Panduan Lengkap Doa Setelah Sholat Witir 1 Rakaat
Sholat Witir merupakan ibadah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Ia menjadi penutup sholat malam, menyempurnakan ibadah seorang hamba sebelum beristirahat. Meskipun jumlah rakaatnya ganjil dan bisa dilakukan hingga sebelas rakaat, salah satu kemudahan yang diberikan dalam syariat adalah kemampuan melaksanakannya dalam satu rakaat saja. Kemudahan ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang tidak memberatkan. Setelah menyelesaikan sholat witir, terutama yang satu rakaat, terdapat amalan zikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Membaca doa setelah sholat witir 1 rakaat adalah penyempurna dari ibadah penutup malam tersebut.
Artikel ini akan membahas secara mendalam, komprehensif, dan terperinci mengenai doa setelah sholat witir 1 rakaat. Pembahasan tidak hanya berhenti pada bacaan doa, tetapi juga merambah ke pemahaman makna, keutamaan, serta konteks ibadah sholat witir itu sendiri. Tujuannya adalah agar setiap muslim tidak hanya hafal bacaannya, tetapi juga meresapi setiap kalimat yang diucapkan, sehingga ibadah menjadi lebih berkualitas dan berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Memahami Hakikat Sholat Witir
Sebelum kita menyelam lebih dalam ke dalam doa spesifik setelah pelaksanaannya, penting untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh tentang apa itu Sholat Witir. Kata "Witir" (الوتر) dalam bahasa Arab berarti ganjil. Penamaan ini secara langsung merujuk pada jumlah rakaatnya yang selalu ganjil: satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, "Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil) dan menyukai yang ganjil." Hadis ini menjadi landasan utama dari pelaksanaan sholat witir dan kecintaan Allah terhadap sesuatu yang bersifat ganjil dalam konteks ibadah ini.
Hukum dan Waktu Pelaksanaan
Mayoritas ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa hukum Sholat Witir adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan). Ini didasarkan pada banyaknya hadis yang menunjukkan konsistensi Rasulullah SAW dalam mengerjakannya, baik saat beliau sedang di rumah maupun dalam perjalanan (safar). Meskipun bukan sebuah kewajiban seperti sholat lima waktu, meninggalkannya tanpa uzur dianggap sebagai perbuatan yang kurang baik bagi seorang muslim yang ingin meneladani sunnah Nabi secara sempurna.
Waktu pelaksanaan Sholat Witir terbentang luas, dimulai setelah selesai menunaikan sholat Isya hingga sebelum masuk waktu sholat Subuh. Fleksibilitas waktu ini memberikan kemudahan bagi umat Islam. Namun, ada waktu yang dianggap paling utama (afdhal), yaitu di sepertiga malam terakhir. Melaksanakan witir di akhir malam memiliki keutamaan tersendiri karena bertepatan dengan waktu turunnya rahmat Allah dan waktu mustajab untuk berdoa. Bagi mereka yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, dianjurkan untuk melaksanakannya sebelum tidur. Sebagaimana nasihat Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah RA: "Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat Dhuha, dan sholat Witir sebelum tidur."
Keistimewaan Sholat Witir 1 Rakaat
Melaksanakan Sholat Witir sebanyak satu rakaat adalah sah dan dibenarkan dalam syariat. Ini adalah bentuk keringanan (rukhsah) yang menunjukkan sifat welas asih Islam. Pilihan satu rakaat ini sangat relevan bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu, kondisi fisik yang lelah, atau bagi pemula yang ingin membiasakan diri dengan ibadah malam. Sahabat Nabi, Sa'ad bin Abi Waqqash, pernah ditanya tentang sholat witir satu rakaat, dan beliau menjawab, "Benar, demi Allah. Rasulullah SAW pernah melakukannya." Ini menjadi dalil kuat bahwa witir satu rakaat adalah bagian dari sunnah yang otentik.
Meskipun singkat, sholat witir satu rakaat tetap memiliki nilai yang agung di sisi Allah. Ia berfungsi sebagai "kunci" penutup amal ibadah sholat sunnah di malam hari. Dengan melaksanakannya, seorang hamba telah menggenapi anjuran Nabi untuk menjadikan sholat terakhir di malam hari adalah sholat witir. Ini adalah tanda kepatuhan dan upaya untuk terus terhubung dengan Allah hingga di penghujung hari.
