Panduan Lengkap Niat Shalat Sunnah Dzuhur dan Keutamaannya

Shalat merupakan tiang agama dan menjadi salah satu rukun Islam yang paling fundamental. Selain shalat fardhu lima waktu, Islam juga menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat-shalat sunnah sebagai penyempurna ibadah dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di antara shalat sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa adalah shalat sunnah rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu, baik sebelum (qobliyah) maupun sesudah (ba'diyah). Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai niat shalat sunnah dzuhur, baik qobliyah maupun ba'diyah, beserta tata cara, keutamaan, dan hikmah di baliknya.

Memahami Makna dan Kedudukan Shalat Sunnah Rawatib Dzuhur

Sebelum melangkah lebih jauh ke lafadz niat, penting bagi kita untuk memahami esensi dari shalat sunnah rawatib Dzuhur. Shalat ini terbagi menjadi dua jenis utama: Qobliyah Dzuhur (dilaksanakan sebelum shalat fardhu Dzuhur) dan Ba'diyah Dzuhur (dilaksanakan setelah shalat fardhu Dzuhur). Keduanya termasuk dalam kategori shalat sunnah rawatib mu'akkad, yang berarti shalat sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Status mu'akkad ini menunjukkan betapa besar perhatian Nabi Muhammad SAW terhadap amalan ini, yang secara implisit menandakan keutamaan dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

Fungsi utama dari shalat sunnah rawatib adalah untuk menambal kekurangan atau ketidaksempurnaan yang mungkin terjadi saat kita melaksanakan shalat fardhu. Terkadang, dalam shalat fardhu, pikiran kita melayang, kekhusyuan kita berkurang, atau ada rukun yang kurang sempurna pelaksanaannya. Shalat sunnah inilah yang akan menjadi penutup dan penyempurna, sehingga ibadah fardhu kita diterima di sisi Allah SWT dengan lebih baik. Sebagaimana sebuah bangunan yang memiliki pilar-pilar utama, shalat fardhu adalah pilarnya. Sementara itu, shalat sunnah rawatib adalah dinding, cat, dan ornamen yang memperindah, memperkokoh, dan menyempurnakan bangunan tersebut.

Pentingnya Niat dalam Setiap Ibadah

Niat adalah ruh dari setiap amalan. Sebuah perbuatan, sekalipun terlihat baik secara lahiriah, tidak akan bernilai ibadah di sisi Allah jika tidak didasari dengan niat yang tulus karena-Nya. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang sangat populer dan menjadi pondasi dalam fiqih Islam:

"Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, melafalkan atau menghadirkan niat di dalam hati sebelum memulai shalat sunnah Dzuhur adalah sebuah rukun yang tidak boleh diabaikan. Niat berfungsi untuk membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Dengan niat, kita membedakan antara shalat sunnah Qobliyah Dzuhur dengan shalat sunnah Ba'diyah Dzuhur, atau dengan shalat sunnah lainnya seperti shalat tahiyatul masjid. Niat juga yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan. Gerakan berdiri, ruku', dan sujud bisa saja menjadi sekadar senam jika tidak diawali dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Lafadz Niat Shalat Sunnah Qobliyah Dzuhur (Sebelum Dzuhur)

Shalat sunnah Qobliyah Dzuhur dapat dilaksanakan sebanyak dua rakaat atau empat rakaat (dengan dua kali salam). Jumlah empat rakaat lebih dianjurkan karena memiliki keutamaan yang lebih besar. Niat harus dihadirkan dalam hati saat takbiratul ihram, dan melafalkannya (talaffudz) dianjurkan oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati.

Niat Shalat Sunnah Qobliyah Dzuhur 2 Rakaat

أُصَلِّي سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadh dhuhri rak'ataini qabliyyatan mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.

Artinya: "Aku niat shalat sunnah sebelum Dzuhur dua rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Shalat Sunnah Qobliyah Dzuhur 4 Rakaat (2 Rakaat, 2 Rakaat)

Untuk melaksanakan empat rakaat, cara yang paling umum adalah dengan melakukannya dalam dua set shalat, masing-masing dua rakaat dengan satu salam. Jadi, Anda akan melakukan shalat dua rakaat dengan niat di atas, salam, lalu berdiri lagi dan mengulangi shalat dua rakaat dengan niat yang sama.

