Kerah: Panduan Lengkap Sejarah, Jenis, dan Estetika Fesyen
Dalam dunia mode dan pakaian, ada banyak detail kecil yang seringkali luput dari perhatian, namun memiliki dampak besar pada tampilan keseluruhan, fungsi, dan bahkan makna budaya suatu busana. Salah satu detail krusial tersebut adalah kerah. Meskipun sering dianggap sepele, kerah adalah elemen desain yang sangat penting, berfungsi tidak hanya sebagai penutup leher, tetapi juga sebagai penentu gaya, formalitas, dan ekspresi pribadi. Artikel ini akan menyelami secara mendalam segala hal tentang kerah, mulai dari sejarah panjangnya, berbagai jenis, fungsi praktis dan estetis, hingga peran signifikannya dalam budaya populer dan industri fesyen. Untuk kemudahan pembacaan, kami menginterpretasikan 'krah' sebagai 'kerah', ejaan baku dalam Bahasa Indonesia.
1. Apa Itu Kerah? Definisi dan Fungsi Dasar
Secara harfiah, kerah adalah bagian dari pakaian yang mengelilingi leher. Fungsi utamanya bervariasi tergantung pada jenis pakaian dan tujuannya. Dari sudut pandang praktis, kerah dapat melindungi leher dari dingin, menahan bentuk bukaan leher, atau bahkan menyerap keringat. Namun, di luar fungsi praktisnya, peran kerah dalam estetika dan gaya busana jauh lebih dominan. Kerah adalah salah satu elemen pertama yang diperhatikan pada bagian atas pakaian, dan pilihan kerah dapat secara drastis mengubah kesan suatu busana, dari kasual menjadi formal, dari kuno menjadi modern, atau dari maskulin menjadi feminin.
Kerah terpasang pada garis leher pakaian dan biasanya berdiri tegak atau melipat ke bawah. Desainnya sangat beragam, dari yang sederhana dan fungsional hingga yang sangat rumit dan dekoratif. Kehadiran kerah telah menjadi standar dalam berbagai jenis pakaian, mulai dari kemeja, blus, jaket, mantel, hingga gaun. Pemilihan bahan, kekakuan, lebar, dan bentuk ujung kerah semuanya berkontribusi pada karakter dan identitas busana.
2. Sejarah Panjang Kerah: Evolusi dari Kebutuhan hingga Simbol Status
Sejarah kerah adalah cerminan dari evolusi mode, teknologi tekstil, dan perubahan sosial. Kerah tidak selalu ada pada pakaian. Pada zaman kuno, pakaian cenderung lebih sederhana, seringkali tanpa kerah, seperti tunik Romawi atau chiton Yunani yang memiliki bukaan leher yang polos.
2.1. Abad Pertengahan Awal: Munculnya Kerah Sederhana
Kerah dalam bentuk yang kita kenal sekarang mulai muncul pada akhir Abad Pertengahan, sekitar abad ke-13 atau ke-14. Awalnya, ini adalah perpanjangan sederhana dari garis leher, seringkali hanya berupa lapisan kain yang dilipat ke atas untuk memberikan sedikit perlindungan dari dingin. Ini lebih merupakan bagian fungsional daripada estetika.
2.2. Renaisans dan Era Elizabethan: Era Kerah Ruffle dan Ruffs
Abad ke-16 dan awal ke-17 adalah masa keemasan bagi kerah-kerah yang dramatis dan megah. Kerah ruff (rufel) menjadi sangat populer di Eropa. Ruffs adalah kerah berlipit-lipit yang terbuat dari kain linen atau katun yang distarch agar kaku, seringkali sangat lebar dan tinggi, hingga mengelilingi seluruh leher. Ruffs adalah simbol kekayaan dan status sosial, karena pembuatannya sangat mahal dan perawatannya sangat rumit. Semakin besar dan mewah ruff seseorang, semakin tinggi statusnya. Contoh paling terkenal adalah ruffs yang dikenakan oleh Ratu Elizabeth I dan bangsawan Eropa lainnya.
Selain ruffs, kerah berdiri yang lebih sederhana namun tetap tinggi dan kaku juga populer, seringkali dihiasi dengan renda mewah. Perkembangan teknologi pembuatan renda memungkinkan desain kerah menjadi lebih rumit dan detail.
2.3. Abad ke-17 dan ke-18: Kerah Datar dan Cravat
Pada pertengahan abad ke-17, popularitas ruffs memudar, digantikan oleh kerah-kerah datar yang lebih lembut dan lebar, seringkali terbuat dari linen halus atau renda yang mewah, menutupi bahu. Ini adalah periode transisi menuju kerah yang lebih santai. Bersamaan dengan itu, muncul cravat, selembar kain yang diikat longgar di leher, yang menjadi cikal bakal dasi modern. Meskipun cravat bukan kerah itu sendiri, ia berinteraksi dengan desain garis leher pakaian, seringkali mengelilingi atau menonjol di atas kerah rendah.
