Sholat adalah tiang agama, sebuah dialog sakral antara seorang hamba dengan Tuhannya. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya bukanlah sekadar rutinitas fisik, melainkan rangkaian simbol yang sarat akan makna, hikmah, dan permohonan. Di antara pilar-pilar agung sholat, terdapat satu momen singkat namun begitu padat makna: duduk diantara dua sujud. Seringkali gerakan ini dilakukan dengan tergesa-gesa, padahal di sanalah tersimpan sebuah jeda spiritual yang krusial, sebuah oase di tengah perjalanan sholat untuk merenung, memohon, dan mengisi kembali energi ruhani.
Gerakan ini merupakan salah satu rukun fi'li (rukun perbuatan) dalam sholat. Meninggalkannya dengan sengaja dapat membatalkan sholat, dan melupakannya menuntut sujud sahwi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi ini dalam struktur ibadah sholat. Ia bukan sekadar transisi dari sujud pertama ke sujud kedua, melainkan sebuah pemberhentian yang memiliki tujuan dan esensi tersendiri. Duduk diantara dua sujud adalah momen ketika seorang hamba bangkit sejenak dari posisi terendahnya (sujud) untuk duduk dengan penuh adab di hadapan Rabb-nya, mengajukan serangkaian permohonan yang mencakup seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat.
Tata Cara Duduk yang Benar: Posisi Iftirasy
Posisi duduk diantara dua sujud yang paling umum dan sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ adalah duduk iftirasy. Kata iftirasy berasal dari bahasa Arab yang berarti "menghamparkan" atau "membentangkan". Dinamakan demikian karena telapak kaki kiri dihamparkan untuk diduduki, sementara telapak kaki kanan ditegakkan. Mempraktikkan posisi ini dengan benar tidak hanya menyempurnakan aspek fiqih sholat, tetapi juga memberikan manfaat fisiologis bagi tubuh.
Berikut adalah rincian langkah demi langkah untuk melakukan duduk iftirasy dengan sempurna:
- Bangkit dari Sujud Pertama: Saat bangkit dari sujud pertama, ucapkan takbir (Allahu Akbar). Angkat kepala terlebih dahulu, diikuti oleh kedua tangan, lalu seluruh badan. Lakukan gerakan ini dengan tenang dan tidak terburu-buru.
- Membentangkan Kaki Kiri: Posisikan pantat Anda untuk duduk di atas telapak kaki kiri yang dibentangkan atau dihamparkan di lantai. Pastikan punggung kaki kiri menempel pada lantai.
- Menegakkan Kaki Kanan: Telapak kaki kanan ditegakkan. Jari-jemari kaki kanan ditekuk dan dihadapkan lurus ke arah kiblat. Ini mungkin memerlukan sedikit latihan dan fleksibilitas bagi sebagian orang, namun usahakan semaksimal mungkin. Tumit kaki kanan akan terangkat.
- Posisi Punggung dan Pandangan: Duduklah dengan punggung yang tegap, tidak membungkuk dan tidak terlalu membusungkan dada. Rilekskan bahu. Arahkan pandangan mata ke pangkuan atau area di dekat tempat sujud. Ini membantu menjaga kekhusyuan dan fokus.
- Posisi Tangan: Letakkan kedua telapak tangan di atas paha, dekat dengan lutut. Jari-jari tangan dirapatkan dan dihadapkan ke arah kiblat. Posisi ini memberikan kestabilan dan kesempurnaan postur.
- Thuma'ninah: Ini adalah elemen kunci. Setelah berada dalam posisi duduk yang sempurna, diamlah sejenak hingga seluruh anggota tubuh tenang dan berada pada posisinya. Inilah yang disebut thuma'ninah. Durasi minimal thuma'ninah adalah sekadar cukup untuk mengucapkan "Subhanallah". Namun, yang dianjurkan adalah membaca doa khusus pada saat ini.
Dengan mempraktikkan postur ini secara konsisten, tubuh akan terbiasa. Postur yang benar membantu menjaga aliran darah, merelaksasi otot, dan yang terpenting, meneladani cara sholat Nabi Muhammad ﷺ, yang merupakan bentuk ibadah terbaik.
