Panduan Lengkap Dzikir dan Doa Setelah Sholat Witir

Ilustrasi Tasbih dan Bulan Sabit Wirid & Doa Ilustrasi tasbih sebagai simbol dzikir dan bulan sabit sebagai simbol malam.

Sholat Witir adalah penutup ibadah sholat malam seorang hamba. Ia laksana segel yang mengunci seluruh amal di malam hari, sebuah persembahan terakhir sebelum mata terpejam dan jiwa beristirahat. Karena kedudukannya yang istimewa ini, momen-momen setelah salam Sholat Witir menjadi sangat berharga. Ia bukanlah akhir dari ibadah, melainkan gerbang menuju munajat yang lebih intim, sebuah kesempatan emas untuk berdzikir dan memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tidak bergegas bangkit setelah sholat witir adalah sebuah adab yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memberikan contoh kepada kita untuk mengisi waktu singkat tersebut dengan untaian pujian dan permohonan. Dzikir dan doa setelah witir bukan sekadar rutinitas, melainkan esensi dari penghambaan, pengakuan atas kelemahan diri, dan penyerahan total kepada Sang Maha Kuasa. Inilah saatnya jiwa yang lelah setelah beribadah menemukan ketenangan sejati, dan hati yang berharap menemukan sandaran paling kokoh.

Dalam keheningan malam, setelah sholat terakhir ditunaikan, lisan seorang mukmin basah oleh dzikir, mengagungkan Asma-Nya, dan hatinya tertunduk dalam doa, memohon rahmat dan ampunan-Nya.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam rangkaian dzikir dan doa yang dianjurkan untuk dibaca setelah menyelesaikan Sholat Witir. Setiap bacaan akan disajikan lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin untuk kemudahan, terjemahan dalam Bahasa Indonesia, serta penjelasan makna yang terkandung di dalamnya, agar kita tidak hanya melafalkan, tetapi juga meresapi setiap kata yang terucap.

Rangkaian Dzikir Utama Setelah Sholat Witir

Setelah mengucapkan salam, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak. Tenangkan diri sejenak, fokuskan hati dan pikiran, lalu mulailah berdzikir. Berikut adalah urutan dzikir yang dianjurkan berdasarkan sunnah dan amalan para ulama salafus shalih.

1. Istighfar (Memohon Ampunan)

Langkah pertama yang paling utama adalah memohon ampunan. Istighfar adalah pengakuan atas segala khilaf dan dosa, baik yang disadari maupun tidak. Dengan beristighfar, kita membersihkan diri sebelum memanjatkan pujian dan doa. Bacaan istighfar yang umum dilafalkan adalah:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullahal 'adziim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih.

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."

Dibaca sebanyak tiga kali. Makna yang terkandung dalam istighfar ini sangatlah dalam. Kita tidak hanya meminta maaf, tetapi kita mengikrarkan kembali pilar tauhid ("laa ilaaha illaa huwa"), mengakui dua sifat agung Allah yaitu Al-Hayyu (Maha Hidup, sumber segala kehidupan) dan Al-Qayyum (Maha Berdiri Sendiri, yang mengurus segala sesuatu tanpa butuh bantuan). Kalimat "wa atuubu ilaih" (dan aku bertaubat kepada-Nya) adalah janji untuk kembali ke jalan yang benar dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan.

2. Dzikir Tasbih Khas Setelah Witir

Ini adalah dzikir yang sangat spesifik dan menjadi ciri khas wirid setelah Sholat Witir. Dzikir ini diriwayatkan dalam banyak hadits shahih, di antaranya dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah salam dari sholat witir membaca:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus.

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain: "Beliau memanjangkan suaranya pada yang ketiga." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad).

Mari kita bedah maknanya:

Membaca "Subhanal Malikil Quddus" tiga kali adalah proklamasi tauhid yang agung. Kita memuji Allah sebagai Raja yang kekuasaan-Nya sempurna dan sebagai Dzat yang kesucian-Nya absolut. Ini adalah penegasan bahwa hanya Dia yang layak disembah dan diagungkan.

3. Dzikir Tambahan Penguat Pujian

Setelah dzikir khas tersebut, sebagian ulama menambahkan bacaan berikut untuk melengkapi pujian kepada Allah. Meskipun tidak secara spesifik terikat setelah Witir, membacanya adalah sebuah kebaikan yang dianjurkan.

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Subbuuhun qudduusun rabbul malaa-ikati war ruuh.

"Maha Suci, Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."

Dzikir ini menegaskan kembali kesucian Allah (Subbuh, Quddus) dan kedudukan-Nya sebagai Tuhan bagi makhluk-makhluk suci seperti para malaikat dan Ar-Ruh, yang ditafsirkan oleh mayoritas ulama sebagai Malaikat Jibril 'alaihissalam. Ini menunjukkan betapa agungnya Allah, bahkan makhluk termulia dan tersuci pun tunduk dan menyembah-Nya.

4. Kalimat Tauhid, Pujian, dan Syukur

Selanjutnya, sangat baik untuk melanjutkan dengan serangkaian dzikir yang mencakup tahlil, tahmid, dan hauqalah, sebagai fondasi sebelum memanjatkan doa-doa pribadi.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.

"Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan milik-Nya lah segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kalimat ini adalah dzikir terbaik, inti dari ajaran Islam. Mengucapkannya dengan penuh keyakinan setelah witir memperbarui komitmen tauhid kita, menegaskan bahwa segala kekuasaan (al-mulk) dan segala pujian (al-hamd) hanya pantas untuk-Nya. Pengakuan bahwa Dia yang Menghidupkan dan Mematikan adalah pengingat akan kefanaan kita dan keabadian-Nya.

Doa Agung Setelah Sholat Witir

Setelah lisan basah oleh dzikir dan hati penuh dengan pengagungan kepada Allah, inilah saat yang paling mustajab untuk menengadahkan tangan dan memanjatkan doa. Ada sebuah doa panjang yang ma'tsur (diriwayatkan) dan biasa diamalkan oleh para ulama. Doa ini sangat komprehensif, mencakup permohonan kebaikan dunia dan akhirat.

Berikut adalah bacaan doa tersebut secara lengkap, dipecah menjadi beberapa bagian agar mudah dihafal dan dipahami maknanya.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ

Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'imaa, wa nas'aluka qalban khaasyi'aa, wa nas'aluka 'ilman naafi'aa, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqaa, wa nas'aluka 'amalan shalihaa, wa nas'aluka diinan qayyimaa, wa nas'aluka khairan katsiiraa, wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wa nas'alukal ghinaa 'anin naas.

"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan kesehatan, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari selain manusia."

Membedah Makna Setiap Permohonan dalam Doa (Bagian Pertama)

Doa ini bukanlah sekadar untaian kata, melainkan sebuah peta jalan menuju kebahagiaan hakiki. Mari kita dalami setiap permohonannya:

Doa ini berlanjut ke bagian kedua yang tidak kalah pentingnya.

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيرَنَا يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu'anaa wa tadharru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa arhamar raahimiin.

"Ya Allah, Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Allah, ya Allah, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."

Membedah Makna Setiap Permohonan dalam Doa (Bagian Kedua)

Bagian ini adalah puncak dari kerendahan hati seorang hamba. Setelah memohon berbagai kebaikan, kini kita memohon agar amal yang baru saja kita lakukan diterima oleh-Nya.

Penutup Doa dengan Shalawat

Adab berdoa yang baik adalah mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan menutupnya dengan shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shalawat adalah kunci terkabulnya doa.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii ajma'iin, wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

"Semoga shalawat Allah tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Dengan rangkaian dzikir dan doa yang indah ini, seorang hamba telah menyempurnakan ibadah malamnya. Ia tidak hanya menunaikan kewajiban sholat, tetapi juga membangun jembatan komunikasi yang kuat dengan Rabb-nya, mengakui kelemahan, memohon kekuatan, dan menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya.

Keutamaan Merutinkan Dzikir dan Doa Setelah Witir

Mungkin ada yang bertanya, mengapa harus bersusah payah menghafal dan mengamalkan dzikir dan doa yang panjang ini? Jawabannya terletak pada keutamaan dan manfaat luar biasa yang terkandung di dalamnya, baik dari sisi spiritual maupun psikologis.

  1. Meneladani Sunnah Rasulullah: Manfaat terbesar adalah meneladani kebiasaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mencintai beliau berarti mengikuti jejak langkahnya, termasuk dalam cara beliau beribadah dan berdzikir. Setiap sunnah yang kita hidupkan adalah bukti cinta kita kepada beliau.
  2. Menjaga Koneksi Spiritual: Ibadah seringkali terasa seperti rutinitas jika tidak diiringi dengan perenungan. Dzikir dan doa setelah sholat adalah cara terbaik untuk "memperpanjang" momen ibadah, menjaga koneksi spiritual agar tidak langsung terputus setelah salam. Ini memberikan waktu bagi ruh untuk menyerap energi positif dari sholat yang baru saja dikerjakan.
  3. Sarana Introspeksi dan Muhasabah: Kalimat-kalimat dalam doa, seperti permohonan ampun, permintaan hati yang khusyuk, dan pengakuan atas kekurangan, secara tidak langsung memaksa kita untuk berkaca dan mengintrospeksi diri. Ini adalah momen muhasabah harian yang sangat efektif.
  4. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Tawakal: Dengan memohon `syukur atas aafiyah` dan `kecukupan dari selain manusia`, kita dilatih untuk senantiasa bersyukur dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah (tawakal). Ini akan membebaskan hati dari ketergantungan pada makhluk yang fana dan lemah.
  5. Perisai dari Gangguan Setan: Malam hari adalah waktu di mana setan lebih gencar menggoda manusia. Menutup malam dengan dzikir dan doa yang khusyuk adalah cara membentengi diri, meminta perlindungan Allah dari segala keburukan hingga fajar menjelang.
  6. Sumber Ketenangan Jiwa: Di akhir hari yang melelahkan, tidak ada yang lebih menenangkan jiwa selain berdialog dengan Sang Pencipta. Menumpahkan segala harapan, kekhawatiran, dan permohonan kepada-Nya akan memberikan ketenangan (sakinah) yang tidak bisa didapatkan dari sumber lain.

Maka dari itu, janganlah tergesa-gesa. Luangkanlah beberapa menit setelah Sholat Witir untuk merangkai permata-permata dzikir dan doa ini. Jadikanlah ia sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari ibadah malam Anda. InsyaAllah, malam-malam kita akan lebih bermakna, tidur kita akan lebih terjaga, dan kita akan bangun di pagi hari dengan semangat dan keimanan yang telah diperbarui.

🏠 Kembali ke Homepage