Lebih dari Sekadar Hobi, Sebuah Dedikasi Terhadap Keindahan Agresif
Gambar 1: Representasi Betta Halfmoon, simbol keindahan dalam mencupang.
Istilah "mencupang" jauh melampaui sekadar kegiatan memelihara ikan hias biasa. Mencupang adalah sebuah dedikasi, seni, dan terkadang obsesi terhadap Betta splendens, si Ikan Petarung Siam yang kini bertransformasi menjadi permata akuarium. Bagi para penghobi sejati, mencupang melibatkan pemahaman mendalam tentang genetika, kondisi air yang presisi, serta ritual harian untuk memastikan setiap sirip dan warna tampil pada puncaknya. Ini adalah pencarian kesempurnaan dalam batas-batas biologis.
Filosofi mencupang berakar pada kontras. Ikan cupang adalah makhluk yang indah sekaligus agresif. Keindahan siripnya yang melambai, warnanya yang intens, beriringan dengan naluri teritorial yang kuat. Mencupang adalah upaya menyeimbangkan energi vital ikan (flaring) dengan lingkungan yang tenang, menciptakan harmoni visual yang memukau. Kegiatan ini menuntut kesabaran tingkat tinggi, terutama ketika seseorang mulai memasuki ranah budidaya atau pemuliaan (breeding), di mana proses seleksi alam dan campur tangan manusia bertemu untuk menghasilkan varietas baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Ketertarikan pada cupang bukanlah fenomena baru; ia telah mendarah daging dalam budaya Asia Tenggara selama berabad-abad. Dari arena pertarungan tradisional di Thailand hingga kini menjadi bintang kontes kecantikan internasional, cupang terus berevolusi. Hari ini, seorang penghobi yang serius mencupang harus menguasai ilmu air (aquascaping mikro), biologi air tawar, dan dasar-dasar genetika Mendel. Ini bukanlah sekadar mengisi akuarium dan memberi makan, melainkan manajemen ekosistem miniatur yang sangat sensitif.
Di Indonesia, kata kerja 'mencupang' mulai populer seiring meningkatnya kompleksitas dan profesionalisme dalam hobi ini. Awalnya hanya sebatas 'memelihara cupang'. Namun, ketika skala hobi meningkat—misalnya ketika seseorang memiliki 50 stoples (soliter), mulai memilah gen, dan rutin mengikuti kontes—istilah 'mencupang' menunjukkan tingkat keterlibatan yang lebih serius. Ini menyiratkan rutinitas ketat: memastikan pH stabil, mengganti air setiap hari atau dua hari sekali, menjaga suhu air, dan memberikan pakan hidup berkualitas tinggi yang disiapkan sendiri. Mencupang adalah proses inkubasi keindahan.
Bagi banyak pelaku, mencupang juga menjadi terapi. Menghabiskan waktu mengamati pergerakan ikan, sirip yang mengembang, dan perubahan warna yang halus memberikan ketenangan yang sulit ditemukan dalam hiruk pikuk kehidupan modern. Setiap ikan soliter adalah kanvas hidup, dan penghobi adalah seniman yang memelihara media tersebut. Kegagalan (seperti penyakit, atau kematian bibit) adalah bagian dari proses belajar yang mendorong kedalaman pemahaman lebih jauh.
Ikan cupang hias yang kita kenal hari ini, Betta splendens, berasal dari perairan dangkal, sawah, dan parit di wilayah Thailand (dulu Siam), Vietnam, dan Kamboja. Di lingkungan aslinya, mereka memiliki sirip pendek, warna kusam, dan fungsi utamanya adalah sebagai petarung alamiah. Daya tahan mereka terhadap kondisi air yang buruk dan kadar oksigen yang rendah berkat organ labirin (mirip paru-paru) memungkinkan mereka bertahan di habitat yang ekstrem.
