Meraih Ampunan Melalui Doa Setelah Sholat Taubat
Ilustrasi seseorang sedang berdoa memohon ampunan setelah sholat taubat.
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dalam perjalanan hidup yang fana ini, tidak ada satu pun insan yang luput dari perbuatan dosa, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, baik yang kecil maupun yang besar. Namun, di tengah kelemahan manusiawi ini, Allah SWT dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Ar-Rahman Ar-Rahim) senantiasa membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang ingin kembali. Pintu tersebut adalah pintu taubat.
Taubat bukan sekadar ucapan di lisan, melainkan sebuah proses penyucian jiwa yang melibatkan penyesalan mendalam, tekad kuat untuk tidak mengulangi, dan permohonan ampun yang tulus kepada Sang Pencipta. Salah satu medium terindah untuk menyampaikan permohonan ini adalah melalui Sholat Taubat, sebuah ibadah sunnah yang menjadi jembatan antara seorang hamba dengan ampunan Tuhannya. Setelah melaksanakan sholat dua rakaat dengan khusyuk, momen paling krusial adalah saat mengangkat kedua tangan, merendahkan diri, dan memanjatkan doa setelah sholat taubat. Doa inilah yang menjadi puncak dari pengakuan dosa dan harapan akan maghfirah-Nya.
Memahami Hakikat Taubat Nasuha: Fondasi Sebelum Berdoa
Sebelum kita menyelami lafal-lafal doa yang agung, penting untuk memahami esensi dari taubat itu sendiri, khususnya "Taubat Nasuha". Kata "nasuha" berarti murni, tulus, dan sejati. Taubat Nasuha adalah pertobatan yang sesungguhnya, yang dilakukan dengan kesungguhan hati dan memenuhi syarat-syaratnya. Tanpa fondasi ini, doa yang dipanjatkan mungkin hanya akan menjadi rangkaian kata tanpa ruh.
Para ulama menjelaskan bahwa sebuah taubat dapat dikatakan "nasuha" apabila memenuhi setidaknya tiga syarat utama jika dosa tersebut berkaitan langsung dengan hak Allah SWT:
- Al-Iqla' (Berhenti Total): Syarat pertama dan paling fundamental adalah segera menghentikan perbuatan maksiat tersebut. Tidak mungkin seseorang dikatakan bertaubat dari mencuri sementara tangannya masih mengambil barang orang lain. Pemberhentian ini harus bersifat final dan tanpa keraguan.
- An-Nadam (Menyesal Sedalam-dalamnya): Hati harus dipenuhi dengan rasa penyesalan yang tulus atas dosa yang telah dilakukan. Penyesalan ini bukan karena takut ketahuan manusia atau karena kehilangan keuntungan duniawi, melainkan murni karena rasa takut akan murka Allah dan kesadaran telah melanggar perintah-Nya. Air mata yang menetes karena penyesalan adalah tanda kesungguhan hati.
- Al-'Azm (Bertekad Kuat Tidak Mengulangi): Harus ada tekad yang bulat dan kuat di dalam hati untuk tidak akan pernah kembali kepada dosa tersebut di masa yang akan datang. Tekad ini harus dibangun di atas kesadaran penuh akan keburukan maksiat dan keagungan Allah.
Jika dosa yang dilakukan berkaitan dengan hak sesama manusia (haqqul adami), maka ada syarat keempat yang wajib dipenuhi:
- Mengembalikan Hak atau Meminta Kerelaan: Jika dosa tersebut berupa mengambil harta, maka harta itu harus dikembalikan. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka harus meminta maaf dan kerelaan dari orang yang digunjing. Jika berupa fitnah, maka harus membersihkan nama baiknya. Syarat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjaga hubungan antarmanusia.
Dengan memahami dan berusaha memenuhi syarat-syarat ini, Sholat Taubat yang kita dirikan dan doa yang kita panjatkan akan memiliki bobot spiritual yang jauh lebih besar.
Tata Cara Singkat Sholat Taubat
Sholat Taubat dilaksanakan sebanyak dua rakaat, sama seperti sholat sunnah pada umumnya. Waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah di sepertiga malam terakhir, saat suasana hening dan hati lebih mudah untuk khusyuk. Namun, sholat ini bisa dilakukan kapan saja di luar waktu-waktu yang diharamkan untuk sholat.
Niat Sholat Taubat
Niat adalah pondasi dari setiap amalan. Niat Sholat Taubat cukup diucapkan di dalam hati dengan kesungguhan.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat taubati rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Pelaksanaan
- Rakaat Pertama: Setelah Takbiratul Ihram, membaca doa Iftitah, dilanjutkan dengan Surah Al-Fatihah. Setelah itu, dianjurkan membaca Surah Al-Kafirun.
