Memaknai Kekhusyukan Malam Melalui Sholat Witir
Malam hari menyimpan keheningan dan ketenangan yang istimewa. Saat dunia terlelap, seorang hamba memiliki kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Salah satu ibadah paling mulia yang menghiasi malam seorang Muslim adalah Sholat Witir. Dikenal sebagai sholat penutup malam, Witir bukan sekadar pelengkap, melainkan mahkota dari seluruh ibadah malam yang telah dikerjakan.
Sholat Witir memiliki kedudukan yang sangat agung. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya, baik saat beliau sedang di rumah maupun dalam perjalanan. Ini menunjukkan betapa pentingnya sholat ini. Witir, yang berarti ganjil, mengajarkan kita tentang keesaan Allah, bahwa Dia adalah Al-Witr, Yang Maha Ganjil dan menyukai segala sesuatu yang ganjil. Melaksanakan sholat ini adalah bentuk pengakuan kita akan keesaan-Nya.
Puncak dari kekhusyukan Sholat Witir tidak berhenti pada salam terakhir. Momen setelahnya, saat hati masih lembut dan jiwa masih terhubung dengan Ilahi, adalah waktu yang sangat mustajab untuk memanjatkan doa. Doa setelah Sholat Witir adalah untaian permohonan, pujian, dan harapan yang disulam dengan penuh kesadaran. Di sinilah seorang hamba menumpahkan segala isi hatinya, memohon ampunan, meminta petunjuk, dan berharap akan rahmat-Nya yang tak terbatas. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan doa setelah sholat witir dalam tulisan latin, lengkap dengan makna mendalam di setiap kalimatnya, agar kita dapat menghayati dan mengamalkannya dengan lebih baik.
Dzikir Pembuka Setelah Salam Witir
Setelah menyelesaikan sholat witir dan mengucap salam, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tidak langsung beranjak. Beliau membiasakan untuk berdzikir singkat sebagai bentuk penyucian dan pengagungan kepada Allah SWT. Dzikir ini sangat dianjurkan untuk dibaca sebanyak tiga kali.
Bacaan dzikir ini pendek, namun sarat akan makna ketuhanan yang luar biasa. Pada bacaan ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan sedikit mengeraskan suara sebagai penekanan atas keagungan Allah.
Subhaanal malikil qudduus.
Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."
Setelah membacanya tiga kali, dilanjutkan dengan bacaan:
Rabbil malaa-ikati war ruuh.
Artinya: "Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."
Makna Dzikir "Subhaanal Malikil Qudduus"
Kalimat ini merupakan kombinasi dari tasbih (penyucian) dan pengakuan atas dua Asmaul Husna (nama-nama Allah yang indah), yaitu Al-Malik (Maha Raja) dan Al-Quddus (Maha Suci).
- Subhaana: Kata ini berasal dari kata "sabaha" yang berarti menjauh. Ketika kita mengucapkan "Subhanallah," kita sedang menyatakan bahwa Allah Maha Jauh dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, sifat-sifat buruk, dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Ini adalah bentuk penyucian mutlak.
- Al-Malik: Nama ini menegaskan bahwa Allah adalah Raja yang sebenarnya. Kekuasaan-Nya mutlak, abadi, dan tidak terbatas. Tidak ada raja di dunia ini yang kekuasaannya sebanding dengan-Nya. Dengan menyebut "Al-Malik," kita mengakui bahwa segala urusan, dari yang terkecil hingga terbesar, berada dalam genggaman dan kendali-Nya. Kita adalah hamba-Nya, dan Dia adalah Raja kita.
- Al-Quddus: Nama ini memiliki makna kesucian yang sempurna. Allah suci dari segala aib, cela, dan noda. Jika "Subhaana" adalah penyucian dari sifat negatif, "Al-Quddus" adalah penegasan sifat-sifat positif yang sempurna. Dia suci dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Mengucapkan "Al-Quddus" setelah sholat malam adalah pengingat bahwa ibadah kita, yang mungkin penuh kekurangan, kita persembahkan kepada Dzat Yang Maha Suci dan Sempurna.