Tradisi pertarungan ikan cupang di Siam telah ada selama lebih dari 150 tahun. Masyarakat Siam menghargai agresivitas cupang liar, dan pertarungan tersebut sering kali menjadi ajang taruhan besar. Raja Siam sendiri, pada abad ke-19, menyadari nilai budaya dan ekonomi dari ikan ini dan mulai mengenakan pajak atas penggunaannya dalam pertarungan. Sekitar tahun 1840, Raja memberikan beberapa spesimen kepada seorang kolektor Denmark, Theodor Cantor, yang kemudian mengenalkannya kepada dunia Barat. Inilah titik balik sejarah cupang.
Ketika cupang tiba di Eropa dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, para pemulia Barat mulai fokus pada peningkatan estetika daripada kemampuan bertarung. Ini adalah awal dari diferensiasi antara cupang aduan (Plakat tradisional) dan cupang hias (yang mulai mengembangkan sirip panjang). Di sinilah seni mencupang dalam konteks keindahan mulai mengambil bentuk, jauh dari akar agresivitasnya.
Generasi awal cupang hias di Barat hanya memiliki sirip Veil Tail. Sirip-sirip panjang yang legendaris, seperti Halfmoon, Crowntail, dan Plakat Show, baru tercipta melalui mutasi genetik dan seleksi ketat pada paruh kedua abad ke-20. Setiap varietas baru yang muncul merupakan tonggak sejarah dalam dunia mencupang, mengubah standar kontes dan memicu gelombang gairah baru di kalangan penghobi global, termasuk Indonesia, yang kini menjadi salah satu pusat pemuliaan cupang terbaik dunia.
Mencupang secara profesional memerlukan pemahaman yang sangat detail tentang klasifikasi bentuk sirip (fin type) dan struktur tubuh (body structure). Sedikit penyimpangan dari standar ideal dapat menurunkan nilai seekor ikan secara drastis dalam penilaian kontes.
Pemahaman sirip adalah ABC dari mencupang. Sirip menunjukkan genetika, kesehatan, dan potensi visual ikan. Penghobi sejati akan menghabiskan waktu berjam-jam memastikan sirip ikan mereka tidak robek, tidak mengerut (clamping), dan selalu mengembang maksimal (flaring).
Kualitas mencupang tidak hanya tentang sirip. Tubuh yang kuat dan proporsional adalah fondasi. Tubuh harus tebal (husky), memiliki punggung yang lurus, dan tidak bungkuk. Ikan harus berenang dengan postur yang anggun dan agresif. Penilaian sering berfokus pada:
Bagian paling rumit dan memuaskan dari mencupang adalah memahami dan memanipulasi genetika warna. Warna bukanlah kebetulan; ia adalah hasil interaksi kompleks antara lapisan pigmen pada kulit ikan (epidermis dan dermis).
Ikan cupang memiliki empat lapisan pigmen utama yang menentukan warna yang kita lihat. Keahlian mencupang adalah mengontrol ekspresi genetik pada lapisan-lapisan ini:
Gen Marble (M) adalah gen yang paling menarik dan paling tidak stabil dalam mencupang. Gen ini menyebabkan migrasi pigmen, membuat warna ikan "melompat" atau berubah seiring waktu. Ikan yang berubah warna disebut "kameleon". Keberhasilan mencupang modern terletak pada upaya menstabilkan gen Marble menjadi pola yang indah dan dapat diprediksi, seperti:
Black Melano adalah cupang hitam pekat yang genetiknya sulit. Jantan Black Melano sering steril, sehingga pemuliaan harus menggunakan betina Melano atau jantan Black Lace (hitam tetapi tidak sepekat Melano). Sementara itu, Pastel adalah ikan dengan lapisan warna yang sangat tipis, memberikan kesan warna yang lembut (Pink, Lavender, Kuning Muda), yang sangat disukai di beberapa pasar kontes. Mencetak Pastel yang sempurna memerlukan genetika dasar Merah atau Kuning yang sangat tipis dengan Iridophores yang minim.
