Panduan Lengkap Doa Walimatul Khitan

Ilustrasi kaligrafi doa sebagai inti dari perayaan khitan دعاء

Walimatul khitan adalah sebuah perayaan yang diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas terlaksananya syariat khitan bagi seorang anak laki-laki. Khitan, atau sirkumsisi, bukan sekadar tradisi budaya, melainkan sebuah ibadah penting dalam Islam yang mengikuti jejak (millah) Nabi Ibrahim AS. Acara ini menjadi momentum berharga untuk berkumpul bersama keluarga, kerabat, dan tetangga, saling berbagi kebahagiaan, dan yang terpenting, memanjatkan doa-doa terbaik untuk sang anak.

Inti dari seluruh rangkaian acara walimatul khitan adalah doa. Doa yang dipanjatkan oleh orang tua, keluarga, dan para tamu undangan menjadi bekal spiritual yang tak ternilai bagi masa depan anak. Melalui doa, kita memohon kepada Allah SWT agar anak yang baru dikhitan senantiasa diberikan kesehatan, dijadikan anak yang shalih, berbakti kepada kedua orang tua, serta bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang doa walimatul khitan, mulai dari makna, lafal, hingga adab pelaksanaannya.

Memahami Esensi dan Hukum Walimatul Khitan

Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam lafal doa, sangat penting untuk memahami fondasi dari acara itu sendiri. Pemahaman ini akan menumbuhkan niat yang lurus dan menjadikan perayaan yang kita selenggarakan lebih bermakna dan penuh berkah.

1. Definisi Khitan dan Walimah

Secara etimologis, "khitan" berasal dari bahasa Arab 'khatana' yang berarti memotong. Dalam istilah syariat, khitan adalah memotong kulup (qulfah), yaitu kulit yang menutupi ujung kepala penis. Proses ini memiliki banyak hikmah, baik dari sisi kebersihan (thaharah) maupun kesehatan.

Sementara itu, "walimah" secara bahasa berarti jamuan atau pesta. Istilah ini sering digunakan untuk berbagai perayaan yang didasari rasa syukur, seperti walimatul 'ursy (pernikahan), walimatul aqiqah (kelahiran anak), dan walimatul khitan (khitanan). Jadi, walimatul khitan dapat diartikan sebagai jamuan makan atau perayaan yang diadakan sebagai ungkapan syukur atas pelaksanaan khitan.

2. Kedudukan Khitan dalam Syariat Islam

Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai hukum khitan. Mayoritas ulama dari mazhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat bahwa hukum khitan adalah wajib bagi laki-laki. Pendapat ini didasarkan pada beberapa dalil, di antaranya adalah firman Allah SWT yang memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim AS:

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): 'Ikutilah agama Ibrahim yang lurus...'" (QS. An-Nahl: 123)

Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS melakukan khitan pada usia delapan puluh tahun. Khitan juga disebut sebagai salah satu dari fitrah (sunanul fitrah), yaitu amalan-amalan yang selaras dengan kesucian penciptaan manusia. Rasulullah SAW bersabda:

"Fitrah itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan menipiskan kumis." (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain sebagai bentuk ketaatan, khitan terbukti secara medis memiliki banyak manfaat, seperti menjaga kebersihan organ vital, mencegah infeksi saluran kemih, dan mengurangi risiko berbagai penyakit. Ini menunjukkan betapa sempurnanya ajaran Islam yang selaras dengan ilmu pengetahuan.

3. Hukum Melaksanakan Walimatul Khitan

Adapun hukum menyelenggarakan walimatul khitan, para ulama sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah (dianjurkan) atau setidaknya mubah (diperbolehkan). Tidak ada kewajiban untuk melaksanakannya. Penyelenggaraan walimah ini merupakan bentuk tahaddus bin ni'mah, yaitu menampakkan nikmat Allah sebagai wujud syukur. Dengan berbagi kebahagiaan melalui jamuan, kita menunjukkan rasa terima kasih kepada Allah yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menjalankan salah satu syariat-Nya.

Hal yang perlu ditekankan adalah niat. Niat utama dalam mengadakan walimah haruslah untuk mencari ridha Allah, bukan untuk pamer (riya') atau berbangga diri. Kesederhanaan dan menghindari pemborosan (israf) adalah kunci agar acara tersebut mendatangkan berkah, bukan sebaliknya.

Keutamaan dan Hikmah Agung di Balik Perayaan

Setiap anjuran dalam syariat Islam pasti mengandung hikmah dan keutamaan yang luar biasa. Demikian pula dengan walimatul khitan, yang di dalamnya terkandung berbagai pelajaran berharga.

