1. Surah An-Naba' (Berita Besar)
An-Naba' - النّبا
Surat ke-78 • 40 Ayat • Makkiyah
Dinamakan An-Naba' yang berarti "Berita Besar", surat ini dibuka dengan pertanyaan tentang peristiwa agung yang diperselisihkan oleh kaum musyrikin, yaitu Hari Kebangkitan. Surat ini dengan tegas membantah keraguan mereka dengan memaparkan bukti-bukti kekuasaan Allah di alam semesta, seperti penciptaan bumi, gunung, malam, dan siang. Kemudian, surat ini menjelaskan secara rinci kengerian Hari Kiamat dan nasib orang-orang yang durhaka di neraka, serta kenikmatan abadi bagi orang-orang bertakwa di surga.
عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَۚ١
‘amma yatasā'alūn(a).
Tentang apakah mereka saling bertanya?
عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِۙ٢
‘anin-naba'il-‘aẓīm(i).
Tentang berita yang besar (hari kebangkitan).
الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَۗ٣
allażī hum fīhi mukhtalifūn(a).
yang dalam hal itu mereka berselisih.
كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَۙ٤
kallā saya‘lamūn(a).
Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui,
ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ٥
ṡumma kallā saya‘lamūn(a).
kemudian sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ٦
alam naj‘alil-arḍa mihādā(n).
Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan,
وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ٧
wal-jibāla autādā(n).
dan gunung-gunung sebagai pasak?
وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًاۙ٨
wa khalaqnākum azwājā(n).
Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,
وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًاۙ٩
wa ja‘alnā naumakum subātā(n).
dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,
وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًاۙ١٠
wa ja‘alnal-laila libāsā(n).
dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian,
وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۖ١١
wa ja‘alnan-nahāra ma‘āsyā(n).
dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan,
وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ١٢
wa banainā fauqakum sab‘an syidādā(n).
dan Kami membangun di atasmu tujuh (langit) yang kokoh,
وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۖ١٣
wa ja‘alnā sirājaw wahhājā(n).
dan Kami menjadikan pelita yang amat terang (matahari),
وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًاۙ١٤
wa anzalnā minal-mu‘ṣirāti mā'an ṡajjājā(n).
dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,
لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ١٥
linukhrija bihī ḥabbaw wa nabātā(n).
supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,
وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًاۗ١٦
wa jannātin alfāfā(n).
dan kebun-kebun yang lebat.
اِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيْقَاتًاۙ١٧
inna yaumal-faṣli kāna mīqātā(n).
Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,
يَّوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ اَفْوَاجًاۙ١٨
yauma yunfakhu fiṣ-ṣūri fa ta'tūna afwājā(n).
yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
وَّفُتِحَتِ السَّمَاۤءُ فَكَانَتْ اَبْوَابًاۙ١٩
wa futiḥatis-samā'u fa kānat abwābā(n).
dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
وَّسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًاۗ٢٠
wa suyyiratil-jibālu fa kānat sarābā(n).
dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
اِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًاۙ٢١
inna jahannama kānat mirṣādā(n).
Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,
لِّلطَّاغِيْنَ مَاٰبًاۙ٢٢
liṭ-ṭāgīna ma'ābā(n).
lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,
لّٰبِثِيْنَ فِيْهَآ اَحْقَابًاۚ٢٣
lābiṡīna fīhā aḥqābā(n).
mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
لَا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا بَرْدًا وَّلَا شَرَابًاۙ٢٤
lā yażūqūna fīhā bardaw wa lā syarābā(n).
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
اِلَّا حَمِيْمًا وَّغَسَّاقًاۙ٢٥
illā ḥamīmaw wa gassāqā(n).
selain air yang mendidih dan nanah,
جَزَاۤءً وِّفَاقًاۗ٢٦
jazā'aw wifāqā(n).
sebagai pembalasan yang setimpal.
اِنَّهُمْ كَانُوْا لَا يَرْجُوْنَ حِسَابًاۙ٢٧
innahum kānū lā yarjūna ḥisābā(n).
Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab,
وَّكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا كِذَّابًاۗ٢٨
wa każżabū bi'āyātinā kiżżābā(n).
dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya.
وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ كِتٰبًاۙ٢٩
wa kulla syai'in aḥṣaināhu kitābā(n).
Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab.
فَذُوْقُوْا فَلَنْ نَّزِيْدَكُمْ اِلَّا عَذَابًاࣖ٣٠
fa żūqū fa lan nazīdakum illā ‘ażābā(n).
Karena itu rasakanlah! Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.
اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ٣١
inna lil-muttaqīna mafāzā(n).
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,
حَدَاۤئِقَ وَاَعْنَابًاۙ٣٢
ḥadā'iqa wa a‘nābā(n).
(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
وَّكَوَاعِبَ اَتْرَابًاۙ٣٣
wa kawā‘iba atrābā(n).
dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
وَّكَأْسًا دِهَاقًاۗ٣٤
wa ka'san dihāqā(n).
dan piala-piala yang penuh (berisi minuman).
لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا كِذَّابًاۚ٣٥
lā yasma‘ūna fīhā lagwaw wa lā kiżżābā(n).
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta.
جَزَاۤءً مِّنْ رَّبِّكَ عَطَاۤءً حِسَابًاۙ٣٦
jazā'am mir rabbika ‘aṭā'an ḥisābā(n).
Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,
رَّبِّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمٰنِ لَا يَمْلِكُوْنَ مِنْهُ خِطَابًاۚ٣٧
rabbis-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumar-raḥmāni lā yamlikūna minhu khiṭābā(n).
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ صَفًّاۙ لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَقَالَ صَوَابًا٣٨
yauma yaqūmur-rūḥu wal-malā'ikatu ṣaffal lā yatakallamūna illā man ażina lahur-raḥmānu wa qāla ṣawābā(n).
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
ذٰلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ مَاٰبًا٣٩
żālikal-yaumul-ḥaqq(u), fa man syā'attakhaża ilā rabbihī ma'ābā(n).
Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًاەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكَافِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرٰبًا ࣖ٤٠
innā anżarnākum ‘ażāban qarībay yauma yanẓurul-mar'u mā qaddamat yadāhu wa yaqūlul-kāfiru yā laitanī kuntu turābā(n).
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".
2. Surah An-Nazi'at (Malaikat-Malaikat yang Mencabut)
An-Nazi'at - النّازعات
Surat ke-79 • 46 Ayat • Makkiyah
Surat An-Nazi'at dimulai dengan sumpah Allah atas nama para malaikat yang bertugas mencabut nyawa dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi keimanan seseorang. Sumpah ini mengantarkan pada penegasan tentang kepastian Hari Kiamat. Sebagai pelajaran, surat ini mengisahkan dialog antara Allah dengan Nabi Musa dan perlawanan Fir'aun yang sombong, yang berakhir dengan kebinasaannya. Kisah ini menjadi peringatan bagi kaum Quraisy yang menentang Nabi Muhammad. Di akhir surat, digambarkan keadaan manusia yang ketakutan saat Kiamat tiba dan pertanyaan mereka tentang kapan terjadinya peristiwa dahsyat tersebut.
وَالنّٰزِعٰتِ غَرْقًاۙ١
wan-nāzi‘āti garqā(n).
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًاۙ٢
wan-nāsyiṭāti nasyṭā(n).
dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut,
وَّالسّٰبِحٰتِ سَبْحًاۙ٣
was-sābiḥāti sabḥā(n).
dan (malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
فَالسّٰبِقٰتِ سَبْقًاۙ٤
fas-sābiqāti sabqā(n).
dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang,
فَالْمُدَبِّرٰتِ اَمْرًاۘ٥
fal-mudabbirāti amrā(n).
dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُۙ٦
yauma tarjufur-rājifah(tu).
(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,
تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ۗ٧
tatba‘uhar-rādifah(tu).
tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
قُلُوْبٌ يَّوْمَىِٕذٍ وَّاجِفَةٌۙ٨
qulūbuy yauma'iżiw wājifah(tun).
Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
اَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ ۘ٩
abṣāruhā khāsyi‘ah(tun).
pandangannya tunduk.
يَقُوْلُوْنَ ءَاِنَّا لَمَرْدُوْدُوْنَ فِى الْحَافِرَةِۗ١٠
yaqūlūna a'innā lamardūdūna fil-ḥāfirah(ti).
(Orang-orang kafir) berkata: "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?
ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً ۗ١١
a'iżā kunnā ‘iẓāman nakhirah(tan).
Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?"
قَالُوْا تِلْكَ اِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ ۘ١٢
qālū tilka iżan karratun khāsirah(tun).
Mereka berkata: "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan".
فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌۙ١٣
fa'innamā hiya zajratuw wāḥidah(tun).
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,
فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِۗ١٤
fa'iżā hum bis-sāhirah(ti).
maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ مُوْسٰىۘ١٥
hal atāka ḥadīṡu mūsā.
Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa?
اِذْ نَادٰىهُ رَبُّهٗ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًىۚ١٦
iż nādāhu rabbuhū bil-wādil-muqaddasi ṭuwā(n).
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, yaitu Lembah Tuwa;
اذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۖ١٧
iżhab ilā fir‘auna innahū ṭagā.
"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰىۙ١٨
fa qul hal laka ilā an tazakkā.
dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)",
وَاَهْدِيَكَ اِلٰى رَبِّكَ فَتَخْشٰىۚ١٩
wa ahdiyaka ilā rabbika fa takhsyā.
dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar kamu takut kepada-Nya?"
فَاَرٰىهُ الْاٰيَةَ الْكُبْرٰىۖ٢٠
fa arāhul-āyatal-kubrā.
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
فَكَذَّبَ وَعَصٰىۖ٢١
fa każżaba wa ‘aṣā.
Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai.
ثُمَّ اَدْبَرَ يَسْعٰىۖ٢٢
ṡumma adbara yas‘ā.
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
فَحَشَرَ فَنَادٰىۖ٢٣
fa ḥasyara fa nādā.
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.
فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ٢٤
fa qāla ana rabbukumul-a‘lā.
(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".
فَاَخَذَهُ اللّٰهُ نَكَالَ الْاٰخِرَةِ وَالْاُوْلٰىۗ٢٥
fa akhażahullāhu nakālal-ākhirati wal-ūlā.
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى ࣖ٢٦
inna fī żālika la‘ibratal limay yakhsyā.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
ءَاَنْتُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمِ السَّمَاۤءُ ۚ بَنٰىهَاۗ٢٧
a'antum asyaddu khalqan amis-samā'(u), banāhā.
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوّٰىهَاۙ٢٨
rafa‘a samkahā fa sawwāhā.
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
وَاَغْطَشَ لَيْلَهَا وَاَخْرَجَ ضُحٰىهَاۖ٢٩
wa agṭasya lailahā wa akhraja ḍuḥāhā.
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
وَالْاَرْضَ بَعْدَ ذٰلِكَ دَحٰىهَاۗ٣٠
wal-arḍa ba‘da żālika daḥāhā.
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
اَخْرَجَ مِنْهَا مَاۤءَهَا وَمَرْعٰىهَاۖ٣١
akhraja minhā mā'ahā wa mar‘āhā.
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
وَالْجِبَالَ اَرْسٰىهَاۙ٣٢
wal-jibāla arsāhā.
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِاَنْعَامِكُمْۗ٣٣
matā‘al lakum wa li'an‘āmikum.
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
فَاِذَا جَاۤءَتِ الطَّاۤمَّةُ الْكُبْرٰىۖ٣٤
fa'iżā jā'atiṭ-ṭāmmatul-kubrā.
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.
يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ مَا سَعٰىۙ٣٥
yauma yatażakkarul-insānu mā sa‘ā.
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
وَبُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِمَنْ يَّرٰى٣٦
wa burrizatil-jaḥīmu limay yarā.