Mencupang bukan hanya tentang genetika, tetapi juga tentang manajemen lingkungan yang sangat ketat. Lingkungan yang tepat memaksimalkan potensi genetik (phenotype expression).
Kualitas air adalah 80% dari keberhasilan mencupang. Cupang hidup di air tawar dangkal, tetapi di dalam stoples, mereka sangat rentan terhadap penumpukan amonia dan nitrit. Rutinitas penggantian air (Water Change/WC) harian atau dua harian adalah kunci.
Diet adalah penentu utama kesehatan sirip, warna, dan vitalitas. Pakan hidup selalu menjadi pilihan utama bagi mereka yang serius mencupang.
Jadwal makan harus konsisten. Kebanyakan penghobi memberi makan 2-3 kali sehari dalam porsi kecil, memastikan tidak ada sisa makanan yang mengotori air dan menghasilkan amonia.
Inti dari mencupang adalah budidaya, sebuah proses yang menggabungkan biologi, seni, dan keberuntungan. Mencetak satu ikan kontes yang sempurna memerlukan pembiakan ratusan ekor bibit dan proses culling yang ketat.
Pemilihan indukan adalah keputusan paling krusial. Indukan harus memiliki kualitas yang superior, bebas dari penyakit, dan membawa gen yang diinginkan.
Indukan dipisahkan dan diberi pakan kaya protein (misalnya cacing darah atau udang kecil) selama 1-2 minggu. Jantan diperlihatkan betina (dijemur) sebentar setiap hari untuk meningkatkan gairah dan persiapan sarang gelembung.
Jantan dan betina ditempatkan dalam wadah besar (minimal 15 liter) dengan tempat persembunyian untuk betina. Jantan membangun sarang gelembung. Setelah kawin, betina dipisahkan segera setelah telur selesai dipindahkan ke sarang. Jantan bertanggung jawab penuh menjaga telur dan burayak (fry).
Ini adalah tahap paling rawan. Burayak menetas dalam 2-3 hari. Selama 3 hari pertama (yolk sac stage), mereka tidak perlu makan. Setelah itu, mereka membutuhkan makanan sangat kecil:
Air harus diganti secara bertahap dan sangat hati-hati (biasanya 10-20% setiap hari) agar tidak menyebabkan kejutan pada burayak yang sangat sensitif.
Culling (pemilahan) adalah bagian yang kejam namun esensial dalam mencupang profesional. Dari ratusan burayak, mungkin hanya 5-10% yang layak dipertahankan sebagai calon kontes atau indukan. Culling dilakukan pada usia 4-8 minggu, berdasarkan:
Pada usia sekitar 2-3 bulan, jantan harus segera diisolasi (solitairisasi) ke dalam stoples individu. Proses ini mencegah perkelahian yang merusak sirip dan memaksa ikan untuk mengembang (flaring), yang membantu pembentukan sirip yang lebih besar dan kuat. Penggantian air dan penjagaan lingkungan soliter yang seragam adalah rutinitas harian wajib bagi para pelaku mencupang.
Ikan cupang adalah makhluk yang tangguh, tetapi lingkungan soliter yang kecil membuat mereka rentan terhadap penyakit jika manajemen air dan stres buruk. Mencupang yang baik berarti menjadi dokter ikan yang proaktif.
Karantina adalah langkah pertama. Ikan yang sakit harus segera dipindahkan ke wadah karantina (tank rumah sakit) dengan air bersih dan garam ikan.
Kunci dalam mencupang adalah pencegahan. Rutinitas WC yang ketat, air yang sudah diendapkan, dan pakan berkualitas tinggi akan meminimalisir risiko penyakit secara signifikan.
Mencupang mencapai puncaknya di arena kontes. Kontes memberikan tujuan nyata bagi penghobi, mendorong peningkatan kualitas genetik secara keseluruhan. Standar penilaian biasanya disepakati oleh asosiasi cupang internasional (seperti IBC, atau komunitas lokal).