Pada abad ke-18, kerah menjadi lebih tinggi lagi, terutama pada pakaian pria, dengan desain yang meniru mode militer. Kerah berdiri yang tinggi dan kaku menjadi umum, memberikan kesan gagah dan formal.
2.4. Abad ke-19: Detachable Collars dan Era Victorian
Abad ke-19 membawa inovasi signifikan: kerah lepas pasang (detachable collars). Ini adalah solusi praktis untuk menjaga kebersihan pakaian. Kerah yang sering kotor atau lusuh bisa dilepas, dicuci, dan distarch secara terpisah, sementara kemeja utamanya tidak perlu dicuci sesering itu. Kerah lepas pasang ini sangat populer di kalangan pria pekerja kantoran dan bangsawan, menjadi simbol kebersihan dan kerapian. Kerah pada periode ini seringkali tinggi dan kaku, dengan ujung yang bervariasi.
Era Victoria juga melihat kerah wanita menjadi lebih bervariasi, dari kerah tinggi yang elegan pada gaun hingga kerah renda yang lembut pada blus.
2.5. Abad ke-20 hingga Kini: Diversifikasi dan Demokrasi Fesyen
Awal abad ke-20 menyaksikan kerah kemeja pria modern mulai terbentuk, dengan kerah lipat yang kita kenal sekarang. Perkembangan mesin jahit industri dan produksi massal membuat pakaian dengan kerah menjadi lebih terjangkau. Dari tahun 1920-an hingga 1950-an, kerah menjadi lebih lembut dan kurang formal. Kerah spread dan button-down muncul dan populer.
Paruh kedua abad ke-20 hingga saat ini menunjukkan diversifikasi yang luar biasa dalam desain kerah. Kerah menjadi alat ekspresi diri, dengan variasi yang tak terhitung jumlahnya untuk pria dan wanita. Dari kerah kemeja formal yang kaku hingga kerah polo yang sporty, dari kerah jaket yang kokoh hingga kerah Peter Pan yang feminin, kerah terus beradaptasi dengan tren dan kebutuhan zaman, kehilangan sebagian besar simbol status kelasnya dan menjadi lebih demokratis, tersedia untuk semua kalangan.
3. Anatomi Kerah: Bagian-Bagian Kunci
Untuk memahami kerah secara lebih mendalam, penting untuk mengetahui bagian-bagian penyusunnya. Meskipun ada banyak variasi, sebagian besar kerah memiliki elemen dasar yang serupa:
- Collar Stand (Stand Kerah/Tegakan Kerah): Ini adalah bagian kerah yang berdiri tegak di sekitar leher. Collar stand memberikan struktur dan tinggi pada kerah, memastikan kerah daun (collar leaf) jatuh dengan rapi. Kekakuan stand kerah sangat mempengaruhi bagaimana kerah daun akan terlihat.
- Collar Leaf (Daun Kerah): Ini adalah bagian kerah yang melipat ke bawah atau keluar dari collar stand. Bagian inilah yang paling terlihat dan menjadi fokus utama desain kerah. Bentuk, ukuran, dan panjang daun kerah sangat bervariasi.
- Collar Points (Ujung Kerah): Ini adalah ujung-ujung bebas dari collar leaf. Panjang dan bentuk ujung kerah (lancip, bulat, atau tumpul) adalah karakteristik penting yang membedakan satu jenis kerah dengan yang lain.
- Collar Spread (Jarak Ujung Kerah): Ini adalah jarak antara ujung-ujung kerah. Jarak ini sangat penting dalam menentukan jenis dasi yang cocok dan tingkat formalitas kerah. Kerah dengan spread kecil disebut point collar, sedangkan yang lebar disebut spread collar.
- Collar Band (Pita Kerah): Terkadang digunakan secara sinonim dengan collar stand, namun pada beberapa desain, collar band bisa menjadi bagian terpisah atau lebih lembut, terutama pada kerah yang tidak memiliki stand yang kaku.
- Gorge Line (Garis Panggul/Garis Saku): Pada kerah jaket atau blazer, ini adalah garis jahitan tempat kerah bertemu dengan lapel (kerah balik). Sudut dan bentuk gorge line dapat sangat mempengaruhi gaya jaket.
4. Berbagai Jenis Kerah dan Ciri Khasnya
Keragaman kerah adalah salah satu aspek paling menarik dari desain pakaian. Setiap jenis kerah memiliki karakter, sejarah, dan kegunaannya sendiri. Mari kita jelajahi beberapa jenis kerah paling umum:
4.1. Kerah Kemeja Pria (Shirt Collars)
Kerah kemeja pria adalah kategori yang paling beragam dan sangat penting dalam menentukan formalitas dan gaya.
4.1.1. Point Collar (Kerah Standar/Lancip)
Ini adalah jenis kerah kemeja paling umum dan serbaguna. Ciri khasnya adalah ujung kerah yang lancip dan jarak antar ujung yang relatif sempit. Kerah ini cocok untuk hampir semua bentuk wajah dan sangat fleksibel, bisa dipadukan dengan dasi atau dibiarkan terbuka. Point collar adalah pilihan aman untuk kemeja bisnis, kasual, atau semi-formal. Panjang ujung kerah dapat bervariasi, memberikan kesan yang sedikit berbeda.
