum (pengikut). Berikut adalah rincian lafal niatnya.

1. Niat Sholat Idul Adha Sebagai Imam

Jika Anda bertindak sebagai imam yang memimpin jamaah, maka niat yang diucapkan adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلهِ تَعَــــــــالَى

Ushalli sunnatan li 'Idil Adha rak'ataini imaman lillahi ta'ala.

Artinya: "Aku berniat sholat sunnah Idul Adha dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Penjabaran Makna per Kata dalam Niat Imam:

  • أُصَلِّيْ (Ushalli): Aku berniat sholat. Ini adalah pernyataan kehendak untuk melakukan ibadah sholat.
  • سُنَّةً (Sunnatan): Sunnah. Ini menegaskan status hukum dari sholat Idul Adha, yaitu sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan).
  • لعِيْدِ اْلأَضْحَى (Li 'Idil Adha): Untuk Hari Raya Idul Adha. Ini adalah bagian yang spesifik membedakan sholat ini dari sholat Idul Fitri atau sholat lainnya.
  • رَكْعَتَيْنِ (Rak'ataini): Dua rakaat. Ini menyebutkan jumlah rakaat yang akan dilaksanakan.
  • إِمَامًا (Imaman): Sebagai seorang imam. Ini menegaskan posisi dan tanggung jawab sebagai pemimpin sholat.
  • لِلهِ تَعَــــــــالَى (Lillahi ta'ala): Karena Allah Ta'ala. Ini adalah puncak dari niat, yaitu mengikhlaskan seluruh amalan hanya untuk mencari ridha Allah SWT.

2. Niat Sholat Idul Adha Sebagai Makmum

Bagi Anda yang melaksanakan sholat secara berjamaah sebagai makmum, niat yang diucapkan sedikit berbeda untuk menyesuaikan posisi Anda.

أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَــــــــالَى

Ushalli sunnatan li 'Idil Adha rak'ataini makmuman lillahi ta'ala.

Artinya: "Aku berniat sholat sunnah Idul Adha dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Penjabaran Makna per Kata dalam Niat Makmum:

Sebagian besar komponen niatnya sama dengan niat imam, perbedaannya hanya terletak pada satu kata krusial:

  • مَأْمُوْمًا (Makmuman): Sebagai seorang makmum. Kata ini menggantikan kata "imaman" dan menegaskan bahwa Anda adalah pengikut dalam sholat berjamaah tersebut, yang berarti Anda wajib mengikuti setiap gerakan imam.

Tata Cara Lengkap Pelaksanaan Sholat Idul Adha

Setelah memahami dan memantapkan niat, langkah selanjutnya adalah melaksanakan sholat sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sholat Idul Adha memiliki beberapa keunikan, terutama pada jumlah takbir di setiap rakaatnya. Berikut adalah panduan langkah demi langkah.

Amalan Sunnah Sebelum Berangkat Sholat

Sebelum menuju tempat sholat (tanah lapang atau masjid), ada beberapa amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan guna menyempurnakan pahala di hari yang mulia ini:

  • Mandi Besar (Ghusl): Dianjurkan untuk mandi besar pada pagi hari Idul Adha, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Nabi.
  • Memakai Pakaian Terbaik dan Wewangian: Gunakanlah pakaian terindah dan terbersih yang dimiliki, serta memakai wewangian (non-alkohol) bagi laki-laki. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap hari besar Islam.
  • Tidak Makan Sebelum Sholat: Berbeda dengan Idul Fitri yang disunnahkan makan terlebih dahulu, pada Idul Adha disunnahkan untuk tidak makan hingga selesai melaksanakan sholat dan menyembelih hewan kurban, dengan harapan dapat menyantap daging kurban sebagai makanan pertama.
  • Mengumandangkan Takbir: Mulai dari malam hari raya hingga berangkat ke tempat sholat, perbanyaklah mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd.
  • Melewati Jalan yang Berbeda: Disunnahkan untuk mengambil rute yang berbeda saat pergi dan pulang dari tempat sholat. Hikmahnya adalah untuk menyiarkan Islam lebih luas dan bertemu dengan lebih banyak saudara seiman untuk bersilaturahmi.

