Membedah Permohonan Agung dalam Doa Setelah Sujud Pertama
Shalat adalah tiang agama, sebuah jembatan spiritual yang menghubungkan seorang hamba dengan Penciptanya lima kali dalam sehari. Setiap gerakan dan ucapan di dalamnya bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan mengandung makna filosofis dan permohonan yang sangat dalam. Dari sekian banyak momen agung dalam shalat, ada satu jeda singkat yang seringkali terlewatkan kekhusyukannya, yaitu saat duduk di antara dua sujud. Di momen inilah kita melantunkan sebuah doa yang luar biasa, yang dikenal sebagai doa setelah sujud pertama. Doa ini adalah rangkuman dari segala kebutuhan esensial manusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia adalah sebuah permohonan komprehensif yang mencakup ampunan, kasih sayang, perbaikan diri, peningkatan derajat, rezeki, petunjuk, kesehatan, dan pemaafan.
Momen duduk di antara dua sujud adalah transisi dari posisi ketundukan tertinggi (sujud) ke posisi ketundukan tertinggi berikutnya. Ia melambangkan jeda, sebuah kesempatan untuk bernapas, merenung, dan memohon. Postur ini sendiri mengajarkan tentang keseimbangan dan ketenangan (tuma'ninah). Dalam keheningan sejenak inilah, lisan dan hati kita bersatu untuk memanjatkan delapan permintaan agung yang menjadi inti dari artikel ini. Mari kita selami bersama setiap lafal dari doa mustajab ini, menggali maknanya, dan meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya agar shalat kita menjadi lebih berkualitas dan berdampak dalam kehidupan sehari-hari.
Bacaan Lengkap Doa Duduk di Antara Dua Sujud
Berikut adalah bacaan doa setelah sujud pertama yang paling umum dan ma'tsur (berasal dari riwayat hadis), yang dibaca saat posisi duduk iftirasy, yaitu duduk di atas telapak kaki kiri sementara telapak kaki kanan ditegakkan.
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
"Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fuannii."
"Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah kesalahanku."
Analisis Mendalam Setiap Lafal Permohonan
Keagungan doa ini terletak pada kepadatan maknanya. Setiap kata adalah sebuah samudra hikmah, sebuah pintu untuk memahami kebutuhan hakiki kita sebagai manusia dan kebesaran Allah sebagai Sang Pemberi. Mari kita bedah satu per satu.
1. رَبِّ اغْفِرْ لِي (Robbighfirlii) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku
Permintaan pertama dan yang paling fundamental adalah ampunan. Mengapa? Karena dosa adalah penghalang utama antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dosa mengeruhkan hati, memberatkan langkah, dan menutup pintu-pintu rahmat. Dengan memulai doa dengan permohonan ampun, kita mengakui kelemahan dan kesalahan kita. Ini adalah bentuk kerendahan hati yang paling murni.
Kata "ghfir" berasal dari akar kata Ghafara (غَفَرَ) yang secara harfiah berarti "menutupi". Ini lebih dari sekadar "memaafkan". Ketika kita memohon maghfirah (ampunan) kepada Allah, kita meminta agar Dia menutupi dosa-dosa kita. Menutupi dari pandangan malaikat pencatat amal, menutupi dari pandangan manusia lain sehingga aib kita tidak terbongkar, dan yang terpenting, menutupi kita dari konsekuensi buruk dosa tersebut, baik di dunia (seperti kesempitan hidup dan kegelisahan hati) maupun di akhirat (siksa neraka).
Permintaan ini adalah pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang tidak luput dari salah. Setiap hari, bahkan setiap jam, kita berpotensi melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak, yang besar maupun kecil, yang terlihat maupun tersembunyi. Dengan ucapan "Robbighfirlii", kita secara rutin membersihkan "noda-noda" ini, menjaga hati kita agar tetap jernih dan layak untuk menerima cahaya ilahi.
2. وَارْحَمْنِي (Warhamnii) - Dan Sayangilah Aku
Setelah memohon ampunan, kita meminta kasih sayang. Ini adalah urutan yang sangat logis. Setelah "dibersihkan" dari dosa, hati kita menjadi wadah yang siap untuk menerima curahan rahmat Allah. Tanpa rahmat-Nya, kita tidak akan bisa beribadah, tidak akan bisa selamat dari godaan, dan tidak akan pernah bisa masuk surga.
Kata "Rahmah" (kasih sayang) dalam Islam memiliki dua dimensi yang tercermin dalam nama Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ar-Rahman adalah kasih sayang Allah yang luas, meliputi seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali, baik yang beriman maupun yang kafir. Semua mendapatkan rezeki, oksigen, dan kesempatan hidup. Namun, Ar-Rahim adalah kasih sayang-Nya yang khusus, yang hanya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat kelak. Saat kita mengucapkan "Warhamnii", kita memohon kedua jenis rahmat ini. Kita meminta kasih sayang-Nya di dunia dalam bentuk kemudahan, ketenangan, dan taufik untuk berbuat baik, sekaligus memohon kasih sayang-Nya yang abadi di akhirat, yaitu surga.
