Ilustrasi tangan berdoa untuk kesembuhan Harapan Ilustrasi sepasang tangan yang menadah, di atasnya terdapat simbol hati bercahaya yang menumbuhkan tunas kecil, melambangkan doa, harapan, dan kesembuhan.

Panduan Lengkap Doa untuk Orang Sakit Sesuai Sunnah

Dalam kehidupan, sakit adalah sebuah keniscayaan yang menjadi bagian dari ujian seorang hamba. Tidak ada satu pun manusia yang luput dari cobaan ini. Islam, sebagai agama yang sempurna (paripurna), memberikan panduan lengkap dalam menghadapi setiap aspek kehidupan, termasuk saat diuji dengan penyakit. Salah satu senjata terkuat seorang mukmin dalam menghadapi sakit, baik yang menimpa diri sendiri maupun orang terdekat, adalah doa. Doa bukan sekadar untaian kata, melainkan sebuah bentuk ibadah, pengakuan atas kelemahan diri, dan penyerahan total kepada Sang Maha Penyembuh, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan teladan terbaik dalam segala hal, termasuk dalam mendoakan orang yang sakit. Beliau mengajarkan lafaz-lafaz doa yang penuh makna, berisi permohonan, pujian kepada Allah, dan keyakinan akan kuasa-Nya. Mengamalkan doa-doa ini bukan hanya wujud ikhtiar batin, tetapi juga bentuk ittiba' (mengikuti) sunnah Nabi yang penuh berkah. Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai doa untuk orang sakit yang diajarkan langsung oleh Rasulullah, beserta adab dan hikmah di baliknya.

Memahami Hakikat Sakit dalam Pandangan Islam

Sebelum menyelami lafaz-lafaz doa, penting bagi kita untuk memiliki kerangka berpikir yang benar tentang sakit. Islam tidak memandang sakit sebagai kutukan atau azab semata, melainkan sebagai sebuah mekanisme Ilahi yang sarat dengan hikmah dan kebaikan bagi seorang hamba yang beriman dan bersabar.

1. Sakit Sebagai Penggugur Dosa

Salah satu hikmah terbesar dari sakit adalah sebagai sarana pembersihan diri dari dosa dan kesalahan. Bagaikan pohon yang daun-daun keringnya berguguran, demikian pula dosa-dosa seorang mukmin luruh saat ia ditimpa sakit dan ia ridha atas ketetapan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini memberikan penghiburan luar biasa. Setiap rasa nyeri, demam, pusing, dan ketidaknyamanan yang dirasakan menjadi kafarat atau penebus atas dosa-dosa yang mungkin tidak kita sadari. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang tak terhingga, di mana ujian justru menjadi jalan pemurnian.

2. Sakit Sebagai Peningkat Derajat

Kesabaran dalam menghadapi sakit dapat mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah. Terkadang, ada tingkatan kemuliaan di surga yang tidak bisa dicapai oleh seorang hamba hanya dengan amalan-amalan rutinnya. Maka, Allah menimpakan ujian berupa penyakit agar dengan kesabarannya, ia layak menempati derajat mulia tersebut. Ini menunjukkan bahwa sakit bukanlah pertanda Allah membenci, melainkan bisa jadi pertanda Allah menginginkan kebaikan yang lebih tinggi untuk hamba-Nya. Sikap sabar, ridha, dan tetap berprasangka baik kepada Allah adalah kunci untuk meraih keutamaan ini.

3. Sakit Sebagai Ujian Keimanan dan Kualitas Tawakal

Penyakit adalah medan ujian yang sesungguhnya bagi kualitas iman dan tawakal seseorang. Saat sehat, lisan mudah berucap syukur dan tawakal. Namun, saat tubuh terbaring lemah, di situlah keimanan diuji. Apakah kita akan berkeluh kesah, menyalahkan takdir, dan berputus asa? Ataukah kita akan semakin mendekat kepada Allah, menyadari betapa lemahnya diri ini, dan menggantungkan seluruh harapan hanya kepada-Nya? Inilah momen di mana doa menjadi lebih khusyuk, sujud terasa lebih nikmat, dan hati menjadi lebih lembut untuk mengingat Sang Pencipta.

Adab Menjenguk dan Mendoakan Orang Sakit

Menjenguk orang sakit adalah sebuah amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, ada adab-adab yang perlu diperhatikan agar kunjungan kita membawa manfaat dan keberkahan, bukan sebaliknya. Adab ini juga berkaitan erat dengan bagaimana kita mendoakan mereka.

Kumpulan Doa untuk Orang Sakit Sesuai Sunnah

Berikut adalah kompilasi doa-doa shahih yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibacakan kepada orang yang sedang sakit. Dianjurkan untuk menghafal, memahami maknanya, dan mengamalkannya dengan penuh keyakinan.

Doa Pertama: Memohon Pengangkatan Penyakit (Dibaca 7 Kali)

Ini adalah salah satu doa yang paling masyhur dan sangat dianjurkan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu ia mengucapkan di sisinya sebanyak tujuh kali (doa di bawah), maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut."

