Doa Setelah Sholat Witir
Malam adalah waktu yang istimewa, sebuah bentangan suci di mana langit terasa lebih dekat dan doa-doa lebih mudah terangkat. Di antara permata ibadah malam, Sholat Witir berdiri sebagai penutup yang agung, penyempurna segala amal yang kita persembahkan sepanjang malam. Ia adalah segel, tanda kesetiaan seorang hamba yang memilih untuk mengakhiri harinya dengan sujud kepada Sang Pencipta. Namun, keagungan Witir tidak berhenti pada salam terakhir. Momen setelahnya adalah waktu emas untuk bermunajat, memanjatkan doa yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Doa setelah sholat witir bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pengakuan total akan kebesaran Allah, permohonan perlindungan yang paripurna, dan ungkapan kerendahan diri yang paling dalam.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menyelami samudra makna di balik doa agung ini. Kita tidak hanya akan menghafal lafaznya, tetapi juga meresapi setiap kalimatnya, memahami filosofi di baliknya, dan merasakan getaran spiritual yang dipancarkannya. Dengan memahami esensinya, doa yang kita panjatkan tidak lagi menjadi rutinitas mekanis, melainkan sebuah dialog khusyuk antara seorang hamba yang fana dengan Tuhannya Yang Maha Abadi.
Memahami Hakikat Sholat Witir sebagai Penutup Malam
Sebelum kita melangkah lebih jauh ke dalam lafaz doa, penting untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh tentang Sholat Witir itu sendiri. Witir, yang secara harfiah berarti "ganjil", adalah sholat sunnah mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sholat ini menjadi penutup rangkaian ibadah sholat malam, seperti Tahajud atau Tarawih di bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat Witir." (HR. Bukhari dan Muslim). Perintah ini mengisyaratkan sebuah tatanan spiritual yang indah, di mana semua ibadah malam kita ditutup dengan pengakuan akan keesaan Allah, karena Allah itu Esa (Witir) dan mencintai yang ganjil.
Jumlah rakaatnya yang ganjil—bisa satu, tiga, lima, atau seterusnya—adalah simbol tauhid yang kuat. Di tengah dunia yang penuh dengan dualisme dan kemajemukan, seorang muslim menegaskan kembali di penghujung malamnya bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah, satu tujuan akhir dari segala kerinduan, dan satu sumber kekuatan sejati. Melaksanakan sholat witir adalah seperti seorang prajurit yang melaporkan kesetiaannya kepada komandannya di akhir tugas, seorang musafir yang mengakhiri perjalanannya dengan kembali ke rumah, dan seorang pencinta yang menutup suratnya dengan nama kekasihnya. Ia adalah pernyataan cinta dan kepasrahan terakhir sebelum kita menyerahkan diri pada istirahat malam.
Dzikir Awal Sebelum Membaca Doa Utama
Setelah menyelesaikan salam pada Sholat Witir, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk tidak langsung beranjak atau terburu-buru. Ada sebuah jeda suci yang diisi dengan dzikir singkat namun penuh makna. Dzikir ini berfungsi sebagai pengantar, sebuah pemanasan spiritual sebelum memasuki inti doa yang lebih panjang. Dzikir yang dianjurkan adalah:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus.
"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."
Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada ucapan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, seolah-olah ingin menegaskan dan menancapkan makna kesucian Allah ke dalam relung jiwa yang paling dalam. Mengapa dzikir ini? "Al-Malik" (Raja) menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu. Kita mengakui bahwa kendali malam dan siang, hidup dan mati, semua berada dalam genggaman-Nya. "Al-Quddus" (Yang Maha Suci) berarti Allah suci dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, atau keserupaan dengan makhluk-Nya. Dengan mengucapkannya tiga kali, kita membersihkan lisan dan hati kita dari segala hal yang tidak pantas, mempersiapkan diri untuk memanjatkan doa yang lebih agung dengan wadah jiwa yang bersih.