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
فَاَمَّا مَنْ طَغٰىۙ٣٧
fa ammā man ṭagā.
Adapun orang yang melampaui batas,
وَاٰثَرَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۙ٣٨
wa āṡaral-ḥayātad-dun-yā.
dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ٣٩
fa innal-jaḥīma hiyal-ma'wā.
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ٤٠
wa ammā man khāfa maqāma rabbihī wa nahan-nafsa ‘anil-hawā.
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ٤١
fa innal-jannata hiyal-ma'wā.
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ٤٢
yas'alūnaka ‘anis-sā‘ati ayyāna mursāhā.
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?
فِيْمَ اَنْتَ مِنْ ذِكْرٰىهَاۗ٤٣
fīma anta min żikrāhā.
Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?
اِلٰى رَبِّكَ مُنْتَهٰىهَاۗ٤٤
ilā rabbika muntahāhā.
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).
اِنَّمَآ اَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَّخْشٰىهَاۗ٤٥
innamā anta munżiru may yakhsyāhā.
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا عَشِيَّةً اَوْ ضُحٰىهَا ࣖ٤٦
ka'annahum yauma yaraunahā lam yalbaṡū illā ‘asyiyyatan au ḍuḥāhā.
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
3. Surah 'Abasa (Ia Bermuka Masam)
'Abasa - عَبَسَ
Surat ke-80 • 42 Ayat • Makkiyah
Surat 'Abasa turun sebagai teguran lembut dari Allah kepada Nabi Muhammad. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi sedang berdakwah kepada para pemuka Quraisy, lalu datang seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar Islam. Nabi sedikit mengabaikannya dan bermuka masam karena berharap para pembesar Quraisy bisa masuk Islam. Allah menegur bahwa hidayah ada di tangan-Nya, dan orang yang tulus mencari kebenaran, meskipun miskin dan cacat, jauh lebih berharga daripada para pembesar yang sombong. Surat ini kemudian beralih mengingatkan manusia akan asal penciptaannya dan nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga, sebagai pendahuluan sebelum menggambarkan kengerian hari kiamat di mana setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri.
عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ١
‘abasa wa tawallā.
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,
اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ٢
an jā'ahul-a‘mā.
karena seorang buta telah datang kepadanya.
وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ٣
wa mā yudrīka la‘allahū yazzakkā.
Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),
اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرٰىۗ٤
au yażżakkaru fa tanfa‘ahuż-żikrā.
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
اَمَّا مَنِ اسْتَغْنٰىۙ٥
ammā manistagnā.
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy),
فَاَنْتَ لَهٗ تَصَدّٰىۗ٦
fa anta lahū taṣaddā.
maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya,
وَمَا عَلَيْكَ اَلَّا يَزَّكّٰىۗ٧
wa mā ‘alaika allā yazzakkā.
padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).
وَاَمَّا مَنْ جَاۤءَكَ يَسْعٰىۙ٨
wa ammā man jā'aka yas‘ā.
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
وَهُوَ يَخْشٰىۙ٩
wa huwa yakhsyā.
sedang dia takut (kepada Allah),
فَاَنْتَ عَنْهُ تَلَهّٰىۚ١٠
fa anta ‘anhu talahhā.
engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.
كَلَّآ اِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ۚ١١
kallā innahā tażkirah(tun).
Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan,
فَمَنْ شَاۤءَ ذَكَرَهٗۘ١٢
fa man syā'a żakarah(ū).
maka barangsiapa menghendaki, tentulah dia memperhatikannya,
فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍۙ١٣
fī ṣuḥufim mukarramah(tin).
di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah),
مَّرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ۭۙ١٤
marfū‘atim muṭahharah(tin).
yang ditinggikan (dan) disucikan,
بِاَيْدِيْ سَفَرَةٍۙ١٥
bi'aidī safarah(tin).
di tangan para utusan (malaikat),
كِرَامٍ ۢ بَرَرَةٍۗ١٦
kirāmim bararah(tin).
yang mulia lagi berbakti.