Bacaan Doa Setelah Sholat Witir 1 Rakaat
Setelah menyelesaikan salam pada sholat witir satu rakaat, seorang muslim dianjurkan untuk tidak langsung beranjak. Terdapat rangkaian zikir dan doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Amalan ini menjadi penyempurna yang melengkapi kekhusyukan ibadah witir. Berikut adalah bacaan-bacaan tersebut secara lengkap dan terperinci.
1. Zikir Tasbih (Dibaca 3 Kali)
Zikir pertama yang dibaca adalah kalimat tasbih yang mengagungkan kesucian dan kekuasaan Allah. Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali, dan pada bacaan ketiga, suaranya sedikit dikeraskan dan dipanjangkan.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus.
Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."
Makna Mendalam di Balik "Subhaanal Malikil Qudduus"
- Subhaan (Maha Suci): Kata ini merupakan bentuk penyucian mutlak kepada Allah dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, sifat-sifat buruk, dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhanallah", kita sedang mendeklarasikan bahwa Allah sempurna dalam segala aspek, jauh dari apa yang disifatkan oleh makhluk-Nya yang terbatas.
- Al-Malik (Raja): Nama Allah ini menegaskan kekuasaan-Nya yang absolut dan kepemilikan-Nya atas segala sesuatu di langit dan di bumi. Dia adalah Raja yang sebenarnya, yang tidak membutuhkan singgasana, tentara, atau pengakuan dari makhluk. Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Mengakui Allah sebagai "Al-Malik" menumbuhkan rasa tunduk dan pasrah dalam diri seorang hamba.
- Al-Qudduus (Yang Maha Suci): Nama ini memiliki akar kata yang sama dengan "Baitul Maqdis" (rumah yang disucikan). Al-Qudduus berarti Dzat yang suci dari segala aib dan cela. Kesucian-Nya adalah kesucian yang paripurna, tidak seperti kesucian makhluk yang bersifat relatif dan sementara. Jika "Subhaan" adalah penafian sifat negatif, maka "Al-Qudduus" adalah penegasan sifat positif kesucian yang absolut.
Dengan menggabungkan ketiga kata ini, kita sedang melakukan pujian yang luar biasa. Kita mengakui bahwa Allah adalah Penguasa Absolut yang Sempurna dan Suci dari segala noda. Zikir ini, yang diucapkan setelah menutup ibadah malam, menjadi pengingat akan posisi kita sebagai hamba di hadapan Raja Yang Maha Agung.
2. Doa Utama Setelah Witir
Setelah membaca zikir tasbih sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan doa utama yang mengandung permohonan perlindungan dan pujian yang sangat mendalam kepada Allah SWT. Doa ini mencakup esensi dari tauhid dan kepasrahan total seorang hamba.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allahumma innii a'uudzu biridhooka min sakhotik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa'an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."
Tadabbur (Perenungan) Setiap Kalimat Doa
Doa ini bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog jiwa yang penuh makna. Mari kita bedah dan renungkan setiap frasanya untuk memahami kedalamannya:
"Allahumma innii a'uudzu biridhooka min sakhotik"
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu)Kalimat ini adalah permohonan perlindungan yang sangat fundamental. Seorang hamba meminta untuk dijadikan "keridhaan" Allah sebagai benteng dari "kemurkaan"-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa tujuan tertinggi seorang mukmin adalah meraih ridha Allah. Ketika Allah ridha, maka segala bentuk murka, azab, dan kesulitan akan terjauhkan. Permohonan ini juga menyiratkan pengakuan bahwa perbuatan kita seringkali lebih pantas mengundang murka-Nya, namun kita berharap pada sifat pemurah-Nya untuk mendapatkan ridha-Nya. Ini adalah puncak adab dalam berdoa: menggunakan sifat Allah yang mulia (Ridha) untuk berlindung dari sifat-Nya yang Maha Adil (Murka/Siksa).