Niatnya tetap sama untuk setiap dua rakaatnya. Anda cukup mengulangi niat shalat sunnah Qobliyah Dzuhur dua rakaat sebanyak dua kali. Hal ini didasarkan pada hadits yang menyatakan bahwa shalat malam (dan diqiyaskan juga untuk shalat sunnah siang) itu dua rakaat, dua rakaat.

Lafadz Niat Shalat Sunnah Ba'diyah Dzuhur (Sesudah Dzuhur)

Sama seperti Qobliyah, shalat sunnah Ba'diyah Dzuhur juga dapat dilaksanakan sebanyak dua rakaat atau empat rakaat. Namun, yang berstatus mu'akkad (sangat dianjurkan) adalah yang dua rakaat. Melaksanakan empat rakaat tetap baik dan mendapatkan pahala tambahan.

Niat Shalat Sunnah Ba'diyah Dzuhur 2 Rakaat

أُصَلِّي سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadh dhuhri rak'ataini ba'diyyatan mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.

Artinya: "Aku niat shalat sunnah sesudah Dzuhur dua rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Niat Shalat Sunnah Ba'diyah Dzuhur 4 Rakaat (Jika Dikerjakan Sekaligus)

Meskipun pengerjaan 2x2 rakaat lebih utama, ada beberapa pendapat yang membolehkan pengerjaan 4 rakaat dengan satu kali salam. Jika Anda memilih cara ini, niatnya sedikit disesuaikan.

أُصَلِّي سُنَّةَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadh dhuhri arba'a raka'ātin ba'diyyatan mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.

Artinya: "Aku niat shalat sunnah sesudah Dzuhur empat rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala."

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Sunnah Dzuhur Secara Rinci

Secara umum, tata cara pelaksanaan shalat sunnah Dzuhur tidak berbeda dengan shalat fardhu atau shalat sunnah lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada niat dan jumlah rakaatnya. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang detail untuk membantu Anda melaksanakannya dengan sempurna.

  1. Berwudhu dengan Sempurna
    Pastikan Anda berwudhu dengan tertib dan menyempurnakan setiap rukun dan sunnahnya. Wudhu yang sempurna adalah kunci kekhusyuan dan diterimanya shalat.
  2. Menghadap Kiblat dan Menghadirkan Niat
    Berdirilah tegak menghadap kiblat. Kosongkan pikiran dari urusan duniawi dan fokuskan hati sepenuhnya kepada Allah SWT. Hadirkan niat di dalam hati sesuai dengan shalat yang akan dikerjakan (qobliyah atau ba'diyah, dua atau empat rakaat).
  3. Takbiratul Ihram
    Angkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allāhu Akbar". Saat mengucapkan takbir inilah niat di dalam hati harus sudah mantap. Pandangan mata lurus ke tempat sujud.
  4. Membaca Doa Iftitah
    Setelah takbir, sedekapkan tangan di atas dada (tangan kanan di atas tangan kiri) dan bacalah doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan Rasulullah, Anda bisa memilih salah satu yang paling Anda hafal.
  5. Membaca Surat Al-Fatihah
    Bacalah Ta'awudz ("A'ūdzu billāhi minasy syaithānir rajīm") dan Basmalah ("Bismillāhir rahmānir rahīm"), lalu lanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah secara tartil, jelas, dan penuh penghayatan. Membaca Al-Fatihah adalah rukun shalat.
  6. Membaca Surat Pendek
    Setelah selesai Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Pilihlah surat yang Anda hafal dengan baik. Untuk shalat sunnah, dianjurkan membaca surat-surat yang tidak terlalu panjang.
  7. Ruku' dengan Thuma'ninah
    Angkat tangan untuk takbir lalu membungkuk untuk ruku'. Posisikan punggung lurus sejajar dengan kepala, dan letakkan kedua telapak tangan di atas lutut. Lakukan dengan thuma'ninah (tenang sejenak) dan bacalah tasbih ruku' minimal tiga kali: "Subhāna rabbiyal 'azhīmi wa bihamdih".
  8. I'tidal dengan Thuma'ninah
    Bangkit dari ruku' sambil mengangkat tangan dan mengucapkan "Sami'allāhu liman hamidah". Setelah berdiri tegak, bacalah "Rabbanā wa lakal hamd". Berdiamlah sejenak dengan thuma'ninah.
  9. Sujud Pertama dengan Thuma'ninah
    Turun untuk sujud sambil bertakbir. Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai: dahi (dan hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Rapatkan jari-jari tangan dan hadapkan ke arah kiblat. Bacalah tasbih sujud minimal tiga kali: "Subhāna rabbiyal a'lā wa bihamdih". Perbanyak doa di dalam sujud karena saat itulah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya.
  10. Duduk di Antara Dua Sujud
    Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) sambil bertakbir. Bacalah doa: "Rabbighfirlī, warhamnī, wajburnī, warfa'nī, warzuqnī, wahdinī, wa 'āfinī, wa'fu 'annī". Lakukan dengan thuma'ninah.
  11. Sujud Kedua dengan Thuma'ninah
    Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, lengkap dengan takbir dan bacaannya.
  12. Bangkit ke Rakaat Kedua
    Bangkit dari sujud kedua sambil bertakbir untuk berdiri ke rakaat selanjutnya. Lakukan rakaat kedua sama persis seperti rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah hingga sujud kedua.
  13. Tasyahud Akhir
    Setelah sujud kedua di rakaat terakhir (rakaat kedua untuk shalat 2 rakaat, atau rakaat keempat untuk shalat 4 rakaat), duduklah tawarruk (memasukkan kaki kiri ke bawah kaki kanan dan duduk di atas lantai). Bacalah doa tasyahud akhir secara lengkap, termasuk shalawat Ibrahimiyah.
  14. Salam
    Setelah selesai tasyahud akhir, menolehlah ke kanan sambil mengucapkan "Assalāmu'alaikum wa rahmatullāh", lalu menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama. Dengan salam, selesailah rangkaian shalat Anda.

