Pendahuluan: Fondasi Epigenetik Kehidupan
Metilasi adalah salah satu proses biokimia paling fundamental dan universal di dalam sel hidup, memainkan peran sentral dalam mengatur fungsi genom dan memelihara identitas seluler. Sederhananya, metilasi melibatkan penambahan gugus metil (CH3), yang terdiri dari satu atom karbon dan tiga atom hidrogen, ke molekul target. Meskipun terdengar seperti reaksi kimia minor, konsekuensinya dalam biologi sangatlah besar, terutama dalam domain epigenetik—mekanisme yang mengatur ekspresi gen tanpa mengubah sekuens DNA yang mendasarinya.
Proses metilasi tidak terbatas pada DNA saja; ia memengaruhi berbagai biomolekul kritis, termasuk protein, RNA, dan metabolit lainnya. Fungsi utamanya adalah sebagai sakelar on-off yang canggih, memengaruhi apakah suatu gen akan diaktifkan atau dibungkam, bagaimana protein akan berinteraksi, dan bagaimana sinyal akan diteruskan di dalam sel. Kegagalan atau ketidakseimbangan dalam proses metilasi telah terbukti menjadi akar dari berbagai kondisi patologis, mulai dari penuaan dini hingga penyakit neurodegeneratif dan kanker.
Untuk memahami metilasi secara komprehensif, kita perlu menelusuri arsitektur molekuler yang kompleks, mulai dari donor metil utama, enzim yang bertindak sebagai katalisator, hingga siklus metabolisme yang berkelanjutan yang memastikan suplai gugus metil yang tidak pernah terputus. Metilasi merupakan jembatan dinamis antara faktor genetik bawaan (sekuens DNA) dan faktor lingkungan (nutrisi dan stres), menjadikannya area penelitian yang krusial dalam biologi modern dan kedokteran personal.
Kimia dan Mekanisme Dasar Transmetilasi
S-Adenosylmetionin (SAM): Donor Universal
Inti dari proses metilasi adalah keberadaan donor gugus metil. Di hampir semua reaksi biologis yang melibatkan metilasi, donor universal ini adalah S-Adenosylmethionine, atau yang dikenal sebagai SAM (atau AdoMet). SAM adalah molekul reaktif tinggi yang dihasilkan melalui konversi metionin, suatu asam amino esensial, oleh enzim Methionine Adenosyltransferase (MAT). Energi bebas yang dilepaskan ketika SAM melepaskan gugus metilnya memungkinkan gugus tersebut ditransfer ke molekul akseptor.
Proses transmetilasi yang dikatalisis oleh SAM menghasilkan produk sampingan yang disebut S-adenosylhomosistein (SAH). SAH ini berfungsi sebagai penghambat kuat bagi banyak reaksi metilasi. Oleh karena itu, rasio antara SAM dan SAH (rasio SAM/SAH) adalah indikator kritis kesehatan metilasi seluler. Apabila SAH menumpuk, ini menandakan adanya "kemacetan" dalam jalur metilasi dan dapat mengganggu fungsi biologis normal, bahkan ketika level SAM cukup tinggi.
Peran Kunci Enzim Metiltransferase
Reaksi metilasi tidak terjadi secara spontan; mereka memerlukan katalis. Keluarga enzim yang bertanggung jawab atas penambahan gugus metil dikenal sebagai Metiltransferase. Enzim-enzim ini sangat spesifik terhadap molekul targetnya:
- DNA Methyltransferases (DNMTs): Bertanggung jawab memetilasi sitosin pada DNA, khususnya pada konteks CpG.
- Histone Methyltransferases (HMTs): Menargetkan residu asam amino spesifik (biasanya lisin dan arginin) pada protein histon yang membentuk kromatin.
- Protein Arginine Methyltransferases (PRMTs) dan Protein Lysine Methyltransferases (PKMTs): Mengubah protein non-histon, mempengaruhi stabilitas, lokasi, dan interaksi protein tersebut.
- Catechol-O-Methyltransferase (COMT): Penting dalam metabolisme neurotransmiter (seperti dopamin, epinefrin), mendemetilasi gugus katekol.