Dengan menggabungkannya, "Subhaanal Malikil Qudduus" menjadi sebuah proklamasi iman yang kuat: "Maha Suci Engkau, wahai Raja yang kekuasaan-Nya mutlak, yang juga Maha Suci dari segala bentuk ketidaksempurnaan." Mengucapkannya tiga kali setelah witir seolah menjadi segel pengagungan atas ibadah yang baru saja kita tunaikan.
Bacaan Doa Lengkap Setelah Sholat Witir (Latin dan Artinya)
Setelah berdzikir singkat, terdapat sebuah doa yang lebih panjang yang masyhur diamalkan oleh para ulama dan kaum muslimin. Doa ini merupakan rangkuman permohonan yang sangat komprehensif, mencakup segala aspek kebaikan dunia dan akhirat. Meskipun panjang, setiap kalimatnya mengandung lautan makna yang patut kita renungkan.
Berikut adalah bacaan doa lengkap setelah Sholat Witir dalam tulisan latin beserta terjemahannya:
Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'imaa, wa nas'aluka qalban khaasyi'aa, wa nas'aluka 'ilman naafi'aa, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqaa, wa nas'aluka 'amalan shalihaa, wa nas'aluka diinan qayyimaa, wa nas'aluka khairan katsiiraa, wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wa nas'alukal ghinaa'a 'anin naas.
Artinya: "Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu rasa syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia."
Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu'anaa wa tadharru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa allaah yaa allaah yaa allaah yaa arhamar raahimiin.
Artinya: "Ya Allah, Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Allah, ya Allah, wahai Dzat yang Maha Paling Penyayang di antara para penyayang."
Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii ajma'iin, wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.
Artinya: "Semoga shalawat Allah tercurahkan kepada junjungan kami, Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Menyelami Samudra Makna dalam Setiap Kalimat Doa Witir
Doa yang panjang ini bukanlah sekadar rangkaian kata. Setiap frasa adalah sebuah permohonan yang fundamental bagi kehidupan seorang mukmin. Mari kita bedah dan selami makna yang terkandung di dalamnya agar doa kita menjadi lebih hidup dan berkesan di hati.
1. "Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'imaa" (Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng)
Ini adalah permohonan pertama dan utama. Iman adalah pondasi dari segalanya. Tanpa iman, amal sebaik apapun tidak akan memiliki nilai di sisi Allah. Namun, kita tidak hanya meminta 'iman', tetapi 'imanan daa'imaa', iman yang langgeng, permanen, dan konsisten. Mengapa demikian? Karena iman itu bersifat fluktuatif. Ia bisa naik dan bisa turun. Ada kalanya kita merasa sangat dekat dengan Allah, namun di lain waktu kita bisa merasa jauh karena godaan dunia dan bisikan syaitan. Dengan meminta iman yang langgeng, kita memohon kepada Allah agar menjaga hati kita untuk senantiasa berada di atas jalan keimanan, tidak goyah oleh ujian, tidak tergelincir oleh syahwat, dan tetap kokoh hingga akhir hayat. Ini adalah permintaan untuk husnul khatimah, akhir yang baik, di mana kita meninggal dalam keadaan beriman.
2. "Wa nas'aluka qalban khaasyi'aa" (Kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk)
Hati (qalb) adalah pusat kendali manusia. Baik buruknya seseorang bergantung pada hatinya. Permohonan ini menargetkan kualitas hati. Kita meminta 'qalban khaasyi'aa', hati yang khusyuk. Khusyuk bukan hanya tentang ketenangan saat sholat. Khusyuk adalah kondisi hati yang penuh dengan rasa takut yang berbalut cinta dan pengagungan kepada Allah. Hati yang khusyuk adalah hati yang lembut, mudah menerima nasihat, menangis karena takut akan azab-Nya, dan bergetar saat nama-Nya disebut. Hati inilah yang menjadi sumber segala kebaikan. Ia akan mencegah pemiliknya dari perbuatan maksiat, mendorongnya untuk selalu berbuat taat, dan membuatnya merasakan manisnya ibadah. Sebaliknya, hati yang keras adalah sumber segala keburukan. Permohonan ini adalah permintaan untuk dihidupkan hatinya agar selalu terhubung dengan Allah.
