Dzikir Setelah Sholat Tarawih: Panduan Lengkap dan Amalan

Ilustrasi dzikir dan suasana malam Ramadan yang penuh ketenangan.

Bulan suci Ramadan adalah anugerah terindah bagi umat Islam di seluruh dunia. Malam-malamnya dihidupkan dengan ibadah, salah satunya adalah sholat Tarawih. Sholat sunnah muakkad yang hanya ada di bulan Ramadan ini menjadi kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, keindahan Ramadan tidak berhenti pada salam terakhir sholat Tarawih. Justru, momen setelahnya adalah waktu yang sangat mustajab dan berharga, yaitu saat lisan dan hati kita dibasahi dengan dzikir setelah sholat tarawih.

Dzikir merupakan jembatan yang menghubungkan hamba dengan Rabb-nya. Ia adalah nafas ibadah, penenang jiwa yang gelisah, dan pelita yang menerangi kegelapan hati. Mengamalkan dzikir setelah sholat tarawih bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah manifestasi rasa syukur, permohonan ampun, dan pengharapan yang mendalam kepada Sang Pencipta. Artikel ini akan menjadi panduan lengkap untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan rangkaian dzikir setelah sholat tarawih, agar malam-malam Ramadan kita semakin berkualitas dan penuh makna.

Memahami Makna dan Keutamaan Dzikir di Bulan Ramadan

Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam bacaan-bacaan spesifik, penting bagi kita untuk memahami esensi dari dzikir itu sendiri. Secara harfiah, dzikir (ذِكْر) berarti "mengingat" atau "menyebut". Dalam konteks ibadah, dzikir adalah segala bentuk aktivitas lisan maupun hati yang bertujuan untuk mengingat dan mengagungkan Allah SWT. Ini bisa berupa tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), takbir (mengagungkan Allah), tahlil (meng-esakan Allah), istighfar (memohon ampun), dan membaca Al-Qur'an.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ahzab ayat 41-42, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya dzikir dalam kehidupan seorang mukmin. Dzikir bukan hanya ibadah pelengkap, melainkan pilar utama yang menopang kekuatan spiritual seseorang.

Keistimewaan Dzikir di Bulan Ramadan

Jika dzikir di hari biasa saja sudah memiliki keutamaan yang luar biasa, maka dzikir di bulan Ramadan nilainya berlipat ganda. Ramadan adalah bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Setiap amalan dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, memanfaatkan setiap detik di bulan ini untuk berdzikir adalah sebuah investasi akhirat yang sangat menguntungkan.

Dzikir setelah sholat tarawih menjadi momen yang sangat strategis. Setelah tubuh lelah berdiri melaksanakan sholat, jiwa berada dalam kondisi yang sangat reseptif untuk terhubung dengan Allah. Ketenangan setelah sholat adalah saat yang tepat untuk merenung, memohon ampun atas dosa-dosa, dan memanjatkan puji-pujian kepada-Nya. Ini adalah cara untuk menyempurnakan ibadah sholat tarawih kita, melapisi amal kita dengan permohonan dan pujian, sehingga lebih diterima di sisi Allah SWT.

Rangkaian Dzikir Setelah Sholat Tarawih yang Umum Diamalkan

Terdapat berbagai variasi amalan dzikir yang dilakukan setelah sholat tarawih di berbagai belahan dunia. Namun, ada beberapa bacaan inti yang hampir selalu diamalkan karena bersumber dari tuntunan para ulama salafus shalih. Berikut adalah rangkaian dzikir yang paling umum dan sarat akan makna.

1. Istighfar: Membuka Pintu Rahmat dengan Permohonan Ampun

Langkah pertama yang paling utama adalah memohon ampunan. Sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari salah dan dosa. Istighfar adalah pengakuan atas kelemahan diri dan pengakuan atas keagungan Allah Yang Maha Pengampun. Dengan beristighfar, kita membersihkan hati dari noda-noda dosa, mempersiapkannya untuk menerima cahaya ilahi.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ Astaghfirullāhal-'azhīm, alladzī lā ilāha illā huwal-hayyul-qayyūmu wa atūbu ilaih. "Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), dan aku bertaubat kepada-Nya."

Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali dengan penuh penghayatan. Bayangkan setiap dosa yang pernah kita lakukan, baik yang disengaja maupun tidak, yang kecil maupun besar. Rasakan penyesalan yang mendalam dan berharaplah dengan tulus agar Allah mengampuni semuanya. Istighfar di awal adalah adab, sebuah cara mengetuk pintu rahmat Allah sebelum kita memuji dan meminta kepada-Nya.