Siklus Metionin dan Folat: Generator Metil
Metilasi adalah proses yang sangat haus energi dan nutrisi. Untuk memastikan suplai SAM yang stabil dan menghilangkan SAH yang toksik, sel bergantung pada dua siklus metabolisme yang terhubung erat: Siklus Metionin dan Siklus Folat. Siklus ini secara kolektif disebut sebagai “Metabolisme Karbon Tunggal.”
Siklus Metionin: Siklus ini berfokus pada regenerasi metionin dari homosistein. Setelah SAM mendonorkan gugus metil, ia menjadi SAH. SAH kemudian dihidrolisis menjadi homosistein. Jika homosistein tidak diubah kembali menjadi metionin, ia dapat menumpuk, menyebabkan masalah kardiovaskular. Enzim kunci dalam regenerasi ini adalah Methionine Synthase (MTR) yang memerlukan kofaktor Vitamin B12 (kobalamin).
Siklus Folat: Siklus ini menghasilkan gugus metil baru yang diperlukan untuk regenerasi metionin. Folat (Vitamin B9) harus dikonversi menjadi bentuk aktifnya, 5-Methyltetrahydrofolate (5-MTHF). Konversi penting ini dikatalisis oleh enzim kunci MTHFR (Methylenetetrahydrofolate Reductase). 5-MTHF kemudian menyediakan gugus metil yang diperlukan oleh Methionine Synthase untuk mengubah homosistein kembali menjadi metionin, menutup siklus.
Kolin dan Betain juga merupakan donor metil alternatif yang dapat mengubah homosistein kembali menjadi metionin melalui jalur yang berbeda, dimediasi oleh Betaine-Homocysteine Methyltransferase (BHMT), memberikan redundansi penting pada sistem.
Metilasi dalam Biologi Molekuler dan Epigenetik
Dampak terbesar dari metilasi terletak pada kemampuannya untuk memodifikasi biomolekul utama, terutama DNA dan protein histon, sehingga mengubah ekspresi gen tanpa mengubah kode genetik itu sendiri.
1. Metilasi DNA: Pembungkaman Genomik
Metilasi DNA terjadi hampir secara eksklusif pada residu sitosin ketika sitosin diikuti oleh guanin (C-G), suatu sekuens yang dikenal sebagai CpG. Kumpulan sekuens CpG yang padat disebut Pulau CpG, yang sering ditemukan di daerah promotor gen (area tempat transkripsi dimulai).
Mekanisme Pembungkaman
Ketika pulau CpG mengalami metilasi, ini menghasilkan dua efek utama yang membungkam gen:
- Penghalang Sterik Langsung: Gugus metil yang ditambahkan secara fisik menghalangi faktor transkripsi (protein yang diperlukan untuk mengaktifkan gen) agar tidak berikatan dengan promotor DNA.
- Rekrutmen Protein Represor: DNA termetilasi dikenal oleh protein pengikat metil (seperti MeCP2). Protein ini merekrut kompleks protein lain yang memadatkan kromatin, membuatnya lebih sulit diakses oleh mesin transkripsi.
Jenis DNMTs
Terdapat tiga DNMT utama pada mamalia, masing-masing memiliki peran unik dalam pemeliharaan dan inisiasi pola metilasi:
- DNMT1 (Maintenance Methyltransferase): Bertanggung jawab memastikan pola metilasi disalin dengan benar selama replikasi sel. Setelah DNA digandakan, DNMT1 mengenali sitosin yang termetilasi pada untai lama dan memetilasi sitosin yang sesuai pada untai baru.
- DNMT3A dan DNMT3B (De Novo Methyltransferases): Bertanggung jawab menetapkan pola metilasi baru selama perkembangan embrio dan diferensiasi sel.
- DNMT2: Sebenarnya memetilasi RNA transfer (tRNA), menunjukkan bahwa fungsi metiltransferase lebih luas daripada hanya DNA.
Pola metilasi DNA sangat spesifik untuk jenis sel. Pola ini harus dipertahankan secara akurat di setiap pembelahan sel agar sel otot tetap menjadi otot dan sel saraf tetap menjadi saraf. Kesalahan dalam pemeliharaan metilasi adalah ciri khas banyak penyakit, termasuk kanker.