Secara historis, point collar telah menjadi tulang punggung mode kemeja pria selama lebih dari satu abad. Popularitasnya terletak pada kesederhanaan dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai tingkat formalitas. Ketika dipadukan dengan dasi, ruang yang sempit antara ujung kerah membutuhkan simpul dasi yang lebih kecil atau ramping, seperti simpul Four-in-Hand atau simpul Pratt. Untuk acara kasual, membiarkan dua kancing teratas terbuka dengan kerah yang rapi akan memberikan tampilan yang santai namun tetap berkelas. Ini adalah kerah "go-to" bagi banyak pria, dan sering menjadi titik awal untuk eksperimen dengan jenis kerah lainnya.
4.1.2. Spread Collar (Kerah Lebar)
Berlawanan dengan point collar, spread collar memiliki jarak antar ujung kerah yang lebih lebar, kadang hampir horizontal. Ini sangat populer di Eropa, terutama di Italia dan Inggris. Spread collar memberikan kesan modern dan percaya diri. Jarak yang lebar ini memungkinkan penggunaan simpul dasi yang lebih besar dan penuh, seperti simpul Windsor atau Half-Windsor. Ada beberapa variasi spread collar, termasuk:
- Cutaway Collar: Jenis spread collar yang paling ekstrem, dengan ujung kerah yang hampir mengarah ke bahu, menciptakan ruang yang sangat lebar untuk dasi besar. Sangat formal dan sering terlihat di acara-acara penting.
- Semi-Spread Collar: Kompromi antara point collar dan spread collar penuh, menawarkan keseimbangan yang baik antara formalitas dan gaya.
Spread collar, terutama cutaway, sering dikaitkan dengan sartorialisme klasik dan fesyen formal yang canggih. Kerah ini menonjolkan dasi dan sering dipilih untuk kemeja yang dikenakan dengan setelan jas atau blazer. Bagi pria dengan wajah bulat, spread collar dapat membantu menciptakan ilusi garis yang lebih panjang dan ramping, karena lebarnya menarik perhatian ke samping, bukan ke atas.
4.1.3. Button-Down Collar (Kerah Berkancing)
Kerah ini memiliki lubang kancing kecil di setiap ujungnya yang bisa dikancingkan ke badan kemeja. Awalnya diciptakan oleh Brooks Brothers pada akhir abad ke-19 untuk pemain polo agar kerah mereka tidak berkibar saat bermain. Button-down collar dikenal karena sifatnya yang sporty, kasual, dan preppy. Meskipun kini sering dikenakan dalam konteks bisnis yang lebih santai (business casual), kerah ini secara tradisional dianggap kurang formal dibandingkan point atau spread collar. Cocok dipadukan dengan dasi longgar atau dibiarkan tanpa dasi.
Button-down collar sangat populer di Amerika dan menjadi simbol gaya Ivy League. Kemampuannya untuk tetap rapi tanpa perlu starch berlebihan menjadikannya pilihan favorit untuk gaya sehari-hari yang santai namun tetap terawat. Kerah ini juga sempurna untuk penampilan tanpa dasi, karena kancingnya menjaga ujung kerah tetap di tempatnya, memberikan tampilan yang bersih dan terstruktur. Ini adalah kerah pilihan bagi mereka yang menginginkan kenyamanan dan gaya tanpa kerumitan.
4.1.4. Wingtip Collar (Kerah Sayap/Kupu-kupu)
Kerah ini memiliki ujung-ujung kecil yang berdiri tegak dan melipat ke luar seperti sayap. Dirancang khusus untuk busana formal tingkat tertinggi, seperti tuxedo atau tailcoat, dan biasanya dipasangkan dengan dasi kupu-kupu. Sangat jarang terlihat di luar acara formal.
Wingtip collar adalah kerah yang tidak kompromi pada formalitas. Desainnya yang minimalis dan elegan dirancang untuk menampilkan dasi kupu-kupu secara optimal. Kerah ini berfungsi untuk menahan pita dasi kupu-kupu agar tetap di tempatnya dan memberikan tampilan yang bersih di sekitar leher. Mengenakan kemeja dengan wingtip collar di acara yang tidak formal dianggap sebagai kesalahan gaya, menekankan betapa spesifiknya penggunaan kerah ini dalam kode berpakaian.
4.1.5. Mandarin Collar (Kerah Shanghai/Band Collar)
Kerah ini adalah kerah berdiri pendek yang tidak memiliki daun kerah yang melipat ke bawah. Ia hanya mengelilingi leher dan biasanya ditutup dengan kancing atau pengait. Sering terlihat pada pakaian tradisional Asia, seperti kemeja Tang atau cheongsam, serta pada kemeja kasual modern dan seragam koki. Memberikan kesan minimalis dan rapi.