Jika Anda melaksanakan shalat qobliyah atau ba'diyah empat rakaat dengan dua kali salam, maka setelah rakaat kedua Anda melakukan tasyahud akhir dan salam. Kemudian, Anda berdiri lagi, berniat, takbiratul ihram, dan mengulangi proses dua rakaat sekali lagi.

Keutamaan Luar Biasa di Balik Shalat Sunnah Dzuhur

Mengerjakan shalat sunnah Dzuhur secara rutin bukanlah amalan biasa. Di baliknya tersimpan janji-janji agung dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Memahami keutamaan ini akan menjadi motivasi terbesar bagi kita untuk senantiasa menjaganya. Berikut adalah beberapa keutamaan yang paling menonjol:

1. Dibangunkan Rumah di Surga

Ini adalah salah satu ganjaran yang paling sering disebutkan dan paling didambakan oleh setiap muslim. Siapa yang tidak ingin memiliki istana di surga? Janji ini secara spesifik disebutkan dalam hadits bagi mereka yang menjaga 12 rakaat shalat sunnah rawatib dalam sehari semalam, di mana shalat sunnah Dzuhur (qobliyah dan ba'diyah) menjadi bagian penting di dalamnya.

Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, istri Nabi SAW, berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa yang shalat (sunnah) dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga'." (HR. Muslim)

Dua belas rakaat tersebut dirincikan dalam hadits lain sebagai berikut: 2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat sebelum Dzuhur, 2 rakaat sesudah Dzuhur, 2 rakaat sesudah Maghrib, dan 2 rakaat sesudah Isya. Dengan menjaga 4 rakaat qobliyah dan 2 rakaat ba'diyah Dzuhur saja, kita telah memenuhi separuh dari syarat untuk mendapatkan rumah di surga setiap harinya.

2. Diharamkan dari Siksa Api Neraka

Sebuah keutamaan yang sangat spesifik dan luar biasa diberikan bagi mereka yang menjaga empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya. Ini menunjukkan betapa istimewanya waktu di sekitar shalat Dzuhur.

Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menjaga (shalat) empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkan neraka baginya." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Keutamaan ini adalah jaminan perlindungan yang tak ternilai harganya. Menghabiskan beberapa menit untuk melaksanakan shalat sunnah ini menjadi investasi abadi untuk keselamatan di akhirat. Ini bukan hanya sekadar amalan tambahan, melainkan sebuah perisai yang kokoh dari azab yang paling pedih.