2. Modifikasi Histon: Pengaturan Struktur Kromatin
DNA dalam nukleus dibungkus erat di sekitar protein yang disebut histon, membentuk struktur yang dikenal sebagai kromatin. Akses ke gen sangat bergantung pada seberapa longgar atau padat kromatin tersebut. Metilasi histon adalah bentuk kunci dari modifikasi pasca-translasi yang memengaruhi struktur ini.
Lysine Methylation (Metilasi Lisin)
Metilasi lisin (K) adalah yang paling umum dan dapat menghasilkan modifikasi mono-, di-, atau tri-metilasi (me1, me2, me3) pada residu spesifik pada ekor histon. Setiap lokasi dan tingkat metilasi memberikan sinyal yang berbeda, menciptakan 'kode histon' yang kompleks:
- H3K4me3 (Histon H3 Lisin 4, Trimetilasi): Secara umum terkait dengan promotor yang aktif atau gen yang sedang ditranskripsi. Ini adalah penanda 'ON'.
- H3K9me3 (Histon H3 Lisin 9, Trimetilasi): Sinyal pembungkaman transkripsi dan merupakan ciri khas heterokromatin (kromatin yang sangat padat). Penanda represi permanen.
- H3K27me3 (Histon H3 Lisin 27, Trimetilasi): Sinyal represi gen yang bersifat sementara, penting untuk perkembangan dan pemeliharaan identitas sel punca.
Regulasi Dinamis
Tidak seperti metilasi DNA yang sering dianggap stabil, metilasi histon sangat dinamis, diatur oleh dua kelompok enzim yang berlawanan:
- Histone Methyltransferases (HMTs): Menambahkan gugus metil (misalnya, MLL, EZH2).
- Histone Demethylases (HDMs): Menghilangkan gugus metil (misalnya, LSD1, Jmjd3).
Keseimbangan antara penambahan dan penghilangan ini menentukan kapan dan di mana gen dapat diakses. Di banyak jenis kanker, EZH2 sering kali mengalami peningkatan ekspresi, menyebabkan metilasi H3K27 yang berlebihan dan membungkam gen penekan tumor.
3. Metilasi RNA dan Protein Non-Histon
Metilasi juga memiliki peran penting di luar inti epigenetik struktural.
- Metilasi RNA (m6A): Metilasi pada N6-adenosin (m6A) adalah modifikasi yang paling melimpah pada mRNA eukariotik. Modifikasi ini tidak hanya memengaruhi splicing dan stabilitas mRNA, tetapi juga menentukan nasib translasi mRNA. Sistem m6A dikendalikan oleh "penulis" (enzim metiltransferase), "pembaca" (protein pengikat), dan "penghapus" (demetilase), dan memainkan peran penting dalam respons stres dan perkembangan saraf.
- Metilasi Protein Non-Histon: Metilasi lisin atau arginin juga terjadi pada protein seperti p53 (tumor suppressor), protein pengikat DNA non-histon, dan protein pengangkut membran. Contoh paling terkenal adalah metilasi COMT yang mengubah dopamin, epinefrin, dan norepinefrin. Metilasi pada protein reseptor juga dapat mengatur sensitivitasnya terhadap sinyal eksternal.
Metilasi dan Implikasi Kesehatan Manusia
Karena metilasi mengontrol begitu banyak proses dasar, ketidakseimbangan, baik hipermetilasi (metilasi berlebihan) maupun hipometilasi (metilasi kurang), adalah ciri khas dari berbagai kondisi kesehatan kronis dan akut.
A. Metilasi dan Kanker: Gangguan Pola Epigenetik
Kanker sering digambarkan sebagai penyakit genetik, namun kini dipahami sebagai penyakit yang juga sangat dipengaruhi oleh epigenetik. Pola metilasi DNA pada sel kanker sangat terdistorsi:
1. Hipometilasi Global
Secara keseluruhan, genom sel kanker cenderung mengalami hipometilasi (kurang metilasi). Hilangnya metilasi ini sering terjadi di daerah DNA yang dikenal sebagai sekuens berulang atau retrotransposon. Hipometilasi global menyebabkan dua masalah utama: ketidakstabilan genom dan aktivasi onkogen. DNA yang kurang termetilasi lebih rentan terhadap kerusakan dan mutasi, dan dapat mengaktifkan gen-gen yang seharusnya dibungkam (onkogen).