Bacaan Inti Doa Setelah Sholat Witir
Setelah hati dipersiapkan dengan tasbih penyucian, tibalah saatnya untuk memanjatkan doa utama yang diajarkan oleh Rasulullah. Doa ini adalah sebuah mahakarya spiritual, sebuah kompilasi permohonan yang mencakup segala aspek kehidupan dan akhirat. Berikut adalah bacaan lengkap doa setelah sholat witir dalam bahasa Arab, tulisan Latin, dan terjemahannya.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ.
اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wanas'aluka qalban khaasyi'an, wanas'aluka 'ilman naafi'an, wanas'aluka yaqiinan shaadiqan, wanas'aluka 'amalan shaalihan, wanas'aluka diinan qayyiman, wanas'aluka khairan katsiiran, wanas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wanas'aluka tamaamal 'aafiyah, wanas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wanas'alukal ghinaa'a 'anin naas.
Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhasysyu'anaa watadharru'anaa wata'abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiin. Washallallaahu 'alaa khairi khalqihi muhammadin wa 'alaa aalihii washahbihii ajma'iin, walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.
Allahumma innii a'uudzu biridhaaka min sakhatik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa'an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia."
"Ya Allah, Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih. Semoga shalawat Allah tercurahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."
Tadabbur dan Penyelaman Makna Doa Setelah Sholat Witir
Doa ini bukanlah sekadar daftar permintaan. Setiap kalimatnya memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Mari kita bedah dan resapi bersama-sama.
Bagian Pertama: Serangkaian Permohonan Esensial
Paragraf pertama doa ini adalah permohonan komprehensif yang menyentuh pilar-pilar utama kehidupan seorang mukmin.
- "Iman yang langgeng (iimaanan daa'iman)": Ini adalah permohonan paling fundamental. Kita tidak meminta iman sesaat, tetapi iman yang kokoh, konstan, dan abadi hingga akhir hayat. Iman yang tidak goyah oleh badai cobaan dan tidak luntur oleh gemerlap dunia.
- "Hati yang khusyuk (qalban khaasyi'an)": Hati adalah pusat kendali. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, takut, dan penuh cinta kepada Allah. Dengan hati yang khusyuk, ibadah akan terasa nikmat, dan maksiat akan terasa menjijikkan.
- "Ilmu yang bermanfaat ('ilman naafi'an)": Kita meminta ilmu yang tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Ilmu yang menjadi cahaya, bukan yang menyesatkan atau menimbulkan kesombongan.
- "Keyakinan yang benar (yaqiinan shaadiqan)": Ini adalah level iman yang lebih tinggi. Sebuah keyakinan yang tanpa keraguan sedikit pun, yang membuat kita tenang dalam menghadapi takdir dan teguh dalam memegang prinsip.
- "Amal yang shaleh ('amalan shaalihan)": Iman, ilmu, dan keyakinan harus berbuah amal. Kita memohon agar diberi taufik untuk senantiasa melakukan perbuatan baik yang diterima di sisi Allah.
- "Agama yang lurus (diinan qayyiman)": Kita meminta agar senantiasa berada di atas jalan Islam yang lurus dan murni, sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah, tanpa penambahan atau pengurangan.
- "Kebaikan yang banyak (khairan katsiiran)": Permohonan ini mencakup segala bentuk kebaikan, baik dunia maupun akhirat, yang kita ketahui maupun tidak kita ketahui.
- "Ampunan dan afiat ('afwa wal 'aafiyah)": 'Afwu adalah ampunan atas dosa. 'Aafiyah adalah keselamatan dan kesejahteraan dari segala hal buruk, baik penyakit fisik, masalah mental, maupun musibah dunia dan akhirat. Ini adalah salah satu doa favorit Nabi.