- Rakaat Kedua: Membaca Surah Al-Fatihah, lalu dianjurkan membaca Surah Al-Ikhlas.
- Gerakan selanjutnya (ruku', i'tidal, sujud, dan seterusnya) dilakukan seperti sholat biasa hingga salam.
Setelah salam, inilah saat yang paling dinantikan. Saat di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Rabb-nya, menumpahkan segala penyesalan, dan memohon dengan penuh harap. Perbanyaklah istighfar sebagai pembuka dari doa-doa yang akan dipanjatkan.
Doa Inti Setelah Sholat Taubat: Sayyidul Istighfar
Di antara sekian banyak lafal istighfar, ada satu yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai rajanya istighfar, yaitu Sayyidul Istighfar. Doa ini mengandung pengakuan yang paling lengkap atas keesaan dan keagungan Allah, serta pengakuan paling tulus atas kelemahan dan dosa diri sendiri. Membaca doa ini dengan penuh penghayatan adalah cara terbaik untuk memohon ampunan setelah Sholat Taubat.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana 'abduka, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bidzanbii, faghfirlii fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau."
Makna Mendalam di Setiap Kalimat Sayyidul Istighfar
Untuk merasakan kekuatan doa ini, marilah kita bedah makna yang terkandung dalam setiap frasanya:
"Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta" (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau). Ini adalah ikrar tauhid yang paling fundamental. Kita memulai doa dengan menegaskan kembali siapa Allah dan siapa diri kita. Dia adalah Rabb, Sang Pemelihara, Pencipta, Pengatur. Dengan mengakui ini, kita menempatkan diri pada posisi yang benar: posisi seorang hamba yang tunduk di hadapan Tuhannya.
"Khalaqtanii wa ana 'abduka" (Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu). Ini adalah pengakuan atas asal-usul kita. Kita ada karena Dia menciptakan kita. Status kita adalah 'abdun, seorang hamba. Pengakuan ini melunturkan segala bentuk kesombongan dan keangkuhan. Seorang hamba tidak punya daya dan kekuatan kecuali atas izin Tuannya. Ini adalah pernyataan kerendahan diri yang paling hakiki.
"Wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu" (Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu dan janji-Mu semampuku). Perjanjian ('ahd) yang dimaksud adalah ikrar syahadat, perjanjian untuk hanya menyembah-Nya. Janji (wa'd) adalah keyakinan akan balasan surga bagi yang taat. Kalimat "mastatha'tu" (semampuku) adalah sebuah kejujuran yang luar biasa. Kita mengakui bahwa sebagai manusia, kita lemah dan seringkali lalai dalam menepati janji tersebut. Kita berusaha sekuat tenaga, namun tetap saja ada kekurangan. Ini adalah pengakuan keterbatasan diri yang membuka pintu rahmat Allah.
"A'uudzu bika min syarri maa shana'tu" (Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat). Setelah mengakui status diri, kita langsung menuju inti permasalahan: dosa. Kita tidak menyalahkan takdir atau orang lain. Kita mengakui bahwa dosa itu berasal dari "syarri maa shana'tu", dari keburukan yang tangan kita sendiri perbuat. Kita memohon perlindungan Allah dari dampak buruk dosa itu, baik di dunia maupun di akhirat.
"Abuu-u laka bini'matika 'alayya" (Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku). Ini adalah titik balik yang sangat indah. Sebelum mengakui dosa, kita mengakui nikmat. Kita sadar bahwa setiap detik hidup kita terbungkus dalam lautan nikmat Allah: nikmat nafas, nikmat penglihatan, nikmat kesehatan, nikmat iman. Pengakuan ini membuat kita semakin malu. Dzat yang begitu pemurah kita balas dengan kemaksiatan. Ini menambah kedalaman penyesalan.
"Wa abuu-u bidzanbii" (dan aku mengakui dosaku). Inilah puncaknya. "Abuu-u" bukan sekadar "a'tarifu" (aku mengaku). "Abuu-u" berarti aku mengakui dan kembali dengan membawa pengakuan ini. Ini adalah pengakuan total tanpa ada pembelaan diri, tanpa mencari-cari alasan. Kita datang dengan tangan hampa, membawa segunung dosa, dan meletakkannya di hadapan Dzat Yang Maha Pengampun.