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

As'alullāhal 'azhīm, rabbal 'arsyil 'azhīm, an yasyfiyak.

"Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan 'Arsy yang Agung, agar Dia menyembuhkanmu."

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, shahih)

Penjelasan: Doa ini memiliki kekuatan yang luar biasa karena mengandung pujian kepada Allah dengan menyebut dua sifat-Nya yang agung (Al-'Azhim) dan status-Nya sebagai Pemilik 'Arsy yang agung. 'Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar, dan menyebutnya dalam doa menunjukkan pengakuan kita akan kebesaran mutlak Allah, yang mana menyembuhkan penyakit adalah perkara yang sangat mudah bagi-Nya. Mengucapkannya sebanyak tujuh kali merupakan anjuran langsung dari Nabi (tawqifi), yang mengandung keberkahan dan rahasia tersendiri yang hanya Allah ketahui.

Doa Kedua: Doa Sapu Jagat untuk Kesembuhan

Doa ini dibacakan oleh Nabi sambil mengusapkan tangan kanan beliau ke bagian tubuh yang sakit. Ini adalah praktik ruqyah sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila ada salah seorang dari anggota keluarganya yang sakit, beliau mengusapkan tangan kanannya seraya membaca doa ini.

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ، اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Allāhumma rabban-nās, adzhibil-ba's, isyfihi wa antasy-syāfī, lā syifā'a illā syifā'uk, syifā'an lā yughādiru saqamā.

"Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah ia, dan Engkaulah Yang Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sisa penyakit."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan: Doa ini sangat komprehensif. Dimulai dengan panggilan "Ya Allah, Tuhan seluruh manusia," yang menegaskan kekuasaan Allah atas segala makhluk. Permohonan "hilangkanlah penyakit ini" menunjukkan target yang spesifik. Kalimat "Engkaulah Yang Maha Penyembuh" (Antasy-Syāfī) adalah pengakuan tauhid yang murni, bahwa tidak ada satu pun dokter, obat, atau terapi yang bisa menyembuhkan kecuali atas izin Allah. Asy-Syafi adalah salah satu nama Allah. Puncaknya adalah permohonan "kesembuhan yang tidak meninggalkan sisa penyakit," yang berarti kita memohon kesembuhan total dan paripurna, bukan sekadar meredakan gejala.

Doa Ketiga: Doa Perlindungan untuk Diri Sendiri (dan Diajarkan kepada yang Sakit)

Doa ini dibaca ketika seseorang merasakan sakit pada bagian tubuhnya sendiri. Utsman bin Abil 'Ash Ats-Tsaqafi pernah mengeluhkan rasa sakit di tubuhnya kepada Rasulullah. Maka Rasulullah menasihatinya untuk meletakkan tangan di bagian yang sakit dan membaca doa berikut.

  1. Ucapkan "Bismillah" (Dengan nama Allah) sebanyak 3 kali.
  2. Kemudian letakkan tangan pada bagian yang sakit dan ucapkan 7 kali:

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

A'ūdzu billāhi wa qudratihī min syarri mā ajidu wa uhādzir.

"Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari keburukan apa yang aku dapati dan aku khawatirkan."

(HR. Muslim)

Penjelasan: Doa ini mengajarkan kita untuk secara aktif memohon perlindungan Allah dari rasa sakit yang sedang dialami (mā ajidu) dan dari potensi komplikasi atau memburuknya penyakit yang dikhawatirkan (wa uhādzir). Dimulai dengan Basmalah untuk memohon keberkahan. Pengulangan sebanyak tujuh kali juga merupakan petunjuk dari Nabi. Doa ini sangat efektif untuk menenangkan hati dan secara spiritual melawan rasa sakit dengan bersandar pada kekuatan Allah yang tak terbatas. Saat menjenguk, kita bisa mengajarkan doa ini kepada si sakit agar ia bisa meruqyah dirinya sendiri.

Doa Keempat: Doa Ruqyah dari Malaikat Jibril

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh sakit, Malaikat Jibril 'alaihissalam datang dan meruqyah beliau dengan doa ini. Ini menunjukkan betapa agungnya doa ini.

بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللَّهُ يَشْفِيكَ، بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ

Bismillāhi arqīka, min kulli syai'in yu'dzīka, min syarri kulli nafsin au 'ainin hāsid, Allāhu yasyfīka, bismillāhi arqīk.

"Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad (dengki). Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu."

(HR. Muslim)

Penjelasan: Doa ini mencakup perlindungan dari segala jenis gangguan, baik yang bersifat medis (fisik) maupun yang bersifat non-medis seperti gangguan dari jiwa yang jahat atau pengaruh ‘ain (mata hasad). Penyakit terkadang bisa berasal dari ‘ain, yaitu pandangan kagum atau dengki dari seseorang yang tidak diiringi dengan zikir kepada Allah. Doa ini merupakan benteng perlindungan yang menyeluruh. Diakhiri dengan kalimat tauhid "Semoga Allah menyembuhkanmu," yang mengembalikan segala urusan kesembuhan hanya kepada Allah.