3. "Wa nas'aluka 'ilman naafi'aa" (Kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat)
Islam adalah agama ilmu. Namun, tidak semua ilmu itu membawa kebaikan. Ada ilmu yang justru menjauhkan seseorang dari Allah dan membuatnya sombong. Oleh karena itu, kita secara spesifik memohon ''ilman naafi'aa', ilmu yang bermanfaat. Apa kriteria ilmu yang bermanfaat? Pertama, ilmu tersebut mendekatkan kita kepada Allah. Kedua, ilmu tersebut membuahkan amal shaleh. Ketiga, ilmu tersebut membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tercermin dalam akhlak, ibadah, dan muamalah sehari-hari. Ia membuat pemiliknya semakin tawadhu (rendah hati), bukan semakin arogan. Permohonan ini adalah wujud kesadaran kita bahwa tujuan menuntut ilmu bukanlah untuk mengumpulkan gelar atau pujian, melainkan untuk meraih ridha Allah dan menjadi hamba yang lebih baik.
4. "Wa nas'aluka yaqiinan shaadiqaa" (Kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar)
Yaqin (keyakinan) adalah level yang lebih tinggi dari iman. Jika iman adalah percaya, maka yaqin adalah percaya tanpa ada sedikit pun keraguan, seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kita memohon 'yaqiinan shaadiqaa', keyakinan yang benar dan jujur, yang tidak dicampuri oleh syak wasangka atau keraguan. Keyakinan seperti inilah yang dimiliki para nabi dan orang-orang shaleh. Keyakinan ini membuat seseorang tegar menghadapi badai kehidupan, karena ia yakin sepenuhnya pada janji-janji Allah. Ia tidak akan cemas akan rezeki, tidak takut menghadapi musuh, dan tidak gentar akan kematian. Dengan yaqin, segala perintah Allah terasa ringan dan segala larangan-Nya mudah untuk dijauhi. Ini adalah permohonan untuk kekuatan mental dan spiritual tertinggi.
5. "Wa nas'aluka 'amalan shalihaa" (Kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh)
Iman dan ilmu tidak akan berarti tanpa amal. Amal adalah buah dari pohon keimanan. Kita meminta ''amalan shalihaa', amal yang shaleh. Sebuah amal dianggap shaleh jika memenuhi dua syarat utama: ikhlas karena Allah semata, dan sesuai dengan tuntunan (sunnah) Rasulullah SAW. Tanpa ikhlas, amal akan menjadi riya' (pamer) dan sia-sia. Tanpa mengikuti sunnah, amal akan menjadi bid'ah (perkara baru dalam agama) dan tertolak. Permohonan ini adalah permintaan taufiq (pertolongan) dari Allah agar kita senantiasa diberi kemampuan dan kemudahan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diterima di sisi-Nya, mulai dari ibadah mahdhah (seperti sholat dan puasa) hingga ibadah ghairu mahdhah (seperti bekerja, belajar, dan berbuat baik kepada sesama).
6. "Wa nas'aluka diinan qayyimaa" (Kami memohon kepada-Mu agama yang lurus)
Islam adalah agama yang lurus (diinan qayyimaa), namun banyak orang yang menyimpang dari kelurusannya. Ada yang bersikap terlalu ekstrem, ada pula yang terlalu longgar. Permohonan ini adalah permintaan agar kita senantiasa dibimbing untuk memahami dan mengamalkan Islam secara benar, seimbang, dan lurus, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan dipahami oleh para sahabatnya. Kita memohon perlindungan dari pemahaman-pemahaman yang sesat, dari bid'ah, dan dari sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam beragama. Meminta 'diinan qayyimaa' berarti meminta untuk istiqamah di atas jalan yang lurus, tidak condong ke kanan (ekstremisme) maupun ke kiri (liberalisme), hingga bertemu dengan Allah.
