Dzikir Setelah Sholat Isya: Penutup Hari yang Menenangkan

Ilustrasi Tasbih Sebuah gambar SVG sederhana yang melambangkan tasbih atau alat hitung dzikir, dengan butiran-butiran melingkar dan satu penanda utama.

Dzikir adalah jembatan antara hamba dan Penciptanya, mengalirkan ketenangan setelah kesibukan dunia.

Sholat Isya adalah penanda berakhirnya aktivitas harian seorang Muslim. Setelah seharian bergelut dengan urusan duniawi, sholat Isya menjadi momen untuk kembali, menyerahkan segala lelah dan resah kepada Sang Maha Pengatur. Namun, ibadah tidak berhenti begitu salam diucapkan. Justru, setelah sholat terhampar sebuah kesempatan emas untuk memperpanjang dialog spiritual dengan Allah SWT melalui amalan dzikir dan wirid. Dzikir setelah sholat Isya memiliki kekhususan tersendiri. Ia adalah penutup hari yang sempurna, bekal ketenangan untuk mengarungi malam, dan penyucian diri sebelum mata terpejam.

Mengamalkan dzikir setelah sholat fardhu adalah kebiasaan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ini bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna, melainkan sebuah tindakan sadar untuk terus terhubung dengan Allah, memuji kebesaran-Nya, memohon ampunan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya. Di tengah keheningan malam yang mulai menyelimuti, lantunan dzikir menjadi cahaya yang menerangi hati, mengusir kegelisahan, dan melapangkan dada. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang bacaan, urutan, makna, serta keutamaan dzikir setelah sholat Isya, sebagai panduan untuk meraih kekhusyukan dan kedamaian batin.

Keutamaan dan Makna Dzikir Ba'da Sholat

Sebelum melangkah kepada urutan bacaan, penting untuk meresapi mengapa dzikir setelah sholat menempati posisi yang sangat mulia dalam Islam. Dzikir, secara harfiah berarti 'mengingat'. Dalam konteks ibadah, ia adalah segala bentuk ucapan lisan maupun getaran hati yang bertujuan untuk mengingat dan mengagungkan Allah SWT. Allah sendiri berfirman dalam Al-Qur'an, surah Ar-Ra'd ayat 28:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

"Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Ayat ini adalah janji pasti dari Allah bahwa ketenteraman sejati hanya dapat diraih melalui dzikrullah. Di dunia yang penuh dengan kebisingan dan ketidakpastian, dzikir adalah oase penyejuk jiwa. Beberapa keutamaan utama dari membiasakan dzikir setelah sholat adalah:

Urutan Dzikir dan Wirid Setelah Sholat Isya

Terdapat berbagai riwayat mengenai bacaan dzikir yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW setelah sholat. Urutan berikut adalah salah satu yang paling umum diamalkan dan memiliki landasan yang kuat. Mari kita bedah satu per satu beserta makna mendalam di baliknya.

1. Istighfar (3 kali)

Langkah pertama setelah salam adalah memohon ampunan. Ini adalah bentuk kerendahan hati seorang hamba, yang menyadari bahwa betapapun khusyuk sholatnya, pasti ada kekurangan di dalamnya. Dengan beristighfar, kita mengakui kelemahan diri dan keagungan Allah Yang Maha Pengampun.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullahal 'adzim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih. "Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."

Makna Mendalam: Kalimat ini bukan sekadar permintaan maaf. "Al-'Adzim" (Yang Maha Agung) mengingatkan kita bahwa kita memohon ampun kepada Dzat yang keagungan-Nya tak terbatas. "Al-Hayyu" (Yang Maha Hidup) menegaskan bahwa Dia tidak pernah tidur dan tidak pernah mati, selalu mengawasi kita. "Al-Qayyum" (Yang Maha Berdiri Sendiri) berarti Dia-lah yang mengurus segala sesuatu di alam semesta tanpa butuh bantuan. Dengan mengakui sifat-sifat ini, permohonan ampun kita menjadi lebih bermakna, karena kita sadar kepada siapa kita memohon.

2. Pujian untuk Allah Sang Sumber Kedamaian

Setelah membersihkan diri dengan istighfar, kita memuji Allah sebagai sumber segala kedamaian dan keberkahan.

اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam. "Artinya: Ya Allah, Engkau adalah As-Salaam (Maha Pemberi Keselamatan) dan dari-Mu-lah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Dzat yang memiliki segala keagungan dan kemuliaan."