قُتِلَ الْاِنْسَانُ مَآ اَكْفَرَهٗۗ١٧
qutilal-insānu mā akfarah(ū).
Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!
مِنْ اَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهٗۗ١٨
min ayyi syai'in khalaqah(ū).
Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
مِنْ نُّطْفَةٍ خَلَقَهٗ فَقَدَّرَهٗۖ١٩
min nuṭfatin khalaqahū fa qaddarah(ū).
Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya (tahap-tahap kejadiannya),
ثُمَّ السَّبِيْلَ يَسَّرَهٗۖ٢٠
ṡummas-sabīla yassarah(ū).
kemudian jalannya Dia mudahkan,
ثُمَّ اَمَاتَهٗ فَاَقْبَرَهٗۖ٢١
ṡumma amātahū fa aqbarah(ū).
kemudian Dia mematikannya lalu menguburkannya,
ثُمَّ اِذَا شَاۤءَ اَنْشَرَهٗۗ٢٢
ṡumma iżā syā'a ansyarah(ū).
kemudian jika Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَآ اَمَرَهٗۗ٢٣
kallā lammā yaqḍi mā amarah(ū).
Sekali-kali jangan (begitu)! Dia (manusia) itu belum melaksanakan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.
فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖٓ ۙ٢٤
falyanẓuril-insānu ilā ṭa‘āmih(ī).
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
اَنَّا صَبَبْنَا الْمَاۤءَ صَبًّاۙ٢٥
annā ṣababnal-mā'a ṣabbā(n).
Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),
ثُمَّ شَقَقْنَا الْاَرْضَ شَقًّاۙ٢٦
ṡumma syaqaqnal-arḍa syaqqā(n).
kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا حَبًّاۙ٢٧
fa ambatnā fīhā ḥabbā(n).
lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,
وَّعِنَبًا وَّقَضْبًاۙ٢٨
wa ‘inabaw wa qaḍbā(n).
dan anggur dan sayur-sayuran,
وَّزَيْتُوْنًا وَّنَخْلًاۙ٢٩
wa zaitūnaw wa nakhlā(n).
dan zaitun dan pohon kurma,
وَّحَدَاۤئِقَ غُلْبًاۙ٣٠
wa ḥadā'iqa gulbā(n).
dan kebun-kebun yang rindang,
وَّفَاكِهَةً وَّاَبًّاۙ٣١
wa fākhitaw wa abbā(n).
dan buah-buahan serta rerumputan.
مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِاَنْعَامِكُمْۗ٣٢
matā‘al lakum wa li'an‘āmikum.
(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.
فَاِذَا جَاۤءَتِ الصَّاۤخَّةُ ۖ٣٣
fa iżā jā'atiṣ-ṣākhkhah(tu).
Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ٣٤
yauma yafirrul-mar'u min akhīh(i).
pada hari itu manusia lari dari saudaranya,
وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ٣٥
wa ummihī wa abīh(i).
dan dari ibu dan bapaknya,
وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ٣٦
wa ṣāḥibatihī wa banīh(i).
dan dari istri dan anak-anaknya.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ٣٧
likullimri'im minhum yauma'iżin sya'nuy yugnīh(i).
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ مُّسْفِرَةٌۙ٣٨
wujūhuy yauma'iżim musfirah(tun).
Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,
ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ۚ٣٩
ḍāḥikatum mustabsyirah(tun).
tertawa dan gembira ria,
وَوُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌۙ٤٠
wa wujūhuy yauma'iżin ‘alaihā gabarah(tun).
dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram),
تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ۗ٤١
tarhaquhā qatarah(tun).
tertutup oleh kegelapan (kesedihan).
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ࣖ٤٢
ulā'ika humul-kafaratul-fajarah(tu).
Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka.