3. Penyempurna Shalat Fardhu

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu fungsi terpenting shalat sunnah adalah untuk menutupi kekurangan pada shalat wajib. Pada hari kiamat, amalan yang pertama kali akan dihisab adalah shalat. Jika shalat fardhu seseorang didapati memiliki kekurangan, Allah SWT akan memerintahkan malaikat untuk mencari shalat sunnah yang pernah ia kerjakan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan merugi. Jika terdapat kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta'ala berfirman, 'Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah yang bisa menyempurnakan kekurangan ibadah wajibnya?' Lalu seluruh amalannya dihisab seperti itu." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

Hadits ini memberikan gambaran yang jelas betapa vitalnya peran shalat sunnah rawatib, termasuk shalat sunnah Dzuhur. Ia adalah "dana darurat" pahala yang akan menyelamatkan kita saat hisab nanti.

4. Mengangkat Derajat dan Menghapus Dosa

Setiap sujud yang kita lakukan karena Allah akan mengangkat derajat kita dan menghapuskan dosa-dosa kita. Dengan memperbanyak shalat sunnah, berarti kita memperbanyak ruku' dan sujud, yang secara langsung akan meningkatkan kedudukan kita di sisi Allah SWT.

Ma'dan bin Abi Thalhah Al-Ya'mari berkata, "Aku bertemu Tsauban, maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku bertanya, 'Beritahukan kepadaku tentang amalan yang jika aku kerjakan, maka Allah akan memasukkanku ke dalam surga.' ... Lalu Tsauban menjawab, 'Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena tidaklah engkau bersujud kepada Allah satu kali sujud, melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan darimu satu kesalahan'." (HR. Muslim)

Shalat sunnah Dzuhur, dengan minimal total enam rakaat (empat qobliyah dan dua ba'diyah), memberikan kita kesempatan untuk melakukan dua belas kali sujud tambahan setiap harinya. Bayangkan berapa banyak derajat yang akan diangkat dan dosa yang akan dihapuskan jika kita istiqamah melakukannya.

Waktu Terbaik Pelaksanaan Shalat Sunnah Dzuhur

Ketepatan waktu dalam beribadah juga merupakan bagian dari kesempurnaan. Berikut adalah rincian waktu pelaksanaan shalat sunnah Dzuhur:

Bagaimana Jika Terlewat?

Terkadang karena satu dan lain hal, kita mungkin terlewat atau tidak sempat melaksanakan shalat sunnah ini pada waktunya. Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai hal ini. Pendapat yang kuat menyebutkan bahwa shalat sunnah rawatib yang terlewat dapat di-qadha (diganti). Hal ini didasarkan pada perbuatan Nabi SAW yang pernah meng-qadha shalat sunnah ba'diyah Dzuhur setelah waktu shalat Ashar karena beliau sibuk menerima tamu. Jika Anda terlewat shalat qobliyah Dzuhur karena tiba di masjid saat iqamah sudah dikumandangkan, Anda dapat mengerjakannya setelah selesai shalat fardhu Dzuhur dan sebelum mengerjakan shalat ba'diyah Dzuhur.

Hikmah dan Manfaat di Balik Rutinitas Shalat Sunnah Dzuhur

Selain ganjaran pahala di akhirat, menjaga rutinitas shalat sunnah Dzuhur juga membawa banyak hikmah dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah ini bukan hanya ritual, tetapi juga sebuah proses pembentukan karakter dan pendisiplinan diri.

Shalat sunnah rawatib Dzuhur adalah sebuah permata yang seringkali terabaikan. Padahal, di dalamnya terkandung janji-janji kemuliaan, perlindungan, dan keberkahan yang tak terhingga. Dimulai dari menghadirkan niat shalat sunnah dzuhur yang tulus di dalam hati, dilanjutkan dengan pelaksanaan yang khusyuk dan thuma'ninah, amalan ini akan menjadi bekal berharga bagi kita di dunia dan di akhirat. Marilah kita bertekad untuk tidak lagi meninggalkannya dan menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas ibadah harian kita, demi meraih cinta dan keridhaan Allah SWT serta mendapatkan rumah impian di surga-Nya kelak.

🏠 Kembali ke Homepage