Penjurian dilakukan secara holistik, namun fokus utama adalah pada keseimbangan (balance) dan kondisi (conditioning).
Mencupang menuntut etika. Karena sebagian besar cupang hidup soliter, penting untuk memastikan wadah soliter cukup besar (minimal 2 liter, idealnya 5 liter), air bersih, dan ikan tidak dibiarkan terisolasi total. Penggunaan kaca cermin (jarring) sebentar-sebentar penting untuk menjaga ikan tetap aktif dan flaring, tetapi jika terlalu lama, dapat menyebabkan stres kronis.
Etika juga berlaku dalam budidaya. Pemulia harus bertanggung jawab atas semua burayak yang dihasilkan, termasuk yang di-culling. Membuang ikan yang cacat secara tidak manusiawi adalah praktik yang harus dihindari. Mencupang yang bertanggung jawab berarti memprioritaskan kualitas hidup dan kesehatan setiap individu ikan, bahkan jika mereka tidak mencapai standar kontes.
Gambar 2: Wadah Soliter yang ideal, dilengkapi substrat Ketapang untuk kesehatan.
Mencupang pada tingkat lanjutan melibatkan pemahaman terhadap fenomena fisik yang memengaruhi ekspresi keindahan ikan. Detail kecil ini sering kali menjadi pembeda antara ikan yang bagus dan ikan juara.
Sirip Pectoral (sirip di samping insang) pada cupang hias seringkali kecil dan transparan. Meskipun tidak sekontras sirip lain, sirip ini adalah navigator utama. Dalam mencupang, perhatian diberikan pada bagaimana sirip Pectoral bergerak. Gerakan yang mantap dan terkontrol menunjukkan kesehatan otot dan energi vital yang tinggi. Cupang yang sirip Pectoralnya sering kaku atau jarang bergerak mungkin mengalami masalah labirin atau kelemahan internal.
Konsep Masking merujuk pada seberapa baik warna pada tubuh ikan meluas hingga menutupi wajah atau kepala (area operculum/insang). Ikan yang 'bermasker' penuh (Full Mask) dianggap superior, karena ini menunjukkan konsentrasi pigmen yang kuat dan stabil. Misalnya, Halfmoon Red Solid yang sempurna harus memiliki wajah yang merah pekat, bukan transparan keperakan. Mencupang genetik Masking adalah sub-bidang tersendiri yang memerlukan pengujian genetik berkelanjutan.
Soliditas adalah tantangan konstan. Banyak ikan multi-warna cenderung memiliki warna yang bocor (bleeding) atau tidak tegas batasnya. Pemulia harus bekerja keras untuk mengunci warna agar tidak 'kotor'. Contoh paling menonjol adalah kelas Bi-Color atau Tri-Color, di mana batas antara dua atau tiga warna harus sejelas garis pensil.
Flaring (mengembang) adalah tampilan terbaik cupang, melibatkan pengerahan otot sirip dan pembukaan operculum (penutup insang). Flaring yang sempurna harus cepat, bertahan lama, dan dilakukan dengan postur tubuh yang lurus dan tegak. Penghobi melatih ikan mereka untuk flaring menggunakan cermin atau ikan soliter lain, tetapi pelatihan harus dikontrol agar tidak membuat ikan kelelahan atau stres.
Flaring bukan hanya agresi, melainkan deklarasi kesehatan. Ikan yang enggan flaring seringkali sedang sakit atau mengalami depresi lingkungan.
Mencupang telah melahirkan industri mikro yang signifikan. Dari penjualan pakan hidup, aksesoris stoples, hingga ikan berharga jutaan rupiah, ekonomi di sekitar hobi ini terus berputar kencang.
Harga seekor ikan cupang bisa bervariasi drastis. Faktor yang menentukan harga tertinggi meliputi:
Di pasar Asia Tenggara, cupang menjadi komoditas ekspor. Para pelaku mencupang yang sukses memiliki pasar internasional, mengirim ikan berkualitas tinggi ke Amerika, Eropa, dan Jepang, membuktikan bahwa hobi ini memiliki dampak ekonomi global.