Mandarin collar atau band collar menawarkan alternatif yang elegan dari kerah lipat tradisional. Tidak adanya daun kerah menciptakan siluet yang bersih dan ramping, membuatnya populer dalam desain minimalis kontemporer. Kerah ini sangat serbaguna; dapat ditemukan pada kemeja linen kasual untuk liburan, kemeja formal untuk acara-acara yang tidak memerlukan dasi, atau bahkan jaket dan blazer. Bagi sebagian orang, mandarin collar memberikan kenyamanan yang lebih karena tidak ada material yang menekan leher atau mengganggu. Ini adalah pilihan yang sangat baik bagi mereka yang mencari tampilan yang unik dan modern.
4.1.6. Tab Collar (Kerah Berkancing Leher)
Tab collar memiliki tab kecil di bawah daun kerah yang diikatkan ke sisi berlawanan menggunakan kancing atau pengait. Tab ini mendorong dasi ke atas dan ke depan, menciptakan lengkungan yang indah di bawah dasi dan membuat simpul dasi menonjol. Sangat formal dan biasanya hanya digunakan dengan dasi. Kerah ini jarang terlihat dan memberikan kesan vintage atau 'old money'.
Tab collar adalah kerah yang sangat spesifik dan sangat stylish, populer di kalangan penggemar gaya Inggris klasik. Fungsinya bukan hanya estetika tetapi juga praktis dalam membentuk dasi. Karena dasi dipaksa ke depan oleh tab, ia menciptakan volume dan definisi yang menarik. Kerah ini bekerja paling baik dengan dasi yang lebih ramping dan simpul yang lebih kecil untuk menjaga proporsi. Mengenakan tab collar adalah pernyataan gaya, menunjukkan apresiasi terhadap detail yang halus dan rapi.
4.1.7. Pinned Collar (Kerah Bertusuk)
Mirip dengan tab collar dalam tujuannya, pinned collar memiliki lubang di kedua sisi daun kerah tempat pin kerah atau bar kerah dimasukkan, mendorong ujung kerah lebih dekat dan dasi ke depan. Ini adalah pilihan yang sangat formal dan elegan, sering terlihat pada pakaian bisnis gaya klasik atau vintage. Memberikan tampilan yang sangat rapi dan terstruktur.
Pinned collar, seperti tab collar, dirancang untuk menonjolkan dasi. Penggunaan pin atau bar kerah menambahkan sentuhan aksesori yang unik dan mengkilap, seringkali terbuat dari logam mulia. Ini adalah pilihan yang sangat populer di tahun 1920-an dan 1930-an dan masih menjadi favorit di antara mereka yang menghargai gaya retro yang disesuaikan dengan sempurna. Pinned collar membutuhkan kemeja yang dibuat khusus dengan lubang pin, dan sering dipasangkan dengan setelan jas tiga potong untuk efek formal maksimal.
4.2. Kerah Blus dan Pakaian Wanita
Kerah pada pakaian wanita menawarkan lebih banyak kebebasan ekspresi dan variasi desain dibandingkan kerah pria, seringkali berfokus pada detail dekoratif dan feminin.
4.2.1. Peter Pan Collar
Kerah bulat, datar, dan seringkali berukuran kecil hingga sedang yang diletakkan rata di sekitar leher. Dinamai setelah kostum Peter Pan, kerah ini memiliki kesan muda, polos, dan feminin. Sangat populer pada blus, gaun anak-anak, dan busana vintage.
Peter Pan collar adalah simbol keanggunan yang sederhana dan abadi. Bentuknya yang bulat melembutkan garis leher dan memberikan sentuhan manis pada pakaian. Ini sangat populer di tahun 1920-an dan 1930-an dan telah mengalami kebangkitan periodik dalam mode. Kerah ini bisa terbuat dari bahan yang sama dengan pakaian atau dari bahan kontras seperti beludru atau renda untuk menambahkan detail. Cocok untuk gaun yang anggun, blus dengan sentuhan retro, atau sebagai detail pada mantel.
4.2.2. Sailor Collar (Kerah Pelaut/Navy)
Kerah besar berbentuk persegi di bagian belakang yang melebar ke depan menjadi bentuk V. Terinspirasi dari seragam pelaut angkatan laut, kerah ini memberikan kesan maritim dan playful. Sering terlihat pada pakaian anak-anak atau busana kasual bertema bahari.
Sailor collar adalah kerah yang sangat dikenali dan memiliki daya tarik yang kuat. Garis-garis khas yang sering menghiasi tepi kerah menambahkan sentuhan otentik pada gaya maritimnya. Kerah ini tidak hanya populer pada pakaian anak-anak tetapi juga telah diadaptasi ke dalam mode wanita kontemporer, memberikan sentuhan nostalgia dan ceria pada blus atau gaun musim panas. Ukurannya yang besar membuatnya menjadi fitur utama pada pakaian.