2. Hipermetilasi Promotor Gen Penekan Tumor
Secara paradoks, meskipun terjadi hipometilasi global, area promotor spesifik dari gen penekan tumor (gen yang mencegah kanker) sering kali mengalami hipermetilasi (metilasi berlebihan). Metilasi ini secara efektif membungkam gen tersebut, menghilangkan mekanisme perlindungan sel. Contoh klasik adalah pembungkaman gen BRCA1 (terkait kanker payudara) atau hMLH1 (terkait kanker kolorektal) melalui metilasi promotor yang tidak tepat.
3. Ketidakseimbangan HMTs dan HDMs
Pada banyak tumor, enzim seperti EZH2 (HMT yang menambahkan H3K27me3, penanda represi) diekspresikan secara berlebihan, menyebabkan pembungkaman epigenetik yang meluas pada gen yang seharusnya aktif menekan pertumbuhan tumor.
B. Penyakit Neurodegeneratif dan Kesehatan Mental
Otak, yang sangat bergantung pada neurotransmiter dan plastisitas sinaptik, sangat sensitif terhadap gangguan metilasi.
1. Homosistein dan Fungsi Kognitif
Salah satu korelasi terkuat adalah antara fungsi metilasi yang buruk dan peningkatan kadar homosistein. Homosistein yang tinggi dianggap neurotoksik, merusak pembuluh darah dan saraf. Kekurangan nutrisi metilasi (B12, Folat) atau disfungsi genetik (seperti MTHFR) yang menghambat konversi homosistein menjadi metionin telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap Alzheimer dan demensia vaskular.
2. Skizofrenia dan Gangguan Bipolar
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan skizofrenia sering memiliki pola metilasi DNA yang berbeda. Misalnya, terjadi hipometilasi pada gen tertentu yang mengatur sinyal GABA (neurotransmiter penghambat) di korteks prefrontal. Demikian pula, varian genetik COMT, yang menentukan seberapa cepat dopamin dimetabolisme di otak, telah menjadi area fokus dalam studi skizofrenia dan respon terhadap stres.
3. Perkembangan Saraf dan Imprinting
Metilasi memainkan peran penting dalam imprinting genomik, memastikan bahwa hanya satu salinan gen (dari ibu atau ayah) yang diekspresikan. Kesalahan dalam imprinting, yang merupakan proses metilasi yang sensitif, menyebabkan sindrom perkembangan saraf langka seperti Prader-Willi dan Angelman Syndrome.
C. Kesehatan Kardiovaskular
Metilasi memengaruhi sistem kardiovaskular melalui dua mekanisme utama: pengaturan genetik dan metabolisme homosistein.
- Hiperhomosisteinemia: Peningkatan homosistein (akibat metilasi yang tidak efisien) secara langsung merusak lapisan endotel pembuluh darah, meningkatkan risiko aterosklerosis, stroke, dan penyakit jantung koroner.
- Regulasi Endotel: Metilasi juga mengatur gen yang mengontrol fungsi endotel, termasuk gen yang memproduksi nitric oxide (zat pelemas pembuluh darah). Pola metilasi yang tidak tepat dapat menyebabkan disfungsi pembuluh darah dan hipertensi.
Faktor yang Mengatur Efisiensi Proses Metilasi
Efisiensi jalur metilasi sangat bergantung pada interaksi antara genetika, nutrisi, dan lingkungan. Proses ini sangat rentan terhadap masukan eksternal, yang menjelaskan mengapa gaya hidup dapat memiliki dampak epigenetik yang mendalam.
1. Pengaruh Nutrisi: Kofaktor Esensial
Siklus metionin dan folat membutuhkan kofaktor nutrisi spesifik agar dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan salah satu nutrisi ini dapat menyebabkan perlambatan siklus, penumpukan SAH, dan hiperhomosisteinemia.
- Folat (Vitamin B9): Penting untuk sintesis 5-MTHF, donor metil awal dalam siklus folat. Defisiensi folat adalah salah satu penyebab paling umum metilasi DNA yang abnormal.
- Vitamin B12 (Kobalamin): Kofaktor penting untuk Methionine Synthase (MTR), enzim yang mengubah homosistein kembali menjadi metionin.
- Vitamin B6 (Piridoksin): Diperlukan dalam jalur transsulfurasi, yang merupakan jalur alternatif untuk menghilangkan homosistein dengan mengubahnya menjadi sistein.