"Wa bimu'aafaatika min 'uquubatik"
(Dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu)Frasa ini melanjutkan pola permohonan sebelumnya. "Mu'aafah" bukan sekadar ampunan biasa, ia mencakup makna pemaafan, penghapusan dosa, dan pembebasan dari segala konsekuensi buruknya, baik di dunia maupun di akhirat. Kita berlindung dengan sifat Pemaaf Allah dari hukuman (`uquubah`) yang seharusnya kita terima atas dosa-dosa kita. Ini adalah pengakuan atas kelemahan diri dan pengakuan bahwa satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari akibat perbuatan kita adalah anugerah pemaafan dari Allah SWT.
"Wa a'uudzu bika minka"
(Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu)Ini adalah kalimat yang paling mendalam dan puncak dari tauhid. Bagaimana mungkin kita berlindung kepada Allah dari Allah? Maknanya adalah tidak ada tempat berlari dan tidak ada penyelamat dari ketetapan, takdir, dan siksa Allah, kecuali kembali kepada Allah itu sendiri. Jika Allah menimpakan sebuah musibah atau hukuman, tidak ada makhluk lain yang bisa menolong. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan kembali memohon, merendah, dan berlindung kepada rahmat-Nya. Kalimat ini menihilkan segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah dan menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sumber pertolongan, bahkan dari "sisi keadilan-Nya" kita berlindung kepada "sisi rahmat-Nya". Ini adalah ekspresi kepasrahan total.
"Laa uhshii tsanaa'an 'alaik"
(Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu)Setelah memohon perlindungan, doa ini beralih ke ranah pujian. Namun, pujian ini diawali dengan sebuah pengakuan ketidakmampuan. Hamba mengakui bahwa sebanyak apapun pujian, zikir, dan sanjungan yang ia panjatkan, ia tidak akan pernah bisa mencakup seluruh keagungan dan kesempurnaan Allah. Akal, lisan, dan hati manusia sangat terbatas, sementara sifat-sifat Allah tidak terbatas. Pengakuan ini adalah bentuk pujian tertinggi, karena ia mengakui bahwa Allah jauh lebih agung dari apa yang bisa digambarkan oleh makhluk.
"Anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik"
(Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri)Ini adalah penutup yang sempurna. Setelah mengakui ketidakmampuan diri dalam memuji-Nya, kita mengembalikan pujian itu kepada Dzat yang paling tahu tentang diri-Nya, yaitu Allah sendiri. Pujian terbaik dan paling benar untuk Allah adalah pujian yang Allah firmankan sendiri tentang diri-Nya di dalam Al-Qur'an dan yang diajarkan melalui lisan Rasul-Nya. Kalimat ini menunjukkan adab tertinggi seorang hamba: "Ya Allah, aku tidak sanggup memuji-Mu dengan layak, maka aku cukupkan dengan pujian yang Engkau berikan untuk diri-Mu sendiri, karena itulah pujian yang paling sempurna."
Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Doa Setelah Witir
Mengamalkan zikir dan doa setelah sholat witir 1 rakaat bukan sekadar rutinitas tanpa makna. Ada banyak keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual maupun psikologis, yang bisa diraih oleh seorang muslim yang konsisten mengamalkannya.
1. Meneladani Sunnah Rasulullah SAW secara Sempurna
Manfaat paling utama adalah ittiba'us sunnah, yaitu mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW. Beliau adalah teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam ibadah. Ketika kita mengamalkan doa yang beliau ajarkan, kita sedang menunjukkan kecintaan dan ketaatan kita kepada beliau. Ini adalah salah satu jalan untuk mendapatkan syafaatnya dan meraih cinta Allah, sebagaimana firman-Nya: "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu'."
2. Penutup Ibadah Malam yang Paripurna
Sholat witir adalah penutup sholat malam. Doa setelahnya menjadi segel atau penutup yang lebih menyempurnakan lagi. Bayangkan sebuah surat penting yang ditutup dengan segel resmi. Doa ini berfungsi layaknya segel tersebut, mengunci seluruh rangkaian ibadah malam kita dengan permohonan ampun, perlindungan, dan pujian tertinggi kepada Allah. Hal ini memberikan ketenangan batin bahwa kita telah berusaha menutup hari dengan cara terbaik.