4.2.3. Bertha Collar
Kerah lebar, bulat, dan datar yang menutupi bahu, seringkali terbuat dari renda atau kain kontras. Sangat populer pada gaun malam atau gaun pengantin era Victoria, memberikan tampilan mewah dan romantis.
Bertha collar adalah kerah yang sangat dekoratif, dirancang untuk menambahkan drama dan keanggunan pada pakaian. Ukurannya yang besar dan penempatannya di bahu membuatnya sangat menonjol. Meskipun paling sering dikaitkan dengan mode abad ke-19, elemen dari Bertha collar kadang-kadang muncul kembali dalam desain modern yang mencari sentuhan vintage atau romantis.
4.2.4. Ruffle Collar (Kerah Berenda/Berkerut)
Keraj yang dihiasi dengan banyak lipatan atau kerutan, memberikan tekstur dan volume. Bisa berupa kerah berdiri atau kerah datar, sering ditemukan pada blus feminin atau gaun yang elegan, menambahkan sentuhan drama dan romansa.
Ruffle collar sangat ekspresif dan sering digunakan untuk menambahkan sentuhan kegembiraan atau kemewahan. Material yang digunakan bervariasi dari katun lembut hingga sutra yang mewah, dan efek kerutannya bisa halus atau sangat berlebihan. Kerah ini bisa menjadi titik fokus utama pada pakaian, menjadikannya pilihan yang berani untuk mereka yang ingin menonjolkan gaya.
4.2.5. Shawl Collar (Kerah Selendang)
Bukan kerah tradisional dalam arti berdiri terpisah, tetapi lebih merupakan perpanjangan dari lapel jas atau blazer yang membentuk kurva lembut tanpa jeda di sekitar leher. Umum pada tuxedo, jas makan malam, atau gaun wanita formal, memberikan kesan elegan dan mulus.
Shawl collar adalah lambang keanggunan formal. Kurvanya yang lembut dan tidak terputus memancarkan kemewahan dan kesempurnaan. Meskipun paling dikenal pada tuxedo pria, desain ini juga sangat populer pada gaun wanita, mantel, dan blazer, menambahkan sentuhan Hollywood glamour pada setiap busana. Kain satin atau sutra sering digunakan untuk shawl collar pada tuxedo, memberikan kontras yang mewah dengan wol atau material utama jas.
4.3. Kerah Jaket dan Mantel
Kerah pada pakaian luar memiliki fungsi penting dalam melindungi dari cuaca dan memberikan struktur pada siluet.
4.3.1. Notch Lapel Collar (Kerah Takik)
Jenis kerah jaket paling umum, ditandai dengan takik (notch) berbentuk V di mana kerah bertemu dengan lapel. Ini adalah pilihan standar untuk jas bisnis, blazer kasual, dan mantel. Memberikan tampilan klasik dan serbaguna.
Notch lapel adalah kerah "standar" untuk sebagian besar setelan jas pria dan blazer. Bentuk takiknya yang khas memberikan tampilan yang bersih dan profesional. Ketinggian takik dan lebarnya dapat bervariasi, mempengaruhi keseluruhan estetika jaket. Ini adalah pilihan yang aman dan serbaguna yang cocok untuk hampir semua kesempatan formal dan semi-formal.
4.3.2. Peak Lapel Collar (Kerah Lancip)
Lebih formal daripada notch lapel, peak lapel memiliki ujung lapel yang menunjuk ke atas dan ke luar, menciptakan kesan yang lebih tajam dan kuat. Biasanya ditemukan pada jas formal, jas double-breasted, atau mantel. Menambah kesan berwibawa dan bergaya.
Peak lapel adalah pilihan yang lebih berani dan formal. Ujungnya yang menunjuk ke atas menarik perhatian ke bahu, memberikan ilusi dada yang lebih lebar dan siluet yang lebih maskulin. Ini adalah kerah pilihan untuk jas double-breasted, karena menyeimbangkan volume jas dengan baik. Peak lapel juga sering terlihat pada setelan jas tunggal-breasted yang sangat formal atau pada jas yang dirancang untuk acara-acara khusus.
4.3.3. Stand Collar (Kerah Berdiri)
Mirip dengan mandarin collar, ini adalah kerah yang berdiri tegak mengelilingi leher tanpa melipat ke bawah. Umum pada jaket militer, jaket motor, atau beberapa desain mantel modern. Menawarkan perlindungan ekstra di leher dan tampilan yang ramping.
Stand collar pada jaket dan mantel adalah pilihan yang fungsional dan stylish. Ini memberikan kehangatan ekstra di leher tanpa menambahkan volume yang tidak perlu. Pada jaket militer, stand collar sering dipadukan dengan kancing atau tali untuk menutup rapat, memberikan perlindungan maksimal. Dalam desain modern, stand collar sering digunakan untuk menciptakan estetika minimalis dan bersih.
4.3.4. Funnel Neck Collar (Kerah Corong)
Kerah tinggi yang melebar ke atas dari dasar leher, membentuk seperti corong. Memberikan kehangatan maksimal dan sering ditemukan pada mantel musim dingin, jaket ski, atau sweater. Gaya ini memberikan kesan modern dan praktis.