Lafal Doa Pokok dalam Walimatul Khitan

Inilah bagian inti yang menjadi ruh dari keseluruhan acara. Doa ini biasanya dipimpin oleh seorang ulama, ustadz, atau orang yang dituakan dan dianggap shalih. Namun, orang tua dari anak tersebut juga sangat dianjurkan untuk menghafal dan memanjatkannya dengan penuh kekhusyuan. Berikut adalah salah satu lafal doa yang komprehensif dan sering digunakan:

اَللّٰهُمَّ هَذِهِ حَفْلَةُ خِتَانِ (sebut nama anak) ابْنِ (sebut nama ayah)، وَهِيَ سُنَّةٌ مِنْ سُنَنِ نَبِيِّكَ وَخَلِيْلِكَ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ. فَانْظُرْ إِلَيْهِ بِنَظْرَةِ الرَّحْمَةِ وَالْفَضْلِ وَالْكَرَمِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Allaahumma haadzihii haflatu khitaani [sebut nama anak] ibni [sebut nama ayah], wa hiya sunnatun min sunani nabiyyika wa khaliilika Ibraahiima 'alaihis salaam. Fanzhur ilaihi bi nazhratir rahmati wal fadhli wal karami yaa arhamar raahimiin.

"Ya Allah, ini adalah perayaan khitan [sebut nama anak] putra dari [sebut nama ayah], dan khitan ini merupakan sunnah dari sunnah-sunnah Nabi-Mu dan kekasih-Mu, Ibrahim 'alaihissalam. Maka, pandanglah anak ini dengan pandangan rahmat, keutamaan, dan kemuliaan, wahai Dzat Yang Maha Paling Penyayang di antara para penyayang."

اَللّٰهُمَّ فَاجْعَلْهُ وَلَدًا صَالِحًا، بَارًّا بِوَالِدَيْهِ، مُطِيْعًا لِأَوَامِرِكَ، وَاجْعَلْهُ عَالِمًا عَامِلًا، وَارْزُقْهُ حِفْظَ كِتَابِكَ الْكَرِيْمِ، وَفَهْمًا دَقِيْقًا فِيْ دِيْنِكَ.

Allaahumma faj'alhu waladan shaalihan, baarran biwaalidaihi, muthii'an li awaamirika, waj'alhu 'aaliman 'aamilan, warzuqhu hifzha kitaabikal kariim, wa fahman daqiiqan fii diinika.

"Ya Allah, maka jadikanlah ia anak yang shalih, berbakti kepada kedua orang tuanya, taat pada perintah-perintah-Mu. Dan jadikanlah ia seorang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya, berikanlah ia rezeki untuk dapat menghafal Kitab-Mu yang mulia, serta pemahaman yang mendalam dalam agama-Mu."

اَللّٰهُمَّ اشْفِهِ مِنْ جُرْحِهِ شِفَاءً عَاجِلًا، وَعَافِهِ فِيْ بَدَنِهِ، وَسَلِّمْهُ مِنَ الْآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ وَالْأَمْرَاضِ.

Allaahumma-syfihi min jurhihi shifaa-an 'aajilan, wa 'aafihi fii badanihi, wa sallimhu minal aafaati wal 'aahaati wal amraadh.

"Ya Allah, sembuhkanlah ia dari lukanya dengan kesembuhan yang segera, berikanlah ia kesehatan pada badannya, dan selamatkanlah ia dari segala bencana, cacat, dan penyakit."

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْخِتَانَ طَهُوْرًا لَهُ وَكَفَّارَةً لِذُنُوْبِ وَالِدَيْهِ، وَزِيَادَةً فِيْ عُمْرِهِ، وَدَفْعًا لِلْآلَامِ عَنْ جَسَدِهِ.

Allaahummaj'al haadzal khitaana thahuuran lahu wa kaffaarat-an lidzunuubi waalidaihi, wa ziyaadatan fii 'umrihi, wa daf'an lil aalaami 'an jasadihi.

"Ya Allah, jadikanlah khitan ini sebagai pembersih baginya, sebagai penebus dosa kedua orang tuanya, sebagai penambah dalam usianya, dan sebagai penolak rasa sakit dari tubuhnya."

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa.

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan: 74)

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar. Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam, walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Tafsir dan Makna Mendalam di Balik Setiap Kalimat Doa

Doa di atas bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah permohonan komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan anak, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita bedah makna di baliknya:

Permohonan Rahmat dan Pengakuan Sunnah

Bagian awal doa adalah sebuah pengakuan bahwa acara ini diadakan untuk menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim AS. Ini adalah adab yang tinggi dalam berdoa, yaitu mengawali permohonan dengan mengakui dasar syariat dari perbuatan yang kita lakukan. Kemudian, kita tidak langsung meminta A, B, dan C, tetapi kita memohon hal yang paling fundamental: "pandangan rahmat, keutamaan, dan kemuliaan" dari Allah. Jika Allah telah memandang seorang hamba dengan pandangan rahmat-Nya, maka segala kebaikan dunia dan akhirat akan mengikutinya.