- "Kesempurnaan afiat (tamaamal 'aafiyah)", "Syukur atas afiat (syukra 'alal 'aafiyah)", dan "Kecukupan dari manusia (ghinaa'a 'anin naas)": Ini adalah pendalaman dari permohonan afiat. Kita tidak hanya meminta afiat, tetapi afiat yang sempurna, kemampuan untuk mensyukurinya (karena banyak yang diberi nikmat tapi lupa bersyukur), dan puncaknya adalah kemandirian, di mana kita hanya bergantung kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Bagian Kedua: Penyerahan dan Harapan Penerimaan Amal
Setelah memohon berbagai anugerah, fokus doa bergeser pada amal yang baru saja kita kerjakan. Ini adalah wujud kerendahan hati seorang hamba.
"Ya Allah, Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, sholat malam kami..."
Meskipun kita telah berusaha sebaik mungkin, kita sadar betul bahwa ibadah kita jauh dari sempurna. Penuh dengan kekurangan, kelalaian, dan pikiran yang melayang. Oleh karena itu, kita memohon dengan sangat agar Allah sudi menerima amal kita dengan rahmat-Nya, bukan dengan timbangan keadilan-Nya. Kalimat "dan sempurnakanlah kekurangan kami" adalah pengakuan tulus atas kelemahan diri. Kita menyerahkan segala kekurangan kita kepada Dzat Yang Maha Sempurna untuk menyempurnakannya. Panggilan "Yaa Allah, Yaa Allah, Yaa Allah" yang diulang tiga kali menunjukkan tingkat urgensi dan kesungguhan permohonan ini.
Bagian Ketiga: Puncak Perlindungan dan Pujian Tertinggi
Ini adalah bagian doa yang paling mendalam secara teologis dan merupakan doa yang diriwayatkan dalam hadits shahih secara terpisah. Ini adalah esensi dari tauhid dan kepasrahan total.
- "Aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu (a'uudzu biridhaaka min sakhatik)": Ini adalah ungkapan yang luar biasa. Kita tidak berlindung kepada makhluk dari murka Allah. Kita berlindung kepada salah satu sifat Allah (Ridha) dari sifat-Nya yang lain (Murka). Ini menunjukkan pemahaman bahwa tidak ada tempat berlari dari Allah selain kembali kepada Allah itu sendiri.
- "Dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu (wa bimu'aafaatika min 'uquubatik)": Sama seperti sebelumnya, kita menjadikan sifat pemaaf Allah sebagai benteng dari hukuman-Nya. Ini adalah bentuk optimisme tertinggi seorang hamba kepada Tuhannya.
- "Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu (wa a'uudzu bika minka)": Inilah puncak kepasrahan. Sebuah kalimat yang merangkum semua ketakutan dan harapan. Kita mengakui bahwa satu-satunya sumber ancaman (jika kita berbuat dosa) dan satu-satunya sumber keselamatan adalah Dzat yang sama, yaitu Allah. Tidak ada entitas lain yang perlu ditakuti atau diharapkan selain Dia.
- "Aku tidak dapat menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri (laa uhshii tsanaa'an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik)": Ini adalah penutup yang sempurna. Setelah berusaha memohon dan berlindung, kita sampai pada kesimpulan bahwa kita, sebagai makhluk yang terbatas, tidak akan pernah mampu memuji Allah sebagaimana mestinya. Pujian kita, sebanyak apa pun, tidak akan pernah setara dengan keagungan-Nya. Maka, kita kembalikan pujian itu kepada-Nya, mengakui bahwa pujian terbaik bagi Allah adalah pujian-Nya terhadap diri-Nya sendiri yang termaktub dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ini adalah puncak adab dan kerendahan hati di hadapan Sang Khaliq.
Keutamaan Mengamalkan Doa Setelah Sholat Witir
Mengamalkan doa ini secara rutin setelah sholat witir bukanlah sekadar tradisi tanpa makna. Ada banyak keutamaan dan hikmah yang terkandung di dalamnya:
- Meneladani Sunnah Nabi Secara Sempurna: Dengan membaca doa ini, kita menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara utuh, tidak hanya dalam sholatnya tetapi juga dalam dzikir dan doa sesudahnya.