Komunitas mencupang sangat vital. Di Indonesia, terdapat banyak grup dan asosiasi yang berfungsi sebagai wadah edukasi, berbagi bibit (sharing line), dan menyelenggarakan kontes. Komunitas membantu pemula memahami dasar-dasar perawatan, mencegah penipuan genetika, dan yang paling penting, menjaga standar kualitas ikan tetap tinggi. Tanpa transfer pengetahuan yang dilakukan oleh para senior (master breeder), kemajuan genetik di dunia cupang tidak akan secepat ini. Mencupang adalah hobi yang bersifat kolektif, meskipun ikan dipelihara secara soliter.
Mencupang juga melibatkan tanggung jawab seumur hidup ikan. Usia rata-rata cupang hias yang terawat baik adalah 2-4 tahun, namun ikan kontes seringkali dipensiunkan setelah mencapai puncaknya (sekitar 10-14 bulan).
Seiring bertambahnya usia, sirip cupang akan semakin besar dan berat, membuatnya lebih sulit berenang (terutama Halfmoon dan Crowntail). Cupang tua membutuhkan:
Cupang yang telah pensiun dari kontes atau pemuliaan seringkali menjadi "hewan peliharaan" yang berharga, dihargai karena sejarah genetik dan pengalaman yang dibawanya. Mereka adalah master line yang menjadi dasar genetika generasi berikutnya.
Seperti hobi lainnya, mencupang menghadapi tantangan. Salah satunya adalah mempertahankan diversitas genetik. Karena tren pasar seringkali berfokus pada beberapa warna atau bentuk tertentu (misalnya Nemo Galaxy Halfmoon), strain lama dan unik berisiko punah jika tidak ada pemulia yang mendedikasikan diri untuk melestarikannya. Konservasi strain asli (wild type) juga penting untuk menjaga kekayaan genetik spesies Betta splendens.
Tantangan lain adalah masalah lingkungan. Keberlanjutan sumber pakan hidup (seperti cacing sutra dan kutu air) sangat bergantung pada kualitas air dan lingkungan lokal. Penghobi yang serius mencupang kini didorong untuk mengembangkan kultur pakan hidup mereka sendiri (misalnya, kultur Artemia atau Daphnia) untuk memastikan pasokan yang bersih dan bebas patogen.
Pada akhirnya, seni mencupang adalah cerminan dari dedikasi manusia untuk mencapai kesempurnaan dalam alam yang terbatas. Setiap sirip, setiap warna, setiap gelembung sarang adalah hasil dari pemahaman yang mendalam, kesabaran, dan penghormatan terhadap keindahan Ikan Petarung Siam ini. Mencupang adalah perjalanan tanpa akhir dalam pencarian Betta yang sempurna.
***
Penggunaan daun ketapang (Terminalia catappa) dalam mencupang adalah praktik yang hampir universal, terutama di Asia Tenggara. Namun, pemahaman mendalam tentang fungsinya melampaui sekadar pewarna air. Air yang berwarna kecoklatan (blackwater) yang dihasilkan oleh tanin dan asam humat dari daun ketapang meniru kondisi air di habitat asli Betta, yang kaya akan materi organik terurai. Tanin yang dilepaskan memiliki beberapa fungsi penting yang harus dipahami oleh setiap pelaku mencupang.
Pertama, antiseptik alami. Tanin dan asam humat memiliki sifat antimikroba dan antijamur ringan. Ini sangat membantu mencegah munculnya jamur (fungus) dan infeksi bakteri ringan pada sirip yang rusak atau pada luka kecil. Bagi burayak yang baru menetas, air ketapang memberikan lapisan perlindungan yang mengurangi risiko infeksi di masa rentan awal kehidupan mereka. Mencupang dengan air ketapang sering menghasilkan ikan yang lebih jarang sakit.