Bacaan Doa: Permohonan Universal Seorang Hamba
Saat berada dalam keheningan dan ketenangan posisi duduk diantara dua sujud, kita dianjurkan untuk memanjatkan sebuah doa yang luar biasa komprehensif. Doa ini diriwayatkan dalam beberapa versi, namun yang paling masyhur adalah sebagaimana yang tercantum dalam hadits riwayat Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah. Doa ini merangkum delapan permohonan esensial yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
"Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii."
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku (tutuplah aibku), angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
Untuk memahami kedalaman doa ini, mari kita bedah setiap permohonan yang terkandung di dalamnya satu per satu.
1. Robbighfirlii (رَبِّ اغْفِرْ لِي) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku
Permohonan pertama dan utama adalah ampunan (maghfirah). Ini adalah pengakuan fundamental seorang hamba akan fitrahnya sebagai tempat salah dan lupa. Tidak ada manusia yang luput dari dosa, baik yang disadari maupun tidak, yang besar maupun yang kecil. Dengan memulai doa dengan permintaan ampunan, kita menempatkan diri pada posisi yang paling jujur di hadapan Allah: sebagai makhluk yang lemah dan senantiasa membutuhkan pengampunan-Nya.
Kata "ghafara" dalam bahasa Arab memiliki makna asal "menutupi". Saat kita meminta maghfirah, kita tidak hanya meminta agar dosa kita dihapus, tetapi juga agar aib dan keburukan akibat dosa tersebut ditutupi oleh Allah di dunia dan di akhirat. Ini adalah permohonan agar kita tidak dipermalukan karena kesalahan kita. Permintaan ini menjadi pondasi bagi permohonan-permohonan berikutnya. Bagaimana mungkin kita berani meminta rahmat, rezeki, dan petunjuk jika kita masih merasa terbebani oleh dosa tanpa memohon ampunan terlebih dahulu? Ini adalah adab seorang hamba kepada Sang Pencipta.
2. Warhamnii (وَارْحَمْنِي) - Dan Rahmatilah Aku
Setelah memohon ampunan, kita memohon rahmat (rahmah). Rahmat Allah adalah kasih sayang-Nya yang tak terbatas, yang meliputi segala sesuatu. Jika ampunan berfokus pada penghapusan dosa (aspek negatif), maka rahmat adalah permohonan untuk mendapatkan kebaikan dan kasih sayang (aspek positif). Tanpa rahmat Allah, kita tidak akan pernah bisa masuk surga, sebanyak apa pun amal ibadah kita. Rahmat-Nya adalah yang memungkinkan kita untuk beribadah, yang memberikan kita nikmat kesehatan, keluarga, dan kehidupan itu sendiri.
Meminta rahmat berarti kita memohon agar Allah senantiasa membimbing kita dengan kasih sayang-Nya, melindungi kita dari segala marabahaya, memudahkan urusan kita, dan memberikan taufik untuk selalu berada di jalan yang benar. Ini adalah permohonan agar kita tidak hanya diampuni, tetapi juga dicintai dan disayangi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kasih sayang-Nya inilah yang menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan sejati.
3. Wajburnii (وَاجْبُرْنِي) - Dan Cukupkanlah Aku / Perbaikilah Kekuranganku
Kata "jabr" memiliki akar kata yang sangat kaya makna. Ia bisa berarti "memaksa", namun dalam konteks doa ini, ia bermakna "menambal", "memperbaiki yang rusak", "melengkapi yang kurang", atau "menghibur yang sedih". Permohonan "wajburnii" adalah permohonan yang sangat menyentuh dan mendalam.
Kita memohon kepada Allah, Sang Al-Jabbar (Yang Maha Perkasa, Yang Memperbaiki), untuk memperbaiki segala kerusakan dalam hidup kita. Ini mencakup banyak hal:
- Kekurangan Materi: Memohon agar Allah mencukupi kebutuhan finansial, melunasi hutang, dan memberikan kelapangan rezeki.
- Kerapuhan Hati: Memohon agar Allah menghibur hati yang sedang terluka, sedih, kecewa, atau patah.
- Kelemahan Fisik: Memohon agar Allah menyembuhkan penyakit dan memperbaiki kesehatan yang terganggu.
- Kekurangan Ilmu dan Iman: Memohon agar Allah menambal kekurangan dalam pemahaman agama kita dan menguatkan iman yang terkadang goyah.