Permohonan ini juga merupakan pengakuan bahwa segala amal ibadah kita, sebanyak apapun itu, tidak akan cukup untuk "membeli" surga. Surga adalah murni hadiah dari kasih sayang Allah. Maka, kita memohon agar Allah memandang kita dengan tatapan rahmat-Nya, bukan dengan tatapan keadilan-Nya yang murni, karena jika ditimbang dengan keadilan-Nya, pastilah kita akan merugi.
3. وَاجْبُرْنِي (Wajburnii) - Dan Cukupkanlah Kekuranganku
Ini adalah salah satu permohonan yang paling menyentuh dan mendalam. Kata "jabr" berasal dari akar kata Jabara (جَبَرَ), yang berarti memperbaiki sesuatu yang patah, menambal sesuatu yang retak, atau mencukupkan sesuatu yang kurang. Nama Allah "Al-Jabbar" sering diartikan sebagai Yang Maha Perkasa, tetapi juga memiliki makna Yang Maha Memperbaiki.
Ketika kita berkata "Wajburnii", kita sedang menyerahkan segala "keretakan" dalam hidup kita kepada-Nya. Apa saja keretakan itu?
- Keretakan Hati: Karena kekecewaan, kesedihan, atau kehilangan. Kita memohon agar Allah menyembuhkan dan menguatkan hati kita.
- Keretakan Finansial: Karena utang, kemiskinan, atau kekurangan. Kita memohon agar Allah mencukupkan kebutuhan kita.
- Keretakan Fisik: Karena sakit atau cacat. Kita memohon kesembuhan dan kekuatan.
- Keretakan Spiritual: Karena kelemahan iman, kemalasan beribadah, atau kekurangan dalam shalat kita. Kita memohon agar Allah menyempurnakan ibadah kita dan menambal kekurangannya.
4. وَارْفَعْنِي (Warfa'nii) - Dan Angkatlah Derajatku
Setiap manusia memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik, untuk dihormati, dan untuk memiliki kedudukan yang tinggi. Islam mengarahkan fitrah ini ke arah yang benar. Permohonan "Warfa'nii" bukanlah permintaan untuk menjadi sombong atau gila hormat. Ini adalah permohonan agar Allah mengangkat derajat kita di sisi-Nya dan di mata manusia dengan cara yang diridhai-Nya.
Peningkatan derajat ini mencakup banyak hal:
- Derajat Ilmu: Memohon agar diberi pemahaman agama yang lebih dalam dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
- Derajat Iman dan Taqwa: Memohon agar kualitas keimanan kita meningkat, dari sekadar Islam menjadi Iman, lalu Ihsan.
- Derajat Akhlak: Memohon agar dihiasi dengan akhlak mulia, sehingga dihormati bukan karena harta atau jabatan, melainkan karena keluhuran budi.
- Derajat di Akhirat: Ini adalah tujuan utamanya, yaitu memohon kedudukan yang tinggi di surga, dekat dengan para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh.
5. وَارْزُقْنِي (Warzuqnii) - Dan Berilah Aku Rezeki
Permohonan rezeki adalah salah satu doa yang paling sering dipanjatkan. Namun, dalam konteks doa setelah sujud pertama ini, maknanya menjadi sangat luas. Kata "Rizq" (rezeki) dalam Al-Qur'an tidak pernah terbatas hanya pada uang atau materi.
Ketika kita memohon "Warzuqnii", kita meminta rezeki yang mencakup segala aspek kebaikan:
- Rezeki Materi yang Halal dan Berkah: Makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal yang didapat dengan cara yang baik dan mendatangkan keberkahan.
- Rezeki Kesehatan: Tubuh yang sehat untuk beribadah dan beraktivitas adalah rezeki yang tak ternilai.
- Rezeki Ketenangan Jiwa: Hati yang damai, bebas dari rasa cemas, iri, dan dengki adalah rezeki agung.
- Rezeki Keluarga yang Sakinah: Pasangan yang saleh/salehah dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata.
- Rezeki Ilmu yang Bermanfaat: Pengetahuan yang mendekatkan diri kepada Allah dan berguna bagi sesama.
- Rezeki Waktu Luang yang Produktif: Kesempatan untuk mengisinya dengan amal kebaikan.
- Rezeki Hidayah dan Iman: Ini adalah puncak dari segala rezeki, yaitu tetap berada di jalan yang lurus hingga akhir hayat.
6. وَاهْدِنِي (Wahdinii) - Dan Berilah Aku Petunjuk
Mungkin ada yang bertanya, "Bukankah kita sudah Islam, sudah shalat, mengapa masih terus meminta petunjuk?" Inilah letak keindahan dan kedalaman doa ini. Petunjuk atau "Hidayah" bukanlah sesuatu yang didapat sekali seumur hidup, lalu selesai. Ia adalah sesuatu yang harus terus menerus diminta, dipelihara, dan diperbarui.