Makna Mendalam: "As-Salaam" adalah salah satu Asmaul Husna yang berarti Maha Sejahtera atau Maha Pemberi Kedamaian. Dengan doa ini, kita mengakui bahwa kedamaian hakiki yang kita cari dalam hidup hanya berasal dari Allah. Kita memohon agar kedamaian itu tercurah kepada kita. "Dzal Jalaali wal Ikraam" (Pemilik Keagungan dan Kemuliaan) adalah pengakuan akan kemahabesaran Allah yang pantas menerima segala bentuk pujian dan sanjungan.

3. Tahlil Singkat Penguat Tauhid

Kalimat ini adalah inti dari tauhid, sebuah penegasan kembali akan keesaan Allah yang mutlak, yang menjadi fondasi keimanan seorang Muslim.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadiir. "Artinya: Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Makna Mendalam: Ini adalah deklarasi kemerdekaan spiritual. Dengan mengucapkannya, kita melepaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah. "Lahul mulku" (Bagi-Nya segala kerajaan) menegaskan bahwa kekuasaan absolut di alam semesta ini hanyalah milik-Nya. "Wa lahul hamdu" (dan bagi-Nya segala puji) mengingatkan bahwa segala pujian pada hakikatnya kembali kepada-Nya, karena semua kebaikan bersumber dari-Nya. "Wa huwa 'ala kulli syai-in qadiir" (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) adalah penyerahan total, keyakinan penuh bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Puncak Dzikir: Ayat Kursi, Sang Penjaga Malam

Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255) setelah sholat fardhu memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang membacanya setelah setiap sholat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian. Untuk sholat Isya, Ayat Kursi menjadi pelindung khusus di malam hari, menjaga pembacanya dari gangguan jin dan setan hingga pagi tiba.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum, laa ta'khudzuhu sinatuw wa la naum, lahu ma fis samawati wa ma fil 'ardh, man dzal ladzi yasyfa'u 'indahu illa bi'idznih, ya'lamu ma baina aidihim wa ma khalfahum, wa la yuhithuna bisyai'im min 'ilmihi illa bima sya', wasi'a kursiyyuhus samawati wal 'ardh, wa la ya'uduhu hifzhuhuma, wa huwal 'aliyyul 'azhim. "Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Menyelami Samudra Makna Ayat Kursi

Ayat ini disebut sebagai ayat teragung dalam Al-Qur'an karena ia memuat esensi tauhid dan sifat-sifat kebesaran Allah secara paling komprehensif.

Trio Dzikir Agung: Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Ini adalah bagian inti dari wirid setelah sholat yang sangat dianjurkan. Dibaca masing-masing sebanyak 33 kali, ketiganya merupakan rangkaian pujian yang saling melengkapi dalam mengagungkan Allah SWT.

1. Tasbih: Menyucikan Allah (33 kali)

سُبْحَانَ اللهِ

Subhanallah "Artinya: Maha Suci Allah."

Makna Mendalam: Mengucapkan "Subhanallah" adalah sebuah tindakan tanzih, yaitu menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan, kelemahan, dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ketika kita melihat musibah, kita mengucapkan Subhanallah, menyucikan Allah dari prasangka bahwa Dia berbuat zalim. Ketika kita melihat keindahan alam, kita mengucapkan Subhanallah, menyucikan Allah dari ketidakmampuan dan menyatakan bahwa ciptaan-Nya sempurna. Ini adalah pemurnian akidah, membersihkan pikiran kita dari menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.

2. Tahmid: Memuji Allah (33 kali)

الْحَمْدُ لِلَّهِ

Alhamdulillah "Artinya: Segala puji bagi Allah."

Makna Mendalam: Setelah menyucikan Allah, kita memuji-Nya. "Alhamdulillah" adalah ungkapan syukur dan pengakuan bahwa segala pujian yang ada di alam semesta ini pada hakikatnya hanya pantas ditujukan kepada Allah. Baik pujian atas nikmat yang kita terima (kesehatan, rezeki, keluarga) maupun pujian atas sifat-sifat-Nya yang sempurna (Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana). Kalimat ini menumbuhkan optimisme dan rasa cukup dalam hati, karena kita fokus pada apa yang telah diberikan, bukan pada apa yang belum dimiliki.

