Dzikir Penyembuh Segala Penyakit
Dalam perjalanan hidup, setiap insan pasti pernah diuji dengan sakit. Baik itu penyakit fisik yang terasa di badan, maupun penyakit batin yang menggelisahkan jiwa. Sakit adalah pengingat akan kelemahan kita sebagai manusia dan keagungan Allah SWT, Sang Maha Penyembuh (Asy-Syafi). Di tengah ikhtiar medis yang kita lakukan, Islam mengajarkan sebuah amalan bertenaga dahsyat yang menjadi sumber kekuatan dan penyembuhan hakiki, yaitu dzikir.
Dzikir, atau mengingat Allah, bukanlah sekadar untaian kata yang terucap di lisan. Ia adalah denyut jantung seorang mukmin, koneksi spiritual yang menghubungkan hamba dengan Penciptanya. Ketika lisan, hati, dan pikiran menyatu dalam mengingat kebesaran-Nya, maka ketenangan akan turun, rahmat akan tercurah, dan pintu-pintu kesembuhan akan terbuka. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana dzikir menjadi penyembuh segala penyakit, berdasarkan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
Makna Hakiki Dzikir dan Hubungannya dengan Kesehatan
Secara bahasa, "dzikir" berarti "mengingat" atau "menyebut". Dalam terminologi syar'i, dzikir adalah segala bentuk aktivitas lisan maupun hati yang bertujuan untuk mengingat Allah SWT, memuji-Nya, mensucikan-Nya, dan mengagungkan-Nya. Dzikir adalah nutrisi bagi ruh, sebagaimana makanan adalah nutrisi bagi jasad. Ruh yang sehat akan memancarkan energi positif yang berpengaruh besar terhadap kesehatan jasad.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, yang menegaskan hubungan langsung antara dzikir dan ketenangan hati, yang merupakan pondasi utama dari kesehatan jiwa dan raga.
الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَئِنُّ الۡقُلُوۡبُ
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa ketenteraman hati (thuma'ninah) hanya bisa diraih dengan mengingat Allah. Hati yang tenteram adalah hati yang bebas dari kecemasan, stres, ketakutan, dan kegelisahan. Para ahli kesehatan modern pun mengakui bahwa kondisi psikologis yang stabil sangat berpengaruh terhadap sistem imun tubuh. Stres kronis terbukti dapat memicu berbagai penyakit, mulai dari hipertensi, penyakit jantung, hingga gangguan autoimun. Dengan demikian, dzikir bekerja langsung pada pusat kendali emosi dan spiritual kita, yaitu hati. Hati yang sehat akan memimpin jasad yang sehat.
Rasulullah SAW memberikan perumpamaan yang sangat indah tentang orang yang berdzikir dan yang tidak:
"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir adalah tanda kehidupan ruhani. Tanpa dzikir, ruh menjadi "mati", hampa, dan rapuh. Kerapuhan ruhani inilah yang seringkali menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit, baik yang bersifat medis maupun non-medis ('ain, sihir, dan gangguan jin). Oleh karena itu, dzikir tidak hanya berfungsi sebagai obat (kuratif), tetapi juga sebagai perisai (preventif) yang melindungi kita dari berbagai marabahaya.
Kumpulan Dzikir Mustajab untuk Penyembuhan
Terdapat banyak sekali lafadz dzikir dan ayat Al-Quran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk memohon kesembuhan. Masing-masing memiliki keutamaan dan kekuatan tersendiri. Mengamalkannya dengan penuh keyakinan dan keikhlasan akan menjadi wasilah (perantara) turunnya pertolongan Allah SWT.
1. Al-Fatihah: Ummul Kitab, Sang Penyembuh
Surat Al-Fatihah, yang kita baca minimal 17 kali dalam shalat fardhu, memiliki nama lain "Asy-Syifa" (Penyembuh) dan "Ar-Ruqyah" (penawar). Kekuatannya sebagai penyembuh telah terbukti dalam sebuah hadits shahih, di mana seorang sahabat berhasil menyembuhkan kepala suku yang tersengat kalajengking hanya dengan membacakan Al-Fatihah. Ketika hal ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, beliau bertanya, "Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?" (HR. Bukhari & Muslim).