- Menjadi Penutup Ibadah yang Paripurna: Doa ini menyempurnakan ibadah malam kita. Ia menjadi segel emas yang mengunci semua amal baik yang kita lakukan, sambil memohon agar segala kekurangannya ditutupi oleh rahmat Allah.
- Sarana Introspeksi Diri (Muhasabah): Rangkaian permintaan dalam doa ini (iman, hati khusyuk, ilmu manfaat, dll) secara tidak langsung menjadi cermin bagi kita. Sudahkah kita memiliki semua itu? Ini mendorong kita untuk terus memperbaiki diri.
- Mendapatkan Perlindungan Total dari Allah: Kalimat-kalimat perlindungan dalam doa ini adalah perisai spiritual yang sangat kuat. Kita memohon perlindungan dari murka, hukuman, dan bahkan dari "sisi keadilan" Allah yang bisa menghancurkan kita, lalu kita berlindung pada "sisi rahmat-Nya".
- Memperkuat Hubungan Personal dengan Allah: Doa adalah otaknya ibadah. Dengan memanjatkan doa yang penuh makna ini di waktu yang mustajab (penghujung malam), kita membangun dialog dan koneksi yang mendalam dengan Allah SWT.
Adab dalam Berdoa dan Waktu Terbaik
Untuk memaksimalkan potensi terkabulnya doa ini, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan:
- Ikhlas: Pastikan doa ini dipanjatkan murni karena Allah, bukan karena ingin dilihat orang lain atau sekadar rutinitas.
- Khusyuk dan Menghadirkan Hati: Cobalah untuk memahami dan meresapi setiap kata yang diucapkan. Jangan biarkan lisan bergerak sementara hati dan pikiran berkelana ke tempat lain.
- Mengangkat Tangan: Mengangkat kedua tangan saat berdoa adalah salah satu adab yang dianjurkan dan menjadi sebab terkabulnya doa.
- Yakin Akan Dikabulkan: Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, sesuai dengan cara dan waktu yang terbaik menurut ilmu-Nya.
Waktu pelaksanaan Sholat Witir terbentang dari setelah sholat Isya hingga terbit fajar. Namun, waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah di sepertiga malam terakhir. Ini adalah waktu di mana Allah turun ke langit dunia, menawarkan ampunan dan pengabulan doa bagi hamba-hamba-Nya yang bermunajat. Melaksanakan Witir dan memanjatkan doa ini di waktu sahur adalah sebuah pilihan yang sangat utama.
Kesimpulan: Mahkota Ibadah Malam
Doa setelah sholat witir adalah lebih dari sekadar rangkaian kalimat. Ia adalah sebuah kurikulum kehidupan, sebuah peta jalan spiritual, dan sebuah pernyataan cinta yang tulus dari seorang hamba. Ia mengajarkan kita apa yang seharusnya menjadi prioritas dalam hidup: iman, hati, ilmu, dan amal. Ia mengajarkan kita bagaimana cara berlindung yang paling hakiki: bukan dari makhluk, tetapi berlindung kepada Allah dari Allah itu sendiri. Dan ia mengajarkan kita adab tertinggi dalam memuji: mengakui ketidakmampuan kita untuk memuji-Nya secara sempurna.
Marilah kita jadikan doa ini sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual malam kita. Bukan sebagai beban hafalan, melainkan sebagai momen dialog yang kita nantikan setiap malam. Dengan mengamalkannya secara konsisten dan penuh penghayatan, semoga malam-malam kita senantiasa ditutup dengan sempurna, dan kita bangun di pagi hari dengan hati yang lebih bersih, iman yang lebih kokoh, dan jiwa yang lebih dekat dengan Sang Pencipta. Semoga Allah menerima setiap sholat, dzikir, dan doa yang kita panjatkan.