Kedua, pengatur pH dan kekerasan air. Tanin secara alami menurunkan pH, menciptakan lingkungan air yang sedikit asam. Ikan cupang idealnya berkembang di pH 6.5 hingga 7.0. Air sadah (hard water) atau air dengan pH tinggi dapat menyebabkan ikan stres, menahan flaring, dan bahkan memicu masalah osmoregulasi. Oleh karena itu, mencupang yang optimal melibatkan pemantauan pH yang ketat, dibantu oleh sifat penyangga alami dari tanin. Namun, perlu dicatat bahwa daun yang terlalu pekat dapat menurunkan pH terlalu jauh, yang juga berbahaya, sehingga dosisnya harus diperhatikan.
Ketiga, stimulasi warna. Salah satu kepercayaan kuat di kalangan pemulia adalah bahwa air ketapang membantu "mengunci" dan memperdalam warna, terutama warna gelap seperti merah, hitam, dan biru tua. Tanin dipercaya merangsang produksi pigmen tertentu dan mengurangi stres yang bisa memudarkan warna. Penghobi yang serius mencupang akan mengeringkan daun ketapang secara khusus, bahkan merendamnya dalam air panas sebentar sebelum digunakan, untuk memaksimalkan pelepasan tanin tanpa risiko membawa kontaminan.
Organ labirin adalah ciri khas Anabantidae, termasuk Betta splendens. Organ ini memungkinkan cupang mengambil oksigen langsung dari udara, sebuah adaptasi vital untuk bertahan hidup di sawah yang sering kering dan memiliki kadar oksigen terlarut (DO) yang sangat rendah. Pemahaman tentang labirin memiliki implikasi besar dalam mencupang.
Selama beberapa minggu pertama kehidupannya, burayak cupang bernapas menggunakan insang normal. Labirin baru berkembang sempurna sekitar usia 3-6 minggu. Ini adalah masa kritis: jika air terlalu dingin atau ada angin di permukaan air, burayak dapat merusak labirin mereka ketika mereka naik untuk mengambil napigen pertama, menyebabkan kematian massal. Oleh karena itu, pemuliaan (proses mencupang) memerlukan penutup wadah yang rapat untuk menjaga kelembaban dan suhu udara di atas air tetap stabil selama periode ini.
Pada ikan dewasa, fungsi labirin menjelaskan mengapa mereka dapat bertahan dalam stoples kecil. Namun, ini tidak berarti mereka dapat hidup tanpa penggantian air. Meskipun cupang mendapatkan oksigen dari udara, kotoran mereka tetap menumpuk amonia di air. Mencupang yang bertanggung jawab memastikan bahwa meskipun ikan mengambil nafas dari atas, mereka tidak berenang dalam lingkungan yang beracun di bawahnya. Kegagalan fungsi labirin, yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti Dropsy), adalah alasan utama cupang dewasa mulai berenang dengan kesulitan atau mati lemas.
Bagi pelaku mencupang profesional, tantangan utama sering kali adalah menstabilkan strain yang secara genetik sulit, seperti Black Melano. Melano adalah ekspresi genetik yang menghasilkan hitam pekat pada semua lapisan pigmen.
Masalah utama Melano adalah sterilitas jantan. Gen Melano seringkali berpasangan dengan gen yang menyebabkan sperma jantan tidak subur (letalitas parsial). Oleh karena itu, untuk mencetak generasi Melano, pemulia harus menggunakan strategi silang genetik yang kompleks:
Mencupang Melano adalah ujian kesabaran, yang menunjukkan mengapa pemuliaan bukan sekadar hobi melainkan ilmu terapan. Diperlukan pencatatan yang detail, eksperimen suhu, dan manajemen pakan tinggi protein untuk mendukung perkembangan pigmen gelap yang masif.