Setiap ayat dalam Al-Fatihah mengandung doa dan pengakuan yang luar biasa. Kita memulai dengan memuji Allah ("Alhamdulillahi Rabbil 'alamin"), mengakui kekuasaan dan kasih sayang-Nya ("Ar-Rahmanir-Rahim"), mengagungkan-Nya sebagai Raja Hari Pembalasan ("Maliki yaumiddin"). Puncaknya adalah ikrar tauhid dan permohonan pertolongan yang total:
اِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَاِيَّاكَ نَسۡتَعِيۡنُ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
Ayat ini adalah inti dari permohonan kesembuhan. Kita mengakui bahwa tidak ada daya dan upaya, tidak ada dokter, obat, atau terapi yang bisa memberi kesembuhan kecuali atas izin-Nya. Setelah itu, kita memohon petunjuk ke jalan yang lurus, yang mencakup petunjuk untuk menemukan pengobatan yang tepat dan petunjuk menuju kesembuhan itu sendiri. Cara mengamalkannya untuk penyembuhan adalah dengan membacakannya berulang kali dengan khusyuk di dekat orang yang sakit atau pada bagian tubuh yang sakit, diiringi dengan keyakinan penuh akan pertolongan Allah.
2. Ayat Kursi: Penjaga dan Pelindung Agung
Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) adalah ayat yang paling agung dalam Al-Quran. Kandungannya meliputi sifat-sifat kebesaran, kekuasaan, dan ilmu Allah yang mutlak. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang membacanya setelah shalat fardhu, tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian. Selain itu, ayat ini adalah benteng pertahanan yang sangat kuat dari gangguan setan dan segala keburukan.
Untuk penyembuhan, Ayat Kursi bekerja sebagai pelindung dan pembersih. Ia melindungi orang yang sakit dari gangguan jin atau sihir yang mungkin menjadi penyebab atau memperparah penyakitnya. Dengan membacanya secara rutin, terutama di pagi dan petang hari, serta sebelum tidur, seorang hamba meletakkan dirinya dalam penjagaan Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lalai. Energi negatif di sekitar orang yang sakit akan terusir, membuka jalan bagi proses penyembuhan fisik dan spiritual untuk bekerja secara optimal.
3. Al-Mu'awwidzatain: Tiga Surat Perlindungan
Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain (surat-surat perlindungan). Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Beliau membacanya setiap selesai shalat, dan secara khusus membacanya sebanyak tiga kali pada dzikir pagi dan petang. Beliau bersabda, "Membacanya tiga kali di waktu pagi dan petang akan mencukupimu dari segala sesuatu." (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).
Ketika beliau sakit, beliau akan membacakan ketiga surat ini untuk dirinya sendiri, lalu meniupkannya ke telapak tangan dan mengusapkannya ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Aisyah RA juga melakukan hal yang sama untuk Rasulullah SAW ketika beliau sakit parah.
- Al-Ikhlas: Menegaskan kemurnian tauhid, bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bergantung. Keyakinan ini adalah pondasi kesembuhan.
- Al-Falaq: Meminta perlindungan dari kejahatan makhluk, kegelapan malam, sihir, dan kedengkian. Ini adalah perlindungan dari faktor eksternal yang bisa menyebabkan sakit.
- An-Nas: Meminta perlindungan dari bisikan jahat setan, baik dari golongan jin maupun manusia, yang bisa menyebabkan was-was, cemas, dan penyakit hati lainnya.
Kombinasi ketiganya adalah paket perlindungan dan penyembuhan yang lengkap dan sangat dianjurkan untuk diamalkan setiap hari, terutama saat sedang diuji dengan penyakit.
4. Doa Nabi Ayyub AS: Puncak Kesabaran dan Adab
Kisah kesabaran Nabi Ayyub AS dalam menghadapi penyakit berat yang menimpanya selama bertahun-tahun adalah teladan abadi. Setelah melewati ujian yang luar biasa, beliau memanjatkan doa yang sangat indah, penuh adab, dan diabadikan dalam Al-Quran.
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya: 83)
Perhatikan adab dalam doa ini. Nabi Ayyub tidak menuntut, tidak mengeluh berlebihan, dan tidak "menggurui" Allah. Beliau hanya mengadukan keadaannya ("aku telah ditimpa penyakit") dan langsung memuji Allah dengan sifat-Nya yang paling agung ("Engkau adalah Maha Penyayang"). Seolah-olah beliau berkata, "Ya Allah, inilah keadaanku yang lemah, dan Engkau dengan sifat Maha Penyayang-Mu pasti tahu apa yang terbaik untukku." Doa ini mengajarkan kita untuk berserah diri secara total sambil tetap memuji Allah. Ini adalah dzikir yang sangat mustajab bagi mereka yang sedang menderita penyakit kronis dan menuntut kesabaran tingkat tinggi.