3. Takbir: Mengagungkan Allah (33 kali)

اللَّهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar "Artinya: Allah Maha Besar."

Makna Mendalam: "Allahu Akbar" adalah proklamasi kebesaran Allah di atas segalanya. Setelah menyucikan dan memuji-Nya, kita menegaskan bahwa Allah lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari ketakutan kita, lebih besar dari ambisi kita, dan lebih besar dari seluruh isi alam semesta. Mengucapkannya berulang-ulang akan mengecilkan urusan dunia di mata kita. Hati yang tadinya sempit karena beban hidup akan menjadi lapang, karena ia menyandarkan diri pada Dzat Yang Maha Besar.

Penyempurna Seratus Kalimat

Setelah menyelesaikan rangkaian tasbih, tahmid, dan takbir (33+33+33 = 99), dianjurkan untuk menggenapkannya menjadi 100 dengan membaca kalimat tahlil yang sama seperti di awal.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadiir. "Artinya: Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ini adalah penutup yang mengunci seluruh rangkaian dzikir dengan kalimat tauhid yang paling murni, sebagaimana hadis yang menjanjikan pengampunan dosa sebanyak buih di lautan bagi yang mengamalkannya.

Doa Penutup: Puncak Dialog dengan Sang Pencipta

Setelah membasahi lisan dengan dzikir dan pujian, inilah saatnya untuk mengangkat kedua tangan dan memanjatkan doa. Doa setelah dzikir adalah momen yang sangat personal dan mustajab. Hati dalam keadaan lembut dan dekat dengan Allah. Inilah kesempatan untuk mencurahkan segala isi hati, harapan, dan permohonan. Meskipun doa dapat dipanjatkan dalam bahasa apa pun, terdapat beberapa contoh doa ma'tsur (berasal dari Al-Qur'an dan Hadis) yang sangat baik untuk diamalkan.

Doa Sapu Jagat (Kebaikan Dunia dan Akhirat)

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Rabbana aatina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, wa qinaa 'adzaban-nar. "Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Doa ini sangat singkat namun cakupannya luar biasa luas. "Kebaikan di dunia" mencakup rezeki yang halal, kesehatan, ilmu yang bermanfaat, keluarga yang sakinah, dan segala hal positif. "Kebaikan di akhirat" mencakup ampunan dosa, kemudahan di hari hisab, dan puncaknya adalah surga. Ini adalah doa yang paling sering dibaca oleh Nabi.

Doa untuk Kedua Orang Tua

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Rabbighfirli wa liwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira. "Artinya: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu kecil."

Mendoakan orang tua adalah wujud bakti seorang anak. Doa ini adalah salah satu amalan yang pahalanya akan terus mengalir kepada mereka, bahkan setelah mereka tiada.

Hikmah Mengkhususkan Dzikir Setelah Isya

Setiap waktu memiliki keutamaannya, dan berdzikir setelah Isya memiliki hikmah tersendiri. Sebagai sholat penutup, ia menjadi gerbang menuju waktu istirahat. Dzikir yang dilakukan setelahnya berperan sebagai:

Kesimpulan: Sebuah Kebiasaan yang Mengubah Hidup

Dzikir setelah sholat Isya bukanlah sekadar ritual atau bacaan hafalan. Ia adalah sebuah seni menenangkan jiwa, sebuah dialog mendalam yang dilakukan di penghujung hari. Ia adalah cara kita berkata kepada Allah, "Ya Rabb, setelah seharian aku sibuk dengan urusan ciptaan-Mu, kini aku kembali sepenuhnya kepada-Mu."

Dengan memahami setiap makna dari kalimat yang kita ucapkan—dari istighfar yang penuh penyesalan, tahlil yang mengokohkan tauhid, Ayat Kursi yang menggambarkan keagungan, hingga tasbih, tahmid, dan takbir yang menjadi simfoni pujian—maka dzikir kita tidak lagi terasa hampa. Ia akan menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan cahaya yang akan menemani kita melewati gelapnya malam dan mempersiapkan kita untuk menyambut fajar dengan hati yang bersih dan semangat yang baru.

Jadikanlah dzikir setelah sholat Isya sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan. Luangkanlah waktu beberapa menit saja untuk duduk, merenung, dan melantunkan kalimat-kalimat mulia ini. Niscaya, ketenangan yang telah lama dicari akan datang menghampiri, karena sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.

🏠 Kembali ke Homepage