Pencahayaan memengaruhi mood ikan dan ekspresi warna. Cupang adalah ikan yang terbiasa hidup di bawah kanopi vegetasi yang gelap; mereka tidak menyukai cahaya langsung yang terlalu terang. Cahaya yang ideal harus cukup untuk melihat warna, tetapi tidak menimbulkan stres. Cahaya yang lembut dan hangat (seperti lampu LED dengan suhu warna 4000K-6000K) sering digunakan.
Warna wadah juga krusial dalam mencupang. Banyak pemulia profesional menggunakan wadah berwarna gelap (hitam atau biru tua) untuk tempat soliter. Alasan utamanya adalah: 1) Warna gelap mengurangi stres pada ikan karena meniru lingkungan yang aman. 2) Warna gelap berfungsi sebagai kontras yang luar biasa, memaksa pigmen warna ikan (terutama Melanin dan Iridophores) untuk diekspresikan secara maksimal. Ikan yang dipelihara di wadah transparan cenderung memiliki warna yang lebih pudar atau pucat karena mereka mencoba berkamuflase dengan latar belakang yang terang.
Ritual mencupang mencakup penempatan wadah yang strategis. Wadah sering diletakkan berjajar, dipisahkan oleh sekat buram. Sesekali, sekat diangkat (jarring) untuk merangsang flaring, tetapi sekat harus segera dikembalikan. Manajemen visual ini memastikan ikan tetap waspada, aktif, dan siap menampilkan postur terbaik mereka setiap saat.
Hobi mencupang penuh dengan mitos yang diwariskan turun-temurun. Pemahaman ilmiah memisahkan praktik profesional dari takhayul.
Kebenaran: Meskipun cupang dapat bertahan hidup di wadah kecil (kurang dari 1 liter) berkat labirin, mereka tidak akan sehat atau mencapai potensi genetik penuh. Wadah yang terlalu kecil menyebabkan penumpukan limbah dan stres yang tinggi, yang merusak sirip dan mematikan warna. Mencupang yang baik memerlukan wadah minimal 3-5 liter per individu agar dapat berenang dengan leluasa dan menjaga kualitas air relatif stabil.
Kebenaran: Garam ikan (Sodium Chloride) adalah desinfektan dan tonik yang baik untuk osmoregulasi (keseimbangan elektrolit), tetapi ia bukan antibiotik. Garam efektif melawan parasit eksternal ringan dan membantu penyembuhan luka, tetapi tidak dapat mengobati infeksi bakteri internal (seperti Dropsy parah) atau penyakit virus. Penggunaan garam yang tidak tepat (dosis terlalu tinggi atau terlalu lama) justru dapat merusak insang ikan.
Kebenaran: Air harus bersih, tetapi tidak selalu "baru" (air keran yang belum diolah). Air keran mengandung klorin/kloramin yang mematikan bagi ikan, terutama burayak. Air harus diendapkan minimal 24 jam atau diberi water conditioner untuk menghilangkan zat berbahaya. Selain itu, air yang terlalu steril tanpa adanya tanin atau mineral yang tepat justru dapat memicu Fin Rot karena ikan kehilangan perlindungan antiseptik alami mereka.
Keseluruhan proses mencupang—dari pemilihan indukan yang tepat, manajemen air yang cermat, hingga kegembiraan melihat sirip Halfmoon mengembang 180 derajat sempurna—adalah sebuah warisan yang kaya. Ini adalah hobi yang menuntut keahlian biologis dan mata seorang seniman. Keindahan agresif Betta splendens terus memukau, mendorong para penghobi di seluruh dunia untuk terus mencari kombinasi genetik yang belum pernah ada, memastikan bahwa seni mencupang akan terus berkembang dari generasi ke generasi.
Perjalanan seorang pemula yang baru memulai dengan satu cupang Veil Tail murah hingga menjadi master breeder yang memenangkan kontes internasional adalah kisah tentang dedikasi, kekalahan, dan kemenangan kecil harian di setiap toples soliter. Mencupang adalah komitmen seumur hidup terhadap keindahan yang hidup dan bernapas.