Funnel neck collar adalah kerah yang sangat fungsional, dirancang untuk cuaca dingin. Bentuknya yang melingkar dan tinggi melindungi leher dan tenggorokan dari angin dan hawa dingin. Kerah ini sering memiliki ritsleting atau kancing untuk penyesuaian. Selain fungsi praktisnya, funnel neck juga memberikan tampilan yang stylish dan kontemporer, sering ditemukan pada pakaian sporty dan outerwear.
5. Bahan dan Konstruksi Kerah: Fondasi Kualitas dan Bentuk
Kualitas dan bentuk kerah sangat ditentukan oleh bahan yang digunakan dan teknik konstruksinya. Pemilihan bahan yang tepat dan pengerjaan yang cermat adalah kunci untuk menghasilkan kerah yang rapi, tahan lama, dan sesuai dengan desain.
5.1. Bahan Kain
Material utama kerah biasanya sama dengan material pakaian, namun kekakuan dan tekstur dapat sangat bervariasi.
- Katun: Serat alami yang paling umum digunakan untuk kemeja, menawarkan kenyamanan, daya tahan, dan kemampuan bernapas. Katun bisa ditenun menjadi poplin, twill, oxford, atau chambray, masing-masing memberikan tekstur dan kekakuan yang berbeda pada kerah.
- Linen: Ringan dan sejuk, ideal untuk kerah kemeja musim panas yang lebih santai. Kerah linen cenderung lebih lembut dan memiliki tampilan yang lebih kasual.
- Sutra: Memberikan kilau mewah dan tekstur halus, sering digunakan untuk kerah blus wanita formal atau sebagai pelapis kerah pada jas tuxedo (shawl collar).
- Wol: Digunakan untuk kerah jaket dan mantel, memberikan kehangatan dan struktur. Wol sering diolah agar lebih kaku dan tahan lama.
- Sintetis (Poliester, Rayon): Sering dicampur dengan serat alami untuk meningkatkan daya tahan, mengurangi kerutan, atau memberikan tekstur tertentu.
5.2. Interfacing (Antar Lapisan)
Interfacing adalah lapisan kain tambahan yang ditempatkan di antara lapisan kain utama kerah. Perannya sangat penting:
- Memberikan Kekakuan: Interfacing membuat kerah tetap berdiri tegak dan tidak mudah lemas, menjaga bentuk yang diinginkan.
- Menambah Struktur: Membantu kerah mempertahankan bentuk aslinya setelah dicuci atau dipakai berulang kali.
- Mencegah Kerutan: Interfacing yang baik dapat mengurangi kecenderungan kerah untuk kusut.
- Meningkatkan Daya Tahan: Melindungi kain utama dari keausan.
Ada dua jenis utama interfacing:
- Fusible Interfacing: Memiliki perekat di satu sisi yang diaktifkan dengan panas setrika, menempel pada kain. Mudah digunakan dan populer untuk produksi massal. Kekurangannya, kadang bisa membuat kerah terasa kaku secara artifisial.
- Sew-in Interfacing: Dijahit ke kain. Memberikan hasil yang lebih lembut dan natural, sering digunakan untuk pakaian berkualitas tinggi atau yang membutuhkan draperi yang lebih baik.
Pemilihan berat dan jenis interfacing sangat bergantung pada jenis kerah dan efek yang diinginkan. Kerah kemeja formal memerlukan interfacing yang lebih kaku, sementara kerah blus kasual mungkin menggunakan yang lebih ringan atau bahkan tanpa interfacing sama sekali untuk efek yang lebih lembut.
5.3. Teknik Menjahit dan Konstruksi
Proses menjahit kerah membutuhkan ketelitian tinggi untuk memastikan hasil yang rapi dan profesional.
- Memotong Kain: Kain untuk kerah sering dipotong mengikuti serat kain untuk stabilitas maksimal, atau terkadang pada bias (serong) untuk kerah yang lebih lentur dan melengkung.
- Jahitan Penguat (Understitching): Jahitan kecil yang dibuat di sepanjang tepi bagian dalam kerah untuk menjaga agar lapisan bawah kerah tetap di tempatnya dan tidak terlihat dari luar, serta membantu kerah melipat dengan rapi.
- Topstitching: Jahitan yang terlihat di permukaan luar kerah, berfungsi sebagai dekorasi dan untuk menahan lapisan kerah agar tetap rata. Jarak dan presisi topstitching sangat menentukan kualitas akhir kerah.
- Pembentukan (Pressing): Menyetrika dengan benar selama proses konstruksi sangat penting untuk membentuk kerah dan menghilangkan kerutan, memberikan hasil akhir yang tajam dan rapi.
- Collar Stays (Tulang Kerah): Sisipan kecil yang terbuat dari plastik atau logam, dimasukkan ke dalam kantong di bawah ujung kerah untuk menjaga agar kerah tetap lurus dan tidak melengkung. Sering ditemukan pada kemeja formal.