2. Tahlil dan Syahadat: Peneguhan Kembali Pilar Keimanan

Setelah membersihkan diri dengan istighfar, kita meneguhkan kembali fondasi keimanan kita dengan kalimat tahlil dan syahadat. Ini adalah ikrar paling agung, pengakuan bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ Lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyī wa yumītu wa huwa 'alā kulli syai'in qadīr. "Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kemudian sering dilanjutkan dengan syahadat secara lengkap. Di beberapa tempat, dzikir ini dipimpin oleh imam atau bilal dengan lantunan yang khas, menambah kekhusyukan suasana malam Ramadan.

3. Doa Memohon Surga dan Perlindungan dari Neraka

Setelah meneguhkan iman, secara fitrah manusia akan menyatakan tujuan utamanya, yaitu meraih ridha Allah yang berujung pada surga dan dijauhkan dari siksa neraka. Doa singkat namun padat ini sering diulang-ulang.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ Allāhumma innā nas'aluka ridhāka wal-jannah, wa na'ūdzu bika min sakhathika wan-nār. "Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridhaan-Mu dan surga-Mu, dan kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka."

Permohonan ini adalah cerminan harapan dan ketakutan (raja' dan khauf) yang seimbang dalam diri seorang mukmin. Kita berharap akan rahmat-Nya yang luas, namun juga takut akan azab-Nya yang pedih. Mengulang doa ini setelah sholat tarawih adalah pengingat konstan akan tujuan hidup kita di dunia.

4. Wirid Tasbih, Tahmid, dan Takbir (33x)

Ini adalah wirid yang sangat populer dan diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW sebagai dzikir setelah sholat fardhu, dan sangat baik untuk diamalkan pula setelah sholat tarawih. Rangkaian ini terdiri dari tiga kalimat agung:

Setelah itu, digenapkan menjadi seratus dengan membaca kalimat tahlil yang telah disebutkan sebelumnya.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ Lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa 'alā kulli syai'in qadīr. "Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan wirid ini, "Barangsiapa yang bertasbih, bertahmid, dan bertakbir masing-masing 33 kali setelah sholat, lalu menggenapkannya menjadi 100 dengan kalimat tahlil di atas, maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim).

Peran Bilal dan Bacaannya di Sela Sholat Tarawih

Selain dzikir setelah sholat tarawih selesai secara keseluruhan, terdapat pula dzikir dan shalawat yang dilantunkan di sela-sela rakaatnya. Ini biasanya dipimpin oleh seorang bilal atau muraqqi, yang bertugas menjaga semangat jamaah. Praktik ini, meskipun tidak secara eksplisit dicontohkan pada zaman Nabi, telah menjadi tradisi baik (bid'ah hasanah) yang dianjurkan oleh banyak ulama untuk mengisi jeda antar rakaat dengan amalan yang bermanfaat.

Bacaan bilal bervariasi, namun umumnya mengandung shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan pujian kepada para Khulafaur Rasyidin. Berikut contoh yang umum ditemui:

Setelah 2 Rakaat Pertama:

Bilal akan berseru dengan lantang, seringkali dengan nada yang khas:

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ Shollū sunnatat-tarāwīhi rak'ataini jāmi'atan rahimakumullāh. "Marilah kita sholat sunnah Tarawih dua rakaat secara berjamaah, semoga Allah merahmati kalian."

Setelah selesai salam dari dua rakaat, bilal akan memimpin dzikir dan shalawat, misalnya:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ Allāhumma sholli 'alā sayyidinā Muhammad.

Jamaah akan menjawab:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ Allāhumma sholli wa sallim 'alaih.

Menjelang 4 Rakaat Berikutnya:

Untuk menandai selesainya empat rakaat, bilal seringkali akan menyebut nama khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq, sebagai bentuk penghormatan.

Bilal: "اَلْخَلِيْفَةُ اْلأُوْلَى سَيِّدُنَا أَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ" (Al-khalīfatul ūlā sayyidunā Abū Bakar As-Shiddīq radiyallāhu 'anhu)

Jamaah menjawab: "رَضِيَ اللهُ عَنْهُ" (Radiyallāhu 'anhu)

Pola ini berlanjut dengan menyebut nama khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib pada setiap jeda empat rakaat berikutnya. Tradisi ini berfungsi untuk mengingatkan jamaah akan sejarah agung Islam dan para pemimpin teladan, sembari terus membasahi lisan dengan shalawat dan dzikir.