Doa Kelima: Ucapan Penghiburan dan Doa Singkat

Terkadang dalam kondisi tertentu, sebuah doa singkat yang penuh makna sudah sangat mencukupi dan menenangkan. Rasulullah pernah menjenguk seorang Arab Badui yang sakit demam, beliau menghiburnya dengan ucapan ini.

لاَ بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Lā ba'sa, thahūrun insyā Allāh.

"Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkan (dosa-dosamu), insya Allah."

(HR. Bukhari)

Penjelasan: Kalimat "Laa ba'sa" (tidak mengapa) adalah ucapan simpatik yang menenangkan, menunjukkan bahwa apa yang terjadi bukanlah masalah besar di hadapan rahmat Allah. Kalimat "thahūrun" (pembersih/pensuci) adalah inti dari doa ini. Ia berfungsi sebagai doa sekaligus pengingat bagi si sakit akan hikmah di balik penyakitnya, yaitu sebagai penggugur dosa. Ini adalah cara yang sangat indah untuk mengubah perspektif si sakit dari keluhan menjadi harapan akan ampunan Allah.

Peran Ikhtiar Medis dan Tawakal

Mengamalkan doa-doa di atas tidak berarti kita menafikan pentingnya ikhtiar secara medis. Islam adalah agama yang sangat seimbang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengajarkan kita untuk berobat. Beliau bersabda: "Wahai para hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obatnya." (HR. Tirmidzi).

Sikap seorang muslim yang benar adalah menggabungkan keduanya:

  1. Ikhtiar Maksimal: Mencari pengobatan terbaik yang halal dan diakui secara medis. Berkonsultasi dengan dokter ahli, mengonsumsi obat yang diresepkan, menjalani terapi, dan menjaga pola hidup sehat adalah bagian dari perintah agama untuk menjaga kehidupan. Ini adalah wujud dari mengambil sebab (al-akhdzu bil asbab).
  2. Tawakal Total: Setelah melakukan ikhtiar maksimal, hati harus bersandar sepenuhnya kepada Allah. Yakinilah bahwa dokter dan obat hanyalah perantara. Yang memberikan efek kesembuhan pada obat tersebut adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan sampai hati kita bergantung pada kehebatan dokter atau kecanggihan obat, karena itu bisa menjerumuskan pada kesyirikan kecil. Hati tetap bergantung hanya pada Allah, Sang Maha Penyembuh.

Doa adalah jembatan yang menghubungkan ikhtiar kita dengan tawakal kita. Doa adalah pengakuan bahwa setelah semua usaha manusiawi dilakukan, keputusan akhir tetap berada di tangan Allah. Kombinasi inilah yang akan mendatangkan ketenangan jiwa, bahkan di tengah sakit yang paling parah sekalipun.

Kekuatan Doa dari Orang yang Sakit Itu Sendiri

Selain doa dari orang yang menjenguk, doa dari orang yang sakit itu sendiri memiliki kekuatan yang istimewa. Kondisi lemah, butuh pertolongan, dan pasrah total kepada Allah seringkali menjadikan doa seseorang lebih tulus dan lebih dekat untuk diijabah. Al-Qur'an mengabadikan doa indah Nabi Ayyub 'alaihissalam ketika beliau diuji dengan penyakit yang sangat berat selama bertahun-tahun:

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

...Annī massaniyad-dhurru wa anta arhamur-rāhimīn.

"...(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya: 83).

Perhatikan adab Nabi Ayyub dalam berdoa. Beliau tidak menuntut, tidak memaksa, dan tidak mengeluh secara berlebihan. Beliau hanya mengadukan keadaannya ("aku telah ditimpa penyakit") dan memuji Allah dengan sifat-Nya yang paling agung ("Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang"). Inilah puncak adab seorang hamba. Allah pun menjawab doanya dan memulihkan kesehatannya. Oleh karena itu, penting bagi orang yang sakit untuk tidak pernah berhenti berdoa untuk dirinya sendiri, karena doanya didengar dan sangat berharga di sisi Allah.

Penutup: Doa Sebagai Senjata dan Penenang Jiwa

Sakit adalah guru kehidupan yang mengajarkan kita tentang kefanaan dunia, pentingnya kesehatan, dan betapa kita sangat bergantung kepada Allah. Dalam menghadapi ujian ini, Islam telah membekali kita dengan senjata yang paling ampuh, yaitu doa. Mendoakan orang sakit dengan doa-doa yang bersumber dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wujud cinta, kepedulian, dan ikhtiar batin yang paling mulia.

Marilah kita menghidupkan kembali sunnah ini dalam kehidupan kita. Saat mendengar kerabat, teman, atau tetangga jatuh sakit, jangan hanya mengirim ucapan "semoga lekas sembuh" melalui pesan singkat. Datangilah mereka jika memungkinkan, hibur hati mereka, dan yang terpenting, angkatlah tangan kita, lalu bacakanlah untuk mereka doa-doa warisan Nabi yang penuh berkah ini dengan penuh keikhlasan dan keyakinan. Karena sesungguhnya, hanya Allah-lah Sang Maha Penyembuh, dan kepada-Nya lah kita memohon dan berserah diri.

🏠 Kembali ke Homepage