4. Surah At-Takwir (Menggulung)
At-Takwir - التّكوير
Surat ke-81 • 29 Ayat • Makkiyah
Surat At-Takwir melukiskan dengan sangat jelas dan dramatis peristiwa-peristiwa dahsyat yang akan terjadi pada awal Hari Kiamat. Matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, dan seluruh tatanan alam semesta rusak total. Manusia dan hewan berada dalam kebingungan dan ketakutan. Setelah menggambarkan kehancuran ini, surat beralih untuk menegaskan kebenaran Al-Quran sebagai wahyu dari Allah yang dibawa oleh utusan mulia (Jibril), bukan perkataan penyair atau setan. Surat ini ditutup dengan pertanyaan retoris yang menggugah: "Ke manakah kamu akan pergi?", seolah-olah menyatakan bahwa tidak ada jalan lain selain kembali kepada ajaran Allah bagi mereka yang ingin menempuh jalan yang lurus.
اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ١
iżasy-syamsu kuwwirat.
Apabila matahari digulung,
وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ٢
wa iżan-nujūmunkadarat.
dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
وَاِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْۖ٣
wa iżal-jibālu suyyirat.
dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
112. Surah Al-Ikhlas (Ikhlas)
Al-Ikhlas - الْاِخْلَاص
Surat ke-112 • 4 Ayat • Makkiyah
Surah Al-Ikhlas adalah salah satu surat paling agung dalam Al-Quran yang menegaskan esensi dari tauhid, yaitu keesaan mutlak Allah. Diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin tentang sifat dan silsilah Tuhan, surat ini dengan tegas menolak segala bentuk penyekutuan. Ayat-ayatnya yang singkat namun padat makna menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, tempat bergantung segala sesuatu (As-Shamad), tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Karena kandungannya yang fundamental ini, membaca Surah Al-Ikhlas setara dengan membaca sepertiga Al-Quran.
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ١
qul huwallāhu aḥad(un).
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ٢
allāhuṣ-ṣamad(u).
Allah tempat meminta segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ٣
lam yalid wa lam yūlad.
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ٤
wa lam yakul lahū kufuwan aḥad(un).
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
113. Surah Al-Falaq (Waktu Subuh)
Al-Falaq - الْفَلَق
Surat ke-113 • 5 Ayat • Makkiyah
Surah Al-Falaq, bersama dengan Surah An-Nas, dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain (dua surat perlindungan). Surat ini mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah, Tuhan yang menguasai waktu subuh, dari berbagai macam kejahatan. Secara spesifik, kita diajarkan untuk berlindung dari kejahatan makhluk ciptaan-Nya secara umum, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan para penyihir yang meniupkan buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki. Ini adalah doa perlindungan yang komprehensif dari segala marabahaya yang tampak maupun yang tersembunyi.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ١
qul a‘ūżu birabbil-falaq(i).
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ٢
min syarri mā khalaq(a).
dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan,
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ٣
wa min syarri gāsiqin iżā waqab(a).
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ٤
wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad(i).
dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ٥
wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad(a).
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
114. Surah An-Nas (Manusia)
An-Nas - النَّاس
Surat ke-114 • 6 Ayat • Makkiyah
Sebagai surat penutup Al-Quran, Surah An-Nas adalah doa perlindungan pamungkas. Surat ini secara khusus mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan internal yang paling berbahaya, yaitu bisikan jahat (waswas) yang disusupkan ke dalam hati manusia. Kita berlindung kepada Allah dengan menyebut tiga sifat-Nya yang agung: sebagai Tuhan (Rabb) yang memelihara manusia, Raja (Malik) yang menguasai manusia, dan Sembahan (Ilah) yang berhak disembah oleh manusia. Sumber bisikan ini bisa berasal dari golongan jin maupun manusia itu sendiri. Surat ini mengingatkan bahwa musuh terbesar seringkali tidak terlihat dan bersembunyi di dalam diri.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ١
qul a‘ūżu birabbin-nās(i).
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
مَلِكِ النَّاسِۙ٢
malikin-nās(i).
Raja manusia,
اِلٰهِ النَّاسِۙ٣
ilāhin-nās(i).
sembahan manusia,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ٤
min syarril-waswāsil-khannās(i).
dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ٥
allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i).
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ٦
minal jinnati wan-nās(i).
dari (golongan) jin dan manusia.”