Shalat Witir adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) bagi setiap Muslim. Ia laksana mahkota yang menyempurnakan ibadah malam seorang hamba. Keistimewaannya terletak pada kedudukannya sebagai penutup rangkaian shalat malam, mulai dari shalat ba'diyah Isya, shalat tahajud, hingga shalat tarawih di bulan Ramadhan. Melaksanakannya, meskipun hanya satu rakaat, membawa keberkahan dan kecintaan dari Allah SWT. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai niat shalat witir 1 rakaat, mulai dari pemahaman makna niat itu sendiri, lafal yang benar, hingga tata cara pelaksanaannya yang sempurna.
Memahami esensi shalat witir adalah langkah awal sebelum mendalami niatnya. Kata "witir" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil. Hal ini merujuk pada jumlah rakaatnya yang selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, dan seterusnya. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya, baik saat sedang bepergian (safar) maupun saat menetap (muqim). Ini menunjukkan betapa penting dan utamanya ibadah ini di mata syariat. Shalat witir menjadi penyeimbang, pengganjil, dan penyempurna dari ibadah-ibadah genap yang telah kita lakukan sepanjang hari.
Memahami Makna Niat dalam Ibadah
Sebelum kita melafalkan niat shalat witir 1 rakaat, sangat penting untuk memahami hakikat dari "niat" itu sendiri. Dalam Islam, niat bukanlah sekadar untaian kata yang diucapkan oleh lisan. Niat adalah "qashdul qalbi" atau kehendak yang terlintas dan terpatri di dalam hati untuk melakukan suatu perbuatan. Ia adalah ruh dari sebuah amal. Tanpa niat, sebuah gerakan shalat hanyalah senam tanpa makna spiritual. Sebaliknya, dengan niat yang tulus karena Allah, aktivitas yang terlihat duniawi pun bisa bernilai ibadah.
Inilah mengapa para ulama menempatkan bab niat di awal kitab-kitab fikih dan hadis. Sebuah hadis masyhur yang menjadi pilar agama menegaskan hal ini: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim). Niat berfungsi untuk dua hal utama: pertama, membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya (misalnya, membedakan shalat witir dengan shalat tahajud). Kedua, yang lebih krusial, membedakan tujuan ibadah itu sendiri, apakah dilakukan murni karena Allah Ta'ala atau karena tujuan duniawi seperti riya' (pamer).
Oleh karena itu, saat kita hendak melaksanakan shalat witir 1 rakaat, yang paling utama adalah menghadirkan kesadaran penuh di dalam hati. Sadari bahwa kita akan berdiri menghadap Allah, melakukan ibadah sunnah yang dicintai-Nya, yaitu shalat witir, sebanyak satu rakaat, sebagai penutup ibadah malam kita, semata-mata karena mengharap ridha-Nya.
Lafal Niat Shalat Witir 1 Rakaat yang Benar
Meskipun niat sejatinya bersemayam di dalam hati, para ulama, khususnya dari mazhab Syafi'i, menganjurkan untuk melafalkannya (talaffuzh binniyyah). Tujuannya adalah untuk membantu lisan menguatkan apa yang telah terbesit di dalam hati, sehingga terjadi sinkronisasi antara batin dan lahir, serta membantu meningkatkan konsentrasi dan kekhusyukan. Berikut adalah lafal niat shalat witir 1 rakaat yang umum digunakan.
Niat Shalat Witir 1 Rakaat sebagai Imam atau Sendirian (Munfarid)
Jika Anda melaksanakan shalat witir sendirian di rumah atau menjadi imam dalam shalat berjamaah, niat berikut dapat Anda gunakan.
أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."
Niat Shalat Witir 1 Rakaat sebagai Makmum
Apabila Anda melaksanakan shalat witir secara berjamaah dan bertindak sebagai makmum, maka niatnya sedikit berbeda dengan menambahkan kata "makmuman".
أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal witri rak'atan ma'muuman lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
Analisis Mendalam Makna di Balik Setiap Kata dalam Niat
Untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, mari kita bedah dan renungkan makna dari setiap kata yang terkandung dalam lafal niat shalat witir 1 rakaat. Ini akan membantu kita tidak hanya menghafal, tetapi juga menghayati.
- أُصَلِّى (Ushalli): Kata ini berarti "Aku shalat" atau "Aku niat shalat". Ini adalah pernyataan komitmen dari seorang hamba yang mengawali interaksinya dengan Sang Khaliq. Dengan mengucapkan ini, kita secara sadar memisahkan diri dari segala urusan duniawi dan memfokuskan seluruh jiwa dan raga untuk beribadah.
- سُنَّةً (Sunnatan): Artinya adalah "sunnah". Kata ini menegaskan status hukum dari ibadah yang akan kita kerjakan. Kita mengakui bahwa shalat ini bukanlah shalat fardhu yang wajib, melainkan sebuah amalan tambahan yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Melaksanakannya adalah bukti cinta kita kepada Rasulullah dan keinginan untuk mengikuti jejak beliau.