- Keretakan Hubungan: Memohon agar Allah memperbaiki hubungan kita dengan keluarga, teman, dan masyarakat.
4. Warfa'nii (وَارْفَعْنِي) - Dan Angkatlah Derajatku
Permohonan ini adalah untuk meminta peningkatan kualitas dan kedudukan, baik di dunia maupun di akhirat. Manusia secara fitrah ingin menjadi lebih baik dan memiliki kedudukan yang mulia. Namun, kemuliaan sejati hanyalah yang datang dari Allah.
Permohonan "warfa'nii" mencakup:
- Derajat di Sisi Allah: Ini adalah yang paling utama. Kita memohon agar Allah mengangkat derajat kita menjadi hamba-Nya yang bertakwa, yang dekat dengan-Nya, dan yang dicintai-Nya.
- Derajat di Mata Manusia: Kita memohon agar dihormati dan dihargai di tengah masyarakat, bukan karena kesombongan, tetapi agar dakwah dan kebaikan yang kita lakukan lebih mudah diterima.
- Derajat dalam Ilmu dan Pengetahuan: Memohon agar diberi pemahaman yang lebih dalam, ilmu yang bermanfaat, dan kebijaksanaan dalam bertindak.
- Derajat dalam Kehidupan Dunia: Memohon peningkatan dalam karier, status sosial, atau posisi yang memungkinkan kita untuk berbuat lebih banyak kebaikan, selama itu semua diridhai-Nya.
5. Warzuqnii (وَارْزُقْنِي) - Dan Berilah Aku Rezeki
Rezeki (rizq) seringkali disalahartikan sebatas materi atau uang. Padahal, konsep rezeki dalam Islam sangatlah luas. Saat kita mengucapkan "warzuqnii", kita sedang memohon segala bentuk rezeki dari Allah, Sang Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).
Rezeki tersebut meliputi:
- Rezeki Halal dan Baik: Makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan segala kebutuhan materi yang halal dan berkah.
- Rezeki Kesehatan: Tubuh yang sehat adalah salah satu rezeki terbesar yang memungkinkan kita untuk beribadah dan beraktivitas.
- Rezeki Ilmu: Pengetahuan yang bermanfaat adalah rezeki yang tak ternilai.
- Rezeki Ketenangan Jiwa: Hati yang tenang, jiwa yang damai, dan bebas dari rasa cemas adalah rezeki yang sangat mahal.
- Rezeki Keluarga yang Sakinah: Pasangan yang shalih/shalihah dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata.
- Rezeki Waktu Luang: Kesempatan untuk bisa beribadah dan melakukan hal-hal positif.
- Rezeki Iman dan Islam: Ini adalah puncak dari segala rezeki.
6. Wahdinii (وَاهْدِنِي) - Dan Berilah Aku Petunjuk
Petunjuk (hidayah) adalah anugerah terpenting yang menentukan keselamatan kita di akhirat. Tanpa hidayah dari Allah, akal dan logika manusia tidak akan mampu menemukan jalan kebenaran yang lurus. Kita memohon hidayah dalam setiap rakaat sholat saat membaca Al-Fatihah (Ihdinash shiraathal mustaqiim), dan kita mengulanginya lagi dalam doa ini.
Permohonan "wahdinii" berarti:
- Petunjuk kepada Kebenaran: Memohon agar ditunjukkan mana yang hak dan mana yang batil, serta diberi kekuatan untuk mengikuti yang hak dan menjauhi yang batil.
- Petunjuk dalam Mengambil Keputusan: Dalam setiap persimpangan jalan kehidupan, kita memohon agar Allah membimbing kita untuk memilih jalan yang terbaik dan diridhai-Nya.
- Petunjuk untuk Istiqamah: Memohon agar diteguhkan hati di atas jalan kebenaran hingga akhir hayat. Hidayah bukan hanya tentang menemukan jalan, tetapi juga tentang tetap berada di jalan tersebut.
7. Wa'aafinii (وَعَافِنِي) - Dan Sehatkanlah (Selamatkanlah) Aku
Kata 'afiyah memiliki makna yang lebih luas dari sekadar "sehat". 'Afiyah adalah kondisi di mana seseorang diselamatkan dan dilindungi oleh Allah dari segala macam keburukan, musibah, penyakit, dan fitnah, baik yang berkaitan dengan urusan agama maupun dunia. Ini adalah permohonan untuk "kesejahteraan total".
Meminta 'afiyah berarti memohon:
- Kesehatan Fisik dan Mental: Bebas dari penyakit dan gangguan kejiwaan.
- Keselamatan dari Musibah: Dilindungi dari kecelakaan, bencana alam, dan malapetaka.
- Keselamatan Agama: Dijauhkan dari kesesatan, syubhat, dan perbuatan maksiat yang dapat merusak iman.
- Keselamatan Sosial: Dijauhkan dari fitnah, kezaliman orang lain, dan masalah sosial yang pelik.
8. Wa'fu 'annii (وَاعْفُ عَنِّي) - Dan Maafkanlah Aku
Jika di awal kita meminta maghfirah (ampunan yang berarti penutupan dosa), di akhir kita meminta 'afwun (maaf yang berarti penghapusan total). Kata 'afwun berasal dari akar kata yang berarti "menghapus jejak". Ini adalah tingkatan pengampunan yang lebih tinggi.
Saat kita memohon 'afwun, kita meminta agar dosa-dosa kita dihapus sepenuhnya dari catatan amal, seolah-olah kita tidak pernah melakukannya. Tidak ada jejak yang tersisa, tidak ada konsekuensi, dan tidak akan diungkit lagi pada hari kiamat. Ini adalah puncak harapan seorang pendosa: kembali suci di hadapan Allah. Itulah mengapa doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar, "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii."
Thuma'ninah: Jantung Gerakan dan Kekhusyuan
Salah satu unsur terpenting dalam duduk diantara dua sujud, dan dalam seluruh gerakan sholat, adalah thuma'ninah. Secara bahasa, thuma'ninah berarti ketenangan, ketentraman, dan tidak tergesa-gesa. Dalam konteks fiqih, ia didefinisikan sebagai diamnya seluruh anggota badan pada posisinya setelah bergerak, walau hanya sejenak.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada seseorang yang sholatnya tergesa-gesa, "Kembalilah dan sholatlah, karena sesungguhnya engkau belum sholat." Hal ini diulang hingga tiga kali, sampai orang tersebut meminta diajarkan. Kemudian Nabi mengajarkannya tata cara sholat yang benar, dengan menekankan pentingnya thuma'ninah di setiap rukun. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa sholat yang dilakukan tanpa thuma'ninah dianggap tidak sah. Mengapa demikian?
- Secara Spiritual: Ketergesa-gesaan adalah sifat setan dan menunjukkan kurangnya penghormatan kepada Allah. Thuma'ninah adalah cerminan dari hati yang khusyuk dan pikiran yang fokus pada ibadah. Bagaimana mungkin kita bisa meresapi makna doa yang kita panjatkan jika lisan bergerak lebih cepat dari hati dan pikiran?
- Secara Fisiologis: Thuma'ninah memberikan waktu bagi tubuh untuk berada dalam postur yang benar, memungkinkan darah mengalir dengan baik, dan otot untuk rileks sejenak sebelum beralih ke gerakan berikutnya. Ini mencegah cedera dan memaksimalkan manfaat kesehatan dari sholat.
- Secara Fiqih: Para ulama sepakat bahwa thuma'ninah adalah rukun sholat. Tanpanya, sebuah rukun dianggap belum terlaksana dengan sempurna. Duduk diantara dua sujud yang hanya seperti ayam mematuk, yaitu bangkit dan langsung sujud lagi, tidak memenuhi syarat thuma'ninah dan dapat membatalkan sholat.
Manfaat Kesehatan dari Posisi Duduk Iftirasy
Selain nilai spiritual yang tak terhingga, gerakan-gerakan sholat, termasuk duduk iftirasy, dirancang dengan sempurna oleh Sang Pencipta dan memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan fisik manusia. Ini adalah bonus yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat.
Beberapa manfaat kesehatan dari posisi duduk diantara dua sujud adalah:
- Melancarkan Pencernaan: Posisi tumit kaki kanan yang menekan titik tertentu pada telapak kaki dan tekanan pada pangkal paha dapat membantu merangsang organ-organ pencernaan. Ini dapat membantu proses metabolisme dan mengurangi masalah seperti sembelit.
- Kesehatan Saraf dan Otot: Posisi ini meregangkan saraf skiatik (sciatic nerve), saraf terpanjang dalam tubuh yang membentang dari punggung bawah hingga ke kaki. Peregangan lembut ini dapat membantu mencegah nyeri punggung bawah dan linu panggul (sciatica).
- Meningkatkan Fleksibilitas: Bagi yang tidak terbiasa, menegakkan jari-jari kaki kanan mungkin terasa sulit. Namun, dengan latihan rutin, posisi ini dapat meningkatkan fleksibilitas pergelangan kaki, jari-jari kaki, dan lutut.
- Postur Tubuh yang Baik: Menjaga punggung tetap tegap saat duduk iftirasy melatih otot-otot inti (core muscles) dan membantu membentuk kebiasaan postur yang baik dalam aktivitas sehari-hari.
- Relaksasi dan Aliran Darah: Jeda sejenak dalam posisi ini, disertai dengan thuma'ninah, memberikan kesempatan bagi tubuh untuk rileks. Posisi ini juga membantu mengatur aliran darah ke tubuh bagian bawah sebelum kembali dipompa ke atas saat berdiri.
Penting untuk diingat bahwa manfaat kesehatan ini adalah efek samping yang positif. Niat utama kita dalam melakukan setiap gerakan sholat haruslah murni untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Untuk menyempurnakan ibadah kita, penting untuk mengetahui dan menghindari beberapa kesalahan umum yang sering terjadi saat melakukan duduk diantara dua sujud:
- Tidak Thuma'ninah: Ini adalah kesalahan yang paling fatal dan paling umum. Bangkit dari sujud dan langsung turun lagi untuk sujud kedua tanpa jeda yang cukup untuk tenang dan membaca doa.
- Posisi Kaki yang Salah: Tidak menegakkan telapak kaki kanan atau menduduki kedua tumit. Sebagian orang mungkin juga menyilangkan kaki, yang tidak sesuai dengan sunnah.
- Punggung yang Membungkuk: Tidak menjaga punggung tetap lurus, sehingga posisi duduk menjadi tidak stabil dan tidak sempurna.
- Pandangan yang Tidak Terjaga: Melihat ke kanan, kiri, atau ke depan, yang dapat mengganggu kekhusyuan. Pandangan sebaiknya tertuju pada pangkuan.
- Tidak Membaca Doa: Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum wajib atau sunnahnya membaca doa ini, meninggalkannya berarti menyia-nyiakan kesempatan emas untuk memanjatkan permohonan yang begitu agung.
- Menggerakkan Tangan atau Jari: Sebagian orang tanpa sadar menggerak-gerakkan jari atau tangan saat duduk. Usahakan untuk menjaga seluruh anggota tubuh tetap tenang.
Dengan memperhatikan detail-detail ini dan berusaha memperbaikinya, insya Allah kualitas sholat kita akan semakin meningkat.
Penutup: Sebuah Refleksi
Duduk diantara dua sujud adalah lebih dari sekadar jeda. Ia adalah miniatur kehidupan seorang hamba. Kita jatuh tersungkur dalam sujud sebagai pengakuan atas kehinaan diri, lalu kita bangkit untuk duduk memohon segalanya kepada Allah: ampunan atas masa lalu, rahmat untuk saat ini, perbaikan atas segala kerusakan, peningkatan derajat, rezeki, petunjuk, kesehatan, dan maaf untuk masa depan. Kemudian, kita kembali bersujud, sebagai tanda syukur dan kepasrahan total atas apa pun jawaban dari permohonan kita.
Momen singkat ini mengajarkan kita tentang keseimbangan antara merendah di hadapan Allah dan optimisme dalam memohon karunia-Nya. Ia adalah pengingat bahwa setelah setiap "jatuh" (sujud), selalu ada kesempatan untuk "bangkit" (duduk) dan meminta pertolongan-Nya, sebelum kita kembali "jatuh" (sujud kedua) dalam kepasrahan yang lebih dalam. Mari kita hargai setiap detik dalam posisi agung ini, meresapi setiap kata dalam doanya, dan menjadikannya sebagai salah satu puncak kekhusyuan dalam sholat kita.