3. Memperkuat Fondasi Tauhid
Seperti yang telah diuraikan dalam tadabbur doa, setiap kalimatnya sarat dengan makna tauhid. Dari mengakui Allah sebagai Raja Yang Maha Suci, berlindung hanya kepada-Nya dari murka-Nya, hingga puncak kepasrahan "aku berlindung kepada-Mu dari-Mu", semuanya adalah afirmasi keimanan yang mengakar kuat di dalam hati. Rutin mengucapkannya akan terus menyuburkan pohon tauhid dalam jiwa, menjauhkan diri dari syirik dan ketergantungan kepada makhluk.
4. Sarana Introspeksi dan Pengakuan Diri
Doa ini memaksa kita untuk jujur pada diri sendiri. Kita mengakui bahwa kita layak mendapat murka dan hukuman-Nya, namun kita sangat berharap pada ridha dan ampunan-Nya. Kita juga mengakui keterbatasan kita dalam memuji-Nya. Proses pengakuan ini adalah bentuk introspeksi (muhasabah) yang sangat penting untuk menjaga hati dari sifat sombong dan angkuh. Ia mengingatkan kita akan posisi kita yang sebenarnya: hamba yang lemah, penuh dosa, dan sangat membutuhkan pertolongan Tuhannya.
5. Memberikan Ketenangan Jiwa Sebelum Tidur
Menutup hari dengan berdialog bersama Allah melalui doa ini akan memberikan efek ketenangan yang luar biasa. Setelah menyerahkan segala urusan, memohon perlindungan dari segala keburukan, dan memuji-Nya dengan pujian terbaik, hati akan merasa lapang dan damai. Tidur pun menjadi lebih berkualitas, karena jiwa merasa aman dalam naungan perlindungan Dzat Yang Maha Kuasa. Ini adalah terapi spiritual yang jauh lebih efektif daripada metode relaksasi duniawi manapun.
Pertanyaan Umum Terkait Sholat Witir 1 Rakaat dan Doanya
Terdapat beberapa pertanyaan yang sering muncul di benak kaum muslimin terkait pelaksanaan sholat witir satu rakaat dan doa setelahnya. Berikut adalah beberapa di antaranya beserta penjelasannya.
Apakah Boleh Langsung Sholat Witir 1 Rakaat Tanpa Sholat Sunnah Lainnya?
Ya, boleh. Seseorang yang telah melaksanakan sholat Isya, kemudian karena satu dan lain hal (misalnya sangat lelah atau waktu yang sempit) ingin langsung mengerjakan sholat witir satu rakaat sebelum tidur, maka hal itu sah dan ia telah mendapatkan keutamaan sholat witir. Namun, yang lebih utama (afdhal) adalah jika sholat witir tersebut didahului oleh sholat sunnah malam lainnya, seperti sholat ba'diyah Isya atau sholat tahajud.
Bagaimana Jika Saya Lupa Membaca Doa Ini Setelah Witir?
Sholat witir Anda tetap sah. Doa setelah sholat witir adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah. Jika Anda lupa, tidak ada kewajiban untuk mengulanginya. Namun, alangkah baiknya jika Anda berusaha untuk mengingat dan membiasakannya. Anda bisa membacanya kapan pun Anda teringat, meskipun sudah beberapa saat berlalu setelah sholat.
Apakah Doa Ini Khusus untuk Witir 1 Rakaat Saja?
Tidak. Doa ini bersifat umum untuk dibaca setelah sholat witir, berapapun jumlah rakaatnya, baik itu satu, tiga, lima, atau lebih. Intinya, doa ini dibaca setelah salam dari rangkaian sholat witir yang kita kerjakan. Jadi, doa ini tetap sangat relevan dan dianjurkan untuk dibaca setelah sholat witir tiga rakaat atau lebih.
Bolehkah Menambah Doa Lain dengan Bahasa Indonesia Setelah Membaca Doa Ini?
Tentu saja boleh, bahkan sangat dianjurkan. Setelah membaca zikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, itu adalah waktu yang sangat baik untuk memanjatkan doa-doa pribadi kita. Gunakanlah momen tersebut untuk memohon segala hajat dunia dan akhirat, memohon ampunan untuk diri sendiri, orang tua, dan kaum muslimin, dengan menggunakan bahasa yang paling kita pahami, termasuk Bahasa Indonesia. Hal ini akan membuat doa terasa lebih dekat dan tulus dari hati.