- Kolin dan Betain: Donor metil alternatif yang mendukung BHMT dalam regenerasi metionin, sangat penting ketika siklus folat/B12 terganggu.
2. Polimorfisme Genetik (SNPs)
Variasi genetik kecil, atau Polimorfisme Nukleotida Tunggal (SNPs), pada gen yang mengkode enzim-enzim kunci metilasi dapat secara dramatis memengaruhi efisiensi siklus ini. Studi genetika pribadi telah menyoroti pentingnya beberapa gen:
MTHFR (Methylenetetrahydrofolate Reductase)
Ini mungkin gen metilasi yang paling banyak dipelajari. SNP umum, terutama C677T dan A1298C, dapat mengurangi aktivitas enzim MTHFR hingga 30-70%. Ketika MTHFR kurang efisien, konversi folat menjadi bentuk aktif (5-MTHF) melambat. Ini berarti suplai metil ke jalur regenerasi metionin berkurang, yang berpotensi menyebabkan peningkatan homosistein dan mengurangi ketersediaan SAM untuk metilasi DNA dan protein.
COMT (Catechol-O-Methyltransferase)
COMT adalah enzim yang penting untuk mengakhiri sinyal neurotransmiter katekolamin (Dopamin, Norepinefrin, Epinefrin) melalui metilasi. SNP umum (Val158Met) menyebabkan enzim menjadi kurang stabil dan kurang aktif. Individu dengan varian aktivitas COMT rendah cenderung memetabolisme dopamin lebih lambat di korteks prefrontal. Ini telah dikaitkan dengan peningkatan kecemasan, gangguan suasana hati, dan sensitivitas tinggi terhadap stres.
MTR dan MTRR
MTR (Methionine Synthase) dan MTRR (Methionine Synthase Reductase) adalah enzim yang bekerja bersama B12 untuk meregenerasi metionin. Variasi pada gen ini dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakan B12 secara efisien dalam proses metilasi, meskipun asupan B12 cukup.
3. Faktor Lingkungan dan Stres
Faktor-faktor non-genetik memiliki kemampuan untuk memodulasi pola metilasi. Mereka bertindak sebagai sinyal lingkungan yang memberi tahu genom tentang kondisi eksternal:
- Toksin Lingkungan: Paparan logam berat (arsenik, kadmium) atau polusi udara telah terbukti mengganggu pola metilasi, seringkali dengan mengikat kofaktor atau menghambat kerja enzim metiltransferase.
- Stres Psikologis: Stres kronis dan trauma dini dapat menyebabkan perubahan epigenetik, terutama metilasi pada gen reseptor glukokortikoid (GR). Pola metilasi yang berubah pada GR memengaruhi respons tubuh terhadap stres di masa dewasa.
- Obat-obatan: Beberapa obat, termasuk kemoterapi dan obat-obatan psikiatri tertentu, dirancang untuk memengaruhi metilasi atau memetabolisme substrat metilasi, sehingga dapat memengaruhi keseimbangan siklus metilasi secara keseluruhan.
Metilasi dalam Aplikasi Klinis dan Kedokteran Personalisasi
Memahami dinamika metilasi telah membuka jalan baru dalam diagnosis dan intervensi terapeutik, terutama dalam pengobatan kanker dan strategi nutrisi.
A. Biomarker Epigenetik
Pola metilasi yang abnormal dapat dideteksi dalam sampel jaringan atau cairan tubuh, menjadikannya biomarker yang menjanjikan untuk diagnosis dini dan pemantauan penyakit.
- Diagnosis Kanker Dini: Deteksi hipermetilasi promotor gen penekan tumor (misalnya, pada DNA tumor yang bersirkulasi dalam darah) telah digunakan untuk skrining non-invasif kanker kolorektal dan paru-paru.
- Prediksi Respon Terapi: Status metilasi gen tertentu dapat memprediksi apakah pasien akan merespon obat tertentu. Misalnya, metilasi promotor gen MGMT dalam tumor otak (glioblastoma) memprediksi respon yang lebih baik terhadap obat alkilasi tertentu.