Doa Kamilin: Doa Penutup Tarawih yang Penuh Makna

Puncak dari rangkaian dzikir setelah sholat tarawih adalah pembacaan doa penutup yang panjang dan komprehensif, yang dikenal dengan sebutan "Doa Kamilin". Disebut demikian karena salah satu permohonan di dalamnya adalah meminta "iman yang kamil" atau iman yang sempurna. Doa ini merangkum hampir seluruh aspek permohonan seorang hamba: keimanan, ketaqwaan, ilmu, rezeki, kesehatan, hingga kebahagiaan dunia dan akhirat. Mari kita bedah beberapa bagian penting dari doa agung ini.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ Allāhummaj'alnā bil-īmāni kāmilīn. "Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya."

Penjelasan: Ini adalah permohonan pembuka dan inti dari doa ini. Iman yang sempurna adalah iman yang tidak hanya di lisan, tetapi meresap ke dalam hati dan terwujud dalam perbuatan. Ia adalah iman yang kokoh, tidak goyah oleh cobaan, tidak tergiur oleh godaan dunia, dan selalu menghasilkan amal shalih. Di bulan Ramadan, saat iman kita sedang berada di puncaknya, kita memohon agar kondisi ini bisa bertahan dan bahkan meningkat secara permanen.

وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ Wa lil-farā'idhi mu'addīn, wa lis-salāti hāfizhīn, wa liz-zakāti fā'ilīn. "Dan menjadi orang yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, dan yang melaksanakan zakat."

Penjelasan: Setelah iman, kita memohon kekuatan untuk menjalankan pilar-pilar Islam. Permohonan ini mencakup semua kewajiban (fara'idh), namun secara khusus menyebutkan sholat dan zakat. "Memelihara sholat" (hāfizhīn) memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar "melaksanakan". Ia berarti menjaga sholat tepat waktu, dengan khusyuk, dan menyempurnakan rukun-rukunnya. Ini adalah cerminan dari iman yang sempurna tadi.

وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ Wa limā 'indaka thālibīn, wa li'afwika rājīn, wa bil-hudā mutamassikīn. "Dan menjadi orang yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, dan yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu."

Penjelasan: Bagian ini mengubah orientasi hidup kita. Kita memohon agar tujuan kita bukan lagi dunia dan isinya, melainkan apa yang ada di sisi Allah (pahala, ridha, surga). Kita memohon agar selalu berada dalam kondisi berharap (rajā') akan ampunan-Nya, tidak pernah putus asa. Dan yang terpenting, kita memohon agar selalu istiqamah berpegang teguh pada petunjuk (Al-Qur'an dan Sunnah) sebagai kompas kehidupan.

وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ Wa 'anil-laghwi mu'ridhīn, wa fid-dunyā zāhidīn, wa fil-ākhirati rāghibīn. "Dan menjadi orang yang berpaling dari perbuatan sia-sia, yang zuhud di dunia, dan yang berhasrat pada akhirat."

Penjelasan: Ini adalah permohonan untuk memiliki gaya hidup seorang mukmin sejati. "Berpaling dari perbuatan sia-sia" (laghwu) adalah salah satu ciri penghuni surga yang disebut dalam Al-Qur'an. "Zuhud di dunia" bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama di dalam hati. Hati kita harus dipenuhi dengan "hasrat pada akhirat" (rāghibīn), menjadikannya sebagai prioritas tertinggi dalam setiap pilihan dan tindakan.

وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ Wa bil-qadhā'i rādhīn, wa lin-na'mā'i syākirīn, wa 'alal-balā'i shābirīn. "Dan menjadi orang yang ridha terhadap ketetapan (qadha), yang bersyukur atas nikmat, dan yang sabar atas cobaan."

Penjelasan: Tiga pilar ketenangan jiwa ada dalam permohonan ini: Ridha, Syukur, dan Sabar. Ridha atas takdir Allah, baik yang tampak menyenangkan maupun tidak. Syukur saat menerima nikmat, yang akan membuat nikmat itu bertambah. Dan sabar saat diuji dengan musibah, yang akan menghapus dosa dan mengangkat derajat. Siapa pun yang memiliki tiga sifat ini akan meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ Wa tahta liwā'i sayyidinā muhammadin shallallāhu 'alaihi wa sallama yaumal-qiyāmati sā'irīn, wa ilal-haudhi wāridīn, wa ilal-jannati dākhilīn, wa minan-nāri nājīn. "Dan (jadikan kami) orang yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat, yang sampai ke telaganya (haudh), yang masuk ke dalam surga, dan yang diselamatkan dari api neraka."