6. Kerah dalam Konteks Sosial dan Budaya
Di luar fungsi praktis dan estetika, kerah juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam, seringkali menjadi simbol status, profesi, atau gaya hidup.
6.1. "White-Collar" vs. "Blue-Collar"
Istilah "kerah putih" (white-collar) dan "kerah biru" (blue-collar) adalah salah satu contoh paling jelas bagaimana kerah menjadi penanda status sosial dan profesi. "Kerah putih" merujuk pada pekerja kantoran, profesional, dan manajerial yang biasanya mengenakan kemeja berkerah putih bersih dan seringkali jas, melambangkan pekerjaan non-manual dan lebih "bersih". Sebaliknya, "kerah biru" merujuk pada pekerja manual, buruh pabrik, atau pekerja lapangan yang mengenakan seragam kerja yang lebih tahan kotor, seringkali berwarna biru atau warna gelap lainnya.
Pembagian ini muncul di awal abad ke-20 dan mencerminkan perbedaan kelas sosial dan jenis pekerjaan. Meskipun garis batasnya kini semakin kabur dengan evolusi pasar kerja, istilah ini masih relevan dalam sosiologi untuk membahas stratifikasi sosial dan ekonomi.
6.2. Kerah sebagai Simbol Formalitas dan Otoritas
Secara umum, kerah yang rapi dan kaku sering diasosiasikan dengan formalitas, otoritas, dan profesionalisme. Seragam militer, seragam polisi, dan pakaian bisnis seringkali menampilkan kerah yang tegas. Kemeja berkerah adalah pakaian standar untuk wawancara kerja, rapat penting, atau acara resmi, karena menyampaikan kesan serius dan terhormat.
Sebaliknya, kemeja tanpa kerah atau dengan kerah yang sangat lembut (seperti kerah polo yang terbuka) sering dianggap lebih kasual dan santai. Keputusan untuk membuka kancing atas kerah atau melipat kerah pada jaket juga dapat mengubah tingkat formalitas suatu penampilan.
6.3. Kerah dalam Mode dan Subkultur
Kerah juga telah digunakan sebagai alat ekspresi dalam berbagai subkultur dan tren mode:
- Gaya Preppy: Kerah button-down adalah ciri khas gaya preppy yang terinspirasi dari universitas elit Amerika.
- Mod Subculture (1960-an): Kerah tinggi dan tajam, sering dipadukan dengan setelan jas ramping, menjadi ikon gaya subkultur Mod di Inggris.
- Goth dan Punk: Meskipun sering mengadopsi elemen anti-kemapanan, pakaian punk dan goth juga sering menggunakan kerah, namun dimodifikasi dengan detail seperti paku, rantai, atau bahan yang tidak konvensional untuk menantang norma.
- Busana Retro: Kerah lebar pada tahun 1970-an atau kerah Peter Pan yang feminin selalu muncul kembali dalam mode retro.
7. Perawatan dan Penataan Kerah agar Selalu Rapi
Kerah yang rapi adalah kunci untuk tampilan yang berkelas. Perawatan yang tepat dan teknik penataan yang benar dapat membuat kerah pakaian Anda selalu terlihat prima.
7.1. Pencucian dan Pengeringan
- Pencucian: Ikuti petunjuk label. Untuk kerah kemeja, seringkali disarankan untuk mengancingkan kancing kerah sebelum dicuci untuk membantu menjaga bentuknya. Gunakan deterjen yang sesuai dan hindari pemutih yang keras yang bisa merusak serat atau warna.
- Pengeringan: Hindari pengeringan dengan panas tinggi yang berlebihan, karena bisa menyebabkan kerah menyusut atau melengkung secara permanen. Lebih baik keringkan dengan udara atau pada suhu rendah. Segera setelah kering, keluarkan dan ratakan untuk mengurangi kerutan.
7.2. Penyetrikaan dan Penstarchan
Penyetrikaan adalah langkah paling penting untuk menjaga kerah tetap rapi dan tajam.
- Penyetrikaan: Mulailah menyetrika dari bagian bawah kerah (underside) ke arah tengah, kemudian lipat kerah pada stand-nya dan setrika bagian atas. Pastikan ujung kerah lurus dan rata. Gunakan semprotan air atau uap untuk memudahkan.
- Penstarchan (Starching): Untuk kerah yang ekstra kaku dan rapi, seperti pada kemeja formal, gunakan semprotan starch (kanji). Semprotkan starch tipis-tipis saat menyetrika, fokus pada kerah. Ini akan memberikan kekakuan dan bentuk yang lebih tahan lama.
- Collar Stays: Selalu masukkan collar stays (tulang kerah) yang sesuai setelah kemeja disetrika dan sebelum dipakai untuk menjaga ujung kerah tetap lurus. Jangan lupa melepaskannya sebelum dicuci.
7.3. Penataan Kerah Saat Memakai
- Kancingkan Sesuai Keinginan: Untuk tampilan formal, semua kancing kerah harus dikancingkan (termasuk kancing atas) jika Anda memakai dasi. Untuk tampilan kasual, buka satu atau dua kancing atas.