- Jam Epigenetik (Epigenetic Clock): Didasarkan pada pola metilasi di lokasi CpG tertentu, jam epigenetik dapat memperkirakan usia biologis seseorang, yang sering kali berbeda dari usia kronologis. Perbedaan ini menjadi indikator risiko penyakit dan penuaan.
B. Terapi Berbasis Epigenetik
Dengan mengidentifikasi enzim-enzim yang bertanggung jawab atas metilasi yang tidak tepat, para ilmuwan telah mengembangkan kelas obat yang bertujuan untuk memulihkan pola epigenetik normal.
- Inhibitor DNA Methyltransferase (DNMTi): Obat-obatan seperti 5-azacytidine dan decitabine adalah inhibitor DNMT. Mereka dimasukkan ke dalam DNA dan mencegah DNMT1 melakukan metilasi pemeliharaan, yang pada akhirnya mengakibatkan demetilasi dan reaktivasi gen penekan tumor yang dibungkam. Obat ini telah disetujui untuk pengobatan sindrom myelodysplastic (MDS) dan leukemia.
- Inhibitor Histone Methyltransferase: Obat-obatan yang menargetkan HMT spesifik (misalnya, inhibitor EZH2) sedang dikembangkan untuk mengobati kanker yang didorong oleh metilasi histon yang berlebihan.
C. Optimalisasi Metilasi Melalui Nutrisi
Pendekatan yang paling praktis dan preventif melibatkan memastikan tubuh memiliki cukup bahan baku untuk menjalankan siklus metilasi secara efisien.
Bagi individu dengan varian genetik MTHFR, di mana enzim kesulitan memproses folat, suplementasi dengan bentuk folat yang sudah aktif, yaitu 5-MTHF (L-Methylfolate), dapat mengatasi hambatan metabolik ini. Pendekatan ini menghindari penumpukan folat yang tidak dimetabolisme dan memastikan ketersediaan gugus metil yang cukup.
Intervensi nutrisi yang berfokus pada Metilasi melibatkan panduan konsumsi makanan kaya:
- Gugus Metil: Telur, hati, brokoli (kaya akan kolin dan betain).
- Kofaktor: Sayuran hijau (folat), daging dan produk susu (B12).
D. Metilasi dan Penuaan
Penuaan biologis ditandai oleh perubahan progresif dalam pola metilasi. Gen yang seharusnya termetilasi cenderung kehilangan metilasi (hipometilasi), sementara gen lain yang seharusnya aktif justru mengalami hipermetilasi. Perubahan ini menyebabkan ekspresi gen yang tidak tepat seiring bertambahnya usia, yang berkontribusi pada penurunan fungsi organ dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Memahami perubahan metilasi terkait usia menawarkan target potensial untuk intervensi anti-penuaan, yang bertujuan untuk memulihkan "peta" epigenetik sel muda.
Kesimpulan Mendalam
Metilasi adalah jantung dari regulasi epigenetik, sebuah proses biokimia yang memungkinkan gen untuk merespons lingkungan tanpa mengubah kode genetik yang diwariskan. Ini adalah proses yang sangat terintegrasi, di mana kekurangan nutrisi sekecil apa pun atau variasi genetik minor pada enzim inti dapat memiliki efek riak yang meluas, memengaruhi segala sesuatu mulai dari stabilitas DNA hingga sintesis neurotransmiter dan metabolisme energi.
Keseimbangan dinamis antara penambahan dan penghilangan gugus metil (metilasi dan demetilasi) adalah kunci untuk menjaga kesehatan seluler, menentukan diferensiasi sel yang tepat, dan mencegah penyakit seperti kanker dan kondisi neurologis. Penelitian yang terus berlanjut dalam metilasi, terutama melalui lensa kedokteran personalisasi dan nutrigenomik, menawarkan harapan besar. Dengan memetakan profil metilasi individu dan memahami bagaimana interaksi genetika (seperti MTHFR) dan asupan nutrisi memengaruhi proses ini, kita dapat bergerak menuju strategi pencegahan dan terapi yang jauh lebih tepat dan efektif.
Metilasi membuktikan bahwa warisan biologis kita tidak hanya terdiri dari gen, tetapi juga interaksi kompleks antara gen dan lingkungan. Kontrol proses ini adalah salah satu cara paling ampuh di mana kita dapat memengaruhi takdir kesehatan kita.