7. "Wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah" (Kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat)
Ini adalah dua permohonan yang sangat penting dan sering digandengkan. Al-'Afw berarti ampunan atau penghapusan dosa. Kita memohon agar Allah menghapus catatan dosa-dosa kita seolah-olah tidak pernah terjadi. Ini lebih tinggi dari sekadar maghfirah (ampunan yang menutupi dosa). Al-'Aafiyah adalah sebuah kata yang maknanya sangat luas, mencakup keselamatan dan kesejahteraan dari segala hal yang tidak diinginkan, baik di dunia maupun di akhirat. 'Aafiyah mencakup kesehatan fisik, ketenangan jiwa, keselamatan dari fitnah, perlindungan dari bencana, dan kebebasan dari siksa neraka. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa setelah keyakinan, tidak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain 'aafiyah. Meminta keduanya berarti kita memohon agar dosa kita dihapus dan kita diselamatkan dari segala konsekuensi buruk dosa tersebut, serta dilindungi dari segala marabahaya lainnya.
8. "Wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah" (Kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat)
Setelah meminta 'aafiyah, kita menekankannya lagi dengan meminta 'tamaamal 'aafiyah' atau kesempurnaan 'aafiyah. Ini menunjukkan betapa berharganya nikmat ini. 'Aafiyah yang sempurna adalah 'aafiyah yang berkelanjutan, yang tidak terputus, yang mencakup seluruh aspek kehidupan kita: agama kita, dunia kita, keluarga kita, dan harta kita. Kita mungkin sehat hari ini tapi sakit esok hari. Kita mungkin aman hari ini tapi terancam esok hari. Dengan memohon kesempurnaan 'aafiyah, kita meminta perlindungan dan kesejahteraan yang langgeng dan menyeluruh dari Allah SWT.
9. "Wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah" (Kami memohon kepada-Mu rasa syukur atas afiat)
Banyak orang yang diberi nikmat 'aafiyah, namun sedikit yang mampu mensyukurinya. Permohonan ini adalah puncak dari adab seorang hamba. Kita tidak hanya meminta nikmat, tetapi kita juga meminta kemampuan untuk mensyukuri nikmat tersebut. Syukur bukan hanya ucapan "Alhamdulillah." Syukur yang hakiki melibatkan tiga hal: mengakui nikmat itu datangnya dari Allah (dengan hati), memuji Allah atas nikmat tersebut (dengan lisan), dan menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada-Nya (dengan perbuatan). Dengan meminta kemampuan bersyukur, kita berharap agar nikmat 'aafiyah yang Allah berikan tidak membuat kita lalai, melainkan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Sebagaimana janji Allah, "Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat-Ku) untukmu."
10. "Wa nas'alukal ghinaa'a 'anin naas" (Dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia)
Permohonan penutup ini sangat mendalam. 'Al-Ghinaa 'anin naas' berarti merasa cukup sehingga tidak bergantung atau berharap kepada manusia. Ini adalah permohonan untuk kemuliaan dan kemandirian jiwa. Seseorang yang hatinya selalu bergantung pada pujian, pertolongan, atau pemberian manusia akan selalu merasa cemas dan seringkali kecewa. Harga dirinya rendah. Namun, ketika seseorang hanya bergantung kepada Allah, Sang Maha Kaya (Al-Ghaniyy), maka ia akan merasa cukup dan mulia. Ia tidak akan menadahkan tangannya kepada makhluk, karena ia tahu sumber segala rezeki dan pertolongan hanyalah Allah. Ini adalah doa untuk membebaskan hati dari perbudakan kepada selain Allah, dan meraih kemerdekaan sejati dengan hanya bersandar kepada-Nya.
