Panduan Lengkap Doa Witir Tarawih

Ilustrasi doa dan munajat di malam Ramadan الله Ilustrasi doa dan munajat di malam Ramadan, menggambarkan kubah masjid dengan kaligrafi dan suasana malam yang syahdu.

Bulan Ramadan adalah samudra rahmat yang terbentang luas, di mana setiap malamnya menjadi panggung spiritual bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Salah satu amalan yang menjadi mahkota di malam-malam Ramadan adalah shalat Tarawih, yang kemudian disempurnakan dengan shalat Witir. Witir, yang berarti ganjil, bukan sekadar penutup rangkaian ibadah malam, melainkan sebuah momentum emas untuk memanjatkan munajat, merintih penuh harap, dan menumpahkan segala isi hati kepada Allah SWT. Momen setelah salam shalat Witir adalah saat di mana langit terasa begitu dekat, dan pintu-pintu pengabulan doa terbuka lebar. Oleh karena itu, memahami, menghafal, dan meresapi setiap kalimat dalam doa witir tarawih adalah sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim yang merindukan ampunan dan kasih sayang-Nya.

Doa ini bukanlah sekadar rangkaian kata tanpa makna. Ia adalah kompilasi permohonan komprehensif yang mencakup segala aspek kehidupan seorang hamba, mulai dari urusan keimanan, rezeki, kesehatan, hingga permohonan ampunan atas segala dosa. Dengan melantunkan doa ini, kita seolah-olah sedang menyusun proposal kehidupan terbaik kepada Allah, memohon agar Dia membimbing setiap langkah kita menuju keridaan-Nya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan doa witir tarawih, mulai dari bacaan lengkapnya, terjemahan, hingga perenungan mendalam atas setiap kalimatnya, agar ibadah kita di bulan suci ini menjadi lebih berkualitas dan bermakna.

Memahami Hakikat dan Keutamaan Shalat Witir

Sebelum kita menyelami lautan makna dalam doa witir tarawih, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu kedudukan dan keagungan shalat Witir itu sendiri. Shalat Witir adalah shalat sunnah mu'akkadah, artinya sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, baik ketika beliau sedang di rumah maupun dalam perjalanan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya shalat ini di mata syariat.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, "Wahai ahli Al-Qur'an, laksanakanlah shalat Witir, karena sesungguhnya Allah itu witir (ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil." Hadits ini memberikan penegasan bahwa kecintaan Allah terhadap sesuatu yang ganjil terefleksi dalam perintah-Nya untuk kita menutup ibadah malam dengan jumlah rakaat yang ganjil. Ini adalah simbol keesaan-Nya, bahwa Dia adalah Al-Ahad, Yang Maha Esa, yang tidak berbilang. Dengan melaksanakan Witir, kita secara simbolis mengakui dan mengagungkan sifat keesaan-Nya.

Keutamaan lain dari shalat Witir adalah ia menjadi saksi bagi amalan kita. Shalat yang dilakukan di akhir malam disaksikan oleh para malaikat, sebagaimana disebutkan dalam hadits lain. Ketika kita menutup malam kita dengan shalat dan doa, para malaikat menjadi saksi atas ketaatan dan pengharapan kita kepada Allah. Ini menambah bobot amalan kita di sisi-Nya. Lebih dari itu, Witir berfungsi sebagai penyempurna. Sebagaimana zakat fitrah menyempurnakan ibadah puasa kita, shalat Witir menyempurnakan rangkaian qiyamul lail (ibadah malam) kita. Ia ibarat pita emas yang mengikat seluruh amalan malam kita menjadi sebuah persembahan yang indah kepada Allah SWT.

Bacaan Doa Witir Tarawih Lengkap: Arab, Latin, dan Terjemahan

Setelah menyelesaikan shalat Witir, baik yang satu, tiga, atau lebih rakaat, disunnahkan untuk berdzikir dan kemudian memanjatkan doa khusus. Doa inilah yang dikenal luas sebagai doa witir tarawih. Berikut adalah bacaan lengkapnya, yang umum diamalkan di banyak masjid di Indonesia, beserta transliterasi latin dan terjemahannya untuk memudahkan pemahaman.