5. Doa Nabi Yunus AS: Dzikir Pelepas Kesusahan
Ketika Nabi Yunus AS berada dalam tiga kegelapan—kegelapan malam, kegelapan lautan, dan kegelapan perut ikan paus—beliau menyeru kepada Allah dengan sebuah dzikir yang agung.
لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87)
Rasulullah SAW bersabda tentang doa ini, "Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: [lafal di atas]. Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya." (HR. Tirmidzi). Penyakit adalah salah satu bentuk "kegelapan" dan kesusahan yang paling berat. Dzikir ini mengandung tiga elemen kunci: tauhid (La ilaha illa Anta), tasbih (Subhanaka), dan istighfar (Inni kuntu minazh zhalimin). Dengan mengakui keesaan Allah, mensucikan-Nya dari segala kekurangan, dan mengakui kelemahan serta dosa diri sendiri, seorang hamba berada pada posisi paling ideal untuk dikabulkan doanya. Dzikir ini sangat ampuh untuk mengangkat segala bentuk kesulitan, termasuk penyakit yang terasa menghimpit.
6. Istighfar: Pembuka Pintu Rahmat dan Solusi
Terkadang, suatu penyakit atau musibah datang sebagai akibat dari dosa-dosa yang kita lakukan. Istighfar, atau memohon ampunan, adalah kunci untuk membersihkan diri dari dosa tersebut, yang pada gilirannya membuka pintu rahmat, rezeki, dan kesembuhan dari Allah SWT. Rasulullah SAW, yang ma'shum (terjaga dari dosa), beristighfar lebih dari seratus kali setiap hari.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
Dengan memperbanyak istighfar, kita tidak hanya memohon kesembuhan, tetapi juga membersihkan catatan amal kita. Hati yang bersih dari noda dosa akan lebih mudah menerima cahaya ilahi dan ketenangan, yang merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan. Nabi Nuh AS berkata kepada kaumnya, "Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh: 10-12). Jika istighfar bisa mendatangkan rezeki materi, maka atas izin Allah, ia juga pasti bisa mendatangkan rezeki kesehatan.
7. Shalawat atas Nabi Muhammad SAW: Wasilah Turunnya Rahmat
Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah langsung dari Allah SWT (QS. Al-Ahzab: 56). Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim). Shalawat dari Allah berarti curahan rahmat, ampunan, dan keberkahan.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
"Ya Allah, berikanlah shalawat (rahmat dan pujian) kepada Muhammad dan keluarga Muhammad."
Dalam sebuah hadits, Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Rasulullah SAW berapa banyak bagian dari doanya yang harus ia isi dengan shalawat. Setelah Ubay berkata akan menjadikan seluruh doanya untuk bershalawat, Rasulullah SAW menjawab, "Jika demikian, maka akan dicukupkan keluh kesahmu dan akan diampuni dosamu." (HR. Tirmidzi). Penyakit adalah salah satu bentuk "keluh kesah" terbesar. Dengan memperbanyak shalawat, kita memohon kepada Allah agar melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi, dan sebagai balasannya, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, mengangkat kesusahan kita, termasuk penyakit yang diderita.
Adab dan Waktu Terbaik Berdzikir untuk Kesembuhan
Untuk memaksimalkan potensi dzikir sebagai penyembuh, ada beberapa adab dan waktu yang perlu diperhatikan. Ini bukan syarat mutlak, karena Allah Maha Mendengar di setiap waktu dan keadaan, namun mengamalkannya akan meningkatkan kualitas dan kekhusyukan ibadah kita.
Adab Berdzikir:
- Ikhlas: Niatkan dzikir semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap ridha serta pertolongan-Nya, bukan karena tujuan duniawi semata.
- Yaqin (Keyakinan Penuh): Berdoalah dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Mampu menyembuhkan segala penyakit. Buang jauh segala keraguan. Rasulullah SAW bersabda, "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan." (HR. Tirmidzi).
- Khusyu' (Hadirnya Hati): Usahakan agar hati dan pikiran fokus pada makna dzikir yang diucapkan. Jangan biarkan lisan bergerak tanpa diikuti oleh perenungan hati. Renungkan kebesaran Allah saat mengucapkan "Allahu Akbar", kesucian-Nya saat mengucapkan "Subhanallah", dan rasa syukur saat mengucapkan "Alhamdulillah".
- Merendahkan Diri: Rasakan betapa kecil dan butuhnya kita di hadapan Allah Yang Maha Agung. Berdzikirlah dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap (raja').
- Dalam Keadaan Suci: Meskipun dzikir boleh dilakukan dalam keadaan apapun, melakukannya dalam kondisi suci (memiliki wudhu) akan menambah kesempurnaan dan keberkahannya.
Waktu-Waktu Mustajab:
- Sepertiga Malam Terakhir: Ini adalah waktu paling utama, saat Allah SWT turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Siapa yang memohon ampunan-Ku, akan Aku ampuni." (HR. Bukhari & Muslim).
- Setelah Shalat Fardhu: Waktu setelah menunaikan kewajiban adalah momen yang sangat baik untuk berdoa dan berdzikir.
- Dzikir Pagi dan Petang: Mengamalkan dzikir pagi (setelah subuh hingga terbit matahari) dan petang (setelah ashar hingga terbenam matahari) adalah perisai harian seorang muslim.
- Saat Sujud: "Keadaan terdekat seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa." (HR. Muslim).
- Saat Hujan Turun: Hujan adalah rahmat, dan waktu turunnya adalah salah satu waktu di mana doa lebih mudah diijabah.
Memadukan Dzikir dengan Ikhtiar Medis
Penting untuk dipahami bahwa mengamalkan dzikir penyembuh penyakit sama sekali tidak menafikan pentingnya ikhtiar medis. Islam adalah agama yang seimbang (tawasuth). Kita diperintahkan untuk menempuh sebab-sebab duniawi sambil tetap menyandarkan hati kepada Allah, Sang Pemberi Akibat. Rasulullah SAW sendiri berobat dan memerintahkan para sahabatnya untuk berobat.
Beliau bersabda, "Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia turunkan pula obatnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi).
Konsep yang benar adalah menyatukan keduanya. Dzikir adalah ikhtiar langit, sementara pengobatan medis adalah ikhtiar bumi. Keduanya harus berjalan beriringan.
Bagaimana keduanya saling melengkapi?
- Dzikir Memberi Ketenangan: Saat menjalani prosedur medis yang mungkin menyakitkan atau mencemaskan, dzikir memberikan ketenangan jiwa. Pasien yang tenang dan optimis terbukti secara medis memiliki proses pemulihan yang lebih cepat.
- Dzikir Membuka Jalan: Dengan berdzikir, kita memohon kepada Allah agar membimbing tangan para dokter, menjadikan obat yang kita konsumsi sebagai penyembuh, dan menunjukkan jalan menuju pengobatan yang paling efektif.
- Dzikir adalah Sumber Kesabaran: Menghadapi penyakit, terutama yang kronis, membutuhkan kesabaran luar biasa. Dzikir dan mengingat janji pahala dari Allah akan menguatkan jiwa untuk terus sabar dan tidak putus asa.
- Tawakkal yang Benar: Tawakkal (berserah diri) yang sejati adalah melakukan ikhtiar maksimal (pergi ke dokter, minum obat) lalu menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah. Inilah puncak keimanan seorang hamba.
Jangan pernah berpikir untuk memilih salah satu. Jangan hanya berobat tanpa berdoa, karena itu menunjukkan kesombongan seolah kesembuhan datang dari usaha manusia semata. Dan jangan hanya berdoa tanpa berobat, karena itu bertentangan dengan sunnatullah dan perintah Rasul untuk menempuh sebab.
Kesimpulan: Dzikir Adalah Denyut Kehidupan dan Penyembuhan
Penyakit adalah ujian, tetapi di balik setiap ujian tersimpan hikmah dan rahmat yang agung. Salah satu rahmat terbesar adalah kesempatan untuk kembali dan mendekat kepada Allah SWT dengan lebih intens. Dzikir adalah jembatan emas yang menghubungkan kita dengan sumber segala kekuatan dan kesembuhan.
Dengan merutinkan Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Mu'awwidzatain, doa para nabi, serta memperbanyak istighfar dan shalawat, kita sedang mengetuk pintu langit dengan amalan yang paling dicintai-Nya. Kita sedang membentengi diri dengan perisai terkuat dan mengobati jiwa serta raga dengan obat paling mujarab.
Jadikanlah dzikir sebagai napas kehidupan, bukan hanya saat sakit, tetapi juga di kala sehat. Karena dengan mengingat Allah, hati akan selalu hidup, jiwa akan senantiasa tenteram, dan jasad akan dinaungi oleh keberkahan dan perlindungan-Nya. Ingatlah selalu, kesembuhan hakiki hanya datang dari Allah, Asy-Syafi, dan dzikir adalah cara terbaik untuk memohon dan meraih kesembuhan itu.