"Faghfirlii fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta" (oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). Setelah semua pengakuan di atas, kita sampai pada permohonan. "Faghfirlii" (maka, ampunilah aku). Kata "Fa" (maka) menunjukkan sebuah konsekuensi logis. Karena Engkau adalah Tuhanku, karena aku adalah hamba-Mu yang lemah dan penuh dosa, maka selayaknyalah Engkau mengampuniku. Kalimat penutupnya adalah penegasan kembali tauhid dalam hal pengampunan. Hanya Allah, dan bukan siapa pun, yang memiliki otoritas untuk menghapus dosa. Ini menutup semua pintu harapan kepada selain-Nya dan memfokuskan seluruh asa hanya kepada-Nya.
Doa-Doa Pelengkap Setelah Sholat Taubat
Selain Sayyidul Istighfar, ada baiknya kita melengkapinya dengan doa-doa dan dzikir lainnya untuk memperbanyak permohonan ampun. Semakin banyak kita memohon, semakin menunjukkan kesungguhan kita.
1. Istighfar Nabi Adam AS
Ini adalah doa pertama yang dipanjatkan oleh manusia setelah melakukan kesalahan. Doa ini diabadikan dalam Al-Qur'an dan mengandung pengakuan atas kezaliman diri sendiri.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin.
"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf: 23)
2. Istighfar Panjang
Lafal istighfar yang juga sangat populer dan komprehensif adalah sebagai berikut:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullahal 'adziim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih.
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), dan aku bertaubat kepada-Nya."
Dianjurkan untuk membacanya berulang kali, misalnya 3 kali, 7 kali, atau bahkan 100 kali. Setiap pengulangan adalah penegasan akan penyesalan dan harapan kita.
3. Doa Nabi Yunus AS
Saat berada dalam perut ikan, Nabi Yunus AS memanjatkan doa yang penuh dengan pengakuan tauhid dan kelemahan diri. Doa ini sangat mustajab untuk diucapkan saat kita merasa terhimpit oleh masalah akibat dosa-dosa kita.
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87)
Menjaga Konsistensi Setelah Bertaubat
Pintu taubat tidak berhenti setelah kita selesai berdoa. Justru, doa setelah sholat taubat adalah gerbang pembuka menuju lembaran hidup baru yang lebih bersih. Tantangan sesungguhnya adalah menjaga konsistensi (istiqamah) di atas jalan taubat tersebut.
Berikut beberapa langkah praktis untuk menjaga semangat taubat:
- Tinggalkan Lingkungan Buruk: Salah satu penyebab terbesar seseorang kembali ke maksiat adalah lingkungan. Jauhilah teman-teman atau tempat-tempat yang dapat memicu kembali dosa lama. Carilah lingkungan yang shalih dan teman-teman yang senantiasa mengingatkan kepada kebaikan.
- Sibukkan Diri dengan Kebaikan: Jiwa manusia tidak bisa kosong. Jika tidak disibukkan dengan ketaatan, ia akan disibukkan dengan kemaksiatan. Isilah waktu luang dengan aktivitas bermanfaat seperti membaca Al-Qur'an, berdzikir, menuntut ilmu, berolahraga, atau membantu sesama.
- Perbanyak Mengingat Kematian: Kematian adalah pemutus segala kenikmatan duniawi. Dengan sering mengingatnya, kita akan sadar bahwa hidup ini singkat dan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah. Kesadaran ini akan menjadi rem yang kuat dari perbuatan dosa.
- Jangan Pernah Putus Asa: Setan akan selalu berusaha membisikkan keputusasaan. "Dosamu terlalu banyak, Allah tidak akan mengampunimu." Lawanlah bisikan ini dengan keyakinan penuh akan luasnya rahmat Allah. Ingatlah firman-Nya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'" (QS. Az-Zumar: 53).
- Jika Terjatuh Lagi, Segera Bangkit Kembali: Manusia tidak maksum. Mungkin saja suatu saat kita tergelincir lagi ke dalam kesalahan yang sama. Jika itu terjadi, jangan biarkan diri berlarut-larut dalam dosa. Segeralah bangkit, berwudhu, laksanakan lagi Sholat Taubat, dan panjatkan lagi doa dengan lebih tulus. Pintu taubat Allah tidak pernah tertutup selama nyawa belum sampai di kerongkongan.
Pada akhirnya, doa setelah sholat taubat adalah manifestasi dari kesadaran seorang hamba akan posisinya. Ia adalah ekspresi cinta, takut, dan harap yang menyatu dalam untaian kata-kata yang tulus. Ia adalah bisikan lirih di keheningan malam yang didengar oleh Dzat Yang Maha Mendengar. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu kembali kepada-Nya, menerima taubat kita, dan membersihkan diri kita dari segala noda dan dosa, sehingga kita dapat kembali kepada-Nya dalam keadaan yang diridhai.