Ada berbagai tingkatan hidayah:
- Hidayah umum yang diberikan kepada semua makhluk (insting).
- Hidayah berupa akal dan panca indera.
- Hidayah berupa diturunkannya agama dan kitab suci.
- Hidayah Taufiq: Inilah yang kita minta. Yaitu kekuatan dan kemauan dari Allah untuk bisa mengamalkan petunjuk yang sudah kita ketahui.
7. وَعَافِنِي (Wa'aafinii) - Dan Sehatkanlah (Selamatkanlah) Aku
Permohonan ini sering diartikan sebagai "sehatkanlah aku". Namun, makna kata "'Afiyah" jauh lebih luas dari sekadar kesehatan fisik. 'Afiyah adalah keselamatan dan kesejahteraan yang komprehensif, mencakup perlindungan dari segala macam keburukan.
Meminta 'Afiyah berarti kita memohon kepada Allah untuk:
- Diselamatkan dari Penyakit Fisik: Kesehatan jasmani agar dapat berfungsi normal dan optimal dalam beribadah.
- Diselamatkan dari Penyakit Hati: Seperti sombong, riya', hasad, benci, dan penyakit-penyakit batin lainnya yang lebih berbahaya dari penyakit fisik.
- Diselamatkan dari Musibah dan Bencana: Baik bencana alam maupun musibah dalam kehidupan pribadi.
- Diselamatkan dari Fitnah Dunia: Godaan harta, tahta, dan wanita/pria yang dapat menjerumuskan.
- Diselamatkan dari Fitnah Kubur dan Siksa Neraka: Perlindungan di kehidupan setelah mati.
8. وَاعْفُ عَنِّي (Wa'fu 'annii) - Dan Maafkanlah Aku
Di awal kita sudah meminta "ighfirlii" (ampunilah aku), lalu mengapa di akhir ditutup dengan "wa'fu 'annii" (maafkanlah aku)? Apakah keduanya sama? Para ulama menjelaskan ada perbedaan yang sangat halus namun signifikan antara Maghfirah (dari ghafara) dan 'Afwun (dari 'afa).
Maghfirah, seperti dijelaskan sebelumnya, berarti "penutupan". Dosa itu masih tercatat, tetapi Allah menutupinya dan tidak menghukum kita atasnya. Ibarat sebuah noda di baju yang ditutupi dengan stiker atau emblem.
Sedangkan 'Afwun berasal dari akar kata yang berarti "menghapus" atau "memusnahkan". Ketika kita memohon 'Afwun dari Allah, kita meminta agar dosa kita dihapus total dari catatan amal, seolah-olah kita tidak pernah melakukannya. Ibarat noda di baju yang dicuci bersih hingga tak ada bekas sedikit pun. Nama Allah "Al-'Afuww" (Yang Maha Pemaaf) menunjukkan sifat-Nya yang suka menghapus kesalahan hamba-Nya.
Dengan memohon keduanya, kita sedang meminta paket pengampunan yang paling sempurna. Kita memohon agar dosa kita ditutupi (maghfirah) dan kemudian dihapus seluruhnya hingga tak berbekas ('afwun). Ini menunjukkan kesadaran kita yang mendalam akan banyaknya kesalahan dan harapan kita yang begitu besar akan luasnya ampunan dan pemaafan Allah SWT.
Kesimpulan: Sebuah Doa Universal
Doa setelah sujud pertama, yang dibaca dalam posisi duduk di antara dua sujud, bukanlah sekadar rangkaian kata tanpa makna. Ia adalah sebuah dialog intim yang merangkum seluruh spektrum kebutuhan manusia: kebutuhan akan pembersihan diri (ampunan dan maaf), kebutuhan akan cinta (kasih sayang), kebutuhan akan perbaikan (mencukupkan kekurangan), kebutuhan akan pertumbuhan (peningkatan derajat), kebutuhan akan penopang hidup (rezeki), kebutuhan akan arah (petunjuk), dan kebutuhan akan perlindungan (kesehatan dan keselamatan).
Delapan permohonan singkat ini, jika dihayati dengan sepenuh hati, dapat mengubah kualitas shalat kita. Ia mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada ritual, tetapi pada substansi permohonan. Ia mengingatkan kita akan posisi kita sebagai hamba yang fakir, yang senantiasa membutuhkan pertolongan, bimbingan, dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kaya. Semoga dengan memahami makna mendalam dari doa ini, setiap kali kita duduk di antara dua sujud, hati kita menjadi lebih khusyuk, lisan kita lebih fasih, dan permohonan kita lebih tulus, sehingga shalat kita benar-benar menjadi penyejuk hati dan penolong dalam setiap urusan kehidupan.