Doa untuk Keshalihan dan Ilmu

Ini adalah inti dari harapan setiap orang tua. Doa ini mencakup tiga pilar utama karakter seorang Muslim ideal:

  1. Shalih dan Berbakti (Hubungan Vertikal dan Horizontal): Menjadi anak shalih adalah doa untuk kebaikan hubungannya dengan Allah (taat pada perintah-Nya). Berbakti pada orang tua (birrul walidain) adalah doa untuk kebaikan hubungannya dengan sesama manusia, dimulai dari lingkaran terdekat.
  2. Berilmu dan Mengamalkan ('Aliman 'Amilan): Tidak cukup hanya berilmu, tetapi juga harus mengamalkannya. Doa ini memohon agar si anak kelak menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual dan spiritual, serta mampu menerjemahkan ilmunya menjadi perbuatan nyata yang bermanfaat.
  3. Cinta Al-Qur'an dan Agama: Secara spesifik, kita memohon agar anak dianugerahi kemampuan menghafal Al-Qur'an dan memiliki pemahaman agama yang mendalam (faqih fid diin). Ini adalah bekal terbaik yang bisa dimiliki seorang Muslim untuk mengarungi kehidupan.

Doa untuk Kesehatan Fisik

Setelah mendoakan kebaikan spiritual dan intelektual, doa beralih ke aspek fisik. Kita memohon kesembuhan yang cepat dari luka pasca-khitan. Ini menunjukkan keseimbangan ajaran Islam yang tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan duniawi. Permohonan agar dilindungi dari segala penyakit dan bencana adalah bentuk tawakal kita kepada Allah sebagai Sang Maha Pelindung.

Doa untuk Keberkahan Spiritual dari Khitan

Bagian ini mengandung permohonan-permohonan spiritual yang sangat dalam. Kita berharap bahwa proses khitan ini menjadi:

Doa Sapu Jagat untuk Keluarga dan Kehidupan

Doa ditutup dengan dua ayat Al-Qur'an yang sangat populer dan penuh makna. Ayat dari Surah Al-Furqan adalah doa agar seluruh anggota keluarga (pasangan dan anak-anak) menjadi qurrata a'yun, yaitu penyejuk pandangan mata dan penenang hati. Puncaknya adalah permohonan untuk menjadi "pemimpin bagi orang-orang bertakwa," sebuah cita-cita luhur untuk menjadi teladan dalam kebaikan.

Terakhir, doa sapu jagat (Rabbana atina...) merangkum semua permohonan kebaikan, baik yang kita sebutkan secara spesifik maupun yang tidak, untuk kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Adab dan Tata Cara Pelaksanaan Walimatul Khitan

Agar acara walimatul khitan kita penuh berkah dan sesuai dengan tuntunan syariat, ada beberapa adab yang sebaiknya diperhatikan:

  1. Niat yang Ikhlas: Luruskan niat semata-mata karena Allah SWT. Hindari niat untuk pamer kemewahan, gengsi sosial, atau mengharapkan pujian dari manusia.
  2. Waktu yang Tepat: Sebaiknya walimah diadakan setelah proses khitan selesai dan kondisi anak sudah mulai membaik, sehingga ia juga bisa merasakan suasana kebahagiaan tanpa terganggu rasa sakit yang berlebihan.
  3. Mengundang Tamu Tanpa Membeda-bedakan: Sunnah mengajarkan kita untuk mengundang kaum fakir miskin dan anak-anak yatim, jangan hanya fokus pada kerabat kaya atau pejabat. Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa seburuk-buruknya jamuan adalah yang hanya mengundang orang kaya dan meninggalkan orang miskin.
  4. Hidangan yang Halal dan Sederhana: Sajikan hidangan yang halal dan baik (thayyib). Tidak perlu memaksakan diri untuk menyajikan makanan mewah di luar kemampuan. Keberkahan sebuah jamuan tidak terletak pada kemewahannya, tetapi pada keikhlasan tuan rumah dan rasa syukur para tamu.
  5. Mengisi Acara dengan Kebaikan: Isi rangkaian acara dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti pembacaan ayat suci Al-Qur'an, tausiyah singkat tentang hikmah khitan, dan puncaknya adalah pembacaan doa bersama. Hindari acara yang mengandung unsur maksiat, seperti musik yang melalaikan atau campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tanpa batas.

Penutup

Walimatul khitan adalah syariat yang indah, sebuah perpaduan antara ibadah, syukur, dan syiar. Ia menjadi penanda awal bagi seorang anak laki-laki dalam menapaki jalan ketaatan kepada Rabb-nya. Di balik jamuan dan keriangan, doa adalah ruh yang menghidupkan acara tersebut. Doa yang tulus dari orang tua dan para tamu undangan akan menjadi perisai dan cahaya yang akan menerangi jalan kehidupan sang anak. Semoga dengan memahami makna dan mengamalkan adabnya, setiap perayaan walimatul khitan yang kita selenggarakan senantiasa dilimpahi rahmat dan keberkahan dari Allah SWT, serta menjadi wasilah terlahirnya generasi-generasi Rabbani yang shalih dan bermanfaat bagi umat.

🏠 Kembali ke Homepage