Pelaksanaan Sholat (Rakaat per Rakaat)

Sholat Idul Adha dilaksanakan sebanyak dua rakaat secara berjamaah. Berikut rincian gerakannya:

Rakaat Pertama

  1. Berniat: Membaca niat di dalam hati sesuai posisi (imam atau makmum) seperti yang telah dijelaskan di atas.
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Setelah itu, tangan disedekapkan di atas dada.
  3. Membaca Doa Iftitah: Membaca doa iftitah seperti pada sholat fardhu biasa.
  4. Takbir Tambahan (Takbir Zawaid): Setelah membaca doa iftitah, imam akan memimpin untuk melakukan takbir tambahan sebanyak tujuh (7) kali. Makmum mengikuti takbir imam. Di sela-sela setiap takbir, disunnahkan untuk membaca tasbih:

    سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

    Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.

    Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."

  5. Membaca Al-Fatihah dan Surat: Setelah selesai tujuh kali takbir, imam membaca Surat Al-Fatihah dengan jahr (terdengar jelas), diikuti oleh makmum yang mendengarkan atau membacanya dalam hati (tergantung mazhab). Kemudian, imam disunnahkan membaca surat yang cukup panjang seperti Surat Qaf atau Surat Al-A'la.
  6. Ruku', I'tidal, Sujud: Melakukan ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua seperti sholat biasa dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa). Bacaan di setiap gerakan sama seperti sholat fardhu.

Rakaat Kedua

  1. Bangkit dari Sujud: Bangkit dari sujud kedua untuk berdiri di rakaat kedua sambil mengucapkan takbir intiqal ("Allahu Akbar").
  2. Takbir Tambahan (Takbir Zawaid): Sebelum membaca Al-Fatihah, imam akan memimpin takbir tambahan sebanyak lima (5) kali. Sama seperti di rakaat pertama, di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih yang sama.
  3. Membaca Al-Fatihah dan Surat: Setelah lima takbir, imam kembali membaca Surat Al-Fatihah, diikuti dengan bacaan surat pendek. Disunnahkan membaca Surat Al-Ghasyiyah atau Surat Al-Qamar.
  4. Ruku' hingga Salam: Melanjutkan gerakan sholat seperti biasa, yaitu ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, hingga duduk tasyahud akhir.
  5. Tasyahud Akhir dan Salam: Membaca bacaan tasyahud akhir, shalawat Ibrahimiyah, dan doa setelahnya, kemudian mengakhiri sholat dengan salam ke kanan dan ke kiri.

Setelah Sholat: Mendengarkan Khutbah Idul Adha

Setelah selesai melaksanakan sholat dua rakaat, rangkaian ibadah belum selesai. Imam atau khatib akan naik ke mimbar untuk menyampaikan dua khutbah. Mendengarkan khutbah ini hukumnya sunnah, namun sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkan tempat sholat sebelum khutbah selesai. Khutbah Idul Adha biasanya berisi nasihat tentang ketakwaan, pengingat akan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS, serta penjelasan mengenai hikmah dan aturan seputar ibadah kurban.

Struktur khutbah Idul Adha mirip dengan khutbah Jumat, terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh duduk sejenak oleh khatib. Khatib akan memulai khutbah pertama dengan takbir (sembilan kali) dan khutbah kedua dengan takbir (tujuh kali). Jamaah dianjurkan untuk diam, mendengarkan dengan saksama, dan merenungkan pesan yang disampaikan.

Hukum dan Waktu Pelaksanaan Sholat Idul Adha

Hukum Sholat Idul Adha

Mayoritas ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa hukum Sholat Idul Adha adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan dan hampir mendekati wajib. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya sejak disyariatkan hingga beliau wafat. Bahkan beliau memerintahkan para wanita, termasuk yang sedang haid, untuk tetap keluar menuju tanah lapang untuk menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin, meskipun mereka tidak ikut sholat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya syiar dari ibadah ini.

Sebagian kecil ulama berpendapat hukumnya Fardhu Kifayah (kewajiban kolektif), yang berarti jika sudah ada sebagian kaum muslimin di suatu wilayah yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Ada pula yang berpendapat Fardhu 'Ain (wajib bagi setiap individu laki-laki), namun pendapat mayoritas adalah yang pertama.

Waktu Pelaksanaan

Waktu untuk melaksanakan Sholat Idul Adha dimulai sejak matahari terbit dan naik setinggi satu tombak (sekitar 15-20 menit setelah waktu syuruq/terbit) hingga masuknya waktu sholat Dzuhur (saat matahari tergelincir ke barat). Namun, sangat dianjurkan untuk melaksanakannya di awal waktu untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi kaum muslimin untuk melaksanakan prosesi penyembelihan hewan kurban setelahnya.

Hikmah Agung di Balik Sholat dan Kurban Idul Adha

Ibadah Sholat Idul Adha dan penyembelihan kurban bukan sekadar ritual tahunan. Di dalamnya terkandung hikmah dan pelajaran yang sangat mendalam bagi kehidupan seorang muslim.

  • Wujud Ketaatan Total: Sholat dan kurban adalah manifestasi dari ketaatan tanpa syarat kepada perintah Allah, meneladani kepasrahan total Nabi Ibrahim AS saat diperintahkan menyembelih putranya.
  • Simbol Syukur: Melaksanakan sholat dan berbagi daging kurban adalah bentuk rasa syukur atas nikmat kehidupan, kesehatan, dan rezeki yang telah Allah karuniakan selama setahun.
  • Memperkuat Ukhuwah Islamiyah: Berkumpulnya ribuan umat Islam di satu tempat untuk sholat, saling bermaafan, dan berbagi daging kurban adalah momen yang sangat efektif untuk mempererat tali persaudaraan dan menghilangkan kesenjangan sosial.
  • Menumbuhkan Empati Sosial: Ibadah kurban mengajarkan kita untuk peduli dan berempati terhadap sesama, terutama kaum fakir miskin yang mungkin jarang merasakan nikmatnya menyantap daging.
  • Syiar Agama Islam: Pelaksanaan Sholat Idul Adha di tanah lapang dengan lantunan takbir yang menggema adalah bentuk syiar yang agung, menunjukkan kekuatan dan persatuan umat Islam.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Bagaimana jika terlambat dan tidak sempat sholat berjamaah?

Jika seseorang ketinggalan sholat Idul Adha berjamaah, para ulama memiliki beberapa pendapat. Pendapat yang kuat adalah ia dianjurkan untuk mengqadha (mengganti) sholat tersebut di rumah sebanyak dua rakaat dengan tata cara yang sama (dengan takbir 7 dan 5 kali), namun tanpa khutbah. Hal ini bisa dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid).

Apa yang harus dilakukan jika lupa jumlah takbir tambahan?

Takbir tambahan (zawaid) hukumnya adalah sunnah hai'at. Artinya, jika seseorang lupa jumlahnya, baik kurang maupun lebih, atau bahkan tidak melakukannya sama sekali, sholatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Namun, tentu yang terbaik adalah berusaha mengingat dan melakukannya dengan benar.

Apakah niat harus dilafalkan?

Tempat niat yang sesungguhnya adalah di dalam hati. Melafalkan niat dengan lisan (talaffuzh) hukumnya sunnah menurut mayoritas ulama Syafi'iyah, dengan tujuan untuk membantu memantapkan apa yang ada di dalam hati. Jika seseorang hanya berniat di dalam hati tanpa melafalkannya, sholatnya tetap sah.

🏠 Kembali ke Homepage