Bagian Pertama: Doa Permohonan Komprehensif

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wanas'aluka qalban khaasyi'an, wanas'aluka 'ilman naafi'an, wanas'aluka yaqiinan shaadiqan, wanas'aluka 'amalan shaalihan, wanas'aluka diinan qayyiman, wanas'aluka khairan katsiiran, wanas'alukal 'afwa wal'aafiyata, wanas'aluka tamaamal 'aafiyati, wanas'alukasy syukra 'alal 'aafiyati, wanas'alukal ghinaa'a 'anin naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhassyu'anaa watadharru'anaa wata'abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiin. Washallallaahu 'alaa khairi khalqihi muhammadin wa'alaa aalihi washahbihii ajma'iin, walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan (sehingga tidak meminta) dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Allah, ya Allah, wahai Zat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Semoga shalawat Allah tercurahkan atas sebaik-baik ciptaan-Nya, Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Bagian Kedua: Dzikir dan Doa Perlindungan

Setelah doa panjang di atas, tradisi yang diajarkan Rasulullah SAW adalah membaca dzikir singkat sebanyak tiga kali, yang kemudian bisa dilanjutkan dengan doa perlindungan diri.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus. (Dibaca 3 kali, pada bacaan ketiga suara dipanjangkan dan sedikit dikeraskan)

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Setelah dzikir tersebut, dapat dilanjutkan dengan doa berikut:

اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma innii a'uudzu biridhaaka min sakhatik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa'an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari siksaan-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Mendalami Samudra Makna dalam Setiap Kalimat Doa Witir

Membaca doa tanpa memahami maknanya ibarat jasad tanpa ruh. Kekuatan sebuah doa terletak pada getaran hati yang mengucapkannya, dan getaran itu hanya bisa muncul dari pemahaman dan perenungan yang mendalam. Mari kita bedah beberapa kalimat kunci dalam doa witir tarawih untuk menemukan mutiara hikmah di dalamnya.

1. "Kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng (اِيْمَانًا دَائِمًا)."

Ini adalah permohonan pertama dan utama. Mengapa? Karena iman adalah pondasi dari segala amal. Tanpa iman, ibadah sebanyak apapun tidak akan bernilai. Permohonan "iman yang langgeng" adalah pengakuan kita sebagai manusia yang lemah. Hati ini mudah berbolak-balik, hari ini taat, esok bisa lalai. Kita memohon kepada Sang Pemilik Hati agar Dia senantiasa menetapkan iman di dalam dada kita sampai akhir hayat, melindungi kita dari godaan yang dapat merusak akidah, dan menjaga kita tetap istiqamah di atas jalan-Nya.

2. "Kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk (قَلْبًا خَاشِعًا)."

Hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuh. Jika hati baik, maka baiklah seluruh amalan. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, takut, dan penuh pengagungan kepada Allah. Hati inilah yang dapat merasakan manisnya ibadah. Dalam shalat, ia fokus dan tidak melayang ke urusan dunia. Di luar shalat, ia senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga terhindar dari maksiat. Meminta hati yang khusyuk adalah meminta kualitas terbaik dalam beribadah dan menjalani kehidupan.

3. "Kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (عِلْمًا نَافِعًا)."

Ilmu adalah cahaya. Namun, tidak semua ilmu membawa kebaikan. Ada ilmu yang justru menjerumuskan pemiliknya pada kesombongan atau kemaksiatan. Doa ini adalah permohonan agar Allah menganugerahkan kita ilmu yang tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga menambah rasa takut kita kepada-Nya, membuahkan amal saleh, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah, bukan menjauhkan.

4. "Kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat (الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ)."

Dua permohonan ini sangat penting. Al-'Afwu (ampunan) adalah penghapusan dosa dan tidak adanya tuntutan atas kesalahan kita di akhirat. Ini adalah harapan terbesar setiap pendosa. Sedangkan Al-'Aafiyah (afiat) adalah keselamatan dan kesehatan yang sempurna, baik pada urusan agama maupun dunia. Mencakup keselamatan dari fitnah, penyakit hati, penyakit fisik, dan segala macam musibah. Rasulullah SAW bahkan menyebut bahwa tidak ada karunia yang lebih baik setelah keyakinan (iman) selain 'afiat. Dalam doa ini, kita tidak hanya meminta afiat, tetapi juga kesempurnaan afiat (تَمَامَ الْعَافِيَةِ) dan kemampuan untuk bersyukur atas afiat (الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ), menunjukkan betapa berharganya nikmat ini.

5. "Kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia (الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ)."

Ini adalah permohonan untuk menjaga kehormatan diri. Bergantung kepada selain Allah adalah sumber kehinaan. Dengan memohon kecukupan dari manusia, kita meminta agar Allah mencukupi segala kebutuhan kita, baik materi maupun non-materi, sehingga kita tidak perlu menengadahkan tangan, mengeluh, atau berharap kepada sesama makhluk. Hati kita hanya akan bergantung sepenuhnya kepada Al-Ghaniyy, Yang Maha Kaya. Ini adalah puncak dari kemerdekaan dan ketenangan jiwa.

6. "Terimalah dari kami... dan sempurnakanlah kekurangan kami."

Bagian akhir dari doa ini adalah bentuk kerendahan hati yang luar biasa. Setelah beribadah sepanjang malam, kita tidak merasa sombong atau bangga. Sebaliknya, kita mengakui bahwa shalat, puasa, dan seluruh ibadah kita pasti penuh dengan kekurangan. Kita lalai, kurang khusyuk, dan seringkali tidak sempurna. Maka, kita memohon dengan sangat agar Allah, dengan rahmat-Nya, sudi menerima amalan kita yang sedikit ini dan menambal serta menyempurnakan segala kekurangannya. Ini adalah adab seorang hamba yang sejati.

Adab dan Waktu Terbaik Membaca Doa Witir

Agar doa kita lebih mustajab, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat memanjatkan doa witir tarawih. Sebagaimana halnya bertamu ke rumah seorang raja, menghadap Raja diraja pun memiliki etika yang agung.

Waktu terbaik untuk shalat Witir dan doanya adalah di sepertiga malam terakhir. Namun, bagi mereka yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, melaksanakannya langsung setelah shalat Tarawih adalah pilihan yang sangat baik dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW yang memberikan kemudahan bagi umatnya. Yang terpenting bukanlah semata-mata waktunya, melainkan kualitas kehadiran hati saat bermunajat kepada-Nya.

Penutup: Jadikan Doa Witir Sebagai Puncak Munajat

Shalat Tarawih dan Witir di bulan Ramadan adalah sebuah perjalanan spiritual harian. Perjalanan itu mencapai puncaknya pada saat kita menengadahkan tangan, merendahkan hati, dan melantunkan rangkaian indah doa witir tarawih. Ini adalah momen pengakuan kelemahan kita, momen penyerahan total, dan momen permohonan paling tulus kepada Zat Yang Maha Kuasa.

Jangan biarkan momen berharga ini berlalu begitu saja dengan lisan yang komat-kamit tanpa diikuti oleh getaran jiwa. Hafalkan doanya, pahami maknanya, dan yang terpenting, hadirkan hati Anda sepenuhnya saat membacanya. Bayangkan setiap permohonan itu adalah kebutuhan Anda yang paling mendesak. Rasakan betapa Anda sangat membutuhkan iman yang kokoh, hati yang khusyuk, ilmu yang menerangi, dan ampunan yang menyelamatkan. Ketika doa dipanjatkan dengan cara seperti ini, ia bukan lagi sekadar ritual, melainkan sebuah dialog cinta antara seorang hamba dengan Tuhannya. Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita di bulan yang suci ini dan mengabulkan setiap doa yang kita panjatkan.

🏠 Kembali ke Homepage