- مِنَ الْوِتْرِ (Minal Witri): Frasa ini berarti "dari witir" atau "bagian dari witir". Ini secara spesifik menunjuk pada jenis shalat sunnah yang akan dikerjakan, yaitu Shalat Witir. Ini penting untuk membedakannya dari shalat sunnah lainnya seperti Tahajud, Dhuha, atau Rawatib.
- رَكْعَةً (Rak'atan): Artinya "satu rakaat". Kata ini mendefinisikan jumlah rakaat yang akan kita laksanakan. Ini adalah komponen penting dalam niat untuk menentukan struktur shalat yang akan dijalankan.
- مَأْمُوْمًا / (إِمَامًا) (Ma'muuman / Imaaman): Kata ini (jika digunakan) menjelaskan posisi kita dalam shalat berjamaah. "Ma'muuman" berarti sebagai makmum, yang menandakan kewajiban kita untuk mengikuti gerakan imam. Sedangkan "Imaaman" (tidak tertulis di atas tapi relevan) berarti sebagai imam, yang menandakan tanggung jawab untuk memimpin jalannya shalat. Jika shalat sendiri (munfarid), kata ini tidak perlu diucapkan.
- لِلّٰهِ تَعَالَى (Lillaahi Ta'aalaa): Ini adalah puncak dan esensi dari niat. Artinya "karena Allah Yang Maha Tinggi". Frasa ini adalah deklarasi keikhlasan. Seluruh gerakan, bacaan, dan pengorbanan waktu yang kita lakukan dalam shalat ini tidak ditujukan untuk siapa pun atau apa pun selain Allah. Bukan untuk pujian manusia, bukan untuk kebanggaan diri, melainkan murni untuk mencari wajah dan keridhaan Allah SWT. Ini adalah fondasi diterimanya sebuah amal.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Witir 1 Rakaat
Melaksanakan shalat witir 1 rakaat sangatlah mudah dan ringkas, namun tetap harus dilakukan dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa). Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang bisa diikuti:
- Berdiri Tegak Menghadap Kiblat
Posisikan diri dengan sempurna menghadap Ka'bah. Luruskan shaf jika shalat berjamaah. Hadirkan hati dan pikiran, kosongkan dari segala hal selain Allah. - Niat di Dalam Hati
Sebelum mengangkat tangan untuk takbir, mantapkan niat di dalam hati. Niat yang telah kita bahas di atas dihadirkan sepenuhnya pada momen ini. Anda bisa melafalkannya secara lirih untuk membantu konsentrasi. - Takbiratul Ihram
Angkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) seraya mengucapkan "Allahu Akbar" (الله أكبر). Gerakan ini disebut Takbiratul Ihram karena setelahnya diharamkan melakukan hal-hal di luar gerakan dan bacaan shalat. Pandangan mata lurus ke arah tempat sujud. - Membaca Doa Iftitah (Sunnah)
Setelah bersedekap (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau perut), disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Ada banyak versi doa iftitah, salah satu yang paling umum adalah:"Allaahu akbar kabiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa'ashiilaa. Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin."
- Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun shalat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Bacalah dengan tartil, jelas makhraj hurufnya, dan resapi setiap ayatnya. - Membaca Surat Pendek (Sunnah)
Setelah selesai membaca Al-Fatihah (dan mengucapkan "Aamiin"), disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Untuk shalat witir, sangat dianjurkan membaca surat-surat pendek yang mengandung esensi tauhid. Pilihan utamanya adalah:- Surat Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad)
- Ruku' dengan Tuma'ninah
Setelah selesai membaca surat pendek, angkat tangan kembali seraya mengucapkan "Allahu Akbar", lalu membungkuk untuk ruku'. Posisikan punggung lurus sejajar dengan lantai, pandangan ke tempat sujud. Baca tasbih ruku' minimal tiga kali:"Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih." (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya).
- I'tidal dengan Tuma'ninah
Bangkit dari ruku' seraya mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:"Sami'allaahu liman hamidah." (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya).
Setelah berdiri tegak (posisi i'tidal), lanjutkan dengan membaca:"Robbanaa lakal hamdu mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du." (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu).
- Sujud Pertama dengan Tuma'ninah
Turun untuk sujud seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Pastikan tujuh anggota sujud menempel pada alas shalat: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Baca tasbih sujud minimal tiga kali:"Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih." (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya).
- Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Dalam posisi ini, bacalah doa:"Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii." (Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku).
- Sujud Kedua dengan Tuma'ninah
Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan gerakan dan bacaan yang sama. - Duduk Tasyahud (Tahiyat) Akhir
Bangkit dari sujud kedua seraya mengucapkan "Allahu Akbar" untuk langsung duduk tasyahud akhir. Posisikan duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Bacaan tasyahud akhir secara lengkap:"At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibraahim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibraahim. Wa baarik 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa Ibraahim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibraahim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid."
- Salam
Setelah selesai membaca tasyahud akhir, tutup shalat dengan salam. Palingkan wajah ke kanan hingga pipi terlihat dari belakang, seraya mengucapkan:"Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaah." (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah padamu).
Kemudian, palingkan wajah ke kiri dan ucapkan salam yang sama.
Keutamaan dan Manfaat Shalat Witir
Melaksanakan shalat witir, bahkan hanya satu rakaat, bukanlah sekadar rutinitas ibadah biasa. Di dalamnya terkandung banyak sekali keutamaan dan hikmah yang luar biasa. Memahami keutamaan ini akan menjadi motivasi kuat bagi kita untuk senantiasa menjaganya.
Dicintai oleh Allah SWT
Salah satu keutamaan terbesar shalat witir adalah ia merupakan shalat yang dicintai oleh Allah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu witir (ganjil) dan Dia mencintai yang witir (ganjil). Maka lakukanlah shalat witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Menjadi hamba yang amalannya dicintai oleh Allah adalah puncak dari segala pencapaian spiritual.
Penyempurna Ibadah Malam
Shalat witir berfungsi sebagai penutup dan penyempurna. Sebagaimana sebuah karya besar membutuhkan sentuhan akhir yang indah, begitu pula rangkaian ibadah malam kita. Rasulullah SAW bersabda, "Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir." (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan menutup malam menggunakan witir, ibadah kita menjadi lebih terstruktur, sempurna, dan bernilai tinggi di sisi Allah.
Lebih Baik dari Unta Merah
Pada zaman Rasulullah, unta merah adalah simbol kekayaan dan harta yang paling berharga. Rasulullah SAW menggunakan perumpamaan ini untuk menggambarkan betapa bernilainya shalat witir. Dari Kharijah bin Hudzafah, ia berkata, Rasulullah SAW keluar menemui kami dan bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla telah menambahkan untuk kalian sebuah shalat yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu shalat witir. Allah menjadikannya bagi kalian di antara shalat Isya hingga terbit fajar." (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan bahwa nilai spiritual dari shalat witir jauh melampaui nilai materi duniawi yang paling mewah sekalipun.
Saksi di Hari Kiamat
Shalat yang dilakukan di akhir malam memiliki keistimewaan tersendiri karena disaksikan oleh para malaikat. Waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang mustajab, saat rahmat Allah turun. Melakukan shalat witir di waktu ini akan membuat ibadah kita disaksikan dan dicatat secara khusus, yang kelak akan menjadi saksi kebaikan bagi kita di hari perhitungan.
Waktu Terbaik Pelaksanaan Shalat Witir
Waktu pelaksanaan shalat witir terbentang cukup panjang, yaitu dimulai setelah selesai menunaikan shalat Isya hingga sebelum masuk waktu shalat Subuh (terbit fajar shadiq). Fleksibilitas waktu ini merupakan rahmat dari Allah agar setiap Muslim dapat melaksanakannya sesuai dengan kemampuannya.
Waktu Utama (Afdhal)
Meskipun waktunya panjang, ada waktu yang dianggap paling utama atau afdhal. Waktu terbaik untuk melaksanakan shalat witir adalah di akhir malam, atau sepertiga malam terakhir. Ini dikhususkan bagi mereka yang yakin bisa bangun sebelum Subuh. Melaksanakan witir setelah shalat tahajud di akhir malam adalah puncak keutamaan. Hal ini didasarkan pada hadis: "Barangsiapa yang khawatir tidak akan bangun di akhir malam, hendaklah ia melakukan witir di awal malam. Dan barangsiapa yang berkeinginan untuk bangun di akhir malam, hendaklah ia melakukan witir di akhir malam, karena shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu lebih utama." (HR. Muslim).
Bagi yang Khawatir Tidak Bangun
Bagi siapa saja yang merasa lelah, mengantuk berat, atau memiliki kebiasaan sulit bangun malam, maka sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir di awal malam. Anda bisa melakukannya langsung setelah shalat sunnah ba'diyah Isya dan sebelum tidur. Ini adalah bentuk kemudahan dalam syariat Islam. Melaksanakannya di awal waktu karena khawatir terlewat jauh lebih baik daripada berniat melakukannya di akhir malam namun akhirnya tidak terlaksana sama sekali. Wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah adalah bukti nyata akan hal ini, yaitu agar tidak tidur sebelum melaksanakan shalat witir.
Dengan demikian, shalat witir dengan niat yang benar dan tata cara yang sesuai, meskipun hanya satu rakaat, merupakan sebuah amalan yang agung. Ia adalah ekspresi ketaatan, cinta kepada sunnah, dan cara kita menyempurnakan hari dengan munajat kepada Sang Pencipta. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk menjaga ibadah yang mulia ini.