Penjelasan: Ini adalah puncak dari pengharapan kita di akhirat. Kita memohon agar kelak di Padang Mahsyar, kita bisa bernaung di bawah panji Rasulullah SAW. Kita berharap dapat meminum air dari telaga Al-Kautsar beliau, yang siapa pun meminumnya tidak akan haus selamanya. Dan tentu saja, tujuan akhirnya adalah masuk ke dalam surga-Nya dan diselamatkan dari neraka. Ini adalah rangkuman dari semua doa dan harapan seorang muslim.

Amalan Tambahan Setelah Rangkaian Dzikir Sholat Tarawih

Ibadah di malam Ramadan tidak berhenti setelah Doa Kamilin. Justru, semangat yang telah terbangun selama sholat dan dzikir berjamaah harus dilanjutkan dengan amalan-amalan pribadi yang dapat lebih mendekatkan kita kepada Allah.

1. Menutup Malam dengan Sholat Witir

Sholat Witir adalah sholat penutup malam. Rasulullah SAW bersabda, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat Witir." (HR. Bukhari & Muslim). Jika di masjid tempat kita sholat Tarawih juga melaksanakan Witir secara berjamaah, maka itu sangat baik untuk diikuti. Namun, jika kita berencana untuk bangun lagi di sepertiga malam terakhir untuk sholat tahajud, maka kita bisa menunda sholat Witir hingga setelah tahajud. Witir adalah penyempurna ibadah malam, sebuah deklarasi bahwa Allah itu Esa (witir/ganjil) dan kita menutup hari kita dengan menyembah-Nya.

2. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur'an

Ramadan adalah bulan Al-Qur'an (Syahrul Qur'an). Setelah hati menjadi tenang karena dzikir, ini adalah waktu yang sangat ideal untuk membuka mushaf. Bukan hanya sekadar membaca untuk mengejar target khatam, tetapi cobalah untuk membaca dengan perlahan, memahami terjemahannya, dan merenungkan maknanya (tadabbur). Biarkan ayat-ayat Al-Qur'an berbicara langsung ke dalam jiwa kita, menjadi petunjuk, obat, dan rahmat.

3. Munajat dan Doa Pribadi

Doa Kamilin adalah doa yang indah dan komprehensif, tetapi jangan lupakan kekuatan doa pribadi yang tulus. Setelah semua rangkaian ibadah formal selesai, ambillah waktu sejenak untuk ber-munajat, berbicara kepada Allah dengan bahasa kita sendiri. Curahkan segala isi hati, keluh kesah, harapan, dan impian. Mintalah apa pun yang kita butuhkan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Momen ini membangun hubungan personal yang sangat intim antara hamba dengan Sang Pencipta.

4. Memperbanyak Shalawat

Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah amalan yang sangat dicintai Allah. Di malam-malam Ramadan yang penuh berkah, perbanyaklah membaca shalawat. Setiap satu shalawat yang kita ucapkan akan dibalas oleh Allah dengan sepuluh kali rahmat. Shalawat juga menjadi sebab diangkatnya doa, diampuninya dosa, dan dekatnya kita dengan Rasulullah SAW di hari kiamat kelak.

Kesimpulan: Menghidupkan Malam Ramadan dengan Dzikir

Dzikir setelah sholat tarawih adalah sebuah paket ibadah yang sangat lengkap. Ia dimulai dengan pembersihan diri melalui istighfar, dilanjutkan dengan peneguhan iman melalui tahlil, diisi dengan pengagungan melalui tasbih, tahmid, dan takbir, serta dipuncaki dengan permohonan total melalui Doa Kamilin. Ini bukan sekadar ritual mekanis, melainkan sebuah perjalanan spiritual singkat yang kita lakukan setiap malam di bulan Ramadan.

Dengan memahami makna di balik setiap lafaz yang kita ucapkan, dzikir kita tidak akan lagi terasa hampa. Ia akan menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan optimisme. Mari kita manfaatkan sisa malam-malam Ramadan yang berharga ini untuk tidak hanya mendirikan sholat Tarawih, tetapi juga menghiasinya dengan dzikir yang khusyuk dan doa yang tulus. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang kembali kepada fitrah di hari kemenangan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage