Memaknai Dzikir Setelah Sholat Fardhu

Sholat fardhu adalah tiang agama, sebuah momen agung di mana seorang hamba berkomunikasi langsung dengan Rabb-nya. Namun, hubungan spiritual ini tidak serta-merta terputus begitu salam diucapkan. Justru, salam menjadi gerbang pembuka untuk sebuah amalan yang sangat dicintai Allah SWT, yaitu dzikir setelah sholat fardhu. Momen ini adalah oase ketenangan, sebuah jeda berharga untuk menambatkan kembali hati kepada Sang Pencipta setelah menyelesaikan kewajiban utama.

Berdzikir setelah sholat bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna. Ia adalah manifestasi rasa syukur, permohonan ampun, dan pengakuan atas keagungan Allah yang tak terbatas. Rasulullah SAW, sebagai teladan terbaik, tidak pernah meninggalkan amalan ini. Beliau mengajarkan kepada umatnya rangkaian kalimat-kalimat mulia yang sarat makna, yang jika direnungi dan dihayati, akan membawa dampak luar biasa bagi ketenangan jiwa dan keberkahan hidup. Artikel ini akan mengupas secara mendalam, langkah demi langkah, bacaan dzikir setelah sholat fardhu sesuai dengan tuntunan sunnah, beserta makna dan keutamaannya.

Landasan dan Keutamaan Berdzikir

Perintah untuk senantiasa mengingat Allah (berdzikir) tersebar di banyak ayat Al-Qur'an. Allah SWT berfirman, yang artinya:

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqarah: 152)

Secara khusus, setelah menunaikan sholat, Allah juga memerintahkan kita untuk terus berdzikir. Firman-Nya dalam surat An-Nisa ayat 103 menegaskan:

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring..."

Ayat-ayat ini menjadi dasar yang kokoh tentang pentingnya melanjutkan koneksi spiritual dengan Allah bahkan setelah sholat usai. Dzikir menjadi jembatan yang menyambungkan ibadah formal sholat dengan kehidupan sehari-hari. Ia laksana suplemen ruhani yang menguatkan efek positif dari sholat, menjaga hati agar tetap terikat kepada Allah di tengah kesibukan duniawi.

Keutamaan berdzikir pun sangatlah besar. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, "Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat)." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa istimewanya seorang hamba yang lisannya senantiasa basah karena berdzikir.

Urutan Bacaan Dzikir Sesuai Sunnah

Berikut adalah urutan bacaan dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang biasa diamalkan setelah menyelesaikan sholat fardhu. Setiap bacaan memiliki kedalaman makna dan fadhilah yang luar biasa.

1. Istighfar (3 kali)

Langkah pertama yang dicontohkan Rasulullah SAW setelah salam adalah memohon ampunan. Ini adalah cerminan kerendahan hati seorang hamba. Meskipun baru saja menyelesaikan ibadah agung, kita menyadari betapa banyak kekurangan dalam sholat kita—pikiran yang melayang, kekhusyukan yang kurang, atau bacaan yang tidak sempurna. Maka, istighfar menjadi penyempurnanya.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ

Astaghfirullah. "Aku memohon ampun kepada Allah."

Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Setelah itu, dilanjutkan dengan bacaan berikut:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam. "Ya Allah, Engkau adalah As-Salam (Yang Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu lah keselamatan, Maha Berkah Engkau, wahai Rabb Pemilik Keagungan dan Kemuliaan."

Makna Mendalam: Kalimat ini adalah pengakuan total bahwa sumber segala kedamaian, ketenangan, dan keselamatan hanyalah Allah SWT (As-Salam, salah satu Asmaul Husna). Kita memohon agar kedamaian yang kita rasakan dalam sholat dapat terus mengalir dari-Nya dan menyelimuti kehidupan kita. "Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam" adalah panggilan agung yang mengakui kebesaran (Al-Jalal) dan kemurahan (Al-Ikram) Allah yang tak terhingga.

Dasar dari amalan ini adalah hadits dari Tsauban RA, yang berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya (shalat fardhu), beliau beristighfar tiga kali, dan mengucapkan: ‘Allahumma antas salaam...’" (HR. Muslim).

2. Tahlil Pembuka

Setelah memohon ampun dan memuji Allah sebagai sumber kedamaian, lisan kita dibasahi dengan kalimat tauhid yang paling agung. Kalimat ini menegaskan esensi dari seluruh ajaran Islam: pengesaan Allah SWT.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai-in qadiir. Allahumma laa maani'a limaa a'thaita, wa laa mu'thiya limaa mana'ta, wa laa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu. "Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan. Dan kekayaan tidak akan memberi manfaat kepada pemiliknya (untuk menyelamatkannya dari siksa-Mu)."

Makna Mendalam: Bagian pertama dari dzikir ini (Laa ilaaha illallaah...) adalah penegasan kembali syahadat. Kita mengikrarkan bahwa segala kekuasaan mutlak (Al-Mulk) dan segala pujian yang sempurna (Al-Hamd) hanya milik Allah. Bagian kedua (Allahumma laa maani'a...) adalah pernyataan tawakal tingkat tinggi. Kita menyerahkan segala urusan rezeki, pemberian, dan penolakan kepada kehendak Allah. Kita sadar bahwa kedudukan, kekayaan, atau kekuatan duniawi ("dzal jaddi") tidak akan ada artinya di hadapan Allah. Dzikir ini membersihkan hati dari ketergantungan kepada selain Allah.

Amalan ini didasarkan pada hadits riwayat Al-Mughirah bin Syu'bah RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW membacanya setiap selesai sholat fardhu (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Tasbih, Tahmid, dan Takbir (Masing-masing 33 kali)

Ini adalah bagian inti dari wirid setelah sholat yang sangat populer dan memiliki keutamaan yang sangat besar. Rangkaian tiga kalimat ini adalah bentuk pujian dan pengagungan yang sempurna kepada Allah SWT.

a. Tasbih (سُبْحَانَ اللهِ) - 33 kali

سُبْحَانَ اللهِ

Subhanallah. "Maha Suci Allah."

Makna Mendalam: Mengucapkan "Subhanallah" berarti kita menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan, kelemahan, dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa Allah sempurna dalam segala aspek, jauh dari apa yang disekutukan oleh manusia atau apa yang dibayangkan oleh pikiran yang terbatas. Kita membersihkan Zat-Nya dari segala aib dan cela.

b. Tahmid (اَلْحَمْدُ لِلهِ) - 33 kali

اَلْحَمْدُ لِلهِ

Alhamdulillah. "Segala puji bagi Allah."

Makna Mendalam: "Alhamdulillah" adalah ungkapan rasa syukur dan pujian yang total. Kata "Al" di awal menunjukkan bahwa pujian yang mutlak dan sempurna hanya milik Allah. Kita memuji-Nya atas segala nikmat yang tak terhitung, baik yang kita sadari maupun yang tidak. Kita memuji-Nya atas sifat-sifat-Nya yang mulia dan perbuatan-Nya yang sempurna. Ini adalah kalimat syukur yang mencakup segalanya.

c. Takbir (اَللهُ أَكْبَرُ) - 33 kali

اَللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar. "Allah Maha Besar."

Makna Mendalam: "Allahu Akbar" adalah pengakuan bahwa Allah lebih besar dari segala sesuatu. Lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari kekhawatiran kita, lebih besar dari ambisi kita, dan lebih besar dari seluruh alam semesta. Kalimat ini menempatkan segala urusan dunia menjadi kecil di hadapan kebesaran Allah, memberikan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi hidup.

4. Penggenap Seratus Kalimat Pujian

Setelah menyelesaikan rangkaian Tasbih, Tahmid, dan Takbir yang berjumlah 99, Rasulullah SAW mengajarkan untuk menggenapinya menjadi seratus dengan kalimat tahlil yang agung.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai-in qadiir. "Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Keutamaan dari rangkaian dzikir ini sangat luar biasa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berdzikir setelah selesai sholat dengan membaca subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali, allahu akbar 33 kali, itu semua berjumlah 99, lalu ia menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ‘Laa ilaaha illallaahu...’, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim). Ini adalah janji ampunan yang sangat besar bagi mereka yang merutinkannya.

5. Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)

Ayat Kursi dikenal sebagai ayat teragung dalam Al-Qur'an. Membacanya setelah sholat fardhu memiliki keutamaan sebagai pelindung dan jaminan surga.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Makna Mendalam: Ayat ini adalah deklarasi paling komprehensif tentang sifat-sifat keagungan Allah. Ia menjelaskan tentang Tauhid Uluhiyah (Laa ilaaha illa Huwa), kehidupan dan keabadian-Nya (Al-Hayyul Qayyum), kesempurnaan-Nya dari sifat lelah dan tidur, kepemilikan-Nya yang mutlak atas alam semesta, kekuasaan-Nya yang tak tertandingi, ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, serta luasnya kekuasaan-Nya (Kursi-Nya). Merenungi ayat ini setelah sholat akan menanamkan rasa takjub dan pengagungan yang mendalam kepada Allah.

Keutamaannya dijelaskan dalam hadits: "Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian." (HR. An-Nasa'i, dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (Masing-masing 1 kali)

Tiga surat pendek ini, yang sering disebut Al-Mu'awwidzat, memiliki fungsi perlindungan yang sangat kuat. Membacanya secara rutin setelah sholat fardhu adalah benteng bagi seorang mukmin.

a. Surat Al-Ikhlas

"Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia'."

Surat ini adalah intisari tauhid, memurnikan keyakinan kita hanya kepada Allah Yang Esa. Pahalanya setara dengan sepertiga Al-Qur'an.

b. Surat Al-Falaq

"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki'."

Ini adalah doa permohonan perlindungan dari segala kejahatan yang datang dari luar diri kita, baik dari makhluk lain, kegelapan malam, sihir, maupun sifat iri dengki.

c. Surat An-Nas

"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia'."

Surat ini adalah doa perlindungan dari kejahatan yang datang dari dalam diri, yaitu bisikan waswas dari setan, baik dari golongan jin maupun manusia, yang dapat merusak hati dan iman.

Untuk sholat Subuh dan Maghrib, dianjurkan untuk membaca ketiga surat ini sebanyak tiga kali. Ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin Khubaib, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Qul Huwallahu Ahad (Al-Ikhlas) dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) di sore hari dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu dari segala keburukan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Menghadirkan Hati dalam Berdzikir

Urutan dan bacaan dzikir di atas adalah panduan yang sangat berharga. Namun, nilai sesungguhnya dari dzikir terletak pada kehadiran hati. Dzikir yang hanya sebatas gerakan lisan tanpa diresapi oleh hati akan menjadi rutinitas hampa. Bagaimana cara agar dzikir kita lebih bermakna?

Penutup: Buah Manis dari Istiqomah Berdzikir

Membiasakan diri dengan amalan dzikir setelah sholat fardhu adalah investasi spiritual yang tak ternilai. Buahnya tidak hanya dipetik di akhirat kelak dalam bentuk pahala dan ampunan, tetapi juga dirasakan langsung di dunia. Hati yang senantiasa terhubung dengan Allah melalui dzikir akan menjadi hati yang tenang, lapang, dan kuat dalam menghadapi segala ujian kehidupan.

Dzikir adalah benteng yang melindungi kita dari godaan setan, pelipur lara saat kita sedih, dan sumber kekuatan saat kita lemah. Dengan merutinkan sunnah ini, kita tidak hanya mengikuti jejak Rasulullah SAW, tetapi juga membuka pintu-pintu rahmat, keberkahan, dan ketenangan yang datang langsung dari Sang Pemilik Kedamaian, Allah SWT. Semoga kita semua dimudahkan untuk mengamalkannya dengan istiqomah dan penuh penghayatan.

🏠 Kembali ke Homepage