Penutup Doa: Pengakuan dan Harapan
Bagian akhir dari doa ini berisi pengakuan atas segala kekurangan kita dalam beribadah ("wa tammim taqshiiranaa" - sempurnakanlah kekurangan kami) dan permohonan agar semua amal kita diterima ("taqabbal minnaa"). Pengulangan "Yaa Allah" sebanyak tiga kali menunjukkan tingkat kerendahan hati dan kesungguhan kita dalam memohon. Ditutup dengan menyebut sifat Allah Yang Maha Paling Penyayang ("Yaa Arhamar Raahimiin"), kita menaruh harapan besar bahwa Allah, dengan kasih sayang-Nya yang tak terbatas, akan mengabulkan semua permohonan tulus dari hamba-Nya yang lemah ini.
Keutamaan Agung di Balik Sholat Witir
Sholat Witir bukan sekadar sholat sunnah biasa. Ia memiliki banyak keutamaan yang menjadikannya ibadah yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Memahami keutamaan-keutamaan ini akan menambah semangat kita untuk menjaganya setiap malam.
- Sholat yang Dicintai Allah: Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Witir (Ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil, maka lakukanlah sholat witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Tirmidzi dan Abu Daud). Fakta bahwa Allah secara khusus "mencintai" ibadah ini memberikannya status yang sangat istimewa. Melaksanakannya berarti kita sedang melakukan sesuatu yang disukai oleh Rabb semesta alam.
- Penutup Ibadah Malam: Rasulullah SAW memerintahkan, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir." (HR. Bukhari dan Muslim). Witir berfungsi sebagai segel atau penutup yang menyempurnakan rangkaian ibadah malam, mulai dari sholat tahajjud, membaca Al-Qur'an, hingga berdzikir. Ia menjadi penutup yang manis bagi perjumpaan seorang hamba dengan Tuhannya di keheningan malam.
- Lebih Baik dari Unta Merah: Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memberi kalian tambahan sholat, yaitu sholat witir, yang mana sholat itu lebih baik bagi kalian daripada unta merah." (HR. Abu Daud). Unta merah pada zaman itu adalah simbol kekayaan yang paling berharga. Ini adalah perumpamaan bahwa nilai satu rakaat sholat witir di sisi Allah jauh melampaui harta dunia yang paling mewah sekalipun.
- Kebiasaan Rasulullah yang Tak Pernah Ditinggalkan: Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan sholat witir, baik saat sedang menetap (mukim) maupun dalam perjalanan (safar). Ini menunjukkan betapa kuatnya penekanan (sunnah mu'akkadah) dari sholat ini. Jika Rasulullah saja menjaganya dalam kondisi sesulit apapun, maka sudah sepatutnya kita juga berusaha untuk tidak meninggalkannya.
Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Witir
Sholat witir dilaksanakan dengan jumlah rakaat ganjil. Jumlahnya bisa satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Yang paling umum dikerjakan oleh masyarakat adalah tiga rakaat. Berikut adalah panduan cara melaksanakannya.
Niat Sholat Witir
Niat diletakkan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Lafaz niatnya disesuaikan dengan jumlah rakaat yang akan dikerjakan. Contoh niat untuk sholat witir tiga rakaat:
"Ushalli sunnatal witri tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati lillaahi ta'aalaa."
Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."
Cara Pelaksanaan Witir Tiga Rakaat
Ada dua cara utama untuk melaksanakan sholat witir tiga rakaat:
1. Metode Dua Rakaat + Satu Rakaat
Ini adalah cara yang paling umum dan dianjurkan. Caranya adalah:
- Kerjakan sholat dua rakaat terlebih dahulu dengan satu kali salam. Bacaan surah yang dianjurkan setelah Al-Fatihah pada rakaat pertama adalah Surah Al-A'la dan pada rakaat kedua adalah Surah Al-Kafirun.
- Setelah salam dari sholat dua rakaat tersebut, berdiri lagi untuk mengerjakan sholat satu rakaat.
- Pada sholat satu rakaat ini, setelah membaca Al-Fatihah, dianjurkan membaca tiga surah sekaligus: Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
- Kemudian ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud lagi, lalu tasyahud akhir dan diakhiri dengan salam.
2. Metode Tiga Rakaat Sekaligus dengan Satu Salam
Cara ini juga sah dan memiliki dasar dari hadits. Caranya adalah:
- Niat sholat witir tiga rakaat.
- Setelah takbiratul ihram, pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-A'la).
- Pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-Kafirun).
- Setelah sujud kedua di rakaat kedua, langsung berdiri untuk rakaat ketiga tanpa melakukan tasyahud awal. Ini penting untuk membedakannya dari sholat Maghrib.
- Pada rakaat ketiga membaca Al-Fatihah dan surah (dianjurkan Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas).
- Setelah itu ruku', i'tidal, kemudian tasyahud akhir dan salam.
Waktu Terbaik untuk Melaksanakan Sholat Witir
Waktu pelaksanaan Sholat Witir sangat fleksibel. Waktunya dimulai setelah seseorang selesai melaksanakan sholat Isya' dan berakhir hingga terbit fajar (masuknya waktu Subuh).
Meskipun rentang waktunya panjang, ada pembagian waktu yang dianjurkan:
- Awal Malam: Mengerjakan sholat witir setelah sholat Isya' dan sholat sunnah ba'diyah Isya'. Waktu ini sangat dianjurkan bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam. Melaksanakannya di awal waktu lebih baik daripada tidak melaksanakannya sama sekali.
- Tengah Malam: Mengerjakannya di pertengahan malam.
- Akhir Malam: Mengerjakannya di sepertiga malam terakhir, yaitu setelah sholat tahajjud dan sebelum masuk waktu Subuh. Ini adalah waktu yang paling utama (afdhal) bagi orang yang yakin bisa bangun. Waktu ini adalah waktu mustajab di mana Allah turun ke langit dunia dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah ia berwitir di awal malam. Dan barangsiapa yang berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka hendaklah ia berwitir di akhir malam, karena sesungguhnya sholat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu lebih utama." (HR. Muslim).
Mengenal Doa Qunut dalam Sholat Witir
Selain doa setelah sholat, ada juga doa yang dibaca di dalam sholat witir itu sendiri, yang dikenal sebagai Doa Qunut. Qunut witir biasanya dibaca pada rakaat terakhir sholat witir, setelah bangkit dari ruku' (saat i'tidal).
Praktik ini umum dilakukan, terutama pada separuh terakhir bulan Ramadhan. Namun, membacanya di luar Ramadhan juga diperbolehkan menurut sebagian ulama. Bacaan doa qunut yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali RA, adalah sebagai berikut:
Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thoiit, wa qinii syarro maa qodhoiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhoo 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarokta robbanaa wa ta'aalaiit.
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku 'afiyah (keselamatan dan kesejahteraan) sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri 'afiyah. Uruslah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau urus. Berkahilah bagiku apa yang telah Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang mentakdirkan dan bukan Engkau yang ditakdirkan. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau beri kekuasaan, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi."
Doa qunut ini juga merupakan untaian permohonan yang indah, berfokus pada permintaan petunjuk, perlindungan, keberkahan, dan pengakuan atas kekuasaan mutlak Allah SWT.
Penutup: Menjadikan Witir Cahaya Kehidupan
Sholat Witir dan doa setelahnya adalah paket ibadah malam yang sempurna. Ia mengajarkan kita untuk menutup hari dengan pengabdian dan permohonan yang tulus kepada Allah SWT. Setiap kalimat dalam doanya adalah pelajaran berharga tentang apa yang seharusnya menjadi prioritas seorang Muslim: iman yang kokoh, hati yang tunduk, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang tak tergoyahkan, serta ampunan dan perlindungan dari Sang Pencipta.
Marilah kita berusaha untuk menghidupkan malam-malam kita dengan sholat witir. Jangan biarkan satu malam pun berlalu tanpa kita mengganjilkan sholat kita sebagai penutup. Dengan merutinkannya, merenungi setiap bacaannya, dan memanjatkan doanya dengan sepenuh hati, semoga Allah menerima ibadah kita, mengabulkan permohonan kita, dan menjadikan sholat witir sebagai cahaya yang menerangi kegelapan hati kita, serta sebagai saksi kebaikan di hari ketika semua amal diperhitungkan.