- Lipatan Kerah: Pastikan lipatan kerah (tempat daun kerah melipat dari stand) terlihat rapi dan simetris di kedua sisi.
- Tampilan 'Pop Collar': Meskipun populer di beberapa tren mode (terutama di era 80-an), membiarkan kerah tegak ('popped collar') biasanya dianggap kasual dan terkadang kurang sopan dalam konteks formal. Namun, ini bisa menjadi pernyataan gaya yang disengaja dalam konteks mode tertentu.
8. Tren dan Inovasi dalam Desain Kerah
Meskipun bentuk dasar kerah telah mapan, desainer mode terus berinovasi dan menghadirkan kembali gaya-gaya lama dengan sentuhan modern.
- Kerah Oversized: Belakangan ini, kerah dengan ukuran ekstra besar, seringkali menutupi bahu, telah kembali populer pada blus dan gaun wanita, memberikan sentuhan drama dan nostalgia era 70-an.
- Kerah Kontras: Kerah dengan warna atau motif yang berbeda dari tubuh pakaian menjadi tren, menambahkan detail visual yang menarik.
- Kerah Minimalis: Desain yang sangat sederhana, seperti mandarin collar atau kerah tanpa stand (yang hanya melipat) tetap menjadi favorit untuk estetika modern yang bersih.
- Kerah Bertekstur: Penggunaan kain dengan tekstur unik, bordir, atau embellishment pada kerah untuk menambah dimensi.
- Kerah "Deconstructed": Kerah yang sengaja dibuat tidak terlalu kaku atau bahkan terlihat "rusak" atau "terurai" sebagai bagian dari estetika anti-fesyen atau avant-garde.
- Kerah Hybrid: Gabungan elemen dari beberapa jenis kerah untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik.
9. Kerah dalam Seni dan Media Populer
Kerah juga sering menjadi elemen ikonik dalam seni visual, film, dan televisi, membantu mendefinisikan karakter atau era:
- Bangsawan dengan Ruffs: Lukisan-lukisan era Renaisans dan Baroque sering menampilkan bangsawan dengan ruffs atau kerah renda yang rumit, memberikan wawasan tentang mode dan hierarki sosial zaman itu.
- Karakter Ikonik: Kerah tinggi Count Dracula, kerah kemeja yang selalu rapi dari James Bond, atau kerah besar ala disco di tahun 70-an semuanya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas karakter atau genre.
- Simbolisme Sinematik: Dalam film, kerah dapat digunakan untuk menyampaikan sesuatu tentang karakter. Kerah yang kaku mungkin menunjukkan kekakuan atau formalitas, sementara kerah yang terbuka atau berantakan bisa melambangkan kebebasan atau pemberontakan.
10. Terminologi Kunci Terkait Kerah
Berikut adalah beberapa istilah tambahan yang berkaitan dengan kerah:
- Lapel: Bagian dari kerah jaket atau mantel yang dilipat ke belakang, seringkali menjadi fitur desain yang menonjol. Kerah pada jas sebenarnya adalah kombinasi dari kerah itu sendiri (yang mengelilingi leher) dan lapel (bagian yang melipat ke bawah di dada).
- Neckband: Sering digunakan secara bergantian dengan collar stand, ini adalah pita kain yang mengelilingi leher pada kemeja atau blus, tempat kerah daun menempel.
- Collar Roll: Lengkungan alami yang terbentuk di antara collar stand dan collar leaf, terutama pada kerah button-down yang dirancang dengan baik. Ini adalah tanda kualitas dan gaya yang diinginkan.
- Collar Stay Slot: Kantong kecil di bagian bawah ujung kerah untuk memasukkan collar stay.
- Collar Bar/Pin: Aksesori yang digunakan dengan pinned collar untuk menahan ujung kerah dan menonjolkan dasi.
Kesimpulan
Dari ruffs yang megah di era Elizabethan hingga kerah mandarin yang minimalis modern, kerah telah menempuh perjalanan panjang, berevolusi dari kebutuhan fungsional menjadi salah satu detail desain paling signifikan dalam dunia mode. Kerah bukan hanya sekadar bagian dari pakaian; ia adalah penentu gaya, penanda formalitas, simbol status, dan medium ekspresi pribadi.
Memahami berbagai jenis kerah, sejarahnya, cara konstruksinya, dan maknanya dapat membantu kita membuat pilihan berpakaian yang lebih cerdas dan berbudaya. Dengan setiap lipatan, jahitan, dan bentuk, kerah menceritakan kisah tentang mode, masyarakat, dan identitas. Jadi, kali berikutnya Anda memilih kemeja atau jaket, luangkan waktu sejenak untuk mengapresiasi kerah di dalamnya — sebuah mahakarya kecil yang terus membentuk cara kita berbusana dan melihat dunia.
Demikianlah panduan lengkap tentang kerah, elemen fesyen yang kaya akan sejarah dan makna.